PERADABAN ISLAM
DINASTI-DINASTI LAIN DI DUNIA ISLAM
II
Nadia Umi Salama
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2015
KATA
PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan taufiq, hidayah dan inayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Peradaban Islam Dinasti-Dinasti lain
di Dunia Islam II”. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada
Nabi Muhammad Saw, sahabatnya, keluarganya, serta segala umatnya hingga yaumil
akhir.
Makalah ini disusun guna menambah
wawasan pengetahuan mengenai Dinasti-dinasti lain yang ada di dunia islam II,
yang berguna bagi umat muslim. Makalah ini disajikan sebagai bahan materi dalam
diskusi mata kuliah Sejarah Peradaban Islam STAIN Pekalongan.
Penulis menyadari bahwa kemampuan
dalam penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna. Penulis sudah berusaha dan
mencoba mengembangkan dari beberapa referensi mengenai sumber ajaran islam yang
saling berkaitan. Apabila dalam penulisan makalah ini ada kekurangan dan
kesalahan baik dalam penulisan dan pembahasannya maka penulis dengan senang
hati menerima kritik dan saran dari pembaca.
Akhir kata, semoga makalah yang
sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca yang budiman. Amin yaa
robbal ‘alamin.
Pekalongan, 23 September 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar............................................................................................... i
Daftar Isi........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.................................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah.............................................................................. 1
C.
Tujuan Penulisan............................................................................... 2
D.
Metode Penulisan Makalah................................................................ 2
E.
Sistematika Penulisa Makalah........................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Dinasti
Buwaihi..................................................................................
3
B.
Dinasti
Murrobitun..............................................................................5
C.
Dinasti
Saljuk......................................................................................8
D.
Dinasti Muwahhidun...........................................................................9
E.
Dinasti
Ayubbiya................................................................................10
F.
Dinasti
Delhi.......................................................................................12
G.
Dinasti
Mamluk..................................................................................12
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN............................................................................................
15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam sejarah
islam ,pra penguasa sebagaimana telah dijelaskan dalam bab-bab-bab sebelum
ini,setelah masa kekuasaan khulafaur rasyidin,digantikan oleh para penguasa
yang membentuk kekuasaan dengan sistem kekuasaan kekeluargaan atau dinasti.
Dimulai dari kekuasaan Muawiyah yang membentuk Dinasti Umayyah, maka sistem
pemerintahan yang bersifat demokrasi berubah menjadi monarchi hereditis
(kerajaan turun-menurun). Kekhalifaan Muawiyyah diperoleh melalui kekerasan dan
diplomasi, tidak dengan pemilihan atau suara terbanyak . Suksesi kepemimpinan
secara turun-temurun dimulai ketika Muawiyyah mewajibkan seluruh rakyatnya
untuk menyatakan setia terhadap anaknya, Yazid yang kelak menggantikannya.
Dinasti-dinasti yang berkuasa setelah khulafaur rasyidin adalah Dinasti
Umayyah, Dinasti Abbasiyah, Dinasti Umayyah di Andalusia, Dinasti Safawiyah,
Dinasti Usmani di Turki ,Dinasti Mongol Islam di India, dan beberapa dinasti
lain yang bekuasa d beberapa belahan dunia islam.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis
merumuskan beberapa masalah sebagai acuan untuk terfokusnya kajian makalah ini.
Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:
1. Dinasti Buwaihi?
2. Dinasti Murrobitun?
3. Dinasti Saljuk?
4. Dinasti Muwahhidun?
5. Dinasti Ayubbiya?
6. Dinasti Delhi?
7. Dinasti Mamluk?
C. Tujuan
Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa
dapat mengetahui tentang Peradaban Islam Dinasti-Dinasti lain di
Dunia Islam II
2.
Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat mengetahui tentang.
-
Dinasti Buwaihi.
-
Dinasti Murrobitun.
-
Dinasti Saljuk.
-
Dinasti Muwahhidun.
-
Dinasti Ayubbiya.
-
Dinasti Delhi.
-
Dinasti Mamluk.
D. Metode Penulisan Makalah
Metode pemecahan masalah yang kami lakukan adalah
melalui studi literatur/metode kajian pustaka, yaitu dengan menggunakan beberapa
referensi buku atau dari referensi lainnya yang merujuk pada permasalahan yang
dibahas. Langkah-langkah pemecahan masalahnya kami mulai dengan menetukan
masalah yang akan kami bahas dengan melakukan perumusan masalah, melakukan
langkah-langkah pengkajian masalah, penentuan tujuan dan sasaran, perumusan
jawaban permasalahan dari berbagai sumber, dan penyintesisan serta
pengorganisasian jawaban permasalahan.
