PEMBELAJARAN BERPUSAT PADA SISWA
MAKALAH
Guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Strategi Belajar Mengajar
Dosen Pengampu
: Ghufron Dimyati, M.S.I
Di susun Oleh
Zaenal Casmadi 2021112244
Ela Supriana 2021112238
Azimatul Makarimah 2021112240
Kelas: C
Pendidikan Agama Islam (PAI)
Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri (STAIN)
PEKALONGAN
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan manusia menuju
kedewasaan, baik kedewasaan intelektual, sosial maupun kedewasaan moral. Oleh
karena itu proses pendidikan bukan hanya mengembangkan intelektual saja, tetapi
mencakup seluruh potensi yang dimiliki anak didik. Dengan demikian, pendidikan
yang berpusat pada siwa itu merupakan suatu hal yang harus dilakukan.
Pembelajaran berpusat pada siswa bersifat strategis dan inovatif, strategis
karena memfasilitasi siswa aktif dalam pembelajaran yang mengembangkan potensi
dirinya, dan menempatkan siswa atau peserta didik sebagai subyek yang
bertanggungjawab atas proses pembelajaran. Inovatif, karena siswa tidak terikat
oleh kelas belajar, guru sebagai sumber dan penentu tujuan tetapi mewujudkan
prinsip “manusia memproduksi dirinya sendiri dalam pengalaman realitas sosial”
sehingga siswa mempunyai proses pengalaman untuk belajar bagaimana cara belajar
yang akan menjadi pedoman belajar sepanjang hayat. Maka dengan perubahan
paradigma pendidikan tersebut diharapkan proses pembelajaran akan efektif
mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang demokratis, berkeadilan, tidak
diskriminatif dan menjunjung tinggi nilai-nilai HAM, nilai-nilai agama, nilai
budaya dan kemajemukan bangsa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pembelajaran Berpusat Pada Siswa
Pembelajaran berpusat pada peserta
didik merupakan pembelajaran yang lebih berpusat pada kebutuhan, minat, bakat
dan kemampuan peserta didik, sehingga pembelajaran akan menjadi sangat
bermakna. Dengan pendekatan pembelajaran berpusat pada peserta didik
menghasilkan peserta didik yang berkepribadian, pintar, cerdas, aktif, mandiri,
tidak bergantung pada pengajar, melainkan mampu bersaing atau berkompetisi dan
memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik.[1]Pelaksanaan
pengajaran yang berpusat pada siswa diselenggarakan dalam tiga sistem
organisasi, yakni sistem berbasis institusi, sistem lokal, dan sistem belajar
jarak jauh.[2] Undang-undang Sisdiknas No. 20/2003 Bab I pasal 1 yang berbunyi “
yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensinya sendiri”. Inilah secara teoretis disebut pembelajaran
berpusat pada siswa yang diadopsi kedalam sistem pendidkan nasional.[3]
B.
Konsep Dasar Pembelajaran Berpusat Pada Siswa
a.
Pembelajaran
merupakan proses aktif peserta didik yang mengembangkan potensi dirinya.
Peserta didik dilibatkan kedalam pengalaman yang difasilitasi oleh guru
sehingga pelajar mengalir dalam pengalaman melibatkan pikiran, emosi, terjalin
dalam kegiatan yang menyenangkan dan menantang serta mendorong prakarsa siswa.
Model pembelajaran diskusi memecahkan masalah, mencari informasi dari sumber
alam sekeliling atau sumber-sumber sekunder buku bacaan dan pengalaman berupa
permainan. Dari proses pengalaman ini peserta memproduksi kesimpulan sebagai
pengetahuan. Berbeda dengan pengajaran dimana siswa memperoleh teks untuk
dihafal atau memproduksi.
b.
