PERADABAN
ISLAM
DINASTI-DINASTI LAIN DI DUNIA ISLAM
II
Fitriana Ria
Pendidikan Agama Islam H
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2015
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahiim
Puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan taufiq, hidayah dan
inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Peradaban Islam Dinasti-Dinasti Lain di
Dunia Islam II”. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad Saw, sahabatnya, keluarganya, serta segala umatnya hingga yaumil
akhir.
Makalah ini
disusun guna menambah wawasan pengetahuan mengenai sejarah berdirinya dinasti
tersebut, raja-raja yang berkuasa, masa kejayaan dan hasil peradaban dan masa
kehancuranya. Makalah ini disajikan sebagai bahan materi dalam diskusi mata
kuliah Sejarah Peradaban Islam STAIN
Pekalongan.
Kami menyadari
bahwa kemampuan dalam penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna. Kami sudah
berusaha dan mencoba mengembangkan dari beberapa referensi mengenai sumber buku
yang saling berkaitan. Apabila dalam penulisan makalah ini ada kekurangan dan
kesalahan, baik dalam penulisan dan pembahasannya. Maka kami dengan senang hati
menerima kritik dan saran dari pembaca.
Akhir kata,
semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca
yang budiman. Amin yaa robbal ‘alamin.
Pekalongan, 06
Oktober 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar.................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................. iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang........................................................................................ 1
B.
Rumusan Masalah................................................................................... 2
C.
Metode Pemecahan Masalah
.................................................................... 2
D.
Sistematika Penulisan Makalah............................................................... .. 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Dinasti Buwaihi...................................................................................... .. ..3
B.
Dinasti Murobbitun................................................................................. ....5
C.
Dinasti Saljuk ......................................................................................... ....7
D.
Dinasti Muwahhidun.............................................................................. ..10
E. Dinasti Ayyubiyah .................................................................................. ..12
F. Dinasti
Delhi..............................................................................................
14
G. Dinasti
Mamluk..........................................................................................
18
BAB III PENUTUP
A.
Simpulan....................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................23
BIODATA PENULIS..........................................................................................24
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dimulai dari
sejarah Arab sebelum islam lahir atau muncul, kemudian islam zaman Nabi
Muhammad saw, Khulafaur Rasyidin, Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyyah. Dalam
sejarah Islam, para penguasa setelah masa kekuasaan khulafaaur rasyidin,
digantikan oleh para penguasa yang membentuk kekuasaan dengan sistem kekuasaan
kekeluargaan atau dinasti. Dimulai dari kekuasaan Muawiyah yang membentuk
Dinasti Umayyah, maka sistem pemerintahan yang bersifat demokrasi berubah
menjadi monarchi hereditis (kerajaan
turun- temurun).
Kekhalifahan
Muawiyah diperoleh melalui kekerasan dan diplomasi, tidak dengan pemilihan atau
suara terbanyak. Suksesi kepemimpinan secara turun- temurun dimulai ketika
Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya,
Yazid, yang kelak menggantikannya.
Dinasti-
dinasti yang berkuasa setelah khulafaaur rasyidin adalah Dinasti Umayyah,
Dinasti Abbasiyah, Dinasti Umayyah di Andalusia, Dinasti Safawiyah, Dinasti
Usmani di Turki, Dinasti Mongol Islamdi India, dan beberapa dinasti lain yang
berkuasa di beberapa belahan dunia Islam.Selain dinasti- dinasti yang
disebutkan di atas, juga terdapat beberapa dinasti lain yang juga memiliki
peran penting dalam pengembangan peradaban di dunia Islam. Di makalah ini, akan
dibahas mengenai peradaban Islam pada Dinasti Buwaihi, Dinasti Murobithun,
Dinasti Saljuk, Dinasti Muwahhidun, Dinasti Ayyubiyah, Dinasti Delhi dan
Dinasti Mamluk.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang tersebut, perlu kiranya merumuskan masalah sebagai pijakan untuk
terfokuskan kajian makalah ini. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut:
1.
Bagaimana
Peradaban Dinasti Buwaihi?
2.
Bagaimana
Peradaban Dinasti Murobitun?
3.
Bagaimana
Peradaban Dinasti Saljuk?
4.
Bagaimana
Peradaban Dinasti Muwahhidun?
5.
Bagaimana
Peradaban Dinasti Ayyubiyah?
6.
Bagaimana
Peradaban Dinasti Delhi?
7.
Bagaimana
Peradaban Dinasti Mamluk?
C. Metode Pemecahan
Masalah
Metode
pemecahan masalah yang dilakukan melalui studi literatur/ metode kajian
pustaka, yaitu dengan menggunakan beberapa referensi lainnya yang merujuk pada
permasalahan yang dibahas. Langkah-langkah pemecahan masalahnya dimulai dengan
menentukan perumusan masalah, melakukan langkah-langkah pengkajian masalah,
penentuan tujuan dan sasaran, perumusan jawaban permasalahan dari berbagai
sumber dan penyintesisan serta pengorganisasian jawaban permasalahan
D. Sistematika Penulisan Makalah
Makalah
ini ditulis dalam tiga bagian, meliputi: Bab I, bagian pendahuluan yang terdiri
dari: latar belakang masalah, perumusan masalah, metode pemecahan masalah, dan
sistematika penulisan makalah; Bab II, adalah pembahasan; Bab III, bagian
penutup yang terdiri dari simpulan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Dinasti Buwaihi (945-1055M)
1)
Sejarah pembentukan
Dinasti
Buwaihi berkuasa tahun 334-447H/ 945-1055M di Syiraz Persia. Berasal dari tiga
bersaudara yaitu Ali, Hasan, dan Ahmad ibn Buwaihi. Ketiganya adalah anak dari
Abu Sujak Buwaihi(nelayan di Dailam). Sebagai nelayan, pekerjaan ini dipandang
tidak banyak mendatangkan rezeki. Keadaan ekonomi dan situasi kehidupan mereka
yang membuat mereka menjadi gigih. Mereka bertiga pernah diramalkan oleh
seorang ahli ramal bahwa mereka kelak akan memegang kekuasaan di kemudian hari.
Ketiganya masuk ke dinas ketentaraan yang waktu itu cukup menjanjikan. Ali,
Hasan, dan Ahmad mengawali karirnya sejak memasuki militer menjadi amggota
pasukan panglima perang daerah Dailam, pekerjaan militer tersebut mendatangkan
banyak rizki.[1]
Kemudian
mereka masuk militer yang dipimpin oleh Makan Ibn Kali, begabung dengan Mardawij
Ibn Zayyar. Karena berprestasi, Ali diangkat menjadi Gubernur al-Karaj dan
kedua saudaranya diberikan kedudukan penting. Dari al-Karaj inilah ekspansi
bani Buwaihi bermula. Pada saat terjadi pertentangan antra khalifah Al-Muttaqi
dengan Amirul Umara’ (Tuzun), keluarga Buwaihi menggunakan kesempatan itu untuk
memasuki Baghdad, pada waktu itu juga kebetulan khalifah meminta agar mereka ke
Baghdad untuk membantunya. Ketika Buwaihi memasuki Bghdad, Tuzun telah
mengalahkan Khalifah, akan tetapi pada akhirnya Tuzun dapat dikalahkan oleh
Buwaihi. Untuk membalas jasa-jasa bani buwaihi tersebut, khalifah Al Mustakfi
memberikan kepercayaan kepada Ali ibn Buwaihi untuk memegang kekuasaan di
Ahwaz, saudaranya, Hasan di Ashbahan, Hamzan dan sebagian kota Irak. Sedangkan
Ahmad di daerah Kirman dan Makram.
Ali
menaklukan Persia dan mendapat legalitas dari khalifah Dinasti Abbasiyyah, ia
menjadikan Syiraz sebagai pusat pemerintahan. Ia diberikan gelar Imad
al-Daulah. Hasan berkuasa disebelah utara (Isfahan,Ray) dan diberi gelar Rukn
al-Daulah. Sedangkan Ahmad berhasil ekspansi sampai ke Irak, Ahwaz, Wasith dan
Baghdad. Ahmad menggulingkan al-Mustakhfi (Abbasiyyah) dan menjadi Khalifah
pertama dinasti Buwaihi. Ia bergelar Mu’iz al-Daulah. Ahmad Ibn Buwaihi
Memusatkan kekuasaaanya di Ahwaz.
Selama
sekitar satu seperempat abad bani Buwaihi memerintah, terdapat 11 orang
penguasa yang sempat mengisi sejarah peradaban islam Ibn Ahmad Buwaihi (Mu’iz
al-Daulah) tahun 334-356, Bakhtiar (‘Izz al-Daulah) tahun 356-367 H, Abu Syuja’
Khusru (‘Adhdu al-Daulah) tahun 367-372 H, Abu Kalyajar (shamsham al-Daulah)
tahun 372-376 H, Abu al-Fawarits (Syiraf al-Daulah) tahun 376-379 H, Abu Nashr
Fairus (Baha’ al-Daulah) tahun 379-403 H, Abu Syuja’ (Sultah al-Daulah) tahun
416-435 H, Musyrif al-Daulah tahun 411-416 H, Abu Thahir (Jalal al-Dulah) tahun
416-435 H, Abu Khalyar al-Marzuban (Imad al-Daulah) tahun 435-440 H, Abu Nashr
Kushr (al-Malik al-Rahim) tahun 440-447
H.[2]
2)
Kemajuan yang dicapai
Pada
masa pemerintahan ‘Adhdu al-Daulah inilah dinasti Buwaihi mencapai kemajuan
yang pesat. Keadaan politik yang kurang stabil sebelumnya dapat diperbaiki.
Pada masa ini pula penguasa Buwaihi mulai memakai gelar al-Malik . ‘Adhdu
al-Daulah sendiri dikenal seseorang yang cinta ilmu, dia memiliki perpustakaan
besar yang berisi macam-macam jenis
buku. Istana sering digunakan untuk pertemuan ilmuwaan dan ulama. Kepada para
fuqaha’, muhadditsin, mufassirin, mutakallimin, pujangga, sastrawan, dokter,
ahli hisab, ahli bangunan, dan lain lain , ia tidak segan memberi honor yang
besar karena kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan.
Disamping
itu juga diadakan perbaikan kota dan pembangunan gedung-gedung pemerintahan,
dibangun pula beberapa rumah sakit. Rumah sakit terbesar di Baghdad mempunyai
24 dokter yang dibayar dengan bayaran yang tinggi, rumah sakit yang terkenal
juga di daerah Syiraz. Ini memberikan gambaran bahwa umat Islam pada masa
Buwaih icukup maju dibanyak bidang. Dan dia juga berhasil mempersatukan
beberapa wilayah kerajaan kecil di Persia dan Irak.
3)
Kemunduran dan kehancuran
Ada
dua faktor yang menyebabkan hancurnya dinasti Buwaihi yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal antara lain: perebutan kekuasaan dikalangan
keturunan bani Buwaihi dan pertentangan dalam tubuh militer antara golongan
Dailam dan keturunan Turki. Sedangkan faktor eksternalnya yaitu: semakin
gencarnya serangan-serangan Bizantyium kedunia Islam, semakin banyaknya
dinasti-dinasti kecil (fatimiyyah, ikhsyidiyyah, hamdaniyyah dan Ghaznawiyah)
yang membebaskan diri dari kekuasaan pusat di Baghdad dan serangan dari dinasti
saljuk.[3]
B. Dinasti Murobbitun (1056-1147M)
1) Sejarah
pembentukan
Murobbitun
adalah sebuah gerakan keagamaan di kalangan kaum Barbar yang pernah berkuasa di
Afrika Utara dengan beribukotakan Marakesy. Di masa kejayaan dinasti ini,
kekuasaannya mencapai negeri Spanyol pada saat politik di Andalusia mengalamai
perpecahan. Kaum murobbitun ini merupakan penguasa ke tiga dari muslim Barbar
di Afrika, setelah Maghrawiyah dan Sanhajah. Mereka kadang juga disebut kaum mutalatsimun
karena tradisinya memakai cadar.
Dinasti
Murabithun pada awalnya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf
in Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062, dia berhasil mendirikan sebuah
kerajaan yang berpusat di Marakesy. Dinasti Murabithun masuk ke Spanyol atas
undangan para penguasa Islam di Spanyol yang sedang kewalahan mempertahankan
kekuasaan Islam akibat serangan-serangan dari penguasa Kristen. Yusuf ibn
Tasyfin bersama pasukannya memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan
pasukan Castilia.Kondisi Spanyol yang tidak stabil saat itu akhirnya mendorong
Dinati Murabithun untuk menguasai Spanyol. Akan tetapi, penguasa Dinasti
Murabithun sepeninggal Yusuf ibn Tasyfin adalah orang-orang lemah sehingga pada
tahun 1143 kekuasaan Dinasti Murabithun berakhir, baik di Afrika Utara maupun
di Spanyol. Pada saat Spanyol dikuasi oleh Dinasti Murabithun, tepatnya pada
tahun 1118 M.[4]
2)
Kemajuan yang dicapai
Dinasti
Murabithun mengalami kemajuan ketika berada di bawah kepemimpinan Yusuf bin
Tasyfin. Ia memperluas kekuasaannya ke Fes, kemudian ke Tlemsan dan Aljazair,
hingga mencapai pegunungan Kabyles. Prestasi ini menujukkan bahwa Murabithun
merupakan dinasti suku Berber yang pertama kali berhasil menguasai sebagian
besar wilayah Afrika Utara bagian barat.
Atas
berbagai keberhasilannya itu, Dinasti Murabithun kemudian mendaulat diri
sebagai dinasti yang otonom dimana penguasanya diberi gelar Amir Al-muslimin. Kemajuan
Murabithun tidak hanya perluasan wilayah, tetapi juga di bidang yang lain.
Masjid dan istana megah di Marakisy di bangun. Selain itu didirikan masjid Ja’i
Tlemsan, masjid Qairuwan di Fes, masjid Agug Aljazair, dan lain-lainnya.
3) Kemunduran dan
kehancuran
Masa
kemunduran dan kehancuran dinasti murobbitun disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya yaitu Faktor internal : Figur penguasa yang lemah, sehingga memberi
peluang kepada bawahannya untuk mewujudkan kepentingan pribadinya, antara lain
keinginan untuk menumpuk kebudayaan. Akibatnya banyak pembesar Murobbitun
menguasai sejumlah tanah dan tampil sebagai tuan tanah. Semangat jihad yang
mula-mula kuat menjadi lemah dan semakin hari semakin menipis, bahkan lenyap.
Di bidang keagamaan, para fuqaha’ dipraktekkan secara sempit dan kaku, mereka
bersikap menutup diri terhadap faham lain, bahkan mereka mengkafirkan faham
lain yang dianggap tidak sama dengan faham mereka. Dan para fuqaha’
memanfaatkan otoritas amirnya menginstruksikan pembakaran kitab-kitab
al-Ghazali, khususnya ihya’ ulumuddin yang tidak mereka sepakati karena lebih
mengutamakan kaum sufi.
Sedangkan
dari Faktor eksternal : Banyaknya pemberontakan secara terus-menerus, baik di
Andalusia maupun Afrika Utara, Pasukan Muwahidun berhasil merebut Kota Aghmat
dari Amir Ali bin Yusuf, M. Abdul Mu’min menggempur Murobbitun sehingga
Marakesy semakin terjepit, bahkan Amir Ali bin Yusuf mengalami tekanan jiwa dan
akhirnya meninggal dunia. Dua pemimpin pengganti Amir Ali bin Yusuf yaitu
Tasyfin bin Ali dan kemudian Ishaq bin Ali keduanya terbunuh dan akhirnya
Marakesy ditaklukan. Dengan jatuhnya Marakesy dan terbunuhnya Ishaq bin Ali,
maka berakhirlah kekuasaan Murobbitun dan digantikan oleh Dinasti Muwahidun.[5]
C. Dinasti Saljuk(1077-1307M)
1) Sejarah
pembentukan
Bani
Saljuk berasal dari suku Ghuz dari suku Turkistan. Karena kondisi tertentu,
keluarga ini dibawah pimpinan saljuk berpindah-pindah antara khurasan, Bukhara,
Asfahan, dan Marwa. Dari Marwa Sepeninggal
Saljuk bin Tuqaq kepemimpinan bani Saljuk digantikan oleh anaknya yang bernama Israil.
Melihat kekuatan yang semakin hari semakin kuat maka pemimpin kaum ghaznawy,
sultan mahmud mulai waspada ia mengundang israil untuk berunding dengan cara
menangkap dan memenjarakan israil. Tampaknya perundingan itu hanya tipu
muslihat dalam usaha menangkap israil. Orang-orang saljuk mengangkat mikail
sebagai pemimpin. Menyadari kekuatan bani saljuk tidak seimbang dengan kekuatan
sultan mahmud, mikail memilih berdamai namun perdamaian itu tidak lama karena
sultan mahmud menyerang bani saljuk, yang menyebabkan meninggalnya mikail.
Setelah
mikail meninggal kaum saljuk dipimpin oleh thughrulbek dimasa ini khalifah
abbasiyah yang waktu itu dipegang oleh al-qaim meminta bantuan untuk menumpas
pemberontakan al-basasiry. Permintaan ini disambut baik oleh thughrul sehingga
kaum saljuk segera memasuki kota Baghdad dan kemudian menjadi penguasa di
abbasiyah. Thughrulbek dapat merebut ibu kota Baghdad dari tangan Al-basasiry.
Karena kesuksesan itulah kemudian khalifah al-qaim memberi gelar al-mulk kepada
thughrul bek.
2) Kemajuan yang
dicapai
Kemajuan
yang dicapai yaitu pada masa pemerintahan Tughril Bek, Alp Arselan, Maliksyah,
yang berhasil menaklukan wilayah Bukhara pada tahun 482H. Hasil peradaban yang
telah dicapai antara lain:
a. Politik
Kaum saljuk menjadikan pusat kejadian
politiknya dikota Naisabur. Kaum saljuk menganut aliran sunni yang sama dengan
madzhab keluarga Abbasiyah, karena itu kondisi khalifah lebih baik dibanding
dengan sebelumnya, bani saljuk tidak berbuat sewenang-wenang terhadap keluarga
khalifah. Wilayah-wilayah yang dikuasai bani saljuk diperintah oleh seorang
sultan dan dibantu oleh wazir. Setiap
wilayah dipimpin oleh seorang syah, semua syah harus tunduk kepada sultan. Pada
saat tughrulbek meninggal dunia bani saljuk dipegang oleh altarselan. Ia
kemudian melakukan perluasan daerah yang dimulai oleh pendahulunya dan
dilanjutkan ke arah barat sampai ke Bizantium. Ketika kekuasaan saljuk dibawa
pimpinan malik syah wilayah kekuasaan bani saljuk sangat luas, wilayahnya
membentang dari kashgor sampai ke Jerusalem. Secara umum pembagian wilayah-wilayah
dizaman saljuk ini sebagai berikut:
1. Saljuk
besar yang menguasai khurasan, ray, jabal, irak, persia, dan ahwaz. Saljuk ini
merupakan induk bagi yang lain yang dipimpiun oleh syah yang memerintahsebanyak
8 orang.
2. Saljuk
kirman, berada dibawah kekuasaan keluarga Qawurt Bekibn Daud Ibn mikail ibn
saljuk. Jumlah syah yang memerinta 12 orang.
3. Saljuk
irak dan qurdistan. Pemimpin pertamanya adalah mughirs al-Din Mahmud. Saljuk
ini secara berturut-turut diperintah oleh 9 syah.
4. Saljuk
syria. Diperintah oleh keluarga Tutush Ibn Alp Arselan Ibn Daud Ibn Mikail Ibn
Saljuk. Jumlah syah yang memerintah 5 orang.
5. Saljuk
rum. Diperintah oleh keluarga Qutlumish Ibn Israil Ibn Saljuk. Jumlah syah yang
memerintah seluruhnya 17 orang.
b.
Ilmu pengetahuan
Kemajuan
bidang ini mulai tampak pada masa Alp Arselan dan mengalami kemajuan pada masa
Sultan Maliksyah dengan berdirinya Perguruan Tinggi Nizhamiyah (1065 m) di kota
Baghdad dan di Naisabur dan Madrasah Hanafiyah di Baghdad. Hampir di setiap
kota di Irak dan Khurasan didirikan cabang Nizhamiyah. Intelektual yang
terkenal diantaranya adalah Al-Ghazali. Perguruan Tinggi Nizhamiyah merupakan
pergururuan yang telah teratur mengenai kurikulum dan silabusnya. Tenaga
pengajarnya mendapat gaji yang cukup, semua mahasiswa belajar dengan gratis
bagi yang miskin mendapat tunjangan tertentu dan pemerintah sudah mengalosikan
anggaran yang cukup untuk semua kebutuhan perguruan tinggi ini, pendanaannya
banyak diambil dari dana pajak dan dana wakaf.
c. Seni dan
bangunan
Bangunan
yang merupakan peninggalan Bani Saljuk di Isfahan merupakan pertanda besarnya
perhatian mereka tentang pembangunan fisik. Selain pada masa itu banyak
pembangunan seperti pemugaran benteng Bukhara, pembangunan berbagai masjid,
rumah sakitm dan sekolah-sekolah di berbagai desa dan kota. Dalam bidang seni
juga mendapat banyak perhatian diantaranya lukisan dan kaligrafi berkembang
dengan baik. Sultan-sultan bani slajuk memberikan motivasi kepada para seniman.
3)
Kemunduran dan kehancuran
Sepeninggal
Maliksyah menyebabkan terjadinya perebutan kekuasaan, dan tidak ada tokoh yang
mampu mempersatukan kekuatan bani saljuk, sehingga kekuatan mereka bertambah
lemah. Kekuasaan dinasti saljuk kemudian terbagi-bagi menjadi kerajaan kecil
dimana masing-masing wilayah itu berada dibawah kekuasaan putra Maliksyah
Faktor
luar yang mempengaruhi kemunduran dinasti saljuk adalah terjadinya perang salib
yang cukup mengurus energi umat islam secara keseluruhan terutama dinasti
Abbasiyah yang waktu itu berada dalm penguasaan dinasti saljuk, selain itu juga
propinsi-propinsi mulai banyak yang melepaskan diri dari pemerintah, ditambah
lagi dengan konflik didalam keluarga yang semakin melemahkan mereka dan kondisi
ini diperparah dengan lahirnya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri
sperti Syahat Khawarizm, Ghuz dan Ghuriyah. Pada sisi yang lain kekuasaan
Abbasiyah telah kembali terutama untuk wilayah Irak. Dan dinasti saljuk
berakhir pada tahun 1196 M di tangan Khawarim Syah.[6]
D. Dinasti Muwahhidun( 1121-1269M)
1) Sejarah
pembentukan
Dinasti
al-Muwahhidun adalah sebuah dinasti islam yang pernah berjaya dikawasan afrika
utara dan Spanyol selama lebih satu abad, yaitu sejak tahun 515H/1121M hingga
667H-1269M. Dinasti ini didirikan pada tahun 1114 M, berdasarkan ajaran
pendirinya, yakni Muhammad Bin Thumard (1080-1130M), yang dikenal dengan
sebutan Ibn Thumart.[7]
Dinasti
Al-Muwahhidun, yang berarti golongan berfaham tauhid yang didasarkan atas
prisip dakwah Ibn Thumart yang telah memerangi faham at-Tajsim yang menggangap
bahwa tuhan mempunyai bentuk yang berkembang diafrika utara pada masa
itudibawah kekuasaan Dinasti Murobbitun atas dasar bahwa ayat yang berkaitan
dengan sifat Tuhan yang tersebut dalam al-Quran , seperti tangan tuhan, yang
tidak dapat dijelaskan dan harus difahami seperti apa adanya. Menurur Ibn
Thumart, faham at-Tajsim ini identik dengan syirik, dan orang yang menganut
faham ini adalah musyrik.
Al-Muwahhidun
lahir untuk memprotes mazhab maliki yang kaku, konservatif dan legalistik yang
berkembang di Afrika utara berkat dakwah Al-Murabithun. Di samping itu, dinasti
ini muncul sebagai respon terhadap kehidupan sosial yang mengalami kerusakan
sejak masa akhir kekuasaan Al-Murabithun. Sebagaimana Al-murabithun, kemunculan
dinasti Al-Muwahhidun bermula dari gerakan dakwah agama beralih menjadi
kekuatan politik dan reformasi sosial.
Gerakan
dakwah ini di
pelopori oleh Muhammad Ibn Tumart yang kemudian bergelar Al-Mahdi. Ia berasal
dari kabilah Masmudah, Berber, suku Hargah di wilayah Sus Maghrib al-Aqsha. Ia
adalah ulama besar yang pernah berguru di berbagai pusat ilmu pengetahuan,
Spanyol dan Baghdad.
Dinasti
Muwahhidun berkuasa selama kurang lebih 122 tahun dipimpin oleh 14 sultan.
Mereka adalah Abdul Mukmin (1130-1163 M), Abu Ya’qub (1163-1184 M), Abu Yusuf
Ya’qub (1184-1199 M), Muhammad Al-Nashir (1199-1214 M), Al-Mansur (1214-1223
M), Al-Makhlu (1223-1234 M), Al-‘Adil (1224-1227 M), Al-Mu’tasim (1227-1229 M),
Al-Makmun (1227-1232 M), Al-Rashi (1232-1242 M), Al-Sa’id (1242-1248 M),
Al-Murtadla (1248-1266 M) dan Al-Wasiq (1266-1269 M).
2)
Kemajuan yang dicapai
Ada beberapa
hal penting yang menjadi faktor pendukung bagi perkembangan kemajuan yang
dicapai oleh Dinasti al-Muwahhidun, antara lain:
Adanya kemampuan managemen pemimpinnya. Adanya kemampuan, terutama dalam bidang
managemen militer tersebut menjadikan Dinasti al-Muwahhidun memiliki pasukan
yang kuat yang dilengkapi dengan armada laut berupa kapal perang, bahkan hal
inilah yang mendorong Salahuddin al-Ayyubi bekerja sama dengan al-Muwahhidun
untuk mengusir tentara salib yang mengasai sebagian negeri-negeri Islam di
Timur. Perhatian penguasa terhadap amal sosial kemasyarakatan. Dalam bidang
amal sosial, khususnya bidang kesehatan adalah berupa pembangunan rumah sakit
dalam jumlah yang banyak guna diperuntukkan bagi orang miskin, bahkan di Maroko
dibangun sebuah rumah sakit yang lengkap fasilitasnya, yang tidak ada
bandingannya ketika itu. Sedangkan amal sosial lainnya adalah dibangun pula di
berbagai kota panti penampungan jompo untuk orang-orang miskin.
3)
Kemunduran dan kehancuran
Kemunduran
Dinasti Muwahhidun disebabkan utamanya karena luasnya wilayah, sementara
penduduknya sangat majemuk yang terdiri dari bangsa Berber yang terkenal dengan
sikapnya yang keras dan bengis. Wilayah yang luas ini, khususnya di Spanyol
sulit dikontrol oleh pemerintahan pusat, sehingga akhirnya mudah dikuasai oleh
tentara Kristen Spanyol yang belakangan mengalami kebangkitan politik pada 1212
M. Al-Nashir dengan tentaranya yang berjumlah lima ratus ribu orang dapat
dikalahkan. Maka, sejak itu ibu kota di Spanyol jatuh ke tangan kekuasaan
Kristen pada 633-636 H. Raja Ferdinand III dari Kastalah dan raja Jimm I dari
Arrajun bersama-sama merebut kota Balansiyah, Cardova, Marsiyah dan Isbiliyah.
Adapun sebab
yang menjadikan Dinasti Muwahhidun akhirnya mengalami kehancurannya adalah
timbulnya berbagai pemberontakan di Afrika Utara yang menuntut kemerdekaan,
seperti Bani Tilmasan. Namun, yang paling langsung adalah pemberontakan yang
dilancarkan oleh bani marin yang berhasil merebut Marakisy. Maka, semua
wilayahnya di Afrika Utara diambil alih oleh Bani Marin, sedangkan wilayahnya
yang di Spanyol diambil alih oleh penguasa Kristen.
E. Dinasti Ayyubiyyah(1171-1250M)
1)
Sejarah pembentukan
Dinasti
Ayyubiyyah didirkan oleh Al-Malik Al-Nashir Shalahuddin Yusuf(al-Ayyubi). Ia
merupakan seorang jenderal dan pejuang muslim Kurdi dan Tikrit daerah utara
Irak saat ini. Dinasti Ayyubiyah berdiri diatas puing-puing dinasti Fatimiyyah
Syi’ah di Mesir. Disaat itu, Mesir mengalami krisis mengalami krisis dan
pemerintahanya melemah disegala bidang. Orang-orang Nasrani mengintai Mesir
sebagai lawan dalam memproklamirkan perang salib oleh Tentara Salib.
Berdirinya
Dinasti Ayyubiyah dimulai ketika Shalahuddin mendampingi pamanya, Asaddudin
Syirkuh yang mendapat tugas dari Nuruddin Zanki(Gubernur Suriah-Abbasiyyah)
dalam rangka membantu Bani Fatimiyyah di Mesir. Perdana Menteri Syawar meminta
bantuan Shalahuddin untuk menggalahkan Dirgam yang mengadakan kudeta terhadap
pemerintahanya. Kemudian setelah tiga tahun, Shalahuddin juga mampu memberantas
syawar (perdana mentri bani Fatimiyah) yang di anggap sangat membahayakan kaum
Muslimin karena bersekutu dengan Amauri, panglima tentara salib. Shalahuddin
berhasil menduduki Iskandariah, tetapi tentara salib telah mengepungnya.
Untuk
mengatasi situasi yang rumit tersebut, akhirnya terjadi perjanjian damai
diantara ketiganya, yang isinya
pertukaran tawanan perang. Shalahudin kembali ke Suriah, Amauri kembali ke
Yerussalem dan Iskandariyah kembali kepada Syawan. Pada tahun 1169M, tentara salib dibawah
pimpinan Amauri kembali menyerang Mesir dan bermaksud menguasai Mesir. Al-adid
yang pada waktu itu menjadi kholifah dinasti bani Fatimiyyah meminta bantuan Shalahudddin
dan Asaduddin Syirkuh untuk mempertahankan mesir. Shalahuddin dan Asaduddin
Syirkuh berhasil menggalahkan Amauri. Keberhasilan ini kemudian malah
menjadikan Syawar dengki dan berencana membunuh Shalahuddin dan Asaduddin.
Rencana itu gagal dan akhirnya ditangkap. Atas perintah khalifah Al-adid,
Syawar dihukum mati. Atas jasa-jasanya,
Asaduddin diangkat menjadi perdana menteri oleh al-adid. Namun dua bulan
setelah itu, asadudddin meninggal dan diangkatlah Shalahuddin untuk
menggantikanya pada usia 32 tahun dan mendapat gelar al-Malik an-Nasair.[8]
Raja-raja
yang berkuasa pada masa dinasti Ayyubiyah adalah sebagai berikut Shalahuddin
Yusuf al-Ayyubi(1174-1193M), Al-Aziz ‘Imad Al-Din(1193-1198M), Al-Mansur
Muhammad(1198-1199M), Al-‘Adil I Sayf al-Din(1199-1218M), Al-kamil
Muhammad(1218-1238M), Abu Bakar Al-Adil II(1238-1240M), Al-Malik Al-Shaleh Najm
al-Din Ayyub(1240-1250M), Al-Muazzam Turansyah(1250M), Al-Asyraf Musa(1250M).
2)
Kemajuan yang dicapai
Dinasti
Ayyubiyah mengalami masa kejayaan ditangan Shalahudddin Al-Ayyubi. Hasil
peradaban yang telah dicapai antara lain:
· Bidang Militer. Pada masa dinasti Ayyubiyah
ini banyak dihabiskan untuk membela Islam dari tentara Salib. Kemengan selalu
diraih oleh dinasti ayyubiyah kemajuan ini ditandai dengan Strategi yang baik
dan senjata-senjata yang digunakan.
· Bidang
Industri dan Perdagangan. Adanya pabrik tekstil, parfum, kemenyan, getah arab,
karpet, kain, gelas, merupakan kemajuan bidang industri.
· Bidang
pertanian. Antara lain irigasi yang praktis, pembangunan dan terusan produk
pertanian dan ditemukanya gula.
· Bidang
Arsitek. Monumen bangsa arab, Masjid Beirut(mirip Gereja), istana-istana dll.
· Bidang
politik. Shalahuddin membuat beberapa kebijakan pemerintahan yaitu menganti
Qadi-qadi(Hakim) syi’ah dengan hakim Sunni, mengganti pegawai yang korupsi, dan
memecat pegawai yang bersekongkol dengan para pejabat.
3)
Kemunduran dan kehancuran
Setelah
Al-kamil meninggal pada tahun 1238M, Dinasti Ayyubiyah berada diambang
kehancuran. Hal ini ditandai dengan pertentangan-pertentangan yang terjadi
dikalangan Intern. Serangan tentara salib kenam dapat diatasi, dan pemimpinya
ditangkap. Setelah meninggal al-Malik Al-Shalih diganti oleh anaknya,
Turansyah. Konflik terjadi antara Turansyah dengan Mamluk Bahr, Turansyah
dianggap mengabaikan peran Mamluk Al-Bahr dan lebih mengutamakan tentara yang
berasal dari Kurdi. Oleh karena itu Mamluk Al-Bahr di bawah pimpinan Baybars
dan Izzudin Aybak melakukan kudeta terhadap Turansyah (1250 M).. Sedangkan di
Syiria, keruntuhana Dinasti Ayyubiyah terjadi Setelah dapat dihancurkan oleh
pasukan mongol. Dengan demikian berakhirlah Munculnya pemberontakan mamluk
diwilayah Barat telah membunuh penguasa terakhir Dinasti Ayyubiyah dan
Menggantikanya dengan salah satu pejabatnya menjadi Sultan baru Dinasti
Ayyubiyah.
F.
Dinasti
Delhi (1206 – 1555)
1)
Sejarah pembentukan
Periode ini dipimpin
oleh Quthbuddin Aybak setelah hancur Gaznawi (1186 M) dan dinasti Ghuri (1192
M). Dua dinasti di atas, tampaknya tidak mampu mengembangkan kekuasaannya.
Sementara Aybak lebih pandai karena ia memiliki kemampuan manajemen politik dan
ketrampilan yang sangat hebat hingga ia akhirnya membentuk dinasti yang
berpusat di Delhi dengan nama kesultanan Delhi. Kesultanan yang berisi para
budak militer, menandai adanya periode tunggal dalam sejarah muslim india. Ini
terjadi karena adanya kesinambungan kepemimpinan pemerintahannya, baik dalam
suksesi kepemimpinan atas dasar warisan kepercayaan militer yang cukup panjang
maupun dari segi keberlanjutan kepemimpinan para budak dan panglima yang
tangguh berasal dari Turki dan Afganistan serta Asia Tengah, sebagai penerus
generasi Mamluk.[9]
Dinasti delhi terletak di india utara. Dinasti delhi mengalami lima kali
pergantian kepemimpinan yaitu dinasti mamluk, dinasti khalji, dinasti tuglug, dinasti
sayid, dan dinasti lody. Pada periode pertama, delhi di pimpin oleh dinasti
mamluk selama 84 tahun. Mamluk merupakan keturunan qutbuddin aybak, seorang
budak dari turki. Dinasti khalji dari Afghanistan memerintah selama 30 tahun.
Dinasti tugluq memerintah sampai 93 tahun, sedangkan dinasti sayid selama 37
tahun. Penguasa terakhir delhi adalah dinasti lody yang memerintah selama 75
tahun.peninggalan dinasti delhi antara lain adalah masjid kuwat al-islam dan qutub minar yang berupa menara di lalkot,
delhi (india).[10]
Wilayah kesultanan delhi terbentang
dari timur sampai ke selatan. Kesultanan ini mendapat ancaman besar dari daerah
barat laut dan juga tekanan dari para bangsawan. Akibatnya terjadi ketidak
stabilan dalam kesultanan ini karena ada 5 dinasti yang berganti dengan cepat.
2)
Kemajuan yang dicapai
Beberapa kemajuan-kemajuan Kesultanan
Delhi, antara lain
1.
Sistem Pemerintahan
Bentuk
pemerintahan kesultanan Delhi adalah monarki. Sultan dibantu oleh badan-badan
menteri yang membawahi masing-masing departemen yaitu departemen keagamaan,
departemen hukum, departemen ketentaraan, departemen intelejen, departemen
keuangan dan pendapatan.
Dalam
kepemimpinannya, Muhammad bin Qasim telah meletakkan dasar-dasar kemasyarakatan
yang baik dan harmonis. Dia mengatur sistem pertanahan, pertanian, administrasi
pajak, membangun hubungan antar agama, serta memberi penghargaan terhadap
tokoh-tokoh setempat yang dianggap berpengaruh dan membangun administrasi lokal
yaitu sistem pancayat di pedesaan. Yang mana tanggung jawab pemerintahan lokal
diserahkan kepada pemerintahan local, kepala pancayat dipilih langsung oleh
rakyat setempat.
2.
Sistem Penegakan Hukum
Hukum
dibawah pemerintahan kesultanan Delhi tidak benar-benar memakai hukum Islam.
Secara etika keagamaan, para penguasa kesultanan ini tidak berpegangan pada
tuntunan keislaman. Sangat jarang ditemukan sultan yang shaleh. Keuangan
penguasa dan bangsawan dikontrol dengan ketat.
3.
Sistem Perdagangan
Sejak Ibn
Qasim berada di India (Sind dan Multan) menyebabkan semakin banyak orang Arab
yang menetap di sana dan melakukan perdagangan dengan orang-orang pribumi.
Pusat-pusat perdagangan terkenal, antara lain, Daibul, Pantai Malabar
(Kadangalur, Kalicut, Quilon), Pantai Karamandel termasuk Ceylon, Madura,
Saptaragam Chittagong, Samandar, dan Akyab (sekarang di Birma). Dalam
kesultanan Delhi ada peraturan yang mengontrol harga pasar seperti harga
makanan, kuda, binatang ternak, budak, kain dan buah. Industri kerajinan yang
ada pada masa itu adalah kapas, kain sutra, karpet, wol, besi dan gula. Wilayah
ini juga telah memproduksi baja.
4.
Ilmu Pengetahuan
Dalam budaya di bidang ilmu pengetahuan seperti astrologi, astronomi,
kedokteran, bahasa, seni, filsafat, dan sebagainya. Banyak orang yang
mempelajari budaya India. Menurut Amir Khusru, Ahli astronomi Arab, Abu Mashar
datang ke Benaras, pusat pendidikan budaya Hindu, dia belajar selama 10 tahun.
Buku India banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Pada saat itu banyak
ilmuwan yang dikirim ke India untuk memperlajari ilmu-ilmu yang ada.
5.
Kebudayaan
Ada banyak bangunan-bangunan yang didirikan oleh para Sultan Delhi antara
lain istana kerajaan, benteng, masjid dan tugu. Andaikata, dinasti ini tidak
hancur akibat penyerangan Timur Lang, niscaya akan banyak bangunan-bangunan
indah yang tersisa. Sebab setiap penguasa yang menguasa masing-masing dinasti
di Kesultanan Delhi berlomba-lomba membangun bangunan-bangun mewah.
Peninggalan kebudayaan non-fisik yang paling terasa sampai saat ini adalah
Bahasa Urdu. Lahirnya bahasa ini disebabkan pada zaman Dinasti Ghazni dan Ghuri
mengalami kesulitan berbahasa, mereka adalah orang turki berbahasa Persia dan
Arab sedangkan pribumi berbahasa Pakrit dan Sansekerta. Kebutuhan komunikasi
ini melahirkan bahasa baru yaitu Urdu.[11]
3)
Kemunduran dan kehancuran
Keruntuhan kesultanan Delhi mulai terlihat setelah kemunculan dinasti
mamluk. Semenjak itu kesultanan semakin rapuh dan tidak stabil. Setelah dinasti
mamluk runtuh kesultanan Delhi di pegang oleh Dinasti Khalji dengan mengangkat
jalaluddin sebagai sultan Khalji oleh para bangsawan sekitar tahun 1290, ketika
jalaluddin meninggal dinasti tersebut dilanjutkan oleh Al Husain. Pada masa ini
dinasti tersebut mencapai masa keemasannya dan bertahan selama 30 tahun,
setelah era tersebut dinasti khalji mengalami keruntuhan ketika seorang
Gujarat, keluar dari islam dan merebut tahta kesultanan Delhi. Kekuasaan islam
di India kembali ditegakkan oleh panglima malik Tughlag dengan mendirikan
Dinasti Tughlagiah (1321-1412 M), ia berusaha memulihkan kembali stabilitas
ekonomi dan administrative kesultanan dan menerapkan kembali kekuasaan muslim
di Deccan.
Dinasti Tughlag berakhir ketika dinasti sayyid muncul pada 1414 M. Khitar
Khan memegang peperangan dengan Mahmud syah, raja terakhir dinasti Tughlag. Di
bawah dinasti ini, beberapa wilayah di kesultanan Delhi m,enyatakan
emerdekaannya.[12]
G. Dinasti Mamluk
1)
Sejarah pembentukan
Dinasti
Mamluk didirikan oleh para budak. Mereka pada mulanya adalah orang- orang yang
ditawan oleh penguasa Dinasti Ayyubiyah sebagai budak, kemudian dididik dan dijadikan
tentaranya. Dinasti Mamluk memiliki wilayah kekuasaan di Mesir dan Suriah.
Dinasti Mamluk yang memerintah di Mesir dibagi dua, yaitu Mamluk Bahrii dan
Mamluk Burji.
Sultan
pertama Dinasti Mamluk Bahri adalah Izzuddin Aibak. Sultan Dinasti Mamluk Bahri
yang terkenal antara lain adalah Qutuz, Baybars, Qalawun, dan Nasir Muhammad
bin Qalawun. Baybars adalah sultan Dinasti Mamluk Bahri yang berhasil membangun
pemerintahan yang kuat dan berkuasa selama 17 tahun.
1.
Masa
Pemerintahan Mamluk Bahriyah (648-792 H/1250-1389 M)
Pemerintahan
didirikan oleh Malik Saleh Najmuddin Ayyub. Kemudian mereka membangun sebuah
benteng di Kepulaun Raudhah pada tahun 638 H/1240 M. Mereka kemudian dikenal
dengan sebutan Mamluk Bahriyah atau Shalihiyah.
a.
Menggapai ke Puncak Kekuasaan
Malik
Salih al-Ayyubi meninggal saat pasukannya sedang sibuk melawan pasukan Salib
yang dipimpin oleh Louis IX. Istrinya yang bernama Syajaratud Dur
menyembunyikan kabar kematiannya dan dia mengatur negara atas namanya. Dengan
demikian dia adalah ratu pertama yang pernah hadir dalam sejarah islam. Dia
memanggil anaknya Turansyah untuk mmegang kekuasaan. Kemudian dia datang dan
berhasil mengalahkan orang-orang Salibis Kristen berkat bantuan orang-orang
Mamluk pada tahun 648 H/1250 M.
Setelah
itu Turansyah di bunuh oleh Syajaratud Dur dan dia memegang sepenuhnya roda
kekuasaan. Perbuatan ini mengundang reaksi keras dari pemerintahan Abbasi.
Melihat kondisi yang genting ini, dia segera menikah dengan salah seorang
terpandang dari Mamluk yang bernama Izzuddin
Abeik. Kemudian dia menyerahkan kekuasaan itu kepada suaminya. Raja dari
pemerintahan Ayyubiyah an-Nashir bin Yusuf, penguasa Syam, berusaha untuk
mengambil alih kembali Syam. Namun, dia kalah perang dengan pasukan Mamluk.
Syajaratud
Dur membunuh suaminya. Maka wanita ini pun dibunuh oleh orang-orang Mamluk
sebagai balas dendam atasnya pada tahun 655 H/1257 M. Setelah itu naiklah
Nuruddin bin ‘Izzuddin Abeik. Pada saat itulah orang-orang Mongolia datang
menyerang Baghdad dan menghancurkannya pada tahun 656 H/ 1268 M. Setelah itu
mereka berangkat menuju Syam. Maka, Saifuddin Qathaz bersiap-siap memerangi
orang-orang Mongolia itu.
b.
Perang ‘Ain Jalut
Pada
tanggal 15 Ramadhan tahun 658 H/1259 M terjadi perang ‘Ain Jalut (dekat Nablus
di Palestina) yang sangat terkenal antara orang-orang Mamluk dengan pimpinan
Sultan Qathaz dan panglimanya azh-Zhahir Babiris dengan orang-orang Mongolia
yang kejam dengan pimpinan Kitabukawakil Hulaku. Kaum muslimin mengalami
kemenangan yang sangat gemilang dan berhasil mengusir orang-orang Mongolia dari
Syam. Maka, Mesir dan Syam kini berada di bawah kekuasaan Mamluk. Lalu
stabilitas negara saat itu menjadi normal.
Perang
ini merupakan peristiwa besar dalam sejarah islam dan merupakan kemenangan
pertama yang berhasil dicapai oleh kaum muslimin terhadap orang-orang Mongolia.
Mereka berhasil menghancurkan mitos yang mengatakan bahwa mereka tidak akan
pernah terkalahkan. Setelah perang Ain Jalut kaum muslimin pernah menang dalam
perang manapun atas orang-orang Mongolia.
Setelah kemenangan
ini kaum muslimin mengejar orang-orag Mongolia kearah utara. Mereka berhasil
mengalami kekalahan yang sangat mengenaskan kembali dalam perang Qayasairiyah
(di Asia kecil).
2. Masa Pemerintahan Mamluk Barjiyah
(792-923 H/1389-1517 M)
a. Asal-usul Mamluk Barjiyah
Mereka berasal dari Syarakisyah dari
negeri Georgia yang berdekatan dengan Laut Hitam. Mereka dibeli oleh sultan
Qalawan, salah seorang Raja Mamluk Bahriyah, dengan harapan untuk menguatkan
posisi keluarganya. Mereka disebut dengan Mamluk karena sekelompok dari mereka
tinggal diujung benteng (barj).
b. Peristiwa-peristiwa Penting di Masa Pemerintahan
Mereka
1.
Pada tahun 792
H/1389 M Shalih Haji dicopot dan diangkatlah Sultan Barquq. Maka, bergeserlah
kekuasaan dari Mamluk Bahriyah ke Mamluk Barjiyah.
2.
Pada tahun 803
H/1400 Mpasukan Tartar yang dipimpin Timurlank berangkat menuju Syam dan
menghancurkan kota itu serta membunuh pasukan Mamluk yang membela negeri itu
3.
Pada tahun 805
H/1402 M pasukan Timurlank berangkat menuju pusat pemerintahan Utsmani dan
berhasil mengalahkan mereka di Ankara serta berhasil melawan Sultan Bayazid.
Lalu, menempatkannya dalam penjara hingga meninggal.
4.
Pada tahun 830 H/1426 M pasukan Mamluk berhasil mengalahkan pasukan Salibis dengan
kemenangan besar dan mengusir mereka dari kepulauan Siprus dan pada saat yang
sama mereka berhasil mengancam kepulauan Rhodesia.
5.
Pada saat
orang-orang portugis sampai ke pantai-pantai India, kaum muslimin yang berada
disana meminta bantuan pasukan Mamluk. Mereka pun berangkat untuk memberikan
bantuan. Namun, mereka berhasil dikalahkan oleh orang-orang Portugis pada tahun
950 H/11509 M. Setelah itu orang-orang Portugis masuk ke perairan negeri Arab
dan memasuki Laut Merah.
2) Kemunduran
dan kehancuran
Akhir Pemerintahan Dinasti Mamluk ketika
Pemerintahan Syiah ash-Shafariyah bersekutu dengan orang-orang Portugis dalam melawan orang-orang Portugis dalam
melawan pasukan Utsmani yang meminta kepada orang-orang Mamluk untuk membantu
menghancurkan musuh mereka bersama. Namun, orang-orang Mamluk menolak
memberikan bantuan. Bahkan, juga melarang orang-orang utsmani untuk masuk ke
wilayah mereka dalam usaha melawan pasukan Portugis.[13]
BAB
III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Dinasti Buwaihi berkuasa tahun 334-447H/
945-1055M di Syiraz Persia. Berasal dari tiga bersaudara yaitu Ali, Hasan, dan
Ahmad ibn Buwaihi. Ketiganya adalah anak dari Abu Sujak Buwaihi(nelayan di
Dailam). Murobbitun adalah sebuah gerakan keagamaan di kalangan kaum Barbar
yang pernah berkuasa di Afrika Utara dengan beribukotakan Marakesy. Di masa
kejayaan dinasti ini, kekuasaannya mencapai negeri Spanyol pada saat politik di
Andalusia mengalamai perpecahan. Bani Saljuk berasal dari suku Ghuz dari suku
Turkistan. Karena kondisi tertentu, keluarga ini dibawah pimpinan saljuk berpindah-pindah
antara khurasan, Bukhara, Asfahan, dan Marwa. Dinasti al-Muwahhidun adalah
sebuah dinasti islam yang pernah berjaya dikawasan afrika utara dan Spanyol
selama lebih satu abad, yaitu sejak tahun 515H/1121M hingga 667H-1269M. Dinasti
Ayyubiyyah didirkan oleh Al-Malik Al-Nashir Shalahuddin Yusuf(al-Ayyubi). Ia
merupakan seorang jenderal dan pejuang muslim Kurdi dan Tikrit daerah utara
Irak saat ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Azizi, Abdul Syukur. 2014. Kitab Sejarah
Peradaban Islam terlengkap: Menelusuri Jejak-jejak Peradaban Islam di Barat dan
Timur. Jogjakarta:
Saufa
Al-Usairy, ahmad. 2011. sejarah islam.
Jakarta: Akbar media.
Fu’adi, imam. 2011. Sejarah
Peradaban Islam. Yogyakarta : Teras.
http://patahkekeringan.blogspot
Amin.co.id/2014/12/sejarah-peradaban-islam-di-andalusia.html
Khoiriyah. 2012. Reorientasi Sejarah Peradaban Islam.
Yogyakarta: Sukses Offest.
Munir,
Samsul. 2010. Sejarah Peradaban Islam.
Jakarta: Amzah
Supriyadi, Dedi, 2008, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka
Setia.
BIODATA PENULIS
Nama :FITRIANA
(2021114008)
Tempat,
Tanggal Lahir :Pekalongan,
09 Februari 1996
Alamat :Sidorejo
Gg. 19A Tirto Pekalongan.
Riwayat
Pendidikan : TK
MUSLIMAT NU SIDOREJO.
MIS SIDOREJO
MTs-IN
BANYURIP AGENG
MAs
SIMBANG KULON
Nama
:
Reizka Efrilia Sanam (2021113053)
Tempat,
Tanggal Lahir :
Pemalang, 15 April 1996
Alamat : Pesucen Petarukan Pemalang
Riwayat Pendidikan : TK PERTIWI DESA
PESUCEN
SDN
01 PESUCEN
MAN
PEMALANG
Nama :
Ria Ovika S (2021114142)
Tempat,
Tanggal Lahir :30
September 1996
Riwayat
Pendidikan : SD
N 01 WONOGIRI
SMP
N 01 AMPEL GADING
SMA
PMS KENDAL
Nama :Wahyuni
Nafisah (2021114226)
Tempat,
Tanggal Lahir Tegal,
27 Agustus 1996
Alamat :
Desa Balapulang wetan , Tegal
Riwayat
Pendidikan : SDN
BALAPULANG WETAN 07
SMP N 1 BALAPULANG
MAN BABAKAN LEBAKSIU TEGAL
[4]http://patahkekeringan.blogspot.co.id/2014/12/sejarah-peradaban-islam-di-andalusia.html
[8] Khoiriyah,op.cit,
hlm. 166
[11]
https://padinadariyanti.wordpress.com/2012/11/17/kesultanan-delhi-kesultanan-pertama-islam-di-anak-benua-india1/
[12] Abdul
Syukur al-Azizi, Kitab Sejarah Peradaban Islam terlengkap: Menelusuri
Jejak-jejak Peradaban Islam di Barat dan Timur, (Yogjakarta: Saufa.
2014), hlm. 265-270
Tidak ada komentar:
Posting Komentar