E. Sistematika Penulisan Makalah
Makalah ini ditulis dalam tiga bagian, meliputi: Bab
I, bagian pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penulisan, metode pemecahan masalah, dan sistematika penulisan
makalah; Bab II, adalah pembahasan; Bab III, bagian penutup yang terdiri dari
simpulan dan saran-saran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Dinasti
Buwaihi (333H/945 M-447H/1055 M)
Wilayah kekuasaan
Dinasti Buwaihi meliputi Irak dan iran. Dinasti ini dibangun oleh tiga
bersaudara , yaitu Ali bin Buwaihi, Hasan bin Buwaihi, dan Ahmad bin Buwaihi .
Perjalanan Dinasti Buawihi dapat dibagi dalam dua periode. Periode pertama
merupakan periode pertumbuhan dan konsolidasi, sedangkan periode kedua adalah
periode defensif, khususnya di wilayah Irak dan Iran Tengah. Dinasti Buwaihi
mengalami perkembangan pesat ketika Dinasti Abbasiyah di Baghdad mulai melemah.
Dinasti Buwaihi mengalami kemunduran dengan adanya pengaruh Tugril Beg dari
Dinasti Saljuk. Peninggalan dinasti ini antara lain berupa observatorium di
Baghdad dan sejumlah perpustakaan di Syiraz, Ar-Rayy, dan Isfahan ( Iran).[1]
a. Raja-raja
Berkuasa
1)
Mu’izz al-Daulah (945-967M)
2)
‘Izz al-Daulah (967-978M)
3)
‘Adhud al-Daulah (978-983M)
4)
Shamsham al-Daulah (983-987M)
5)
Syaraf al-Daulah (987-989M)
6)
Baha’ al-Daulah (9889-1012M)
7)
Sulthan al-Daulah (1012-1020M)
8)
Musharif al-Daulah (1020-1025M)
9)
Jajal al-Daulah (1025-1044M)
10)
Imaduddin Abu Kalijar (1044-1048M)
11)
Al-Malik ar-Rahim (1048-1055M)
b. Masa
Kejayaan dan Hasil Peradaban.
Dinasti Buwaihiyah mencapai masa
kejayaan pada pemerintahan ‘Adhud al-Daulah, putra Rukn al-Daulah (Hasan).
Hasil peradaban yang telah dicapai antara lain:
1)
Bidang Ilmu
Pengetahuan.
Khalifah
al-Adhuh memperlihatkan dukungannya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan
sastra yang diikuti oleh putranya, Syaraf al-Daulah. Ilmuwan islam yang muncul
antara lain ibn Maskawaih, Abu al-A’la al-Ma’ari, Abd al-Rahman al-Shufi dan
kelompok Ikhwan al-Shafa. Selain itu,
muncul juga al-Farabi dan ibn Sina. Ikhwan al-Shafa berkembang pesat yang mengamalkan berbagai falsafah dan hikmah.
2)
Bidang
Pembangunan.
Kanal-kanal,
masjid, sekolah, rumah sakit, lembaga penyantun dan observatorium. Baha’ al-Daulah bersama
wazirnya bernama Sabur ibn Ardasyir membangun
sebuah akademi di Baghdad lengkap
dengan perpustakaan yang menyimpan 10.000 buku, yang pernah digunakan penyair Suriah, al-Ma’ari ketika masih belajar di kota itu.
Pembangunan rumah sakit Bimariistan al-Adhudi memiliki 24 tenaga
medis dan rumah sakit dijadikan pusat studi kedokteran. Rumah
sakit ini didirikan pada tahun 978
M yang menelan biaya 100.000
dinar. Selain itu, di Baghdad mereka melestarikan istana meggah dan menyebutnya dengan nama Dar al-Mamlakah
(kampung kerajaan). Baghdad bukan lagi
pusat dunia muslim tetapi sudah internasional. Bangunan lainnya adalah rumah suci (masyhad) diatas makam yang dianggap makam Ali.
3)
‘Adhud al-Daulah berhasil mempersatukan beberapa
wilayah kerajaan kecil di Persia dan Irak.
c. Masa
Kehancuran
Ada
dua faktor yang menyebabkan hancurnya Dinasti Buwaihiyah yaitu faktor internal
dan eksternal.
Ø Faktor
Internal
Antara
lain perbuatan kekuasaan di kalangan keturunan bani Buwaihiyah dan pertentangan
dalam tubuh militer antara golongan Dailam dan keturunan Turki. Perpecahan yang
terjadi dikalangan anak cucuk penguasa membawa pada peperangan diantara mereka
sendiri seterusnya mengancam kekuatan
mereka. Peperangan-peperangan tersebut mebuka jalan kearah munculnya
kekuatan lain yang memisahkan diri dari kekuasaan antara Baha’ Syaraf
dan saudara ketiga mereka Shamsham
al-Daulah.
Ø Faktor
Eksternal
Antara
lain semakin gencarnya serangan-serangan Byzantium ke dunia Islam, semakin
banyaknya dinasti-dinasti kecil (Fatimiyah, Ikhsyidah, Hamdaniyah dan
Ghaznawiyah) yang membebaskan diri dari kekuasaan di Baghdad dan serangan dari
Dinasti Seljuk. Kenyataan bahwa Buwaihiyah yang cenderung syiah sangatlah dibenci oleh orang Baghdad yang sunni. Hal ini menjadi sebab penting runtuhnya Dinasti Buwaihiyah. Pada tahun 1055 M, Tughril Bek, raja dari dinasti
saljuk memasukki baghdad menyerah dan mengakhiri riwayat kekuasaan dinasti buwaihiyah. Raja terakhir dari dinasti ini di irak, al-malik
al-rahim (raja pengasih, 1048-1055) mengakhiri hidupnya dalam penjara.[2]
B.
Dinasti
Al-Murabitun.(448H/1056M-541H/1147M).
Murabbitun adalah salah satu dinasti Islam yang berkuasa di
maghribi. Nama murabbitun berkaitan erat dengan nama tempat tinggal mereka (
ribat, semacam madrasah ).mereka biasah juga diberi sebutan al-mulassimun (
memakai kerudung sampai menutup wajah). Asal usul dinasti dari lemtuna, salah
satu puak dari suku senhaja. Berawal dari 1000 anggota pejuang. Diantara
kegiatan mereka adalah menyebarkan agama islam dengan mengajak suku-suku lain
menganut agama islam seperti mereka anut. Mereka mengambil ajaran mazhab secara
ketat. Wilayah mereka meliputi Afrika Barat daya dan Andalus. Pada mulanya
merupakan gerakan keagamaan yang kemudian berkembang menjadi gerakan religio
militer.
Sekitar abad V H/ XI M salah seorang pemimpin mereka, yahya bin
ibrahim, melaksanakan ibadah haji. Di tanah suci ia menyadari bahwa pengikutnya
masih awam terhadap ilmu agama. Untuk meningkatkan pengetahuan keagamaan mereka
dicarilah seorang yang sanggup melaksanakan tuas tersebut. Yahya bertemu dengan
abdullah ibn yasin, guru mazhab maliki, yang bersedia mengemban tugas tersebut.
Dinasti Murabbitun memegang kekuasaan selma kurang lebih 90 tahun dengan enam orang penguasa, yaitu
Abu Bakar ibn Umar, Yusuf ib Tasyfin, Ali ibn Yusuf, Tasyfin ibn Ali, Ibrahim
ibn Tasyfin, dan Ishak ibn Ali.
Menjelang pertegahan abad XII Murabbitun mulai retak. Di Spanyol
Muluk al-Thawaif menolak kekuasaannya. Di Maroko sebuah gerakan keagamaan (
Muwahidun) mulai mengingkari.
Kelemahan kemudian kehancuran
dinasti ini disebabkan oleh:
1)
Lemahnya
disiplin tentara dan merajalelanya korupsi meahirkan disintegrasi.
2)
Berubahnya
watak keras pembawaan Barbar menjadi lemah ketika memasuki kehidupan Maroko dan
andalus yang mewah
3)
Mereka
memasuki Andalus ketika kecamerlangan itelektual kalangan Arab telah mengganti
kesenangan berperang
4)
Kontak
dengan peradaban yang sedang menurun dan tidak siap mengadakan asimilasi
5)
Dikalahkan
oleh dinasti dari rumpun keluarganya sendiri, al-Muwahidun.
Adapun peranan dari Murabbitun adalah:
Di
Afrika utara sejak abad VII-X M bangsa Babar menganut paham khawarij, syi’ah,
sunni, dan sufi. Namun sesudah abad XII M Islam slaf yang dikembangkan oleh
Murrabitun memegang peranan penting mempersatukan bangsa Barbar dalam satu
kesatuan.
Daulah
Murabbitun yang pertama membuat Dinar memakai huruf Arab dengan tulisan Amir
al-Mukminin dibagian depan mencontoh uang Abbasiyah dan bertuliskan kalimat
iman dibagian belakang. Pembuatan uang ini dicontoh oleh Alfonso VIII (
1158-1214) dengan kalimat Amir al-Qotiliqun dibagian depan dan imam al-Bi’ah
al-Masihiyah pada bagian belakang.[3]
Masa
Kemunduran dan Kehancuran Murabitun
Masa-masa
kejayaan murabitun memang terletak pada dua orang Yusufbin Tasyfin dan
awal kekuasaan Ali bin Yusuf. Namun
setelah disibukkan dengan penumpasan terhadap pemberontakan yang tiada
henti-hentinya akhirnya kekuasaan Ali bin Yusuf semakin hari semakin melemah
yang membawanya kepada kemunduran dan kehancuran dinasti murabitun.
Jika
dilakukan analisis terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan kemunduran
dan kehancuran murabitun yaitu :
1. Faktor
Internal
Antara
lain adalah figur penguasa yang lemah. Ali bin Yusuf sebenarnya pada masa awal kekuasaannya memperlihatkan keberhasilannya, tetapi
lambat laun semakin menunjukkan gejala kelemahannya, lebih-lebih
para penguasa sesudahnya.
Ketika kejayaan di dunia islam melimpah terutama di
andalusia, semangat jihad yang semula
menjadi karakter mereka semakin hari semakin menipis bahkan lenyap.
Semetara
itu dibidang keagamaan fiqh islam mazhab maliki yang seharusnya mamppu membuka
wawasan keberagamaan umat oleh fuqaha
difahami dan dipraktekan secara
sempit dan kaku.
Lebih
parah lagi ketika para fuqaha dengan memanfaatkan
otoritas amirnya
menginsruksikan pembakaran
kitab-kitab al-ghazali khususnya ihya
ulumuddin yang tidak mereka sepakat
karena dalam beberapa hal dianggap fuqaha
dan lebih mengutamakan kaum sufi.
Tampaknya hal itu dilatari oleh kemarahan dan seperioritas dari para
fuqaha.
2. Faktor
Eksternal
Antara
lain kejatuhan murabitun diawali dengan banyaknya pemberontakan secara terus menerus baik di andalus amupun diafrika
utara, utamanya dari mereka yang
kelak berhasil membangun daulat muuwahidun.[4]
C.
Dinasti
Saljuk (469 H /1077 M- 706H/1307 M).
Saljuk adalah nama keluarga keturunan
Saljuk bin Duqaq (Tuqaq) dari suku
bangsa Guzz dari Turki yang menguasai Asia barat daya pada abad ke-11 dan
akhirnya mendirikan sebuah kekaisaran yang meliputi kawasan Mesopotamia, Suria,
Palestina dan sebagian besar Iran. Wilayah kekuasaan mereka yang demikian luas
menandaii awal kekuasaan suka bangsa Turki di kawasan Timur Tengah hoingga abad
ke-13.
Dinasti Saljuk dibagi menjadi lima
cabang , yaitu Saljuk Iran, Saljuk Irak Saljuk Kirman, Saljuk Asia Kecil dan
saljuk Suriah. Dinasti Saljuk didirikan oleh Saljuk bin Duqaq dari suku bangsa Guzz. Akan tetapi tokoh yang dipandang ,sebagai pendiri Dinasti
Saljuk yang sebenarnya adalah Tugril Beq. Ia berhasil memperluas wilayah
kekuasan Dinasti Saljuk dan mendapat pengakuan dari Dinasti Abbasiyah . Dinasti
Saljuk melemah setelah para pemimpinnya
meninggal atau ditaklukkan oleh bangsa lain. Peninggalkan dinasti ini adalah
Kizil Kule (Merana Merah ) di Alanya, Turki Selatan , yang merupakan pangkalan
pertahanan Bani Saljuk dan Masjid Jumar di Isfahan , Iran.[5]
·
Raja-raja yang
berkuasa
1) Thugril
Bek Rahimahullah (455H/1063M)
2) Alp
Arselan Rahimahullah (455-465H/1063-1072M)
3) Maliksyah
(465-485H/1072-1092M)
4) Mahmud
Al-Ghazali (485-487H/1092-1094M)
5) Barkiyaruq
(487-498H/109-1103M)
6) Maliksyah
II (498H/1103M)
7) Abu
Syuja’ Muhammad (498-511H/1103-1117M)
8) Abu
Harits Sanjar (51-522H/1117-1128M)
·
Masa Kejayaan
dan Hasil Peradaban
Masa kejayaan dinasti saljuk yaitu pada masa
pemerintahan Tughril Bek, Alp Arselan, Maliksyah, yang berhasil menaklukan
wilayah bukhara pada tahun 482H. Hasil peradaban yang telah dicapai antara
lain:
1) Madrasah
Nizamiyah.
