SEJARAH MASUK DAN KERAJAAN ISLAM
DI NUSANTARA
Disusun Oleh:
1. Indah novi fadhilah
2. Novianti
3. Sahafudin
4. Kharirotun Na’im
Kelas:
Pendidikan Agama Islam H
JURUSAN TARBIYAH PRODI PAI
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
STAIN
PEKALONGAN
2015
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, puji
syukur kehadirat Allah Subhanahu wata’ala, karena tanpa rakhmat dan hidayah-Nya
tak mungkin makalah dengan judul “Sejarah
Masuk dan Kerajaan Islam di Nusantara” ini dapat diselesaikan, hingga
akhirnya penulis berhasil menyusun tugas ini untuk memenuhi salah satu mata
kuliah Sejarah Peradaban Islam di STAIN Pekalongan. Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW, keluarganya, dan
sahabatnya.
Makalah ini memaparkan
islam masuk ke nusantara, tasawuf dan islam di Indonesia, sebab-sebab Islam
cepat berkembang di Indonesia, kesultanan islam di luar Indonesia, kondisi
kerajaan-kerajaan di Indonesia.
Penulis menyadari bahwa
kemampuan dalam penulisan makalah ini
jauh dari kata sempurna. Penulis sudah berusaha dan mencoba mengembangkan dari
beberapa referensi mengenai sumber ajaran Islam yang saling berkaitan. Apabila
dalam penulisan makalah ini ada kekurangan dan kesalahan baik dalam penulisan
dan pembahasanya maka penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran dari
pembaca. Kemudian kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Pekalongan, 16 Oktober 2015
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
Pada tahun 30 Hijrih atau 651
Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah
Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam
yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini,
para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa
tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan
pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk
Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus
berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri nan hijau
ini sambil berdakwah. dalam makalah ini akan di bahas lebih mendalam mengenai
sejarah perkembangan islam di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana
Islam masuk ke Nusantara?
2. Bagaimana
tasawuf dan islam di Nusantara?
3. Apa
saja sebab-sebab islam cepat berkembang di Nusantara?
4. Apa
saja kesultanan Islam di luar Nusantara?
5. Apa
saja kerajaan-kerajaan islam di Nusantara?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan karya tulis
ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui
proses masuknya islam ke Nusantara
2. Mengetahui
tasawuf dan islam di Nusantara
3. Mengetahui
sebab-sebab islam cepat berkembang di Nusantara
4. Mengetahui
macam-macam kesultanan Islam di Nusantara
5. Mengetahui
macam-macam kerajaan-kerajaan islam di Nusantara
D. Metode Pemecahan
Masalah
Metode pemecahan
masalah dilakukan melalui study literatur atau metode kajian pustaka, yaitu
dengan menggunakan beberapa referensi buku yang merujuk pada permasalahan yang
dibahas. Langkah-langkah pemecahan masalah dimulai dengan menentukan masalah
yang akan dibahas dengan melakukan perumusan masalah, perumusan jawaban
permasalahan dari berbagai sumber serta pengelompokkan berbagai perumusan
masalah.
E. Sistematika
Penulisan Makalah
Makalah ini
ditulis dalam tiga bagian, meliputi: Bab I, bagian pendahuluan yang terdiri
dari: latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode pemecahan
masalah dan sistematika penulisan makalah; Bab II, adalah pembahasan; Bab III,
bagian penutup yang terdiri dari simpulan dan saran-saran.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Islam
Masuk ke Nusantara
Ada
dua pendapat mengenai islam masuk di indonesia. Pertama, pendapat lama, yang
mengatakan bahwa islam masuk ke indonesia pada abad ke-13 M. Pendapat ini
dikemukakan oleh para sarjana, antara lain N.H. Krom dan Van Den Berg. Kemudian
ternyata pendapat lama tersebut mendapat sanggahan dan bantahan. Kedua,
pendapat baru yang mengatakan bahwa islam masuk ke indonesia pada abad ke-7 M atau
abad 1 H. Pendapat baru ini dikemukakan oleh H. Agus Salim, M zainal Arifin
Abbas, Hamka, Sayed Alwi bin Taher Alhadad, A. Hasjmy, dan thomas W. Arnold.
Permasalahan yang lain adalah masalah
asal-usul Islam di Indonesia, kapan, mengapa dan bagaimana penduduk indonesia
mulai memeluk agama islam merupakan perkara yang belum dijelaskan dengan
sempurna. Selain itu beberapa ahli memiliki permasalahan yang berbeda-beda
mengenai apa yang dimaksud dengan islam.[1]
Seminar
masuknya islam diindonesia menghasilkan keputusan sebagai berikut.
1.
menurut
sumber-sumber yang kita ketahui, islam untuk pertama kalinya telah masuk ke
indonesia pada abad pertama Hijriyah dan langsung dari arab.
2.
Daerah yang
pertama didatangi oleh islam ialah pesisir sumatera, dan bahwa setelah
terbentuknya masyarakat islam, maka raja oslam yang pertama berada di Aceh.
3.
Dalam proses
pengislaman selanjutnya, orang-orang indonesia ikut aktif mengambil bagian.
4.
Mubaligh-mubaligh
islam yang pertama-tama itu selain sebagai penyiar islam juga sebagai saudagar.
5.
Penyiaran
islam diindonesia dilakukan dengan cara
damai.
6.
Kedatangan islam
ke indonesia, membawa kecerdasan dan peradaban yang tinggi dalam membentuk
kepribadian bangsa indonesia.
Bahkan diceritakan bahwa ketika
islam berkembang pada abad pertama, 1 H ( 7 Masehi ), Rasulullah telah mengutus
Sa’ad bin Abi Waqqash berziarah pada Kaisar Cina dan memperkenalkan islam di negeri
Cina. Diketahui pada abad pertama hijriyah sudah ada pemukiman masyarakat
muslim di kanton.
Bahkan Syed Naguib Al-Attas, dalam
karangannya Preliminary Statement on the General Theory of the Islamization
of the Malay-Indonesian Archipelago. Menyebutkan
bahwa orang-orang muslim yang berpindah dari kanton pada abad pertama hijriyah
( abad ke-7 M ), kemudian bermukim di Palembang dan Kedah. Mereka yang bermukim
di sana telah menjalan ibadah dan adat istiadat islam dengan sangat baik.
Pendapat senada mengenai masuknya
islam di abad pertama hijriyah, dikemukakan oleh Thomas W. Arnold dalam The
Peaching Islam, ia mengatakan, “mungkin agama ini telah dibawa kemari oleh
pedagang-pedangan Arab sejak abad-abad pertama hijriyah, lama sebelum kita
memiliki catatan sejarah dimana sebenarnya pengaruh mereka telah mulai terasa”.[2]
Pedagang-pedagang Muslim asal
Arab,Persia dan India juga ada yang sampai ke kepulauan Indonesia untuk
berdagang sejak abad ke-7 M ( abad 1 H ), ketika islam pertama kali berkembang
di Timur Tengah. Malaka, jauh sebelum di taklukan portugis , merupakan pusat
utama lalu lintas perdagangan dan pelayaran. Melalui Malaka, hasil hutan dan
rempah-rempah dari seluruh pelosok Nusantara dibawa ke Cina dan India, terutama
Gujarat, yang melakukan hubungan dagang langsung dengan Malaka pada waktu itu.
Sampai berdirinya kerajaan-kerajaan islam itu, perkembangan agama Islam di
Indonesia dapat dibagi menjadi tiga fase.
a.
Singgahnya
pedagang-pedagang islam di pelabuhan-pelabuhan Nusantara
b.
Adanya komunitas-komunitas
Islam di beberapa daerah kepulauan Indonesia
c.
Berdirinya
kerajaan-kerajaan islam.[3]
Menurut para sejarawan, islam masuk
ke indonesia melalui berbagai jalur sehingga dengan cepat dapat diterima oleh
masyarakat indonesia. Jalur-jalur yang dilakukan oleh para penyebar islam yang
mula-mula di indonesia adalah sebagai berikut.
1.
Melalui jalur
perdagangan.
Islamisasi
melalui perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan
turut serta dalam kegiatan perdagangan. Mereka yang melakukan dakwah islam,
sekaligus juga sebagai pedagang yang menjajakan dagangannya kepada penduduk
pribumi.
2.
Melalui jalur
perkawinan.
Para
penyebar islam melakukan perkawinan dengan penduduk pribumi. Melalui jalur
perkawinan mereka telah menanamkan cikal bakal kader-kader islam.
3.
Melalui jalur
tasawuf.
Penyebaran
islam kepada masyarakat indonesia melalui jalur tasawuf atau mistik ini mudah
diterima karena sesuai dengan alam pikiran masyarakat indonesia. Misalnya,
menggunakan ilmu-ilmu riyadhat dan kesaktian dalam proses penyebaran agama
islam kepada penduduk setempat.
4.
Melalui jalur
pendidikan.
Dalam
islamisasi di indonesia ini, juga dilakukan melalui jalur pendidikan seperti
pesantren, surau,masjid dan lain-lain yang dilakukan oleh guru-guru agama, kiai
dan ulama. Jalur pendidikan digunakan oleh para wali khususnya di Jawa dengan
membuka lembaga pendidikan pesantren sebagai tempat kaderisasi
mubaligh-mubaligh islam di kemudian hari.
5.
Melalui jalur
kesenian.
Para
penyebar islam juga menggunakan jalur kesenian dalam rangka penyebaran islam,
antara lain dengan wayang, sastra dan berbagai kesenian lainnya.
6.
Melalui jalur
politik.
Para
walisongo melakukan strategi dakwah mereka dikalangan para pembesar kerajaan
seperti Majapahit, Pajajaran, bahkan para walisongo juga mendirikan kerajaan
Demak, sunan Gunung jati juga mendirikan kerajaan Cirebon dan kerajaan banten.
Kesemuanya dilakukan untuk melakukan pendekatan dalam rangka penyebaran islam
baik di sumatera, jawa maupun di indonesia bagian timur, demi kepentingan
politik, kerajaan-kerajaan islam memerangi kerajaan-kerajaan non-islam.
Kemenagan-kemenangan secara politis banyak menarik penduduk kerajaan yang bukan
islam itu masuk islam. [4]
B.
TASAWUF
DAN ISLAMISASI DI INDONESIA
Islam dalam
tahap ini sangat diwarnai oleh aspek tasawuf, namun tidak berarti bahwa aspek
hukum terabaikan sama sekali. Meskipun demikian, secara umum islam tasawuf
tetap unggul dalam tahap pertama islamisasi, setidaknya sampai akhir abad ke-17
M. Hal tersebut dikarenakan islam tasawuf yang datang ke Nusantara, dengan
segala pemahaman dan penafsiran mistisnya terhadap islam, dalam berbagai segi
tertentu “cocok” dengan latar belakang masyarakat setempat yang dipengaruhi
asketisme Hindu Buddha dan Sinkritisme kepercayaan lokal. Dalam proses
islamisasi tahap pertama ini islam tidak langsung secara merata diterima oleh
lapisan bawah masyarakat.
Sementara di
Jawa, proses islamisasi sudah berlangsung sejak abad ke-11 M, meskipun belum
meluas, terbukti dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun di Leran Gresik
yang berangka tahun 475 H/1082 M. Adapun para penyebar islam di jawa yaitu Walisongo, mereka ialah:
a. Maulana
Malik Ibrahim
b. Sunan
Ampel
c. Sunan
Bonang
d. Sunan
Derajat
e. Sunan
Giri
f. Sunan
Kalijaga
g. Sunan
Kudus
h. Sunan
Muria
i.
Sunan Gunungjati
Demikian
perkembangan tarekat, membawa pengaruh yang besar dalam perkembangan islam.
Para tokoh tasawuf dan tarekat cukup berjasa dalam perkembangan islam di
Indonesia. Dikarenakan melalui pendekatan tasawuf islam justru diterima dengan
mudah dan proses islamisasi berjalan damai tanpa ada unsur kekerasan.[5]
C. Sebab-sebab Islam Cepat Berkembang di Indonesia
Sekitar permulaan abad XV, Islam telah memperkuat kedudukannya di
Malaka, pusat rute perdagangan Asia Tenggara yang kemudian melebarkan sayapnya
ke wilayah-wilayah Indonesia lainnya. Pada permulaan abad tersebut, Islam sudah
bisa menjejakkan kakinya ke Maluku, dan yang terpenting ke beberapa kota
perdagangan di pesisir utara pulau Jawa yang selama beberapa abad menjadi pusat
kerajaan Hindu yaitu kerajaan Majapahit. Dalam waktu yang tidak terlalu lama
yakni permulaan abad XVII dengan masuk Islamnya
penguasa kerajaan Mataram yaitu Sultan Agung, kemenangan agama tersebut
hampir meliputi sebagian besar wilayah Indonesia. Berbeda dengan masuknya Islam
ke negara-negara di bagian dunia lainnya yakni dengan kekuatan militer,
masuknya Islam ke Indonesia itu dengan cara damai disertai dengan jiwa toleran
dan saling menghargai antara penyebar dan pemeluk agama baru dengan
penganut-penganut agama lama (Hindu-Budha).
Ada beberapa hal yang menyebabkan agama Islam cepat berkembang di
Indonesia. Menurut Dr. Adil Muhyidin Al-Allusi, seorang penulis sejarah Islam
dari Timur Tengah, menyatakan bahwa ada tiga factor yang menyebabkan Islam
cepat berkembang di Indonesia, yaitu sebagai berikut:
1. Faktor Agama
Faktor agama, yaitu akidah islam itu
sendiri dan dasar-dasarnya yang memerintahkan menjunjung tinggi kepribadian dan
meningkatkan harkat dan martabatnya, menghapuskan kekuasaan kelas rohaniwan
seperti Brahmana dalam system kasta yang diajarkan Hindu. Masyarakat yang
diyakinkan bahwa dalam Islam semua lapisan masyarakat sama kedudukannya, tidak
ada yang lebih utama dalam pandangan Allah kecuali karena taqwanya. Mereka juga sama didalam hukum, tidak ada yang diistemewakan meskipun ia
keturunan bangsawan. Dengan demikian, semua lapisan masyarakat dapat saling hidup rukun, bersaudara,
bergotong royong, saling menghargai, saling mengasihi, bersikap adil, sehingga
toleransi Islam merupakan ciri utama bangsa ini yang di kenal dunia dewasa ini.
Selain itu akidah sufi kaum muslimin juga ikut membantu memasyarakatkan
Islam di Indonesia, karena memiliki banyak persamaan dengan kepercayaan kuno
Indonesia, yang cenderung menghargai pada pandangan dunia mistik. Seperti
kepercayaan pada tiga dewa, yaitu dewa kecantikan, kemahiran, dan kesenian,
yang diwariskan Hindu yang dasarnya menganut animisme.
2. Faktor Politik
Faktor politik yang diwarnai oleh pertarungan dalam negeri antara
negara-negara dan penguasa-penguasa Indonesia, serat oleh pertarungan
negara-negara bagian itu dengan pemerintah pusatnya yang beragama Hindu. Hal
tersebut mendorong para penguasa, para bangsawan dan para pejabat di
negara-negara bagian tersebut untuk menganut agama Islam, yang di pandang
mereka sebagai senjata ampuh untuk melawan dan menumbangkan kekuatan Hindu. Hal
itu dapat di buktikan hingga kini, bahwa apabila semangat keislaman
dibangkitkan ditengah-tengah masyarakat Indonesia, baik di Sumatra, Jawa maupun
kepulauan Indonesia lainnya, dengan mudah sekali seluruh kekuatan dan semangat
keislaman itu akan bangkit serentak sebagai suatu kekuatan kekuatan yang
dahsyat.
3.
Faktor
Ekonomi
Factor ekonomis yang pertama
diperankan oleh para pedagang yang menggunakan jalan laut, baik antar kepulauan
Indonesia sendiri, maupun yang melampaui perairan Indonesia ke Cina, India, dan
Teluk Arab/Parsi yang merupakan pendukung utamanya, karena telah memberikaan
keuntungan yang tidak sedikit sekaligus mendatangkan bea masuk yang besar bagi
pelabuhan-pelabuhan yang disinggahinya, baik menyangkut barang-barang yang
masuk maupun yang keluar. Ternyata
orang-orang yang terlibat dalam perdagangan itu bukan hanya para pedagang,
tetapi dianatara mereka terdapat para penguasa negara-negara bagian, pejabat
negara dan kaum bangsawan. Karena perdagangan melalui lautan Indonesia dan
India hampir seluruhnya dikuasai pedagang arab, maka para pedagang Indonesia
yang terdiri dari para pejabat dan bangsawan itu, yang bertindak sebagai
ageb-agen barang Indonesia yang akan dikirim ke luar dan sebagai penyalur
barang-barang yang masuk ke Indonesia, banyak berhubungan dengan para pedagang
muslim Arab yang sekaligus mengajak mereka.
Dalam waktu yang relative cepat, ternyata agama Islam dapat diterima dengan
baik oleh sebagian besar lapisan masyarakat Indonesia, mulai dari rakyat jelata
hingga kaum bangsawan.
Ada beberapa factor yang menyebabkan agama Islam dapat berkembang cepat di
Indonesia. Di antaranya sebagai berikut:
1. Syarat untuk masuk agama Islam sangatlah mudah. Seseorang
hanya butuh mengucapkan kalimat syahadat untuk bisa secara resmi menganut agama
Islam.
2. Agama Islam tidak mengenal system pembagian masyarakat
berdasarkan kasta. Dalam ajaran agama Islam tidak dikenal adanya berbedaan
golongan dalam masyarakat. Setiap anggota masyarakta mempunyai kedudukan yang
sama sebagai hamba Allah SWT.
3. Penyebaran agama Islam dilakukan dengan jalan yang relative damai
(tanpa melalui kekerasan).
4. Sifat bangsa
Indonesia yang ramah tamah member peluang untuk bergaul lebih erat dengan
bangsa lain. Di dalam pergaulan yang erat itu kemudian terjadi saling
mempengaruhi dan saling pengertian.
5. Upacara-upacara keagamaan dalam Islam lebih sederhana.
Faktor-faktor di atas didukung pula
dengan semangat para penganut Islam untuk terus menyebarkan agama yang telah
dianutnya, karena bagi penganut agama Islam, menyebarkan agama Islam adalah
merupakan sebuah kewajiban.
Salah satu factor penting yang menjadi daya tarik begi terjadinya konversi
massal kepada Islam adalah tentang introduksi kebudayaan peradaban literasi
yang relative universal bagi penduduk Indo-Melayu. Factor ini telah sering
dikemukakan banyak ahli, khususnya al-Attas. Bahkan Al-Attas dengan terlalu
bersemangat menyimpulkan bahwa pengenalan kebudayaan peradaban literasi ini telah memunculkan semanagat rasionalisme
dan intelektualisme bukan saja dikalangan keraton atau istana, tetapi juga
dikalangan rakyat jelata.
Penyebaran Islam yang begitu massif di Indo-Melayu pada masa-masa ini,
tidak hanya berkaitan dengan para pedagang atau lebih tepatnya dengan apa yang
disebut Reid sebagai “repaid
commercialization” kawasan Asia Tenggara. Berbarengan dengan itu, penting pula
dicatat kehadiran para guru sufi
pengembara yang berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain untuk
menyebarkan Islam. Berbeda dengan para pedagang atau dunia perdagangan pada umumnya yang berpusat di wilayah-wilayah pesisir yang terbuka dan
kosmopolitan itu, guru-guru sufi pengembara ini merambah daerah-daerah
pedalaman yang tertutup, yang lebih di kuasai budaya agraris dan pandangan
kosmopolitannya yang khas.
Melalui sebab-sebab itulah Islam cepat berkembang dan mendapat pengikut
yang banyak, meskipun ada perbedaan dalam mengungkapkan bagaimana Islam cepat
berkembang di Indonesia.[6]
- Kesultanan islam diluar indonesia
1.kesultanan
malaka (abad 15)
Kesultanan
ini terletak di semenanjung malaka. Islam di malaka berasal dari ksultanan
samudra pasai. Pendiri kesultanan malaka adalah parameswara, seorang pangeran
majapahit. Parameswara menikah dengan putri sultan samudra pasai dan kemudian
masuk islam. Kesultanan malaka mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan
sultan muzzafar syah pada tahun (1445-1459). Kesultanan ini runtuh ketika
portugis menyerang dan mengalahkan malaka pada tahun 1511. Peninggalan sejarah
kesultanan malaka berupa mata uang yang merupakan peninggalan dari akhir abad
ke -15 dan benteng A-farmosa yang merupakan bukti penaklukan malaka oleh
pasukan portugis.
kesultanan malaka terkenal dan maju
dalam perdagangan karena malaka sebagai
kota pelabuhan yang di kunjungi banyak pedagang sebagai pusat transit
perdagangan di wilayah asia tenggara.
Adapun
sultan malaka adalah:
1.
Parameswara ( Megat Iskandar Syah) (1402-1424)
2.
Sultan Muhammad Syah (1424-1444)
3.
Sri Parameswara Dewa Syah (1444-1446)
4.
Sultan Muzaffar Syah (1446-1459)
5.
Sultan Mansyur Syah (1459-1477)
6.
Sultan Alauddin Riayat Syah (1477-1488)
7.
Sultan Mahmud Syah (1488-1528)
2.
kesultanan islam pattani (abad 15)
Kehadiran islam di pattani dimulai
dengan kedatangan Syaikh Said, nubaligh dari pasai, yang berhasil menyembuhkan
Raja Pattani bernama Phaya Tu Nakpa yang sedang sakit parah. Phaya Tu Nakpa
(1486-1530 M) beragama Buddha, kemudian masuk islam dan bergelar sultan islamil
syah. Kesultanan pattani kemudian menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan,
terutama bagi pedagang dari cina dan india. Kejayaan pattani berakhir setelah
di kalahkan kerajaan siam dari Bangkok. Peninggalan sejarah pattani berupa
nisan kubur yang di sebut Batu Aceh yang melambangkan kedekatan hubungan dengan
samudra pasai.
3.
Kesultanan Brunai Darusalam
Raja brunei pertama adalah awing
betatar yang tertarik menerima islam dan mengganti namanya menjadi sultan
Muhammad syah. Lalu seluruh keluarga istana masuk islam., termasuk putra sultan
Muhammad syah yang kelak menggantikannya menjadi sultan kedua yaitu sultan
ahmad.
Pada tahun 1511 M, kerajaan malak
jatuh ke tangan portugis. Maka atas kekosongan ini brunei mengambil alih
menjadi pusat penyebaran islam dan perdagangan di kepulauan melayu. Di zaman
pemerintahan sultan bolkiah (1473-1521
M), sultan brunei ke-5, brunei berkembang menjadi suatu kerajaan yang maju dan
kuat. Sultan bolkiah gemar mengadakan ekspedisi pelayaran hingga di beri gelar
Nahkoda Ragam.pada tahun 1564 M, gubernur sepanyol Francesco de Sande memperingatkan pemerintahan brunei agar tidak
melakukan dakawahislam ke dalam daerah kekuasaannyadi kepulauan sulu-mindano
dan Filipina yang berada di bawah kekuasaanya. Kerajaan brunei merupakan
kerajaan islam yang makmur di kawasan Asia Tenggara .
Brunei merdeka sebagai Negara islam
di bawah pimpinan sultan ke-29, yaitu sultan hasanal bolkiah muizaddin
waddaulah. Panggilan resmi kenegaraan sultan adalah kebawah duli yang maha
mulia paduka seri baginda sultan dan yang dipertuan Negara. Gelar muizaddin
waddaulah (penata agama dan Negara ) merupakan ciri sebutan yang selalu melekat
pada setiap raja yang memerintah brunei.sultan has anal bolkiah sebagai sultan
yang memegang kepala Negara sekaligus pemerintahan.
Adapun secara lengkap raja-raja
brunei darusalam adalah:
1. Sultan
Muhammad Syah (1405-1415)
2. Sultan
Ahmad (1415-1425)
3. Sultan
Sharif Ali (1425-1433)
4. Sultan
Sulaiman (1433-1473)
5. Sultan
Bolkiah (1473-1521)
6. Sultan
Abdul Kahar (1521-1575)
7. Sultan
Saiful Rijal (1575-1600)
8. Sultan
Syah Brunei ( 1600-1605)
9. Sultan
Hassan (1605-1619)
10. Sultan
Abdul Jalilul Akbar (1619-1649)
11. Sultan
Abdul Jalilul Jabbar (1649-1652)
12. Sultan
Muhammad Ali (1652-1660)
13. Sultan
Abdul Akkul Mubin (1660-1673)
14. Sultan
Muhyiddin (1673-1690)
15. Sultan
Nasaruddin (1690-1705)
16. Sultan
Hussin Kamaluddin (1705-1730)
17. Sultan
Muhammad Alauddin (1730-1745)
18. Sultan
Omar Ali Saifuddin I (1762-1795)
19. Sultan
Muhammad Tajuddin (1796-1807)
20. Sultan
Muhammad Jamalul Alam I (1806-1807)
21. Sultan
Muhammad Kanzul Alam (1807-1829)
22. Sultan
Muhammad Alam (1825-1828)
23. Sultan
Pengiran Muda Omar Ali Saifuddin II (1829-1852)
24. Sultan
Abdul Momin (1852-1885)
25. Sultan
Hashim Jalilul Alam Aqamaddin (1885-1906)
26. Sultan
Muhammad Jamalul Alam II (1906-1924)
27. Sultan
Muhammad Tajuddin Akhazul Khairi Waddien (1924-1950)
28. Sultan
Omar Ali Saifuddien III (1950-1967)
29. Sultan
Hassanal Bolkiah Mu’izzaddin Waddaulah (1967-sekarang)
4. kesultanan islam
sulu abad ke 15
Kesultan
sulu merupakan kesultanan islam yang terletak di Filipina bagian selatan. Islam
masuk dan berkembang di sulu melalui orang arab yang melewati jalur perdagangan
malaka dan Filipina. Pembawa islam di sulu adalah syarif karim al-makdum,
mubalig arab yang ali dalam ilmu pengobatan. Abu bakar, seorang da’i dari arab,
menikah dengan putri dari pangeran bwansa dan kemudian memerintah di sulu
dengan mengangkat dirinya sebagai sultan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
penduduk bwansa dan pemimpin-pemimpin mereka pastilah orang yang telah memeluk
islam dan memiliki kemauan untuk menerima suatu kerajaan di negerinya
Para Penguasa Kesultanan Sulu di
Filipina Selatan dimulai sejak Syarif Abu Bakar (Sultan Syarif Al-Hasyim)
(1405-1420 M) hingga Sultan Jamalul Kiram II (1887) berjumlah 32 sultan. Di
antaranya adalah Sultan Abu Bakar ( Sultan Syarif Al Hasyim), Sultan Kamaluddin
bin Syarif Abu Bakar, Sultan Alauddin bin syarif Abu Bakar.
5. kesultan johor (abad
ke 16)
Kesultan
johor berdiri setelah Kesultanan Malaka di kalahkan oleh portugis (1511 M).
Sultan Alaudin Riayat Syah membangun kesultanan johor sekitar tahun 1530-1536.
Masa kejayaan kesultanan ini terjadi pada masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil
Riayat Syah II. Kesultanan Johor memperkuat dirinya dengan mengadakan aliansi
bersama kesultanan Riau sehingga di sebut kesultanan Johor-Riau. Kesultanan
Johor-Riau berakhir setelah Raja Haji wafat dan wilayahnya di kuasai Belanda.
Kesultanan
Johor merupakan lanjutan dari Kesultanan Malaka (1511). Kesultanan Johor
merupakan kerajaan yang gigih mengadakan perlawanan terhadap penjajahan
portugis. Pada masa pemerintahan Sultan Johor yang ketiga yaitu Sultan Abdul
Jalil Riayat Syah I, kerajaan ini sangat di segani penjajah. Demikian pula pada
masa pemerintahan sultan ke empat yaitu Sultan Abdul Jalil Riayat Syah II. Pada
masa pemerintahannya kerajaan johor berada pada puncak kemegahanya.
Adapun para sultan johor adalah
1. Sultan
Alauddin Riayat Syah
2. Sultan
Muzafar Syah
3. Sultan
Abdul Jalil Riayat Syah I
4. Sultan
Abdul Jalil Riayat Syah II
E. Kondisi kerajaan-kerajaan di Indonesia
a. Kerajaan Samudera pasai
Kerajaan islam
pertama di indonesia adalah kerajaan samudra pasai yang merupakan kerajaan
kembar. Kerajaan islam ini terletak di pesisir Timur Laut Aceh. Kemunculannya
sebagai kerajaan islam diperkirakan mulai awal atau pertengahan abad ke-13 M,
sebagai hasil dari proses Islamisasi daerah-daerah pantai yang pernah
disinggahi pedagang-pedagang Muslim sejak abad ke-7, ke-8 M, dan seterusnya.
Bukti berdirinya kerajaan samudera pasaai pada abad ke-13 M itu didukung oleh
adanya nisan kubur terbuat dari granit asal samudera pasai. Dari nisan itu,
dapat diketaui bahwa raja pertama kerajaan itu meninggal pada bulan ramadhan
tahun 696 H, yanh diperkirakan bertepatan dengan tahun 1297 M.
Malik Al-Saleh,
raja pertama itu, merupakan pendiri kerajaan tersebut. Hal itu diketahui
melalui tradisi hikayat Raja-raja pasai, hikayat melayu, dan juga hasil
penelitian atas beberapa sumber yang dilakukan sarjana-sarjana barat, khususnya
para sarjana Belanda, seperti Snouck Hurgronye, J.P. Molquette, J.L. Moens, J.
Hushoff Poll, G.P. Rouffaer, H.K.J.
Cowan, dan lain-lain.
b. Kerajaan Perlak
Sebagai sebuah
pelabuhan perniagaan yang maju dan aman pada abad ke-8 M perlak menjadi tempat
persinggahan kapal-kapal niaga orang-orang Arab dan Persi. Seiring dengan
berjalannya waktu didaerah ini terbentuk
dan berkembang masyarakat Islam terutama sebagai akibat perkawinan di antara
saudagar-saudagar muslim dengan perempuan-perempuan anak negeri. Perkawinan ini
menyebabkan lahirnya keturunan-keturunan muslimdari percampuran darah antara
Arab, Persi dengan puteri-puteri perlak. Hal inilah yang kemudian menyebabkan
berdirinya kerajaan Islam Perlak yang pertamapada hari selasa satu hari bulan
Muharram tahun 225 H/ 840 M dengan rajanya Syed Maulana Abdul Azia Shah
(peranakan Arab Quraisydengan puteri perlak) atau yang terkenal dengan gelar
Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Azia Shah.
Adapun para
sultan yang memimpin kerajaan perlak adalah setelah Sultan Alaiddin Syed
Maulana Abdul Azis shah (225-249 H/ 860-864 M) adalah sultan alaiddin syed
maulana abdul rahim shah (249-285 H/ 864-888 M), sultan alaiddin syed maulana
abbas shah (285-300 H/ 888-913 M).masa pemerintahan ketiga sultan ini disebut
sebagai pemerintahan Dinasti syed maulana abdul azis shah. Pada masa
pemerintahan baginda ( aliran syi’ah), aliran ahlus sunnah wal jama’ah mulai
berkembang dalam masyarakat dan hal ini sangat tidak disukai aliran syi’ah.
Pada akhir pemerintahan sultan ketiga terjada perang saudara antara dua
golongan tersebut yang menyebabkan setelah kematian sultan selama dua tahun
tidak ada sultan.
Pada tahun
302-305 H/ 915-918 M naiklah syed maulana ali mughayat shah sebagai sultan. Setelah
kurang lebih tiga tahun,pada akhir masa pemerintahannya pergolakan antara dua
golongan terjadi lagi. Kemenangan ada di pihak ahlus sunnah wal jama’ah
sehingga sultan yang di angkat untuk memerintah perlak di ambil dari
golongannya yaitudari keturunan meurah perlak asli (syahir nuwi).
Adapun urutan
sultan yang memrintah adalah sebagi berikut:
1) Sultan
makdum alaiddin malik abdul kadir shah johan berdaulat (306-310 H/ 928-932 M)
2) Sultan
makdum alaiddin malik muhammad amin shah johan berdaulat (310-334 H/ 932-956 M)
3) Sultan
makdum alaiddin abdul malik shah johan berdaulat (334-362 H/ 956-983 M)
Setelah
diselingi dua penguasa pemerintahan, kerajaan perlak kembali bersatu
dibawah sultan makdum ibrahim shah johan
berdaulat sampai tahun 402 H-1023 M sedangkan sultan-sulatn penggantinya
adalah:
1) Sultan
makdum alaiddin malik mahmud shah johan berdaulat (402-450 H/ 1023-1059 M)
2) Sultan
makdum alaiddin malik mansur shah johan berdaulat (450-470 H/1059-1078 M)
3) Sultan
makdum alaiddin malik abdullah shah johan berdaulat (470-501 H/ 1078-1109 M)
4) Sultan
makdum alaiddin malik ahmad shah johan berdaulat (501-527 H/ 1109-1135 M)
5) Sultan
makdum alaiddin malik mahmud shah johan berdaulat (527-552 H/ 1135-1160 M)
6) Sultan
makdum alaiddin malik usman shah johan berdaulat (552-565 H/ 1160-1173 M)
7) Sultan
makdum alaiddin malik muhammad shah johan berdaulat (565-592 H/ 1173-1200 M)
8) Sulan
makdum alaiddin abdul jalil shah johan berdaulat (592-622 H/ 1200-1230 M)
9) Sultan
makdum alaiddin malik muhammad amin shah II johan berdaulat (622-659 H/
1230-1267 M). Sultan mempunyai dua puteri yaitu puteri ratna kamala dan puteri
ganggang. Puteri pertama dikawinkan dengan raja malaka yaitu sultan muhammad
shah (parameswara sebelum Islam) sedang puteri kedua dikawinkan dengan raja
samudera pasai atau al-malik al-saleh.
10) Sultan makdum alaiddin malik abdul azis shah
johan berdaulat (662-692 H/ 1263-1292 M). Baginda merupakan sultan terakhir
dari kerajaan perlak dinasti johan berdaulat. Setelah sultan mangkat kerajaan
perlak disatukan dengan kerajaan samudera pasai pada masa pemerintahan sultan
muhammmad malik al-zahir putera al-malik al-saleh.[7]
c. Kerajaan Demak (1500- 1550)
Menurut tradisi
yang tercantum dalam historiografi tradisional jawa, pendiri kerajaan demak
ialah raden patah. Dia adalah seorang putera raja majapahit dari istri cina
yang dihadiahkan kepada raja palembang.Graaf menyatakan bahwa asal-usul raja
demak dari keturunan cina dapat dipercaya, bahkan dia sudah menganut agama
Islam ketika dia menetap disana. Konon, dia berasal dari Gresik (jawa timur)
dan menjabat sebagai patih. Dia hidup di Demak pada perempat terakhir abad
ke-15.
Raden patah
adalah salah satu murid sunan kudus yang ulung. Oleh karena itu, tatkala dia
memimpin demak, sunan Kuduslah yang selalu mendampinginya. Sebagai kelengkapan
negara, maka disusunlah angkatan perang. Mereka bukan saja sebagai penjaga dan
pengayom negara, tetapi juga sanggup menjelmakan cita-cita agama Islam. Mereka
juga berhasrat agar agama Islam unggul
dan terus berkembang seperti yang diinginkan oleh para pendahulunya
(walisanga).
Atas nasihat
Sunan Kudus, Raden Patah membuat siasat:
a. Menghancurkan
kekuatan portugis di luar Indonesia
b. Membuat
pertahanan yang kuat di Indonesia
Untuk
dapat menhancurkan portugis di luar Indonesia dikerahkan angkatan laut yang
berpangkalan di Jepara yang dipmpin oleh Adipati Unus (pangeran sabrang lor),
putera Raden Patah. Dengan bantuan dari palembang, mereka menuju ke Malaka.
Akan tetapi, serangan itu dapat ditangkis oleh portugis. Hal itu terjadi pada
tahun 1513. Setelah itu dengan dipimpin oleh ratu kalinyamat (cucu raden patah)
armada laut demak menyerang portugis lagi. Usaha ini pun gagal, karena ternyata
armada portugis lebih unggul.
Tatkala
perjuagan melawan portugis belum selesai, pada tahun 1518 Raden Patah wafat,
dan digantikan oleh puteranya, Adipati Unus (pangeran sabrang lor). Dikenal
dengan nama tersebut, karena dia pernah menyeberang ke utara untuk menyerang
portugis yang ada di sebelah utara (malaka). Di samping itu, dia dikenal dengan
nama Cu Cu Sumangsang/ Aria Sumangsang. Namun sayang, dia hanya memerintah
selama tiga tahun sehingga usahanya sebagai negarawan tidak banyak diceritakan.
Konon, dia mempunyai armada laut yang terdiri dari 40 kapal juang yang berasal
dari daerah-daerah taklukan, terutama yang diperoleh dari Jepara.
Sebagai
penggantinya adalah Sultan Trenggana/ Tranggana, saudara adipati unus. Dia
memerintah dari tahun 1521-1546. Tatkala dia memerintah, kerajaan telah
diperluas ke barat dan ke timur. Ke barat sampai ke banten dan ke timur sampai
ke sangguruh, yaitu daerah di bagian hulu sungai brantas atau saat ini dikenal
dengan kota malang. Sebagai lambang kebesaran Islam, masjid demak pun dibangun
kembali.
Dengan
gambaran tersebut diatas, perjuangan panggeran trenggana tidak kalah oleh para
pendahulunya. Adapun orang-orang portugis di malaka, dirasanya sebagai ancaman
dan bahaya. Untuk menggempur langsung, dia belum sanggup. Namun demikian, dia
berusaha membendung perluasan daerah-daerah yang dikuasai oleh portugis yang
telah berhasil pula menguasai daerah pase di sumatera utara. Seorang ulama
terkemuka di pase, Fatahillah, yang sempat melarikan diri dari kepungan
orang-orang portugis, diterima oleh trenggana. Fatahillah pun dikawinkan dengan
adiknya. Ternyata Fatahillah dapat menghalangi kemajuan orang-orang portugis
dengan merebut kunci-kunci perdagangan kerajaan pejajaran di Jawa Barat yang
belum masuk Islam, yaitu banten dan cirebon. Sementara itu, trenggana sendiri
berhasil menaklukan mataram dipedalaman jawa tengah dan juga Singasari Jawa
Timur bagian selatan. Pasuruan dan panarukan dapat bertahan, sedangkan
blambanggan menjadi bagian dari kerajaan Bali yang tetap Hindu. Dalam usahanya
untuk menyerang Pasuruan pada tahun 1546, Trenggana wafat. Dengan wafatnya
Sultan Trenggana, timbullah pertengkaran yang maha hebat di Demak tentang siapa
yang menggantinya.[8]
Rupanya
peradaban yang sudah cukup maju itu terhenti setelah sultan Trenggana wafat,
karena setelah itu muncul kekacauan dan pertempuran antara para calon pengganti
raja. Konon, ibukota demak pun hancur karenanya. Para calon pengganti raja yang
bertikai itu adalah adik Trenggana (pangeran sedaing Lepen) melawan anak
Trenggana (pangeran prawoto). Adik Trenggana terbunuh dan anak Trenggana dan
keluarganya di bunuh oleh adik Trenggana, Arya Panangsang yang terkenal sangat
kejam. Arya Panangsang juga membunuh adipati Jepara yang sangat besar
pengaruhnya. Istri adipati jepara, Ratu Kalinyamat mengangkat senjata dan
dibantu oleh adipati-adipati yang lain untuk melawan arya panangsang. Salah
satunya adalah Adiwijaya (Jaka Tingkir), menantu Sultan Trenggana yang berkuasa
di Pajang (Boyolali). Akhirnya, Joko Tingkir dapat membunuh Arya Penangsang.
Pada tahun 1568, keraton demak pun di pindah ke Pajang.[9]
d. Kerajaan Pajang (1568-1618)
Pengesahan Joko
Tingkir sebagai raja pertama pajang disahkan oleh Sunan Giri (salah seorang
Wali sanga) dan segera mendapatkan pengakuan dari adipati-adipati di seluruh
Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sedangkan Demak hanya sebagai kadipaten yang
dipimpin oleh seorang adipati, Arya Pangiri. Dia adalah anak Sultan Prawoto
yang diangkat oleh Sultan Pajang.
Setelah Joko
Tingkir (adi wijaya) disahkan menjadi sultan, tanda kebesaran demak dipindahkan
ke pajang. Perlu diketahui, tatkala menjadi konflik antara Aria Panangsang
dengan Adiwijaya mendapat perhatian dari sunan kudus. Sebenarnya sunan kudus
kurang cocok jika adiwijaya menjadi sultan. Sebab, di samping adiwijaya kurang
mampu menghadapi portugis, juga ibukota kerajaan akan pindah ke pedalaman
(pajang). Padahal, sunan kudus menentang kekuasaan pedalaman yang di sana
pernah muncul gerakan agama yang menentang Islam yang dianut oleh pesisir.
Gerakan tersebut ditokohi oleh Syaikh Siti Jenar. Oleh karena itu, pengharapan
sunan kudus kandas.
Selama
pemerintahan Jaka Tingkir, kesusasteraan dan kesenian keraton yang sudah maju
peradabannya di Demak dan Jepara, lambat laun dikenal di Pedalaman Jawa Tengah.
Berkat ajaran tokoh legendaris Syaikh Siti Jenar, agama Islam juga tersebar di
pengging. Diberitakan bahwa hubungan keagamaan antara keraton pajang dengan
masyarakat santrinya yang telah dibentuk oleh ulama dari semarang. Di samping
masalah keagamaan, dipajang juga terdapat tulisan tentang sajak mono listik
jawa yang dikenal dengan Niti Sruti. Sajak tersebut ditulis oleh
pujangga pajang, pangeran karang Gayam. Pada masa kesultanan pajang,
kesusasteraan Jawa juga dihayati dan dihidupkan di Jawa tengah bagian selatan.
Selanjutnya, kesusasteraan jawa di pedalaman berkembang pada masa Mataram
Islam.
Setelah Jaka
Tingkir meninggal dunia pada tahun 1587, para penggantinya tidak dapat
mempertahankan pemerintahannya. Ahli waris sultan Pajang ialah tiga orang
putera menantu, yaitu raja di Tuban, raja di Demak, dan raja di araos Baya, di
samping putranya sendiri, pangeran Benawa, yang konon masih sangat muda. Oleh
karena itu, dia disingkirkan oleh Arya pangiri (dari Demak) dan dijadikan
adipati di Jipang. Sebagai pemimpin pajang
adalah Arya Pangiri . Ternyata, tindakan-tindakannya banyak yang
merugikan rakyat sehingga menimbulkan rasa tidak senang di mana-mana.
Keadaan semacam
itu dimanfaatkan oleh pangeran Benawa untuk merebut kembali kekuasaannya.
Usahanya berhasil, sesudah terjadi pertempuran singkat pada tahun 1588.
Selanjutnya, Arya Pangiri dikembalikan ke Demak. Kemenangan tersebut atas peran
senopati Mataram yang dianggapnya sebagai kakak. Namun, baru atu tahun
memerintah, dia wafat. Meskipun ada pendapat yang mengatakan bahwa dia
meninggalkan pajang, menuju Parakan (Kedu).
Setelah itu,
pemerintahan Pajang banyak dikendalikan oleh orang-orang mataram. Buktinya,
senopati mataram mengangkat Gagak Bening, yang memerintah sampai dengan tahun
1591. Senopati Mataram mengendalikan Pajang sampai dengan tahun 1618.
e. Kerajaan Mataram
Kiai Ageng
Pamanahan yang lebih dikenal dengan nama Kiai Gede mataram, sebagai perintis
kerajaan Mataram. Dialah yang dalam waktu singkat menjadikan daerahnya sangat
maju. Dia sendiri tidak sempat menikmati hasil usahanya, karena dia meninggal
pada tahun 1575. Akan tetapi, anaknya yang bernama Sutawijaya yang dikenal
dengan senopati melanjutkan usahanya dengan giat. Karena dia adalah seorang
yang gagah berani dan mahir dalam peperangan, maka dia dikenal dengan senopati
ing alaga (panglima perang), bahkan Sayidin Panatagama (yang
dipertuan pengatur agama).
Selanjutnya,
pada tahun 1586 dia mengangkat dirinya sebagai raja mataram. Tatkala menjadi
raja, senopati baru menguasai Mataram, kedu, dan banyumas. Sedangkan pajang
sendiri dan daerah-daerah yang menjadi kekuasaannya serta Demak belum mau
tunduk, bahkan wilayah pesisir menentangnya. Namun, tatkala dia meninggal, Jawa
Tengah dan sebagian Jawa Timur sudah dapat ditaklukkan.
Setelah senopati
wafat, pada tahun 1601 dia digantikan oleh puteranya, Mas Jolang (Pangeran Seda
Ing Krepyak) yang hanya sempat mempertahankan daerah-daerah yang telah ditundukan
ayahnya, sebab daerah-daerah selalu berontak. Jawa baru dikuasai tatkala
Mataram dipegang oleh Sultan Agung ( Raden Mas Rangsang). Dia memerintah dari
tahun 1613-1645. Kenaikan tahtahnya tidak lancar, karena. Menjelang wafatnya,
panembahan Krepyak menunjuk puteranya, dan Mas Rangsang, sebagai pengantinya.
Ini berlawanan dengan apa yang dijanjikan lebih dahulu, yaitu bahwa Martapura,
putra yang lebih muda, akan menggantikannya. Martapula ini tidak akan lama
menjadi raja dan akan menyerahkan jabatannya kepada kakaknya. Memang, mula-mula
Raden Martapula diangkat sebagai Raja oleh Ki Adi Pati Mandaraka dan Pangeran
Purbaya. Dia bahkan keluar dari tempat upacara untuk dielu-elukan dan duduk
dikursi kerajaan dari emas. Akan tetapi, atas bisikan Ki Adipati Mandaraka dia
segera meletakan jabatannya dan mempersilahkan kakaknya Den Mas Rangsang untuk
duduk dikursi kerajaan. Kemudian berlangsung pengangkatan raja baru yang
memakai nama Sultan Agung, Senopoti Ing Alaga, Ngabdur-Rahman.
Meraka yang tidak puas ditatang tetapi mereka menyetujuinya.
f. Kerajaan Cirebon
Menurut tradisi
seperti yang tertera dalam historiografi tradisional, pendiri Kerajaan Cirebon
adalah Sunan Gunungjati. Ia bernama Nurullah, kemudian terkenal dengan sebutan
Syaikh Molana. Penulis-penulis portugis mengenalnya dengan nama Falatehan dan
Tagaril. Menurut Hoesein Djajaningrat, kata Falatehan berasal dari bahasa Arab
Fath (kemenangan) dan Tagaril, konon nama sebuah kota di Arab Fakhrullah.
Adapun Hamka menyebut Falatehah dengan nama Fatahillah. Nama tersebut sebagai
penghargaan tertinggi dari Sultan Trenggana karena dia dapat menaklukkan
banten, sedangkan nama sebelumnya adalah Syarif Hidayatullah.
Sartono
mengatakan, berdasarkan tradisi Jawa Barat bahwa Nurullah melakukan ibadah haji
dan sekembalinya (1524) dari Mekah tinggal di Demak. Di sana, dia kawin denagn
saudara perempuan Sultan Trenggana. Tak lama kemudian, Nurullah bertolak ke
banten. Di sana didirikanlah pemukiman bagi pengikutnya (kaum muslimin).
Sepeninggal puteranya, pangeran pasareyan, Nurullah yang kemudian dikenal
dengan nama sunan gunnung jati pindah ke cirebon, sedang pemerintahan di Banten
diserahkan kepada seorang putera lain, Hasanuddin.
Meskipun
sebagai penguasa di Cirebon, tidak ada kepastian bahwa dia membangun keraton
besar di sana. Hanya saja, dia menyuruh membuat masjid yang besar atau
memperluas tempat peribadatan di sana dengan gaya yang sama seperti Masjid suci
Demak yang menjadi model, yang telah menjadi model bagi semua masjid besar di
kota-kota besar Jawa. Tidak dibangunnya keraton besar disana kemungkinan karena
dia sampai sampai dengan tahun 1552 masih berkedudukan di Banten. Konon cirebon yang telah
dikuasainya itu telah diserahkan kepada puterannya (Pangeran Pasareyan ). Setelah
Pangeran Pasareyan meninggal dunia (1552) Sultan yang telah tua itu pindah ke
Cirebon.
Sampai meninggalnya pada 1570, kerajaan
pakuwanbulum juga ditaklukan. Kerajaan pakuwan baru dapat ditaklukan, setelah
Cirebon dipimpin oleh putera Sunan Gunung Jt, Pangeran Ratu atau yang dikenal
Panembahan Ratu. Selama pemerintahannya, dipeliharanya hubungan damai dengan
Mataram ddan penguasa lokal di sebelah barat Mataram. Namun demikian, Pangeran
Ratu juga mengalami pergolakan zaman, yaitu munculnya kekuasaan Belanda,
berdirinya Batavia dan peristiwa lainnya. Pada paruh kedua abad XVII dinasti
ini terpecah menjadi beberapa cabang yang masing-masing mempunyai kekuatan.[10]
g. Kerajaan Aceh Darussalam
Kerajaan Aceh Darussalam didirikan pada tahun 1524 M
oleh Sultan Ali Mughayat Shah.
Peletak dasar kerajaan aceh darussalam adalah Sultan
Alauddin Riayat Shah.
Kerajaan ini mencapai puncaknya pada masa Sultan
Iskandar Muda (1608-1637 M).
Pada masa pemerintahan Aceh Darussalam mulai
mengalami kemajuan dalam bidang perdagangan, karena saudagar-saudagar muslim
yang sebelumnya berdagang dengan Malaka, memindahkan kegiatan mereka ke Aceh,
setelah Malaka dikuasai Portugis (1511 M). Sebagai akibat dari penaklukan
Malaka oleh Portugis itu, jalan dagang yang sebelumnya dari Laut Jawa ke Utara
melalui selat Karimata terus ke Malaka, pindah melalui selat Sunda dan
menyusuri pantai Barat Sumatera terus ke Aceh. Dengan demikian Aceh menjadi
ramai dikunjungi oleh para saudagar dari berbagai negeri. H.J. De Graaf
berpendapat bahwa raja Aceh yang pertama ialah Ali Mughayat Syah.Sultan-sultan
yang pernah memerintah Aceh diantaranya sebagai berikut:[11]
a. Sultan
Johan Syah
b. Sultan
Riayat Syah
c. Sultan
Mahmud Syah
d. Sultan
Firman Syah, dan beberapa Sultan lainnya.
Pada masa
kerajaan ini, perkembangan ilmu pengetahuan semakin maju. Pada masa ini muncul
tokoh-tokoh ulama seperti:
1) Syaikh
abdullah arif (dari arab)
2) Hamzah
al- fansuri (tokoh tasawuf)
3) Syamsuddin
as-sumatrani (1630 M)
4) Abdurrauf
singkel (1693 M)[12]
h. Kerajaan Banten
Kerajaan Islam
banten di dirikan oleh Sunan Gunugjati. Setelah Sunan Gunungjati menaklukan
Banten pada tahun 1525 M, ia kembali ke cirebon, dan kekuasaannya diserahkan
kepada anaknya yaitu Sultan Hasanuddin. Hasanuddin kemudian menikahi puteri
Demak dan diresmikan menjadi panembahan banten pada tahun1552 M. Ia meneruskan
usaha-usaha ayahnya dalam meluaskan wilayah Islam, yaitu ke lampung dan daerah
sekitarnya di Sumatera Selatan, setelah sebelumnya tahun 1527 menaklukan Sunda
Kelapa.
Pada tahun 1568
M, ketika kekuasaan Demak beralih ke pajang, sultan hasanuddin memerdekakan
banten. Oleh karena itu, ia di anggap sebagai raja Islam pertama dari banten.
Ketika ia meninggal pada tahun 1570 M, kedudukannya digantikan oleh putranya
yaitu pangeran Yusuf. Pangeran Yusuf menaklukan pakuan pada tahun 1579 M
sehingga banyak para bangsawan sunda yang masuk Islam.
Setelah pangeran
Yusuf meninggal pada tahun 1580 M, ia digantikan oleh puteranya, yaitu Maulana
Muhammad yang masih muda. Maulana Muhammad bergelar Kanjeng Ratu Banten. Selama
itu kekuasaan dipegang oleh Qadhi bersama empat pembesar istana lainnya.
Maulana Muhammad meninggal pada tahun 1596 M dalam usia 25 tahun. Setelah itu
kedudukannya digantikan oleh anaknya yang masih kecil bernama Abdul Mufakhir
Mahmud Abdul Qadir. Ia memerintah secara resmi pada tahun 1638 M.
Pada masa sultan
Abdul Fattah yang bergelar Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1659 M) terjadi
beberapa kali peperangan antara banten dengan VOC karena sultan ageng tirtayasa
anti belanda. Sikapnya yang anti belanda itu mendapat dukungan dari seorang
alim berpengaruh, yaitu Syaikh Yusuf yang berasal dari makassar. Peperangan itu
baru berakhir dengan perdamaian pada tahun 1659 M. Sikap anti belanda ini tidak
di setujui oleh anaknya, yaitu Abdul kahar yang bergelar Sultan Haji, ia lebih
suka bekerja sama dengan Belanda. [13]
i.
Kerajaan
Goa (Makasar)
Kerajaan
Gowa awalnya merupakan kerajaan non-Islam. Raja Goa mula-mula masuk Islam
adalah Karaeng Tonigallo. Setelah masul Islam, ia bergelar Sultan Alauddin
Awwalul Islam. Kemudian kerajaan Goa (makasar) dinyatakan sebagai kerajaan
Islam makasar pada tahun 1603. Sultan Alauddin Awwalul Islam memerintah sejak
1591-1638 M.
Pada
tahun 1654-1660 M, kerajaan Goa diperintah oleh Sultan Hasanuddin. Selama masa
pemerintahannya, Goa berkembang dan maju. Wilayah kekuasaanya meliputi Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tenggara dan pulau-pulau sekitarnya dan Sumbawa.
Tahun
166o Sultan Hasanuddin turun tahta setelah menandatangani perjanjian perdamaian
dengan belanda. Sebelum perjanjian perdamaian antara sultan hasanuddin dan
belanda, berkali-kali telah terjadi peperangan. Setelah sultan hasanuddin turun
tahta, anaknya Mapasomba naik tahta menggantikannya.
Kerajaan
Makasar berdiri kurang lebih 65 tahun, sejak diproklamirkan oleh Sultan
Alauddin Awwalul Islam tahun 1603 sampai tahun 1669 M.
j.
Kerajaan
Ternate
Raja ternate yang
pertama msuk Islam adalah Raja Gapi Buguna atas ajakan Maulana Husein. Setelah
masuk Islam, maka ternate dinyatakan sebagai kerajaan Islam. Raja Gapi Buguna
memerintah dari tahun 1465-1486 M setelah ia mangkat namanya dikenal sebagai
Raja Marhum.[14]
Kehidupan sosial
masyarakat Maluku sangat dipengaruhi oleh pedagang internasional. Pengaruh
agama sangat terasa di pusat penyebarannya, agama Islam sangat berpengaruh budaya
dan perkembangan di Maluku Utara. Bukan hanya agama islam saja akan tetapi
maluku juga menjadi pusat penyebaran agama katholik dan protestan yang dibawa
oleh bangsa Belanda dan Portugis.[15]
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan
Islam datang ke Indonesia ketika
pengaruh Hindu dan Buddha masih kuat. Kala itu, Majapahit masih menguasai
sebagian besar wilayah yang kini termasuk wilayah Indonesia. Masyarakat
Indonesia berkenalan dengan agama dan kebudayaan Islam melalui jalur
perdagangan, sama seperti ketika berkenalan dengan agama Hindu dan Buddha.
Melalui aktifitas niaga, masyarakat Indonesia yang sudah mengenal Hindu-Buddha
lambat laun mengenal ajaran Islam. Persebaran Islam ini pertama kali terjadi
pada masyarakat pesisir laut yang lebih terbuka terhadap budaya asing. Setelah
itu, barulah Islam menyebar ke daerah pedalaman dan pegunungan melalui
aktifitas ekonomi, pendidikan, dan politik.
Proses masuknya agama Islam ke
Indonesia tidak berlangsung secara revolusioner, cepat, dan tunggal, melainkan
berevolusi, lambat-laun, dan sangat beragam. Dan dalam perkembangan selanjutnya
bermunculan banyak kerajaan-kerajaan islam di Indonesia seperti samudera pasai
dan kerajaan-kerajaan islam lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah,
Taufik. 1991. Sejarah Umat Islam
Indonesia. Jakarta: Majelis Ulama Indonesia.
Amin,
Samsul Munir. 2010. Sejarah Peradaban Islam,
cetakan ke-2. Jakarta: Amzah.
Ibrahim,
Darsono. 2009. Tonggak Sejarah Kebudayaan
Islam. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Saepudin,
Didin. 2007. Sejarah Peradaban Islam.
Jakarta: UIN Press.
Supartha,
I Made, dkk. 2009. Sejarah Kebudayaan
Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Yatim,
Badri. 2006. Sejarah Peradaban Islam.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Yusuf,
Mundzirin. 2006. Sejarah Peradaban Islam
di Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Pinus.
[1] I Made Supartha, dkk, SejarahKebudayaan Indonesia, (Jakarta:
PT. RajagrafindoPersada, 2009), hlm.65.
[4] Drs. Samsul Munir Amin, M.A.,sejarah
peradaban islam,(jakarta:Amzah,2010)hlm. 306-309
[5]
Taufik Abdullah, Sejarah Umat Islam Indonesia, (Majelis Ulama
Indonesia, 1991), hlm. 39.
[6]
http://amrikhan.blogspot.co.id/2013/05/sebab-sebab-islam-cepat-berkembang-di.html.
diakses tanggal 15 oktober 2015. Jam 16;30
[7]
Mundzirin Yusuf, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia,
(Yogyakarta: Penerbit Pinus, 2006), hlm. 55-58.
[8]
Ibid., hlm. 76-80
[9]
Ibid., hlm. 81
[10]
Ibid., hlm.81-89
[11]Didin Saepudin, SejarahPeradaban Islam. (Jakarta: UIN
Press, 2007), hlm. 204.
[12]
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:
AMZAH, 2010), hlm. 333
[13]
Ibid., hlm. 338-339
[14]
Ibid., hlm. 341
[15]Darsono Ibrahim, TonggakSejarahKebudayaan Islam, (Solo:
PT TigaSerangkaiPustakaMandiri, 2009 ), hlm. 35-40
Tidak ada komentar:
Posting Komentar