Pengalaman
aktivitas siswa harus bersumber/ relevan dengan realitas sosial,
masalah-masalah yang berkaitan dengan profesi seperti petani, pedagang,
pengusaha, politikus berkaitan dengan masalah-masalah sosial seperti pelayanan
umum, hak asasi manusia, gender, kemiskinan, keterbelakangan, dll. Pengalaman
praktik itu berupa kegiatan berkomunikasi, bekerjasama, mengambil keputusan dan
memecahkan masalah. Pengalaman praktik tersebut juga mengembangkan kecerdasan
untuk menemukan masalah, memecahkan masalah, dan menghargai prestasi pemecahan
masalah.
c.
Didalam
proses pengalaman ini peserta didik memperoleh inspirasi dari pengalaman yang
menantang dan termotivasi untuk bebas berprakarsa, kreatif dan mandiri.
d.
Pengalaman
proses pebelajaran merupakan aktivitas mengingat, menyimpan, dan memproduksi
informasi, gagasan-gagasan yang memperkaya kemampuan dan karakter peserta
didik.
C.
Makna Pembelajaran Bagi Siswa
a.
Proses
pembelajaran ini memerlukan refleksi mental sebagai proses kesadaran mental dan
kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia. Pada hakikatnya proses pembelajaran
merupakan aktivitas yang menghubungkan peserta didik dengan berbagai subyek dan
berkaitan dengan dunia nyata. Proses interpretasi menghasilkan pemahaman dan
perolehan hasil pendidikan yang bersifat individual.
b.
Peserta
didik memproduksi pengetahuan sendiri secara lebih luas, lebih dalam, dan lebih
maju dengan modifikasi pemahaman terhadap konsep awal pengetahuan (prior
knowledge).[4]
Dalam standar proses pendidikan, pembelajaran didesain untuk
membelajarkan siswa. Artinya, sistem pembelajaran menempatkan siswa sebagai
subyek belajar. Dengan kata lain, pembelajaran ditekankan atau berorientasi
pada aktivitas siswa.
Ada beberapa asumsi perlunya
pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa. Pertama, asumsi filosofis
tentang pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar mengembangkan manusia
menuju kedewasaan, baik kedewasaan intelektual, sosial maupun kedewasaan moral.
Oleh karena itu, proses pendidikan bukan hanya mengembangkan intelektual saja,
tetapi mencakup seluruh potensi yang dimiliki anak didik. Dengan demikian, hakikat
pendidikan pada dasrnya adalah: a).
Interaksi manusia, b). Pembinaan dan pengembangan potensi manusia, c). Berlangsung
sepanjang hayat, d). Kesesuaian dengan kemampuan dan tingkat perkembangan
siswa, e). Keseimbangan antara kebebasan subyek didik dan kewibawaan guru, dan
f). Peningkatan kualitas hidup manusia.[5]
D.
Model-Model Pembelajaran
Interaktif yang Berpusat Pada Siswa
1.
Cooperative Learning
a.
Ruang Lingkup Pembelajaran Cooperative Learning
1.
Landasan
Pemikiran
Cooperative Learning muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan
memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa
secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling memecahkan masalah-masalah
yang kompleks. Kelompok itu terdiri dari 4-6 orang siswa tetapi heterogen
kemampuan, jenis kelamin, suku atau ras dan satu sama lain saling membantu.
2.
Tujuan
Cooperative Learning
Cooperative Learning disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisispasi siswa,
memfasilitasi siswa dalam pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan
kelompok dan untuk berinteraksi belajar bersama-bersama siswa yang berbeda
latar belakangnya. Jadi coopereative learning siswa berperan ganda,
yaitu sebagai siswa dan sebagai guru.
3.
Efek-Efek
Cooperative Learning
Cooperative learning mempunyai efek yang berarti terhadap penerimaan yang luas terhadap
keragaman ras, budaya dan agama, sastra, sosial, kemampuan dan ketidakmampuan.
Ada tiga macam hasil yang dicapai
model pembelajaran ini:
Ø Efeknya pada perilaku kooperatif
Ø Efeknya pada toleransi terhadap keanekaragaman
Ø Efeknya pada prestasi akademik
4.
Langkah-Langkah
Pemebelajaran Kooperatif
Ø Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa
Ø Menyajikan informasi
Ø Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok kooperatif
Ø Membimbing kelompok kerja dan belajar
Ø Evaluasi
Ø Memberikan penghargaan[6]
b.
Beberapa Variasi dalam Model Cooperative Learning
ada empat pendekatan dalam cooperative
learning:
1.
Student
Teams Achievement Division (STAD)
Guru menyajikan pelajaran, dan
kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim
telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian seluruh siswa diberikan tes
tentang materi tersebut. Pada tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.
Langkah-langkah pemelajaran kooperatif tipe STAD terdiri dari 6
langkah atau fase:
Ø Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Ø Menyajikan/menyampaikan informasi
Ø ngorganisasikan siswa dalam kelompok be;ajar
Ø Memimbing kelompok bekerja dan belajar
Ø Evaluasi
Ø Memerikan penghargaan
2.
Tim
Ahli (Jigsaw)
a.
Gambaran
umum Jigsaw
Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aroson dan
teman-teman dari Universitas Texas, dan diadopsi oleh Salvin dan teman-teman di
Universitas John Hopkins.
b.
Langkah-langkah
pembelajaran (Jigsaw)
Ø Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6
orang)
Ø Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang
telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub-bab
Ø Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan
bertanggung jawab untuk mempelajarinya
Ø Anggota dari kelompok lain yang telah memelajari sub bab yang sama
bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya
Ø Setiap anggota kelompok ahli ke kelompoknya bertugas mengajar
teman-temannya
Ø Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenal
tagihan berupa kuis individu.
3.
Investigasi
Kelompok
Langkah-langkah pelaksanaan model
investigasi kelompok meliputi 6 fase:
a.
Memilih
topik
b.
Perencanaan
kooperatif
c.
Implementasi
d.
Analisis
dan sintesis
e.
Presentasi
hasil final
f.
Evaluasi
4.
Think
Pair Share (TPS)
Strategi TPS atau berfikir
berpasangan berbagi adalah jenis pemelajaran kooperatif yang dirancang untuk
memengaruhi pola interaksi siswa.
Guru memilih menggunakan TPS untuk
membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan. Dan guru menggunakan
langkah-langkah (fase) berikut:
a.
Langkah
1: Berfikir (thinking)
Guru mengajukan suatu pertanyaan
atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan
waktu untuk berfikir sendiri jawaban atau masalah.
b.
Langkah
2: Berpasangan (pairing)
Guru meminta siswa untuk berpasangan
dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi waktu yang
disediakan dapat menyatukan jawaban suatu pertanyaan yang diajukan dan
menyatukan gagasan suatu masalah.
c.
Langkah 3: Berbagi (sharing)
Guru meminta pasangan-pasangan untuk
berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan.
5.
Number
Head Together (NHT)
Adalah jenis pembelajaran kooperatif
yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif
terhadap struktur kelas tradisional. Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh
kelas, guru menggunakan struktur empat fase dalam model NHT:
a.
Penomoran
Guru membagi siswa ke dalam kelompok
3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
b.
Mengajukan
pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan
dapat bervariasi berupa spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya kepada siswa.
c.
Berpikir
bersama
Siswa
menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan dan meyakinkan tiap anggota
dalam timnya mengetahui jawaban tim.
d.
Menjawab
Guru memanggil
suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan
tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.[7]
c. Karakteristik dan
Prinsip-Prinsip SPK (Strategi Pembelajaran Kooperatif)
1.
Karakteristik
SPK (Strategi Pembelajaran Kooperatif)
Ø Pembelajaran secara tim
Ø Didasarkan pada manajemen kooperatif
Ø Kemauan untuk bekerjasama
Ø Keterampilan bekerjasama
2.
Prinsip-Prinsip
Pembelajaran Kooperatif
Ø Prinsip ketergantungan positif (Positive interdependence)
Ø Tanggungjawab perseorangan (individual accountability)
Ø Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction)
Ø Partisipasi dan komunikasi (participation communication)
3.
Prosedur
Pembelajaran Kooperatif
Ø Penjelasan materi
Ø Belajar dalam kelompok
Ø Penilaian
Ø Pengakuan tim
4.
Keunggulan
dan kelemahan SPK (Strategi Pembelajaran Kooperatif)
a.
Keunggulan
SPK
Ø Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat
menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari
berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
Ø Dapat mengembangkan kemampuan mengungkap ide atau gagasan dengan
kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
Ø Dapat membantu anak untuk respek kepada orang lain dan menyadari
akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
Ø Dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih
bertanggungjawab dalam belajar.
Ø Suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi
akademik sekaligus kemapuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri,
hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain.
Ø Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan
pemahamannya sendiri, menerima umpan balik.
Ø Dapat meningkatkan kemampuan
siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil)
Ø Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi
dan memberikan rangsangan untuk berpikir.
b.
Keterbatasan
SPK
Ø Untuk memahami dan mengerti filosofis SPK memang butuh waktu
Ø Apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai
oleh siswa.
Ø Penilaian yang diberikan dalam SPK didasarkan kepada hasil kerja
kelompok.
Ø Keberhasilan SPK dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok
memerlukan periode waktu yang cukup panjang. Dan hal ini tidak mengkin dapat
tercapai hanya dengan satu kali atau sesekali penerapan strategi ini.[8]
2.
Problem-Based Learning
a.
Ruang Lingkup Problem Based Learning
1.
Masalah
Pembelajaran
Pada
cara guru mengajar terlalu menekankan pada penguasaan informasi atau konsep pada
subjek didik yang kurang bermanfaat karena hal tersebut dikomunikasikan oleh
guru satu arah. Konsep memang penting tetapi bukan terletak pada konsep itu
sendiri. Akan tetapi terletak bagaiamana konsep itu dipahami oleh subjek didik.
2.
Tujuan
PBL
Pengajaran
berdasarakan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses
berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan
dasar maupun kompleks. Dalam pengajaran menggunakan pendekatan pembelajaran ini
dimana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun
pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir
tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.
3.
Manfaat
PBL
Menurut
Sudjana, manfaat khusus yang diperoleh dari metode Dewey adalah metode
pemecahan masalah. Tugas guru adalah membantu para siswa merumuskan
tugas-tugas, dan bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak
dipelajari dari buku, tetapi dari masalah yang ada disekitarnya.
4.
Langkah-Langkah
PBL
Ø
Memberikan
orientasi tentang permasalahannya kepada siswa
Ø
Mengorganisasikan
siswa untuk meneliti
Ø
Membantu
investigasi mandiri dan kelompok
Ø
Mengembangkan
dan mempresentasikan artefak dan exhibit
Ø
Menganalisis
dan mengevaluasi proses mengatasi masalah.[9]
b.
Beberapa Variasi Dalam Model pelaksanaan PBL
1.
Tugas-tugas
perencanaan
a.
Penetapan
tujuan
PBL dirancang
untuk mencapai tujuan-tujuan seperti keterampilan meyelidiki, memahami peran
orang dewasa, dan membantu siswa menjadi pembelajara yang mandiri.
b.
Merancang
situasi masalah
Situasi masalah
yang baik seharusnya otentik, mengandung teka-teki, dan tidak didefinisikan
secara ketat, kemungkinan kerja sama, bermakna bagi siswa dan konsisten dengan
tujuan kurikulum.
c.
Organisasi
sumber daya dan rencana logistik
Tugas
mengorganisasikan sumber daya dan merencanakan kebutuhan untuk investigasi
siswa haruslah menjadi tugas perencanaan yang utama bagi guru yang menerapkan
pemelajaran berdasarkan pemecahan masalah.
2.
Tugas
Interaktif
Ø
Orientasi
siswa pada masalah
Ø
Mengorganisasikan
siswa untuk belajar
Ø
Membantu
penyelidikan mandiri dan kelompok
Ø
Analisis
dan evaluasi proses pemecahan masalah
3.
Lingkungan
Belajar dan Tugas-tugas Manajemen
Guru harus
menyampaikan aturan, tata krama, dan sopan santun yang jelas untuk mengendalikan
tingkah laku siswa ketika mereka melakukan penyelidikan di luar kelas termasuk
di dalamnya ketika melakukan investigasi di masyarakat.
4.
Assesmen
dan Evaluasi
Assesmen kerja
dapat berupa asesmen melakukan pengamatan, asesmen merumuskan pertanyaan, dan
asesmen merumuskan sebuah hipotesa.
c.
Tahapan-tahapan SPBM (Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah)
1.
Merumuskan
masalah
2.
Menganalisis
masalah
3.
Merumuskan
hipotesis
4.
Mengumpulkan
data
5.
Pengujian
hipotesis
6.
Merumuskan
rekomendasi pemecahan masalah.[10]
d.
Keunggulan dan kelemahan SPBM
1.
Keunggulan
dari pemecahan masalah (problem solving):
a.
merupakan
teknik yang bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
b.
Dapat
menantang kemampuan siswa serta memerikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan
baru bagi siswa.
c.
Dapat
meningkatkan aktivitas pemelajaran siswa
d.
Dapat
membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah
dalam kehidupan nyata
e.
Dapat
membantu siwa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab
dalam pembelajaran yang mereka lakukan
f.
Bisa
memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran
g.
Dianggap
lebih menyenangkan dan disukai siswa
h.
Dapat
mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan
mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru
i.
Dapat
memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka
miliki dalam dunia nyata.
j.
Dapat
mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar
pada pendidikan formal telah berakhir.
2.
Kelemahan
dari pemecahan masalah (problem solving)
a.
Manakala
siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang
dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk
mencoba.
b.
Keberhasilan
strategi pembelajaran mulalui problem solving membutuhkan cukup waktu
untuk persiapan.
c.
Tanpa
pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang
dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.[11]
BAB III
PENUTUP
Pembelajaran yang
berpusat pada siswa memang memusatkan perhatian dalam pembelajaran hanya kepada
siswa. Guru sebagai pendamping dalam model pembelajaran ini. Dan model
pembelajaran yang berpusat pada siswa ini memiliki dua jenis model, yaitu :
a.
Pembelajaran
Kooperatif ( Cooperative Learning )
Cooperative learning merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja
secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Cooperative learning disusun
dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa
dalam pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama
siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi, dalam cooperative learning siswa
berperan ganda, yaitu sebagai siswa atau sebagai guru.
b.
Pengajaran
Berdasarkan Masalah (Problem Based
Instruction)
Adapun Ciri Khusus Pengajaran Berdasarkan Masalah:
v Pengajuan pertanyaan atau masalah
v Berfokus pada keterkaitan antar disiplin
v Penyelidikan
autentik
v Menghasilkan produk dan memamerkannya
v Kolaborasi
DAFTAR PUSTAKA
Dananjaya,
Utomo. Media Pembelajaran Aktif. 2012. Bandung: Nuansa.
Hamalik,
Oemar. Proses Belajar Mengajar.
2013. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Munir. Kurikulum
Berbasis TIK. 2008. Bandung:
Alfabeta.
Mustakim, Zaenal.
Strategi dan Metode Pembelajaran. 2013. Pekalongan: STAIN Pekalongan
Press.
Sanjaya, Wina. Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. 2007. Jakarta:
Kencana.
[1]
Munir, Kurikulum Berbasis TIK (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 80-81.
[2]
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013)
hlm. 201.
[3]
Utomo Dananjaya, Media Pembelajaran Aktif, Cet. Ke. III (Bandung:
Nuansa, 2012), hlm. 25.
[4]Ibid,
hlm. 27-28.
[5]
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
cet. ke II (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 135.
[6]
Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran (Pekalongan: STAIN
Pekalongan Press, 2013), hlm. 277-280.
[7]
Ibid, hlm. 280-287.
[8]
Ibid, hlm. 287-292.
[9]
Ibid, hlm. 293-295.
[10]
Ibid, hlm. 295-297.
[11]
Ibid, hlm. 298-299.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar