MASJID
SEBAGAI PUSAT ILMU PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN
Mata
Kuliah : Hadits Tarbawi II
Oleh:
Chamzah (2021213058)
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2015
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmaanirrohim, dengan
memanjatkan puji dan syukurkehadirat Allah Swt, Alhamdulillah penulis dapat
menyelesaikan pembuatan makalah ini, yang semula merupakan tulisan dari
beberapa buku. Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada baginda rasul
Muhammad Saw beserta keluarga dan para shahabatnya.
Makalah yang berjudul Masjid sebagai Pusat Ilmu Pendidikan dan Ilmu
Pengetahuan yang disusun oleh Chamzah, merupakan sebuah tulisan yang
berorientasi kepada kurikulum jurusab Tarbiyah STAIN PEKALONGAN dalam mata
kuliah Hadits Tarbawi II.
Makalah ini mencoba mengungkapkan
bagaimana peran masjid dalam pendidikan dan pengetahuan. Meskipun dalam hal ini
penulis menyadari betul akan kekurangan-kekurangannya. Karenanya, saran dan
masukan yang konstruktif dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya mudah-mudahan usaha yang
kecil ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Amin!
Pekalongan,
20 februari 2015
Chamzah
BAB I
PENDAHULUAN
Secara harfiah masjid di artikan
sebagai tempat duduk atau setiap tempat yang di pergunakan untuk beribadah.
Masjid juga berarti “Tempat Shalat Berjama’ah” atau tempay shalat untuk umum
(orang banyak). Masjid memegang peranan penting dalam penyelenggaraan
pendidikan islam, karena itu masjid atau surau merupakan sarana yang pokok dan
mutlak keperluannya bagiperkembangan masyarakat Islam.
Disamping tempat beribadah,
merupakan satu syi’ar yang melambangkan wujudnya masyarakat Islam dan perpaduan
Ummah. Justru itu kita semua seharusnya menghayati fungsi serta peranan masjid
sebagai pusat ilmu pendidikan dan ilmu pengetahuan. Tingginya kemuliaan masjid
dapat digambarkan daripada tindakan Rasullloh Saw itu sendiri.
Masjid memegang peran penting dalam penyelenggaraan
pendidikan Islam, karena itu masjid merupakan sarana yang pokok dan mutlak
leperluannya bagi perkembangan masyarakat Islam. Maka di Makalah ini akan
membahas tentang peranan masjid sebagai pusat ilmu pendidikan dan ilmu
pengetahuan prespektif hadits.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Masjid
Pusat Ilmu pendidikan
Al-Abdi dalam bukunya “Almadlehal” menyatakan bahwa
masjid merupakan tempat terbaik untuk kegiatan pendidikan. Dengan menjadikan
lembaga pendidikan dalam masjid akan terlihat hidupnya sunah-sunah islam,
menghilangkan bid’ah-bid’ah, mengembangkan hukum-hukum Tuhan, serta
menghilangnya stratifikasi rasa dan status ekonomi dalam pendidikan. Maka
dengan demikian masjid sudah merupakan lembaga kedua setelah keluarga.[1]
Oleh sebab itu implikasi masjid sebagai lembaga
pendidikan Islam ialah:
1. Mendidik
anak untuk tetap beribadah kepada Allah Swt.
2. Menanamkan
rasa cinta kepada ilmu pengetahuan, dan menanamkan solidaritas social, serta
menyadarkan hak-hak dan kewajibannya sebagai insane pribadi, social dan warga
Negara.
3. Member
rasa ketentraman, kekuatan, dan kemakmuran potensi-potensi rohani manusia
melalui pendidikan kesabaran, keberanian, kesadaran, perenungan, optimism, dan
pengadaan penelitian.[2]
B.
Hadits
Masjid Pusat Ilmu Pengetahuan
سَمِعْتُ أَبِي بُرَيْدَةَ يَقُولُ كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُنَا إِذْ جَاءَ
الْحَسَنُ وَالْحُسَيْنُ عَلَيْهِمَا قَمِيصَانِ أَحْمَرَانِ يَمْشِيَانِ
وَيَعْثُرَانِ فَنَزَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ الْمِنْبَرِ
فَحَمَلَهُمَا وَوَضَعَهُمَا بَيْنَ يَدَيْهِ ثُمَّ قَالَ صَدَقَ اللَّه{ إِنَّمَا
أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ }فَنَظَرْتُ إِلَى هَذَيْنِ
الصَّبِيَّيْنِ يَمْشِيَانِ وَيَعْثُرَانِ فَلَمْ أَصْبِرْ حَتَّى قَطَعْتُ
حَدِيثِي وَرَفَعْتُهُمَا قَالَ أَبُو عِيسَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ
غَرِيبٌ إِنَّمَا نَعْرِفُهُ مِنْ حَدِيثِ الحسين بْنِ وَاقِدٍ[3]
Terjemahan :
“Abi
Buraidah berkata: Bahwasannya Rasululloh Saw. Berkhutbah kepada kita ketika
datang Hasan dan Husain, keduannya memakai baju gamis berwarna merah, keduanya
berjalan dan keduanya jatuh
maka Rasululloh turun dari mimbar maka beliau mengangkat mereka (Hasan dan
Husain), dan menggendong di antara kedua tangannya, kemudian bersabda “Maha
benar Allah, Sesungguhnya harta kalian dan anak kalian adalah Fitnah”. Maka
saya melihat kedua anak kecil ini (Hasan dan Husain) keduannya berjalan dan
jatuh, kemudian saya tidak sabar (Nabi) sehingga saya memotong perkataaan saya
dan mengangkat keduanya”.
C.
Mufrodat
أَبِي بُرَيْدَةَ يَقُولُ
(Abu Buraidah
berkata)
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُنَا (Rasululloh Saw berkhutbah kepada kami)
إِذْ جَاءَ الْحَسَنُ وَالْحُسَيْنُ (Ketika datang hasan dan husain)
عَلَيْهِمَا (Keduanya)
قَمِيصَانِ أَحْمَرَانِ (Memakai gamis merah)
يَمْشِيَانِ وَيَعْثُرَانِ (Mereka berjalan dan kemudian jatuh)
فَنَزَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (Maka Rasululloh Saw turun)
مِنْ الْمِنْبَرِ (Dari mimbar)
فَحَمَلَهُمَا وَوَضَعَهُمَا (Mengangkat
mereka dan menggendong)
بَيْنَ يَدَيْهِ (Diantara kedua tangan beliau)
قَالَ صَدَقَ اللَّه (Maka beliau bersabda Maha benar Allah)
إِنَّمَا
أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ (Sesungguhnya harta dan anakmu adalah fitnah)
فَنَظَرْتُ إِلَى هَذَيْنِ الصَّبِيَّيْنِ (Maka aku melihat ada kedua anak kecil ini)
يَمْشِيَانِ وَيَعْثُرَانِ (Mereka berjalan dan terjatuh)
فَلَمْ أَصْبِرْ حَتَّى قَطَعْتُ
حَدِيثِي
(Maka aku tidak sabar hingga aku memotong
khutbahku)
وَرَفَعْتُهُمَا (Dan mengangkat mereka)
D.
Biografi
Buraidah
buraidah
atau yang lebih dikenal dengan Buraidah bin Hashib Al-Aslamy. Nama aslinya
adalah Amar Bani Aslamy. Buraidah adalah nama laqab (panggilan).[4]
Ia menetap di daerah Bashrah. Beliau meriwayatkan hadits kepada Abdullah
bin maula serta kedua anaknya yaitu Sulaiman bin Buraidah dan Abdullah. Pada
beberapa riwayat beliau disebut Abi Buraidah karena dirwayatkan oleh anaknya
sendiri baik Abdullah maupun Sulaiman.[5]
E.
Keterangan
Hadits
Dan keduanya terjatuh
(Hasan dan Husein) ketanah karena mereka masih kecil dan fisiknya masih lemah, sesungguhnya harta dan
anak-anak itu fitnah, yang merupakan ujian dan bencana dari Allah bagi
mahluknya untuk mengetahui siapa yang taat dan siapa yang ingkar. Maka saya
tidak sabar, untuk menunjukkan kasih sayang kepada keduanya, sehingga saya
memotongkan (perkataan disaat khutbah).[6]
F.
Aspek
Tarbawi
Banyak sekali
petunjuk-petunjuk Rasululloh Saw, tentang perlunya umat Islam menguasai Ilmu
Pengetahuan. Peranan masjid sebagai pusat-pusat untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dapat dibaca dalam buku Tarikh tentang perkembangan islam; baik di
Baghdad, di Mesir atau di tempat-tempat lain dikota-kota yang berperan sebagai
pusat pengembangan Islam dahulu. Sekarang pun di masjid Nabawi kita temukan
halaqah oleh imam-imam masjid Nabawi dan dilakukan ehabis Maghrib hingga dating
waktu Isya’. Mereka duduk berkelompok-kelompok dengan tiap kelompok di bina
oleh seorang Ulama yang duduk di atas kursi dengan masing-masing keahlian dari
berbagai macam disiplin ilmu. Seperti: Ilmu Hadits, Ilmu Tafsir, Ilmmu Fiqh,
dan sebagainya. Sewaktu penulis kembali dan kelilinng Eropa dan Umroh, sempat
tinggal beberapa hari di Madinah dan
kami sangat tertarik dengan metode mengajar para ulama tersebut. Sayangnya
keterbatasan ilmu penulis tentang bahasa Arab menyebabkan tidak banyak yang
dapat penulis peroleh dari system pendidikan tersebut.[7]
Kalau di tinjau dengan
teliti awalnya pendidikan Islam termasuk senagai kegiatan memakmurkan masjid
dan ini sesuai dengan prinsip denga prinsip yang dianut oleh umat Islam bahwa
ilmu itu datangnya dari Allah Swt karena itu masjid lebih utama digunakan untuk
mencari ilmu pengetahuan. [8]
Masjid dan Jami’ berfungsi sebagai sekolah menengah dan
oerguruan tinggi dalam waktu yang sama. Sebenarnya masjid pada pertama kalinya
merupakan tempat untuk pendidikan dasar, akan tetapi orang-orang islam
berpendapat lebih baik memisahkan pendidikan anak-anak pada tempat yang
tertentu kemudiannya demi menjaga kehormatan masjid dari keributan anak-anak
dan karena mereka belum mampu menjaga kebersihan.
Masjid telah
mendampingi kehidupan Islam, maka dari itu masjid telah didirikan semenjak
lahirnya Islam, dan ia telah merupakan sentral kehidupan batin, otak, dan
politik kerajaan di seluruh pelosok bumi Islam, demikian pula ia telah
digunakan sebagai tempat pengadilan dan tempat bermusyawarah untuk bertukar
pendapat dan untuk mengurus persoalan-persoalan kaum muslimin, baik yang
merupakan masalah khusus atau yang umum, karena orang-orang Islam tidak
memisahkan di antara urusan duniadengan urusan-urusan agama mereka. Dari karena
itu masjid mempunyai hubungan yang erat dengan segala segi kehidupan Islam
dalam bentuk materi dan ma’nawi.[9]
BAB III
PENUTUP
Masjid adalah tempat
beribadah bagi umat muslim, masjid artinya tempat sujud. Selain tempat untuk
beribadah, masjid juga merupakan tempat kehidupan komunitas muslim, seperti
berdiskusi, kajian agama, belajar, dan membaca Al-Qur’an seringkali
dilaksanakan di Masjid. Bahkan dalam sejarah Islam, masjid turut memegang
peranan dalam aktivitas social kemasyarakatan. Keberadaan masjid pada umumnya
merupakan salah satu perwujudan aspirasi umat islam sebagai tempat ibadah yang
menduduki fungsi sentral. Mengingat fungsinya
yang strategis, maka perlu dibina sebaik-baiknya baik dari segi fisik maupun
segi kegiatan pemakmurannya. Melalui pemahamannya, muncul sebuah keyakinan
bahwa masjid menjadi pusat dan sumber peradaban Islam. Melalui masjid pula,
kaderisasi generasi muda dapat dilakukan melalui proses pendidikan Islam untuk
pencapaian kemajuan. Sehingga pendidikan agama tidak cenderung mengedepankan
aspek kognisi (pemikiran) saja, melainkan ada aspek afeksi (rasa) dan
psikomotorik (tingkah laku).
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jahra
Ta’dil, Juz 2.
Fahmi, Asma Hasan. 1979. Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, Cet. 1. Yogyakarta : Bulan Bintang.
Hasbullah. 1999. Sejarah
Pendidikan Islam di Indonesia, Cet. 3. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Sunan Tirmidzi, Juz 12.
Supardi & Teuku Amiruddin. 2001. Managemen Masjid Dalam Pembangunan
Masyarakat Optimalisme Peran & Fungsi Masjid. Yogyakarta : UII Press.
Tahdzibul Kamal, Juz 35.
Tuhfatul Akhwadzy, Juz 9.
DATA
DIRI PENULIS
Nama : Chamzah
TTL : Batang, 30 Juli 1995
Alamat :
Depok Kandeman Batang
Sekolah
: STAIN (Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri) Pekalongan.
[1] Hasbullah,
Sejarah Pendidikan Islam Di Indonesia,
Cet. 3 (Jakarta : PT RajaGrafindo
Persada, 1999), hlm. 132
[3] Sunan Tirmidzi, Juz 12 hal. 244
[5] Al-Jahra Ta’dil Juz 2, hlm. 424
[6] Tuhfatul Akhwadzy Juz 9, hlm. 191
[7] Supardi & Teuku
Amiruddin, Managemen Masjid Dalam
Pembangunan Masyarakat Optimalisme Peran & Fungsi MAsjid, (Yogyakarta :
UII Press, 2001), hlm. 133
[8] Ibid, hlm. 133
[9] Asma Hasan Fahmi, Sejarah Dan Filsafat Pendidikan Islam, Cet.
1 (Jakarta : Bulan Bintang, 1979). Hlm. 33-34
Tidak ada komentar:
Posting Komentar