2) Ilmu
Pengetahuan dan Agama mulai berkembang.
3) Menara
Kizil Kule (menara merah).
4) Masjid
Jumar di Isfahan, Iran.
5) Membangun
jalan-jalan, masjid-masjid dll.
·
Masa Kehancuran
Masa
kehancuran dinasti saljuk dikarenakan oleh dua faktor, yaitu:
1) Faktor
Intern
Yaitu
perang sipil, perebutan kekuasaan diantara anggota keluarga penguasa,
pemberontakan kaum Hasysyasyin dan terlepasnya dinasti-dinasti kecil dari pusat
yaitu Syahat Khawarizm, Ghuz dan Al-Ghuriyah.
2) Faktor
Ekstern
Yaitu terjadinya perang
salib. Dinasti saljuk, perang salib juga telah menyebabkan kelemahan,
kemunduran dan menuju gerbang kehancuran kerajaan.[6]
D.
Dinasti
Al-Muwahhidun (515H/1121M-667H/1269M).
Dinasti Al-Muwahhidun adalah sebuah
dinasti islam yang pernah berjaya di kawasan Afrika utara dan spanyol selama
lebih dari satu abad, yaitu sejak tahun 515 H/1121 M hingga 667 H/1269 M .
Dinasti ini didirikan pada tahun 1114 M, berdasarkan ajaran pendirinya, yakni
Muhammad bin Tumart (1080-1130), yang mana dikenal dengan sebutan Ibnu Tumart.
Dinasti Al-Muwahhidin ,yang berarti
golongan berfaham tauhid , didasarkan atas prinsip dakwah Ibnu Tumart yang
menerangi faham At-Tajsim yang menganggap bahwa tuhan mempunyai bentuk (
antropomorfisme) yang berkembang di
Afrika utara pada masa itu di bawah kekuasaan Dinasti Al-Murabitun (448 H/1056
M-541 H/1147 M) atas dasar bahwa ayat yang berkaitan dengan sifat tuhan yang
tersebut dalam Al-quran , seperti tangan tuhan , tidak dapat ditakikkan (
dijelaskan) dan harus difahami seperti
apa adanya. Menurut Ibnu Tumart, faham At-Tajsim identik dengan syirik
(menyebutkan Allah), dan orang yang menganut faham At-Tajsim adalah musyrik .[7]
E.
Dinasti
Ayyubiyah (569H/1174M-650H/1252M).
Pendiri dinasti ini Shalahuddin lahir di takriet 523 H/1137 M
meninggal 589 H/1193 M, dimasyurkan oleh bangsa Eropa dengan nama “saladin”
pahlawan perang salib, dari keluarga Ayyubiyah suku Kurdi.
Daulah fathimiyah waktu itu telah lemah tidak sanggup menghadapi
tentara salib yang hendak menguasai Dunia Islam. Rajanya Al-Adhid Li Dinillah
telah tua dan sakit, meminta bantuan kepada Nuruddin Zanki raja Syam. Nuruddin
mengutus Shalaluddin keponakannya membawa angkatan bersenjata membantu Mesir.
Dalam perjuangannya beliau berhasil sehinggga kemudian menjadi Sultan di Mesir
sebagai pendiri dinasti Ayyubiyah.
Perjuangan Shalaluddin sampai menjadi sultan dapat menjadi tiga
periode:
1)
Periode
pertama, periode berjuang di Mesir.
Beliau
muncul pertama kali sebagai prajurit biasa di Mesir pada tahun 559 H/ 1164 M
sewaktu umurnya 27 tahun. Ketika iu Nuruddin Znki, pertamanya, mengirimkan
angkatan bersenjata yang terdiri dari suku Kurdi dan turkuman dibawah pimpinan
Shirkuh dibantu oleh banyak staf komando, shalaluddin salah satunya. Tentaranya
diminta untuk menyarang tyre agar bisa mengalihakan serangan tentara salib dari
Mesir. Permintaan itu menyebabkan Nuruddin campur tangan dalam urusan Mesir dan
menjadi tahu bahwa Mesir telah lemah menghadapi tentara salib dan memberi
kesempatan kepada Shalaluddin sebagai wakil Nurudin untuk menguasai Mesir.
2)
Periode
kedua, periode menhada[i syiria ( 1174-1186 M)
Karena
kedudukannya yang teguh di Mesir, banyaklah orang yang cemburu atas kenaikan
dan kebesarannya.
3)
Periode
ketiga, periode perjuangan di palestina (1186-1193 M)
Masa
ini digunakan untuk perang suci melawan tentara salib. Kebijaksanaan
shalaluddin adalah membentuk persatuan negara Arab untuk mengusir orang salib.
Perang suci ini di sudahi dengan perjanjian tahun 1192 di ramlen dengan
syarat-syarat:
a)
Yerusalem
tetap berada di tangan umat Islam, dan umat kristen diizinkan menjalankan
ibadah ditanah suci mereka.
b)
Tentara
salib mempertahankan pantai syria dan tyre sampai jaffa.
c)
Umat
islam mengembalikan harta rampasan kristen pada umat kristen
Pada tahun 1174 shalahuddin
menguasai Mesir mendirikan dinasti ayyubiyah. Pada tahun 1181 M Malik al-shaleh
meninggal, maka shalaluddin menguasai wilayah Mesir, Syam, Mesopotania, dan
Yaman. Dinasti ini berkuasa selama 90 tahun, mempunyai sepuluh orang sultan:
1.
Shalahuddin
Yusuf (1174-1193 M)
2.
Al-Aziz
ibn Shalahudin (1193-1198 M)
3.
Manshur
ibn al-Aziz (1198-1199 M)
4.
Al-Adil
I Ahmad ibn Ayyub ( 1199-1218 M)
5.
Al-Kamil
I ( 1218-1238 M)
6.
Al-Adil
II ( 1238-1240 M)
7.
Sholeh
Najmuddin (1240-1249 M)
8.
Muazzham
Tauran ibn Sholeh 9 1249-1249 M)
9.
Syajarat
al-Durr istri Malik Sholeh ( 1249-1249 M)
10.
Asyraf
ibn Yusuf (1249-1250 M)
Dengan
demikian Shalahudin mempunyai da tugas utama, sebagai seorang negarawan yang
berhasil mendirikan dinasti Ayyubiyah dan seorang panglima perang salib yang
berhasil mengalahkan tantara salib.[8]
F.
Dinasti
Delhi (602H/1206M-962H/1555M).
Dinasti Delhi terletak di india Utara. Dinasti
Delhi mengalami Lima kali pergantian kepemimpinan yaitu Dinasti Mamluk ,
Dinasti Khalji, Dinasti Tuglug, Dinasti Sayid, dan Dinasti Lody. Pada periode
pertama, Delhi dipimpin Dinasti Mamluk selama
84 tahun. Mamluk merupakan keturunan Qutbuddin Aybak , seorang budak
dari Turki. Dinasti Khlji dari Afgahanistan memerintah selama 30 tahun. Dinasti
Tugluq memerintah sampai 93 tahun, sedangkan Dinasti Sayid selama 37 tahun .
Penguasa Dinasti Delhi antara lain adalah Masjid Kuwat Al-islam dan Qutub Minar
yang berupa manara di Lalkot, Delhi ( India ).[9]
G.
Dinasti
Mamluk Mesir ( 648H/1250M-923H/1517M).
Dinasti Mamluk berasal dari golongan hamba
atau yang dimiliki para sultan dan amir, yang di didik secara militer oleh tuan
mereka. Dalam sejarah islam, raja-raja yang berasal dari budak ini di sebut
Mamalik, atau oleh literatur Barat disebut dengan Mamluk.
Dinasti Mamluk memilki wilayah kekuasaan
di Mesir dan Suriah. Dinasti Mamluk berasal dari golongan hamba yang dimiliki
oleh para sultan dan amir , yang dididik secara militer oleh tuan mereka.
Dinasti Mamluk yang memerintah di Mesir dibagi dua, yaitu Mamluk Bahri dan Mamluk Burji. Sultan
pertama Dinasti Mamluk Bahri yang terkenal antara lain adalah Qutus,
Baybars,Qalawun, dan Nasir Muhammad bin Qalawun . Baybars adalah sultan Dinasti
Mamluk Bahri yang berhasil membangun pemerintahan yang kuat dan berkuasa selama
17 tahun. Dinasti mamluk Burji kemudian mengambil alih pemerintahan dengan
menggulingkan sultan Mamluk Bahri terakhir
, As-salih Hajji bin SyA’BAN . Sultan Pertama penguasa Dinasti Mamluk
Burji adalah Barquq (784 H/1382 m-801 h/1399 m). Dinasti Mamluk Mesir
memberikan sumbangan besar bagi sejarah islam dengan mengalahkan kelompok
Nasrani Eropa yang menyerang Syam (Syiria), selain itu Dinasti Mamluk Mesir
berhasil mengalahkan Bangsa Monggol, merebut dan mengislamkan Kerajaan Nubia (
Ethiopia), serta menguasai pulauCyprus dan Rhodes. Dinasti Mamluk Mesir
berakhir setelah Al-Asyras Tuman Bai, sultan terakhir dihukum gantung oleh
pasukan Usmani Turki, Peninggalan Dinasti Mamluk antara lain berupa Masjid
Rifa’i Mausoleum Qalawun , dan masjid Sultan Hassan Di Kairo.
A.
Sejarah
Berdirinya Dinasti Mamluk di Mesir
Golongan budak yang menjadi
cikal bakal berdirinya dinasti Mamluk adalah para budak yang dimiiki para
sultan dan amir pada masa kesultanan Bani Ayyub. Para budak ini berasal dari
Asia kecil, Persia, Turkistan, dan Asia Tengah. Mereka terdiri dari suku-suku
bangsa Turki, Rusia, Kurdi, Syracuse, dan bagian kecil dari bangsa Eropa.
Pada
mulanya mereka adalah orang-orang yang ditawan oleh penguasa dinasti Ayyubiyah
sebagai budak, kemudian dididik dan dijadikan tentara. Para budak ini
ditampatkan pada kelompok tersendiri yang terpisah dari masyarakat. Oleh
penguasa ayyubiyah yang terakhir yaitu Al-Malik al-Shaleh, mereka dijadikan
tentara dan pengawal untuk menjamin kelangsungan kekuasaannya. Pada masa ini,
mereka mendapatkan hak –hak istimewa, baik dalam imbalan materiil maupun dalam
hal ketentaraan.
Dinasti
mamlik dibagi menjadi dua periode berdasarkan daerah asalnya. Golongan pertama
di sebut Mamlik Bahri. Golongan pertama ini berasal dari kawasan kipchak (
Rusia Selatan ),Mongol, dan Kurdi. Mereka di tempatkan dipulau Raudhan di
pinggir sungai Nil. Disinilah mereka menjalani latihan militer dan pelajaran
keagamaan. Karena penempatan ,ereka inilah dikenal dengan julukan Mamluk Bahri
(budak laut/air).
Sementara
itu, golongan yang kedua dinamakan Mamluk Burji. Para budak ini berasal dari
etnik syracuse di wilayah kaukakus. Golongan kedua inilah yang berhasil
bertahan untuk berkuasa pada Dinasti Mamluk.
1.
Mamluk
Bahri
Nama Mamluk Bahri di
nisbatkan pada sebuah tampat yang disediakan oleh sultan Malik Shaleh Najmuddin
Ayyub kepada para budak, yang terletak di sebuah pulau ditepi sungai Nil, yaitu
pulau Raudhah. Pulau ini dilengkapi dengan senjata, pusat pendidikan, dan
latihan militer, sejak itu para Mamluk ini dikenal dengan sebutan Al-Mamalik
Al-Bahriyyah ( para budak lautan).
Dalam
catatan sejarah disebutkan bahwa dari sejarah pemerintahan Dinasti Mamluk ini,
seorang udak wanita yang bernama syajar ad-Dur sangat berambisi menjadi sultan.
Ia adalah istri Al-Shaleh, sutan dinasti Ayyubiyah.
2.
Mamluk
Burji (792-923 H/1389-1517 M)
Kekuasaan Mamluk Burji
dimulai setelah berhasil menggulingkan sultan terakhir dari Mamluk Bahri,
shalih hajj bin Asyaf Sya’ban, dan sebagai sultan pertama adalah Barquq
(784-801 H/1382-1399 M).
Setelah
sultan Barquq meninggal pemerintahan Mamluk Burji dilanjutkan oleh sultan
Al-Nashir Faraj( 801-808 H/1399-1405 M), putra sulatan Barquq dan merupakan
salah seorang cucu jengis Khan yang telah masuk islam dan berkuasa diwilayah
samarkand dan khurasan.
3.
Kemunduran
dan Keruntuhan Dinasti Mamluk
Sejak peralihan kepemimpinan
Mamluk Bahri ke Mamluk Burji (1382), dinasti mamluk terus mengalami kemunduran,
karena para sultan dari mamluk Burji tidak memiliki keterampilan menajerial
dalam mengendalikan negara, mereka hanya mahir dalam bidang militer. Selain
itu, sebagian sultan mamluk Burji menjadi pemabuk dan tidak menyukai ilmu
pengetahuan. Keadaan diperparah dengan syaykh al-Balad yang hanya mampu
berbahasa Turki dan tidak mampu berbahasa Arab, sehingga komunikasi dengan
rakyat Mesir terhambat.
Penyebab
langsung runtuhnya dinasti Mmluk adalah peperangan dengan tentara Turki Utsmani
yang terjadi dua kali. Pada tahun 1516 terjadilah peperangan di Aleppo yang
berakhir dengan kekalahan total tentara Mamluk. Setelah menang di Aleppo,
tentara Turki melanjutkan perjalanannya untuk masuk kedaerah mesir yang dalam
perjalanan ini terjadi lagi pertempuran yang sengit antara tentara Turki
Utsmani dengan tentara Mamluk. [10]
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Wilayah
kekuasaan Dinasti Buwaihi meliputi Irak dan iran. Dinasti ini dibangun oleh
tiga bersaudara , yaitu Ali bin Buwaihi, Hasan bin Buwaihi, dan Ahmad bin
Buwaihi. Murabbitun adalah salah satu dinasti
Islam yang berkuasa di maghribi. Nama murabbitun berkaitan erat dengan nama
tempat tinggal mereka ( ribat, semacam madrasah ).mereka biasah juga diberi
sebutan al-mulassimun ( memakai kerudung sampai menutup wajah).
Saljuk adalah nama keluarga keturunan Saljuk bin Duqaq (Tuqaq) dari suku bangsa Guzz dari Turki yang
menguasai Asia barat daya pada abad ke-11 dan akhirnya mendirikan sebuah
kekaisaran yang meliputi kawasan Mesopotamia, Suria, Palestina dan sebagian
besar Iran. Dinasti Mamluk berasal dari
golongan hamba atau yang dimiliki para sultan dan amir, yang di didik secara
militer oleh tuan mereka. Dalam sejarah islam, raja-raja yang berasal dari
budak ini di sebut Mamalik, atau oleh literatur Barat disebut dengan Mamluk.
DAFTAR PUSTAKA
·
Al-Azizi, Abdul
Syukur. 2014. Sejarah Peradaban Islam Terlengkap. Yogyakarta: Saufa.
·
Amin, Samsul
Munir. 2015. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
·
Fu’adi, Imam. 2012. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta:
Teras.
·
Karim, Abdul. 2007. Sejarah Pemikiran dan
Peradaban Islam. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.
·
Khoiriyah. 2012.
Reorientasi Wawasan Sejarah
Islam. Yogyakarta: Teras.
·
Yatim,
Badri.2014. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
PROFIL PENULIS
A. Nama : Ririn Kartinaningsih
Tempat tanggal lahir :
Pemalang 24 September 1996
Alamat :
Mulyoharjo Pemalang
No hp :
0877007637357
RIWAYAT PEDIDIKAN
1.
SD
Negeri 12 Mulyoharjo
2.
Mts
Negeri Model Pemalang.
3.
MAN
Pemalang.
4.
STAIN
Pekalongan.
B. Nama :
Nadiyah Umi Salamah
Tempat tanggal lahir :
Pekalongan 29 Agustus 1996.
Alamat : Desa Legokclile ,Kec. Bojong,Kab. Pekalongan.
No hp :
085742117316
RIWAYAT PENDIDIKAN
1.
SD
Negeri 02 Legokclile
2.
SMP Negeri 01 Bojong.
3.
SMA
Negeri 01 Sragi.
C. Nama :
Yuyun Nailufar Maulidiah
Tempat tanggal lahir : Tegal
04 Agustus 1996
Alamat :
Jln. Kyai Kutub, Banjarturi RT03/02, Warureja, Tegal.
No hp :
085228231834
RIWAYAT PENDIDIKAN
1.
TK Masito Banjarturi .
2.
SD
Banjarturi 01.
3.
Mts
Negeri Model Pemalang.
4.
MAN
Pemalang.
5.
STAIN
Pekalongan.
[1]
Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2015),
hlm.277-278.
[2]
Khoiriyah, Reorientasi Wawasan Sejarah Islam, (Yogyakarta: Teras, 2012),
hlm.146-148.
[3]
Abdul Syukur al-Azizi, Kitab sejarah Peradaban Islam Terlengkap,
(Yogyakarta: Saufa,2014 ),hlm, 278-282.
[4]
Imam Fuadi, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Teras, 2012),
hlm.95-97.
[5]
Samsul Munir, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2015), hlm.278.
[6]
Khoiriyah, Reorientasi Wawasan Sejarah Islam, (Yogyakarta: Teras, 2012),
hlm.160-164.
[7] Samsul Munir,Op.Cit.hlm.270-271.
[8]
[8]
Abdul Syukur al-Azizi, Kitab sejarah Peradaban Islam Terlengkap,
(Yogyakarta: Saufa,2014 ),hlm.295-298.
[9]
. Samsul Munir .Op.Cit, hlm, 279.
[10] Abdul Syukur al-azizi.Op.Cit,hlm. 305-309.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar