AKSIOLOGI
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
MAKALAH
Disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah :
Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Ghufron
Dimyati, M. S. I.
Kelas :
N
Disusun oleh:
Ainul Khusna (2021211110)
Fatkhiyatun Nikmah (2021211177)
Kholisah (2021211182)
Anaa Sa’atul Janah (2021211185)
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
Pendidikan
dan kehidupan manusia merupakan dua hal identik yang tak bisa dipisahkan satu
sama lain. Hubungan keduanya ibarat tubuh dengan jiwa manusia. Kehidupan
manusia digerakkan oleh pendidikan menuju tujuan hidup yang didambakan.
Dengan
pendidikan, manusia memperoleh wawasan pengetahuan dari mana asal usul
kehidupan dan kejelasan orientasi kehidupannya. Tanpa pendidikan, bisa
dipastikan manusia akan kehilangan ruh penggerak kehidupannya. Oleh karena itu
pengetahuan kita mengenai filsafat pendidikan menjadi penting untuk dikaji dari
berbagai dimensi,
Dalam
makalah ini akan diuraikan tentang filsafat pendidikan dalam dimensi atau
kajian aksiologi yang termasuk didalamnya studi tentang nilai-nilai dalam
pendidikan. Semoga bermanfaat.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Aksiologi
Aksiologi merupakan dimensi yang menyangkut nilai-nilai yang berupa
pertanyaan apakah yang baik atau bagus itu?. Dalam definisi lain, aksiologi
merupakan suatu pendidikan yang menguji dan mengintegrasikan semua nilai
tersebut dalam kehidupan manusia. Untuk selanjutnya nilai-nilai tersebut
ditanamkan dalam kepribadian anak.[1]
B. Hakikat Makna Nilai
Nilai itu praktis dan efektif dalam jiwa dan tindakan manusia dan
melembaga secara obyektif di dalam masyarakat, mengenai hal-hal yang dianggap
baik, benar dan hal-hal yang dianggap buruk atau salah. Dalam pandangan Young,
nilai diartikan sebagai asumsi-asumsi yang abstrak dan sering tidak disadari
tentang hal-hal yang benar dan hal-hal yang penting.[2]
Nilai bersifat ideal, abstrak dan tidak dapat disentuh oleh
pancaindera, sedangkan yang dapat ditangkap hanya barang atau tingkah laku yang
mengandung nilai tersebut. Nilai juga bukan fakta yang berbentuk kenyataan dan
konkret. Oleh karena itu, masalah nilai bukan tentang benar atau salah, tetapi
soal dikehendaki atau tidak, disenangi atau tidak sehingga bersifat subyektif.
Secara umum pengertian nilai tak terbatas. Segala sesuatu yang ada
di alam ini adalah bernilai. Nilai adalah seluruh potensi kesadaran manusia.
Variasi kesadaran manusia sesuai dengan individualitas dan keunikan pribadinya.
Dalam hal ini studi tentang nilai adalah aksiologi. Dapat diambil
pengertian bahwa nilai adalah sesuatu yang berharga, yang diidamkan oleh setiap
insan. Adapun nilai yang dimaksud sebagai berikut:
1.
Nilai jasmani adalah nilai yang terdiri atas nilai hidup, nilai
nikmat dan nilai guna.
2.
Nilai rohani adalah nilai yang terdiri atas nilai intelek, nilai
estetika, nilai etika dan nilai religi.
C. Bentuk dan Tingkatan Nilai
Brubacher membedakan nilai antara lain:
1.
Nilai intrinsik adalah nilai yang dianggap baik, ada didalam dan
dari dirinya sendiri (bersifat pribadi) dan terpusat pada kodrat manusia. Hal
ini sesuai dengan tujuan akhir pendidikan islam yakni realisasi diri.
2.
Nilai instrumental adalah nilai yang dianggap baik karena bernilai
untuk sesuatu yang lain. Nilai ini bersifat relatif dan subyektif tergantung
pada akibat-akibat yang ditimbulkan dalam usaha untuk mencapai nilai-nilai yang
lain.
3.
Pada umumnya masyarakat beranggapan bahwa hierarki nilai dalam
kehidupan manusia identik dengan hierarki tingkat-tingkatkebenaran. Sebab
kebenaran adalah nilai itu sendiri. Tingkat-tingkat kebenaran seperti indra,
tingkat ilmiah, tingkat filosofis dan tingkat religius adalah paling wajar
didalam kehidupan manusia. Kewajaran ittu tumbuh bersumber pada proses
pertumbuhan kesadaran pribadi itu sendiri.
Tingkat
religius merupakan tingkat integritas kepribadian yang mencapai tingkat budi (consciesia,
insan kamil) juga materi dan kebaikan religius ini bersifat mutlak, universal
dan suci.
Menurut Yinger,
nilai bisa dilihat dengan tiga penampilan, yaitu:
1.
Nilai sebagai fakta watak, menunjukkan bahwa sejauhmana seseorang
menjadikan nilai sebagai pegangan, pembimbingan, dan pengambilan keputusan.
2.
Nilai sebagai fakta kultural, menunjukkan bahwa nilai tersebut
diterima dan dijadikan kriteria normatif dalam pengambilan keputusan oleh
anggota mesyarakat.
3.
Nilai sebagai konteks struktural, bahwa nilai yang ada mampu
memberikan dampaknya pada struktur sosial yang bersangkutan.
Dilihat dari
segi orientasi sistem nilai, nilai dibedakan menjadi:
1.
Nilai etis (nilai baik buruk)
2.
Nilai pragmatis (berhasil gagalnya sesuatu)
3.
Nilai efek sensorik (menyenangkan atau menyedihkan)
4.
Nilai religius (dosa dan pahala, halal dan haram)
Namun pada
dasarnya nilai-nilai tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu:
1.
Nilai Formal, yaitu nilai yang tidak ada wujudnya, tetapi memiliki bentuk,
lambang, serta simbol-simbol. Nilai ini ada dua macam:
a)
Nilai sendiri
b)
Nilai turunan
2.
Nilai Material, yakni nilai yang terwujud dalam kenyataan
pengalaman rohani dan jasmani. Nilai ini terbagi dua yaitu:
a)
Nilai Rohani, terdiri dari nilai logika, estetika, etika dan religi
b)
Nilai Jasmani atau nilai Pancaindra terdiri atas: nilai hidup,
nilai nikmat, dan nilai guna.
D. Sumber Nilai Dalam Kehidupan Manusia
Sumber nilai dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu:
1.
Nilai Ilahi
Nilai Ilahi adalah nilai yang dititahkan oleh Tuhan melalui para
Rasul-Nya yang berbentuk takwa, iman, adil yang diabadikan dalamwahyu Ilahi.
Agama Islam diturunkan di dunia mengandung
implikasiajaran tentang nilai-nilai dan moralitas yang sesuai dengan kemampuan
tabi’I dalam menerima dan menjalankan syari’at islam yang ada didalamnya. (M.
Arifin, 1996:151)
Nilai ilahi tidak mengalami perubahan, nilai ilahi
yang fundamental mengandung kemutlakan bagi kehidupan manusia selaku pribadi
dan selaku anggota masyarakat serta tidak cenderung untuk berubah mengikuti
hawa nafsu manusia yang berubah-ubah sesuai dengan tuntutan perubahan sosial
dan tuntutan individual. Nilai religi mempunyai dua segi yaitu:
a) Segi normatif yang menitikberatkan pada
pertimbangan baik buruk, benar salah, hak bathil, diridhoi dikutuk.
b) Segi Operatif yang mengandung lima kategori
yang menjadi prinsip standarisasi perilaku manusia, yaitu:
1) Fardhu atau wajib
2) Sunnah
3) Mubah
4) Makruh
5) Haram
2. Nilai Insani
Nilai Insani yang tumbuh atas kesepakatan manusia hidup
dan berkembang dari peradaban manusia. Nilai ini bersifat dinamis, sedangkan
keberlakuannya dan kebenarannya relatif nisbi yang dibatasi oleh masyarakat dan
waktu.
Nilai insani kemudian melembaga menjadi
tradisi-tradisi yang yang diwariskan turun-temurun dan mengikat anggota
masyarakat.
Dalam pandangan islam tidak semua nilai yang telah
melembaga dalam tatanan kehidupan masyarakat dapat diterima dan ditolak. Sikap
Islam dalam menghadapi tatanan nilai yang ada dalam masyarakat dengan
menggunakan lima macam klasifikasi, yaitu:
a) Memelihara unsur-unsur nilai dan norma yang
sudah mapan dan positif.
b) Menghilangkan unsur-unsur nilai dan norma
yang sudah mapan tetapi negatif.
c) Menumbuhkan unsur-unsur nilai dan norma
yang belum ada dan dianggap positif.
d) Bersikap menerima, memelihara,
memilih,mencerna, menggabung-gabungkan dalam satu sistemyang menyampaikan pada
orang lain terhadap nilai pada umumnya.
e) Menyelenggarakan penyucian nilai atau norma
agar sesuai dan sejalan dengan nilai dan norma islam sendiri.
E. Proses Sosialisasi Nilai dan Implikasinya dalam Dunia Pendidikan
Islam
Secara umum tujuan pendidikan adalah untuk
mencapai kematangan dan integritas bahkan kesempurnaan (perfection). Proses sosialisasi nilai dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu:
a) Evolusi
Evolusi menuntut adanya keuletan dan kesabaran dengan rentang waktu yang
panjang dan disampaikan secara berangsur-angsur.
b) Revolusi
Revolusi menuntut adanya perombakan tata nilaiyang sudah usang dan
dimodifikasi atau bahkan diganti dengan nilai-nilaiyang baru.
Kehidupan
manusia tidak bisa dilepaskan dari nilai,dan nilai itu selanjutnya perlu
diinstitusikan. Institusionalisasi nilai yang terbaik adalah melalui upaya
pendidikan.
Fungsi
pendidikan khususnya pendidikan islam adalah pewarisan dan pengembangan nilai-nilai
agama islam serta memenuhi aspirasi masyarakat dan kebutuhan tenaga di semua
tingkat dan pembangunan bagi terwujudnya keadilan, kesejahteraan,dan ketahanan.
Tugas
pendidikan memadukan nilai-nilai baru dengan nilai-nilai lama secara selektif, inovatif,
akomodatif guna mendinamisasikan perkembangan pendidikan yang sesuai dengan
tuntutan zaman dan keadaan tanpa meninggalkan nilai fundamental yang menjadi
tolak ukur bagi nilai-nilai baru.
Implikasi
aksiologi dalam dunia pendidikan adalah menguji dan mengintegrasikan nilai tersebut
dalam kehidupan manusia dan membinakannya
dalam kepribadian anak didik. Memang untuk menjelaskan apakah yang baik itu,
benar, buruk dan jahat bukanlah sesuatu yang mudah. Apalagi, baik, benar, indah
dan buruk, dalam arti mendalam dimaksudkan untuk membina kepribadian ideal
anak, jelas merupakan tugas utama pendidikan.
Pendidikan
harus memberikan pemahaman atau pengertian baik, benar, bagus, buruk dan
sejenisnya kepada peserta didik secara komprehensif dalam arti dilihat dari
segi etika, estetika dan nilai sosial. Dalam masyarakat, nilai-nilai itu
terintegrasi dan saling berinteraksi. Nilai-nilai di dalam rumah
tangga/keluarga, tetangga, kota, negara adalah nilai-nilai yang tak mungkin
diabaikan dunia pendidikan bahkan sebaliknya harus mendapat perhatian.
BAB
III
KESIMPULAN
Aksiologi
atau nilai pada hakikatnya adalah konsepsi-konsepsi abstrak dalam diri manusia
atau masyarakat, mengenai hal-hal yang dianggap baik, benar dan hal-hal yang
dianggap buruk dan salah.
Pendidikan
pada tahap selanjutnya merupakan proses transformasi nilai, yang cenderung
bersifat positif dan penuh makna kebaikan. Nilai selalu terserap dalam lapangan
pendidikan. Pendidikan akan dapat menguji dan mengintegrasikan semua nilai di
dalam kehidupan manusia dan membimbingnya didalam kepribadian anak.
DAFTAR
PUSTAKA
Jalaluddin dan
Abdullah Idi, 2012, Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Khobir, Abdul,
2007 Filsafat Pendidikan Islam, Pekalongan:
STAIN Pekalongan Press
Salahudin, Anas.
2011. Filsafat Pendidikan, Bandung,Pustaka Setia
Latif, Abdul.
2007. Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan. Bandung: Rafika Aditama
Prasetya, 2000,
Filsafat Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar