MASUKNYA
ISLAM
DI NUSANTARA
Di
susun Oleh :
1. Indah Novi Fadhillah (2021113077)
2. Novianti (2021114011)
3. Sahafudin (2021114159)
4. Kharirotun naim (2021114240)
Kelompok 8
TARBIYAH
PAI
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Pada tahun 30 Hijrih atau 651
Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah
Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam
yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini,
para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa
tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan
pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk
Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus
berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri nan hijau
ini sambil berdakwah. dalam makalah ini akan di bahas lebih mendalam mengenai
sejarah perkembangan islam di Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
Islam masuk ke Nusantara?
2.
Bagaimana
tasawuf dan islam di Nusantara?
3.
Apa
saja sebab-sebab islam cepat berkembang di Nusantara?
4.
Apa
saja kesultanan Islam di luar Nusantara?
5.
Apa
saja kerajaan-kerajaan islam di Nusantara?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan dari
penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui
proses masuknya islam ke Nusantara
2.
Mengetahui
tasawuf dan islam di Nusantara
3.
Mengetahui
sebab-sebab islam cepat berkembang di Nusantara
4.
Mengetahui
macam-macam kesultanan Islam di Nusantara
5.
Mengetahui
macam-macam kerajaan-kerajaan islam di Nusantara
BAB II
PEMBAHASAN
A. Islam Masuk ke Nusantara
Ada dua pendapat mengenai islam masuk di
indonesia. Pertama, pendapat lama, yang mengatakan bahwa islam masuk ke
indonesia pada abad ke-13 M. Pendapat ini dikemukakan oleh para sarjana, antara
lain N.H. Krom dan Van Den Berg. Kemudian ternyata pendapat lama tersebut
mendapat sanggahan dan bantahan. Kedua, pendapat baru yang mengatakan bahwa
islam masuk ke indonesia pada abad ke-7 M atau abad 1 H. Pendapat baru ini
dikemukakan oleh H. Agus Salim, M zainal Arifin Abbas, Hamka, Sayed Alwi bin
Taher Alhadad, A. Hasjmy, dan thomas W. Arnold.
Seminar
masuknya islam diindonesia menghasilkan keputusan sebagai berikut.
1.
menurut
sumber-sumber yang kita ketahui, islam untuk pertama kalinya telah masuk ke
indonesia pada abad pertama Hijriyah dan langsung dari arab.
2.
Daerah yang
pertama didatangi oleh islam ialah pesisir sumatera, dan bahwa setelah
terbentuknya masyarakat islam, maka raja oslam yang pertama berada di Aceh.
3.
Dalam proses
pengislaman selanjutnya, orang-orang indonesia ikut aktif mengambil bagian.
4.
Mubaligh-mubaligh
islam yang pertama-tama itu selain sebagai penyiar islam juga sebagai saudagar.
5.
Penyiaran
islam diindonesia dilakukan dengan cara
damai.
6.
Kedatangan islam
ke indonesia, membawa kecerdasan dan peradaban yang tinggi dalam membentuk
kepribadian bangsa indonesia.
Bahkan
diceritakan bahwa ketika islam berkembang pada abad pertama, 1 H ( 7 Masehi ),
Rasulullah telah mengutus Sa’ad bin Abi Waqqash berziarah pada Kaisar Cina dan
memperkenalkan islam di negeri Cina. Diketahui pada abad pertama hijriyah sudah
ada pemukiman masyarakat muslim di kanton.
Pendapat
senada mengenai masuknya islam di abad pertama hijriyah, dikemukakan oleh
Thomas W. Arnold dalam The Peaching Islam, ia mengatakan, “mungkin agama ini
telah dibawa kemari oleh pedagang-pedangan Arab sejak abad-abad pertama
hijriyah, lama sebelum kita memiliki catatan sejarah dimana sebenarnya pengaruh
mereka telah mulai terasa”.[1]
Pedagang-pedagang
Muslim asal Arab,Persia dan India juga ada yang sampai ke kepulauan Indonesia
untuk berdagang sejak abad ke-7 M ( abad 1 H ), ketika islam pertama kali
berkembang di Timur Tengah. Malaka, jauh sebelum di taklukan portugis ,
merupakan pusat utama lalu lintas perdagangan dan pelayaran. Melalui Malaka,
hasil hutan dan rempah-rempah dari seluruh pelosok Nusantara dibawa ke Cina dan
India, terutama Gujarat, yang melakukan hubungan dagang langsung dengan Malaka
pada waktu itu. Sampai berdirinya kerajaan-kerajaan islam itu, perkembangan
agama Islam di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga fase.
a.
Singgahnya
pedagang-pedagang islam di pelabuhan-pelabuhan Nusantara
b.
Adanya
komunitas-komunitas Islam di beberapa daerah kepulauan Indonesia
c.
Berdirinya
kerajaan-kerajaan islam.[2]
Menurut
para sejarawan, islam masuk ke indonesia melalui berbagai jalur sehingga dengan
cepat dapat diterima oleh masyarakat indonesia. Jalur-jalur yang dilakukan oleh
para penyebar islam yang mula-mula di indonesia adalah sebagai berikut.
1.
Melalui jalur
perdagangan.
Islamisasi
melalui perdagangan ini sangat menguntungkan karena para raja dan bangsawan
turut serta dalam kegiatan perdagangan. Mereka yang melakukan dakwah islam,
sekaligus juga sebagai pedagang yang menjajakan dagangannya kepada penduduk
pribumi.
2.
Melalui jalur
perkawinan.
Para
penyebar islam melakukan perkawinan dengan penduduk pribumi. Melalui jalur
perkawinan mereka telah menanamkan cikal bakal kader-kader islam.
3.
Melalui jalur
tasawuf.
Penyebaran
islam kepada masyarakat indonesia melalui jalur tasawuf atau mistik ini mudah
diterima karena sesuai dengan alam pikiran masyarakat indonesia. Misalnya,
menggunakan ilmu-ilmu riyadhat dan kesaktian dalam proses penyebaran agama
islam kepada penduduk setempat.
4.
Melalui jalur
pendidikan.
Dalam
islamisasi di indonesia ini, juga dilakukan melalui jalur pendidikan seperti
pesantren, surau,masjid dan lain-lain yang dilakukan oleh guru-guru agama, kiai
dan ulama. Jalur pendidikan digunakan oleh para wali khususnya di Jawa dengan
membuka lembaga pendidikan pesantren sebagai tempat kaderisasi
mubaligh-mubaligh islam di kemudian hari.
5.
Melalui jalur
kesenian.
Para
penyebar islam juga menggunakan jalur kesenian dalam rangka penyebaran islam,
antara lain dengan wayang, sastra dan berbagai kesenian lainnya.
6.
Melalui jalur
politik.
Para
walisongo melakukan strategi dakwah mereka dikalangan para pembesar kerajaan
seperti Majapahit, Pajajaran, bahkan para walisongo juga mendirikan kerajaan
Demak, sunan Gunung jati juga mendirikan kerajaan Cirebon dan kerajaan banten.
Kesemuanya dilakukan untuk melakukan pendekatan dalam rangka penyebaran islam
baik di sumatera, jawa maupun di indonesia bagian timur, demi kepentingan
politik, kerajaan-kerajaan islam memerangi kerajaan-kerajaan non-islam.
Kemenagan-kemenangan secara politis banyak menarik penduduk kerajaan yang bukan
islam itu masuk islam. [3]
B.
TASAWUF
DAN ISLAMISASI DI INDONESIA
Islam
dalam tahap ini sangat diwarnai oleh aspek tasawuf, namun tidak berarti bahwa
aspek hukum terabaikan sama sekali. Meskipun demikian, secara umum islam
tasawuf tetap unggul dalam tahap pertama islamisasi, setidaknya sampai akhir
abad ke-17 M. Hal tersebut dikarenakan islam tasawuf yang datang ke Nusantara,
dengan segala pemahaman dan penafsiran mistisnya terhadap islam, dalam berbagai
segi tertentu “cocok” dengan latar belakang masyarakat setempat yang dipengaruhi
asketisme Hindu Buddha dan Sinkritisme kepercayaan lokal. Dalam proses
islamisasi tahap pertama ini islam tidak langsung secara merata diterima oleh
lapisan bawah masyarakat.
Sementara
di Jawa, proses islamisasi sudah berlangsung sejak abad ke-11 M, meskipun belum
meluas, terbukti dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun di Leran Gresik
yang berangka tahun 475 H/1082 M. Adapun para penyebar islam di jawa yaitu Walisongo, mereka ialah:
a. Maulana
Malik Ibrahim
b. Sunan
Ampel
c. Sunan
Bonang
d. Sunan
Derajat
e. Sunan
Giri
f. Sunan
Kalijaga
g. Sunan
Kudus
h. Sunan
Muria
i.
Sunan Gunungjati
C. Sebab-sebab Islam Cepat Berkembang di Indonesia
Sekitar permulaan abad XV, Islam telah memperkuat kedudukannya di
Malaka, pusat rute perdagangan Asia Tenggara yang kemudian melebarkan sayapnya
ke wilayah-wilayah Indonesia lainnya. Pada permulaan abad tersebut, Islam sudah
bisa menjejakkan kakinya ke Maluku, dan yang terpenting ke beberapa kota
perdagangan di pesisir utara pulau Jawa yang selama beberapa abad menjadi pusat
kerajaan Hindu yaitu kerajaan Majapahit. Dalam waktu yang tidak terlalu lama
yakni permulaan abad XVII dengan masuk Islamnya
penguasa kerajaan Mataram yaitu Sultan Agung, kemenangan agama tersebut
hampir meliputi sebagian besar wilayah Indonesia. Berbeda dengan masuknya Islam
ke negara-negara di bagian dunia lainnya yakni dengan kekuatan militer,
masuknya Islam ke Indonesia itu dengan cara damai disertai dengan jiwa toleran
dan saling menghargai antara penyebar dan pemeluk agama baru dengan
penganut-penganut agama lama (Hindu-Budha).
Ada beberapa hal yang menyebabkan agama Islam cepat berkembang di
Indonesia. Menurut Dr. Adil Muhyidin Al-Allusi, seorang penulis sejarah Islam
dari Timur Tengah, menyatakan bahwa ada tiga factor yang menyebabkan Islam
cepat berkembang di Indonesia, yaitu sebagai berikut:
1. Faktor Agama
Faktor agama, yaitu akidah islam itu
sendiri dan dasar-dasarnya yang memerintahkan menjunjung tinggi kepribadian dan
meningkatkan harkat dan martabatnya, menghapuskan kekuasaan kelas rohaniwan
seperti Brahmana dalam system kasta yang diajarkan Hindu. Masyarakat yang
diyakinkan bahwa dalam Islam semua lapisan masyarakat sama kedudukannya, tidak
ada yang lebih utama dalam pandangan Allah kecuali karena taqwanya. Mereka juga sama didalam hukum, tidak ada yang diistemewakan meskipun ia
keturunan bangsawan. Dengan demikian, semua lapisan masyarakat dapat saling hidup rukun, bersaudara,
bergotong royong, saling menghargai, saling mengasihi, bersikap adil, sehingga
toleransi Islam merupakan ciri utama bangsa ini yang di kenal dunia dewasa ini.
Selain itu akidah sufi kaum muslimin juga ikut membantu memasyarakatkan
Islam di Indonesia, karena memiliki banyak persamaan dengan kepercayaan kuno
Indonesia, yang cenderung menghargai pada pandangan dunia mistik. Seperti kepercayaan
pada tiga dewa, yaitu dewa kecantikan, kemahiran, dan kesenian, yang diwariskan
Hindu yang dasarnya menganut animisme.
2. Faktor Politik
Faktor politik yang diwarnai oleh pertarungan dalam negeri antara
negara-negara dan penguasa-penguasa Indonesia, serat oleh pertarungan
negara-negara bagian itu dengan pemerintah pusatnya yang beragama Hindu. Hal
tersebut mendorong para penguasa, para bangsawan dan para pejabat di
negara-negara bagian tersebut untuk menganut agama Islam, yang di pandang mereka
sebagai senjata ampuh untuk melawan dan menumbangkan kekuatan Hindu. Hal itu
dapat di buktikan hingga kini, bahwa apabila semangat keislaman dibangkitkan
ditengah-tengah masyarakat Indonesia, baik di Sumatra, Jawa maupun kepulauan
Indonesia lainnya, dengan mudah sekali seluruh kekuatan dan semangat keislaman
itu akan bangkit serentak sebagai suatu kekuatan kekuatan yang dahsyat.
3.
Faktor
Ekonomi
Factor ekonomis yang pertama
diperankan oleh para pedagang yang menggunakan jalan laut, baik antar kepulauan
Indonesia sendiri, maupun yang melampaui perairan Indonesia ke Cina, India, dan
Teluk Arab/Parsi yang merupakan pendukung utamanya, karena telah memberikaan
keuntungan yang tidak sedikit sekaligus mendatangkan bea masuk yang besar bagi
pelabuhan-pelabuhan yang disinggahinya, baik menyangkut barang-barang yang
masuk maupun yang keluar. Ternyata
orang-orang yang terlibat dalam perdagangan itu bukan hanya para pedagang,
tetapi dianatara mereka terdapat para penguasa negara-negara bagian, pejabat
negara dan kaum bangsawan. Karena perdagangan melalui lautan Indonesia dan
India hampir seluruhnya dikuasai pedagang arab, maka para pedagang Indonesia
yang terdiri dari para pejabat dan bangsawan itu, yang bertindak sebagai
ageb-agen barang Indonesia yang akan dikirim ke luar dan sebagai penyalur
barang-barang yang masuk ke Indonesia, banyak berhubungan dengan para pedagang
muslim Arab yang sekaligus mengajak mereka.
Dalam waktu yang relative cepat, ternyata agama Islam dapat diterima dengan
baik oleh sebagian besar lapisan masyarakat Indonesia, mulai dari rakyat jelata
hingga kaum bangsawan.
Ada beberapa factor yang menyebabkan agama Islam dapat berkembang cepat di
Indonesia. Di antaranya sebagai berikut:
1. Syarat untuk masuk agama Islam sangatlah
mudah. Seseorang hanya butuh mengucapkan kalimat syahadat untuk bisa secara
resmi menganut agama Islam.
2. Agama Islam tidak mengenal system
pembagian masyarakat berdasarkan kasta. Dalam ajaran agama Islam tidak dikenal
adanya berbedaan golongan dalam masyarakat. Setiap anggota masyarakta mempunyai
kedudukan yang sama sebagai hamba Allah SWT.
3. Penyebaran agama Islam dilakukan dengan
jalan yang relative damai (tanpa melalui kekerasan).
4. Sifat bangsa Indonesia yang ramah tamah
member peluang untuk bergaul lebih erat dengan bangsa lain. Di dalam pergaulan
yang erat itu kemudian terjadi saling mempengaruhi dan saling pengertian.
5. Upacara-upacara keagamaan dalam Islam
lebih sederhana.
Faktor-faktor di atas didukung pula
dengan semangat para penganut Islam untuk terus menyebarkan agama yang telah
dianutnya, karena bagi penganut agama Islam, menyebarkan agama Islam adalah
merupakan sebuah kewajiban.
Salah satu factor penting yang menjadi daya tarik begi terjadinya konversi
massal kepada Islam adalah tentang introduksi kebudayaan peradaban literasi
yang relative universal bagi penduduk Indo-Melayu. Factor ini telah sering
dikemukakan banyak ahli, khususnya al-Attas. Bahkan Al-Attas dengan terlalu
bersemangat menyimpulkan bahwa pengenalan kebudayaan peradaban literasi ini telah memunculkan semanagat rasionalisme
dan intelektualisme bukan saja dikalangan keraton atau istana, tetapi juga
dikalangan rakyat jelata.
Penyebaran Islam yang begitu massif di Indo-Melayu pada masa-masa ini,
tidak hanya berkaitan dengan para pedagang atau lebih tepatnya dengan apa yang
disebut Reid sebagai “repaid
commercialization” kawasan Asia Tenggara. Berbarengan dengan itu, penting pula
dicatat kehadiran para guru sufi
pengembara yang berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain untuk
menyebarkan Islam. Berbeda dengan para pedagang atau dunia perdagangan pada umumnya yang berpusat di wilayah-wilayah pesisir yang terbuka dan
kosmopolitan itu, guru-guru sufi pengembara ini merambah daerah-daerah
pedalaman yang tertutup, yang lebih di kuasai budaya agraris dan pandangan
kosmopolitannya yang khas.
Melalui sebab-sebab itulah Islam cepat berkembang dan mendapat pengikut
yang banyak, meskipun ada perbedaan dalam mengungkapkan bagaimana Islam cepat
berkembang di Indonesia.[4]
- Kesultanan islam diluar indonesia
1.kesultanan
malaka (abad 15)
Kesultanan
ini terletak di semenanjung malaka. Islam di malaka berasal dari ksultanan
samudra pasai. Pendiri kesultanan malaka adalah parameswara, seorang pangeran
majapahit. Parameswara menikah dengan putri sultan samudra pasai dan kemudian
masuk islam. Kesultanan malaka mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan
sultan muzzafar syah pada tahun (1445-1459). Kesultanan ini runtuh ketika
portugis menyerang dan mengalahkan malaka pada tahun 1511. Peninggalan sejarah
kesultanan malaka berupa mata uang yang merupakan peninggalan dari akhir abad
ke -15 dan benteng A-farmosa yang merupakan bukti penaklukan malaka oleh
pasukan portugis.
kesultanan malaka terkenal dan maju
dalam perdagangan karena malaka sebagai
kota pelabuhan yang di kunjungi banyak pedagang sebagai pusat transit
perdagangan di wilayah asia tenggara.
Adapun
sultan malaka adalah:
1.
Parameswara ( Megat Iskandar Syah) (1402-1424)
2.
Sultan Muhammad Syah (1424-1444)
3.
Sri Parameswara Dewa Syah (1444-1446)
4.
Sultan Muzaffar Syah (1446-1459)
5.
Sultan Mansyur Syah (1459-1477)
6.
Sultan Alauddin Riayat Syah (1477-1488)
7.
Sultan Mahmud Syah (1488-1528)
2.
kesultanan islam pattani (abad 15)
Kehadiran islam di pattani dimulai
dengan kedatangan Syaikh Said, nubaligh dari pasai, yang berhasil menyembuhkan
Raja Pattani bernama Phaya Tu Nakpa yang sedang sakit parah. Phaya Tu Nakpa
(1486-1530 M) beragama Buddha, kemudian masuk islam dan bergelar sultan islamil
syah. Kesultanan pattani kemudian menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan,
terutama bagi pedagang dari cina dan india. Kejayaan pattani berakhir setelah
di kalahkan kerajaan siam dari Bangkok. Peninggalan sejarah pattani berupa
nisan kubur yang di sebut Batu Aceh yang melambangkan kedekatan hubungan dengan
samudra pasai.
3.
Kesultanan Brunai Darusalam
Raja brunei pertama adalah awing
betatar yang tertarik menerima islam dan mengganti namanya menjadi sultan
Muhammad syah. Lalu seluruh keluarga istana masuk islam., termasuk putra sultan
Muhammad syah yang kelak menggantikannya menjadi sultan kedua yaitu sultan
ahmad.
Pada tahun 1511 M, kerajaan malak
jatuh ke tangan portugis. Maka atas kekosongan ini brunei mengambil alih
menjadi pusat penyebaran islam dan perdagangan di kepulauan melayu. Di zaman
pemerintahan sultan bolkiah (1473-1521
M), sultan brunei ke-5, brunei berkembang menjadi suatu kerajaan yang maju dan
kuat. Sultan bolkiah gemar mengadakan ekspedisi pelayaran hingga di beri gelar
Nahkoda Ragam.pada tahun 1564 M, gubernur sepanyol Francesco de Sande memperingatkan pemerintahan brunei agar tidak
melakukan dakawahislam ke dalam daerah kekuasaannyadi kepulauan sulu-mindano
dan Filipina yang berada di bawah kekuasaanya. Kerajaan brunei merupakan
kerajaan islam yang makmur di kawasan Asia Tenggara .
Brunei merdeka sebagai Negara islam
di bawah pimpinan sultan ke-29, yaitu sultan hasanal bolkiah muizaddin
waddaulah. Panggilan resmi kenegaraan sultan adalah kebawah duli yang maha
mulia paduka seri baginda sultan dan yang dipertuan Negara. Gelar muizaddin
waddaulah (penata agama dan Negara ) merupakan ciri sebutan yang selalu melekat
pada setiap raja yang memerintah brunei.sultan has anal bolkiah sebagai sultan
yang memegang kepala Negara sekaligus pemerintahan.
Adapun secara lengkap raja-raja
brunei darusalam adalah:
1. Sultan
Muhammad Syah (1405-1415)
2. Sultan
Ahmad (1415-1425)
3. Sultan
Sharif Ali (1425-1433)
4. Sultan
Sulaiman (1433-1473)
5. Sultan
Bolkiah (1473-1521)
6. Sultan
Abdul Kahar (1521-1575)
7. Sultan
Saiful Rijal (1575-1600)
8. Sultan
Syah Brunei ( 1600-1605)
9. Sultan
Hassan (1605-1619)
10. Sultan
Abdul Jalilul Akbar (1619-1649)
11. Sultan
Abdul Jalilul Jabbar (1649-1652)
12. Sultan
Muhammad Ali (1652-1660)
13. Sultan
Abdul Akkul Mubin (1660-1673)
14. Sultan
Muhyiddin (1673-1690)
15. Sultan
Nasaruddin (1690-1705)
16. Sultan
Hussin Kamaluddin (1705-1730)
17. Sultan
Muhammad Alauddin (1730-1745)
18. Sultan
Omar Ali Saifuddin I (1762-1795)
19. Sultan
Muhammad Tajuddin (1796-1807)
20. Sultan
Muhammad Jamalul Alam I (1806-1807)
21. Sultan
Muhammad Kanzul Alam (1807-1829)
22. Sultan
Muhammad Alam (1825-1828)
23. Sultan
Pengiran Muda Omar Ali Saifuddin II (1829-1852)
24. Sultan
Abdul Momin (1852-1885)
25. Sultan
Hashim Jalilul Alam Aqamaddin (1885-1906)
26. Sultan
Muhammad Jamalul Alam II (1906-1924)
27. Sultan
Muhammad Tajuddin Akhazul Khairi Waddien (1924-1950)
28. Sultan
Omar Ali Saifuddien III (1950-1967)
29. Sultan
Hassanal Bolkiah Mu’izzaddin Waddaulah (1967-sekarang)
4. kesultanan islam
sulu abad ke 15
Kesultan
sulu merupakan kesultanan islam yang terletak di Filipina bagian selatan. Islam
masuk dan berkembang di sulu melalui orang arab yang melewati jalur perdagangan
malaka dan Filipina. Pembawa islam di sulu adalah syarif karim al-makdum,
mubalig arab yang ali dalam ilmu pengobatan. Abu bakar, seorang da’i dari arab,
menikah dengan putri dari pangeran bwansa dan kemudian memerintah di sulu
dengan mengangkat dirinya sebagai sultan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
penduduk bwansa dan pemimpin-pemimpin mereka pastilah orang yang telah memeluk
islam dan memiliki kemauan untuk menerima suatu kerajaan di negerinya
Para Penguasa Kesultanan Sulu di
Filipina Selatan dimulai sejak Syarif Abu Bakar (Sultan Syarif Al-Hasyim)
(1405-1420 M) hingga Sultan Jamalul Kiram II (1887) berjumlah 32 sultan. Di
antaranya adalah Sultan Abu Bakar ( Sultan Syarif Al Hasyim), Sultan Kamaluddin
bin Syarif Abu Bakar, Sultan Alauddin bin syarif Abu Bakar.
5. kesultan johor (abad
ke 16)
Kesultan
johor berdiri setelah Kesultanan Malaka di kalahkan oleh portugis (1511 M).
Sultan Alaudin Riayat Syah membangun kesultanan johor sekitar tahun 1530-1536.
Masa kejayaan kesultanan ini terjadi pada masa pemerintahan Sultan Abdul Jalil
Riayat Syah II. Kesultanan Johor memperkuat dirinya dengan mengadakan aliansi
bersama kesultanan Riau sehingga di sebut kesultanan Johor-Riau. Kesultanan
Johor-Riau berakhir setelah Raja Haji wafat dan wilayahnya di kuasai Belanda.
Kesultanan
Johor merupakan lanjutan dari Kesultanan Malaka (1511). Kesultanan Johor
merupakan kerajaan yang gigih mengadakan perlawanan terhadap penjajahan
portugis. Pada masa pemerintahan Sultan Johor yang ketiga yaitu Sultan Abdul
Jalil Riayat Syah I, kerajaan ini sangat di segani penjajah. Demikian pula pada
masa pemerintahan sultan ke empat yaitu Sultan Abdul Jalil Riayat Syah II. Pada
masa pemerintahannya kerajaan johor berada pada puncak kemegahanya.
Adapun para sultan johor adalah
1. Sultan
Alauddin Riayat Syah
2. Sultan
Muzafar Syah
3. Sultan
Abdul Jalil Riayat Syah I
4. Sultan
Abdul Jalil Riayat Syah II
E. Kondisi kerajaan-kerajaan di Indonesia
a. Kerjaan Samudera pasai
Kerajaan islam pertama di indonesia adalah kerajaan samudra
pasai yang merupakan kerajaan kembar. Kerajaan islam ini terletak di pesisir
Timur Laut Aceh. Kemunculannya sebagai kerajaan islam diperkirakan mulai awal
atau pertengahan abad ke-13 M, sebagai hasil dari proses Islamisasi
daerah-daerah pantai yang pernah disinggahi pedagang-pedagang Muslim sejak abad
ke-7, ke-8 M, dan seterusnya. Bukti berdirinya kerajaan samudera pasaai pada
abad ke-13 M itu didukung oleh adanya nisan kubur terbuat dari granit asal
samudera pasai. Dari nisan itu, dapat diketaui bahwa raja pertama kerajaan itu
meninggal pada bulan ramadhan tahun 696 H, yanh diperkirakan bertepatan dengan
tahun 1297 M.
Malik
Al-Saleh, raja pertama itu, merupakan pendiri kerajaan tersebut. Hal itu
diketahui melalui tradisi hikayat Raja-raja pasai, hikayat melayu, dan juga
hasil penelitian atas beberapa sumber yang dilakukan sarjana-sarjana barat,
khususnya para sarjana Belanda, seperti Snouck Hurgronye, J.P. Molquette, J.L.
Moens, J. Hushoff Poll, G.P. Rouffaer,
H.K.J. Cowan, dan lain-lain.
b. Kerajaan Perlak
Sebagai sebuah pelabuhan perniagaan yang maju dan
aman pada abad ke-8 M perlak menjadi tempat persinggahan kapal-kapal niaga
orang-orang Arab dan Persi. Seiring dengan berjalannya waktu didaerah ini terbentuk dan berkembang masyarakat Islam
terutama sebagai akibat perkawinan di antara saudagar-saudagar muslim dengan
perempuan-perempuan anak negeri. Perkawinan ini menyebabkan lahirnya
keturunan-keturunan muslimdari percampuran darah antara Arab, Persi dengan
puteri-puteri perlak. Hal inilah yang kemudian menyebabkan berdirinya kerajaan
Islam Perlak yang pertamapada hari selasa satu hari bulan Muharram tahun 225 H/
840 M dengan rajanya Syed Maulana Abdul Azia Shah (peranakan Arab Quraisydengan
puteri perlak) atau yang terkenal dengan gelar Sultan Alaiddin Syed Maulana
Abdul Azia Shah.
Adapun para sultan yang memimpin kerajaan perlak
adalah setelah Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Azis shah (225-249 H/ 860-864
M) adalah sultan alaiddin syed maulana abdul rahim shah (249-285 H/ 864-888 M),
sultan alaiddin syed maulana abbas shah (285-300 H/ 888-913 M).masa
pemerintahan ketiga sultan ini disebut sebagai pemerintahan Dinasti syed
maulana abdul azis shah. Pada masa pemerintahan baginda ( aliran syi’ah),
aliran ahlus sunnah wal jama’ah mulai berkembang dalam masyarakat dan hal ini
sangat tidak disukai aliran syi’ah. Pada akhir pemerintahan sultan ketiga
terjada perang saudara antara dua golongan tersebut yang menyebabkan setelah
kematian sultan selama dua tahun tidak ada sultan.
Pada tahun 302-305 H/ 915-918 M naiklah syed maulana
ali mughayat shah sebagai sultan. Setelah kurang lebih tiga tahun,pada akhir
masa pemerintahannya pergolakan antara dua golongan terjadi lagi. Kemenangan
ada di pihak ahlus sunnah wal jama’ah sehingga sultan yang di angkat untuk memerintah
perlak di ambil dari golongannya yaitudari keturunan meurah perlak asli (syahir
nuwi).
Adapun urutan sultan yang memrintah adalah sebagi
berikut:
1) Sultan
makdum alaiddin malik abdul kadir shah johan berdaulat (306-310 H/ 928-932 M)
2) Sultan
makdum alaiddin malik muhammad amin shah johan berdaulat (310-334 H/ 932-956 M)
3) Sultan
makdum alaiddin abdul malik shah johan berdaulat (334-362 H/ 956-983 M)
Setelah
diselingi dua penguasa pemerintahan, kerajaan perlak kembali bersatu
dibawah sultan makdum ibrahim shah johan
berdaulat sampai tahun 402 H-1023 M sedangkan sultan-sulatn penggantinya
adalah:
1) Sultan
makdum alaiddin malik mahmud shah johan berdaulat (402-450 H/ 1023-1059 M)
2) Sultan
makdum alaiddin malik mansur shah johan berdaulat (450-470 H/1059-1078 M)
3) Sultan
makdum alaiddin malik abdullah shah johan berdaulat (470-501 H/ 1078-1109 M)
4) Sultan
makdum alaiddin malik ahmad shah johan berdaulat (501-527 H/ 1109-1135 M)
5) Sultan
makdum alaiddin malik mahmud shah johan berdaulat (527-552 H/ 1135-1160 M)
6) Sultan
makdum alaiddin malik usman shah johan berdaulat (552-565 H/ 1160-1173 M)
7) Sultan
makdum alaiddin malik muhammad shah johan berdaulat (565-592 H/ 1173-1200 M)
8) Sulan
makdum alaiddin abdul jalil shah johan berdaulat (592-622 H/ 1200-1230 M)
9) Sultan
makdum alaiddin malik muhammad amin shah II johan berdaulat (622-659 H/
1230-1267 M). Sultan mempunyai dua puteri yaitu puteri ratna kamala dan puteri
ganggang. Puteri pertama dikawinkan dengan raja malaka yaitu sultan muhammad
shah (parameswara sebelum Islam) sedang puteri kedua dikawinkan dengan raja
samudera pasai atau al-malik al-saleh.
10) Sultan makdum alaiddin malik abdul azis shah
johan berdaulat (662-692 H/ 1263-1292 M). Baginda merupakan sultan terakhir
dari kerajaan perlak dinasti johan berdaulat. Setelah sultan mangkat kerajaan
perlak disatukan dengan kerajaan samudera pasai pada masa pemerintahan sultan
muhammmad malik al-zahir putera al-malik al-saleh.[5]
c. Kerajaan Demak (1500- 1550)
Menurut tradisi yang tercantum dalam historiografi
tradisional jawa, pendiri kerajaan demak ialah raden patah. Dia adalah seorang
putera raja majapahit dari istri cina yang dihadiahkan kepada raja
palembang.Graaf menyatakan bahwa asal-usul raja demak dari keturunan cina dapat
dipercaya, bahkan dia sudah menganut agama Islam ketika dia menetap disana.
Konon, dia berasal dari Gresik (jawa timur) dan menjabat sebagai patih. Dia
hidup di Demak pada perempat terakhir abad ke-15.
Raden patah adalah salah satu murid sunan kudus yang
ulung. Oleh karena itu, tatkala dia memimpin demak, sunan Kuduslah yang selalu
mendampinginya. Sebagai kelengkapan negara, maka disusunlah angkatan perang.
Mereka bukan saja sebagai penjaga dan pengayom negara, tetapi juga sanggup
menjelmakan cita-cita agama Islam. Mereka juga berhasrat agar agama Islam unggul dan terus berkembang
seperti yang diinginkan oleh para pendahulunya (walisanga).
Atas nasihat Sunan Kudus, Raden Patah membuat
siasat:
a. Menghancurkan
kekuatan portugis di luar Indonesia
b. Membuat
pertahanan yang kuat di Indonesia
Untuk dapat menhancurkan portugis di
luar Indonesia dikerahkan angkatan laut yang berpangkalan di Jepara yang
dipmpin oleh Adipati Unus (pangeran sabrang lor), putera Raden Patah. Dengan
bantuan dari palembang, mereka menuju ke Malaka. Akan tetapi, serangan itu
dapat ditangkis oleh portugis. Hal itu terjadi pada tahun 1513. Setelah itu
dengan dipimpin oleh ratu kalinyamat (cucu raden patah) armada laut demak
menyerang portugis lagi. Usaha ini pun gagal, karena ternyata armada portugis
lebih unggul.
Tatkala perjuagan melawan portugis belum
selesai, pada tahun 1518 Raden Patah wafat, dan digantikan oleh puteranya,
Adipati Unus (pangeran sabrang lor). Dikenal dengan nama tersebut, karena dia
pernah menyeberang ke utara untuk menyerang portugis yang ada di sebelah utara
(malaka). Di samping itu, dia dikenal dengan nama Cu Cu Sumangsang/ Aria
Sumangsang. Namun sayang, dia hanya memerintah selama tiga tahun sehingga
usahanya sebagai negarawan tidak banyak diceritakan. Konon, dia mempunyai
armada laut yang terdiri dari 40 kapal juang yang berasal dari daerah-daerah
taklukan, terutama yang diperoleh dari Jepara.
Sebagai penggantinya adalah Sultan
Trenggana/ Tranggana, saudara adipati unus. Dia memerintah dari tahun
1521-1546. Tatkala dia memerintah, kerajaan telah diperluas ke barat dan ke
timur. Ke barat sampai ke banten dan ke timur sampai ke sangguruh, yaitu daerah
di bagian hulu sungai brantas atau saat ini dikenal dengan kota malang. Sebagai
lambang kebesaran Islam, masjid demak pun dibangun kembali.
Dengan gambaran tersebut diatas,
perjuangan panggeran trenggana tidak kalah oleh para pendahulunya. Adapun
orang-orang portugis di malaka, dirasanya sebagai ancaman dan bahaya. Untuk
menggempur langsung, dia belum sanggup. Namun demikian, dia berusaha membendung
perluasan daerah-daerah yang dikuasai oleh portugis yang telah berhasil pula
menguasai daerah pase di sumatera utara. Seorang ulama terkemuka di pase,
Fatahillah, yang sempat melarikan diri dari kepungan orang-orang portugis,
diterima oleh trenggana. Fatahillah pun dikawinkan dengan adiknya. Ternyata
Fatahillah dapat menghalangi kemajuan orang-orang portugis dengan merebut
kunci-kunci perdagangan kerajaan pejajaran di Jawa Barat yang belum masuk
Islam, yaitu banten dan cirebon. Sementara itu, trenggana sendiri berhasil
menaklukan mataram dipedalaman jawa tengah dan juga Singasari Jawa Timur bagian
selatan. Pasuruan dan panarukan dapat bertahan, sedangkan blambanggan menjadi
bagian dari kerajaan Bali yang tetap Hindu. Dalam usahanya untuk menyerang
Pasuruan pada tahun 1546, Trenggana wafat. Dengan wafatnya Sultan Trenggana,
timbullah pertengkaran yang maha hebat di Demak tentang siapa yang
menggantinya.[6]
Rupanya peradaban yang sudah cukup maju
itu terhenti setelah sultan Trenggana wafat, karena setelah itu muncul
kekacauan dan pertempuran antara para calon pengganti raja. Konon, ibukota
demak pun hancur karenanya. Para calon pengganti raja yang bertikai itu adalah
adik Trenggana (pangeran sedaing Lepen) melawan anak Trenggana (pangeran
prawoto). Adik Trenggana terbunuh dan anak Trenggana dan keluarganya di bunuh
oleh adik Trenggana, Arya Panangsang yang terkenal sangat kejam. Arya
Panangsang juga membunuh adipati Jepara yang sangat besar pengaruhnya. Istri
adipati jepara, Ratu Kalinyamat mengangkat senjata dan dibantu oleh
adipati-adipati yang lain untuk melawan arya panangsang. Salah satunya adalah
Adiwijaya (Jaka Tingkir), menantu Sultan Trenggana yang berkuasa di Pajang
(Boyolali). Akhirnya, Joko Tingkir dapat membunuh Arya Penangsang. Pada tahun
1568, keraton demak pun di pindah ke Pajang.[7]
d. Kerajaan Pajang (1568-1618)
Pengesahan Joko Tingkir sebagai raja pertama pajang
disahkan oleh Sunan Giri (salah seorang Wali sanga) dan segera mendapatkan
pengakuan dari adipati-adipati di seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sedangkan
Demak hanya sebagai kadipaten yang dipimpin oleh seorang adipati, Arya Pangiri.
Dia adalah anak Sultan Prawoto yang diangkat oleh Sultan Pajang.
Setelah Joko Tingkir (adi wijaya) disahkan menjadi
sultan, tanda kebesaran demak dipindahkan ke pajang. Perlu diketahui, tatkala
menjadi konflik antara Aria Panangsang dengan Adiwijaya mendapat perhatian dari
sunan kudus. Sebenarnya sunan kudus kurang cocok jika adiwijaya menjadi sultan.
Sebab, di samping adiwijaya kurang mampu menghadapi portugis, juga ibukota
kerajaan akan pindah ke pedalaman (pajang). Padahal, sunan kudus menentang
kekuasaan pedalaman yang di sana pernah muncul gerakan agama yang menentang
Islam yang dianut oleh pesisir. Gerakan tersebut ditokohi oleh Syaikh Siti
Jenar. Oleh karena itu, pengharapan sunan kudus kandas.
Selama pemerintahan Jaka Tingkir, kesusasteraan dan
kesenian keraton yang sudah maju peradabannya di Demak dan Jepara, lambat laun
dikenal di Pedalaman Jawa Tengah. Berkat ajaran tokoh legendaris Syaikh Siti
Jenar, agama Islam juga tersebar di pengging. Diberitakan bahwa hubungan
keagamaan antara keraton pajang dengan masyarakat santrinya yang telah dibentuk
oleh ulama dari semarang. Di samping masalah keagamaan, dipajang juga terdapat
tulisan tentang sajak mono listik jawa yang dikenal dengan Niti Sruti. Sajak
tersebut ditulis oleh pujangga pajang, pangeran karang Gayam. Pada masa
kesultanan pajang, kesusasteraan Jawa juga dihayati dan dihidupkan di Jawa
tengah bagian selatan. Selanjutnya, kesusasteraan jawa di pedalaman berkembang
pada masa Mataram Islam.
Setelah Jaka Tingkir meninggal dunia pada tahun
1587, para penggantinya tidak dapat mempertahankan pemerintahannya. Ahli waris
sultan Pajang ialah tiga orang putera menantu, yaitu raja di Tuban, raja di
Demak, dan raja di araos Baya, di samping putranya sendiri, pangeran Benawa,
yang konon masih sangat muda. Oleh karena itu, dia disingkirkan oleh Arya
pangiri (dari Demak) dan dijadikan adipati di Jipang. Sebagai pemimpin
pajang adalah Arya Pangiri . Ternyata,
tindakan-tindakannya banyak yang merugikan rakyat sehingga menimbulkan rasa
tidak senang di mana-mana.
Setelah itu, pemerintahan Pajang banyak dikendalikan
oleh orang-orang mataram. Buktinya, senopati mataram mengangkat Gagak Bening,
yang memerintah sampai dengan tahun 1591. Senopati Mataram mengendalikan Pajang
sampai dengan tahun 1618.
e. Kerajaan Mataram
Kiai Ageng Pamanahan yang lebih dikenal dengan nama
Kiai Gede mataram, sebagai perintis kerajaan Mataram. Dialah yang dalam waktu
singkat menjadikan daerahnya sangat maju. Dia sendiri tidak sempat menikmati
hasil usahanya, karena dia meninggal pada tahun 1575. Akan tetapi, anaknya yang
bernama Sutawijaya yang dikenal dengan senopati melanjutkan usahanya dengan
giat. Karena dia adalah seorang yang gagah berani dan mahir dalam peperangan,
maka dia dikenal dengan senopati ing alaga (panglima perang), bahkan Sayidin
Panatagama (yang dipertuan pengatur agama).
Selanjutnya, pada tahun 1586 dia
mengangkat dirinya sebagai raja mataram. Tatkala menjadi raja, senopati baru
menguasai Mataram, kedu, dan banyumas. Sedangkan pajang sendiri dan
daerah-daerah yang menjadi kekuasaannya serta Demak belum mau tunduk, bahkan
wilayah pesisir menentangnya. Namun, tatkala dia meninggal, Jawa Tengah dan
sebagian Jawa Timur sudah dapat ditaklukkan.
Setelah senopati wafat, pada tahun 1601 dia
digantikan oleh puteranya, Mas Jolang (Pangeran Seda Ing Krepyak) yang hanya
sempat mempertahankan daerah-daerah yang telah ditundukan ayahnya, sebab
daerah-daerah selalu berontak. Jawa baru dikuasai tatkala Mataram dipegang oleh
Sultan Agung ( Raden Mas Rangsang). Dia memerintah dari tahun 1613-1645.
Kenaikan tahtahnya tidak lancar, karena. Menjelang wafatnya, panembahan Krepyak
menunjuk puteranya, dan Mas Rangsang, sebagai pengantinya. Ini berlawanan
dengan apa yang dijanjikan lebih dahulu, yaitu bahwa Martapura, putra yang
lebih muda, akan menggantikannya. Martapula ini tidak akan lama menjadi raja
dan akan menyerahkan jabatannya kepada kakaknya. Memang, mula-mula Raden
Martapula diangkat sebagai Raja oleh Ki Adi Pati Mandaraka dan Pangeran Purbaya.
Dia bahkan keluar dari tempat upacara untuk dielu-elukan dan duduk dikursi
kerajaan dari emas. Akan tetapi, atas bisikan Ki Adipati Mandaraka dia segera
meletakan jabatannya dan mempersilahkan kakaknya Den Mas Rangsang untuk duduk
dikursi kerajaan. Kemudian berlangsung pengangkatan raja baru yang memakai nama
Sultan Agung, Senopoti Ing Alaga, Ngabdur-Rahman. Meraka yang
tidak puas ditatang tetapi mereka menyetujuinya.
f. Kerajaan Cirebon
Menurut tradisi seperti yang tertera dalam
historiografi tradisional, pendiri Kerajaan Cirebon adalah Sunan Gunungjati. Ia
bernama Nurullah, kemudian terkenal dengan sebutan Syaikh Molana.
Penulis-penulis portugis mengenalnya dengan nama Falatehan dan Tagaril. Menurut
Hoesein Djajaningrat, kata Falatehan berasal dari bahasa Arab Fath (kemenangan)
dan Tagaril, konon nama sebuah kota di Arab Fakhrullah. Adapun Hamka menyebut
Falatehah dengan nama Fatahillah. Nama tersebut sebagai penghargaan tertinggi
dari Sultan Trenggana karena dia dapat menaklukkan banten, sedangkan nama
sebelumnya adalah Syarif Hidayatullah.
Sartono mengatakan, berdasarkan tradisi Jawa Barat
bahwa Nurullah melakukan ibadah haji dan sekembalinya (1524) dari Mekah tinggal
di Demak. Di sana, dia kawin denagn saudara perempuan Sultan Trenggana. Tak
lama kemudian, Nurullah bertolak ke banten. Di sana didirikanlah pemukiman bagi
pengikutnya (kaum muslimin). Sepeninggal puteranya, pangeran pasareyan,
Nurullah yang kemudian dikenal dengan nama sunan gunnung jati pindah ke
cirebon, sedang pemerintahan di Banten diserahkan kepada seorang putera lain,
Hasanuddin.
Meskipun sebagai penguasa di Cirebon,
tidak ada kepastian bahwa dia membangun keraton besar di sana. Hanya saja, dia
menyuruh membuat masjid yang besar atau memperluas tempat peribadatan di sana
dengan gaya yang sama seperti Masjid suci Demak yang menjadi model, yang telah
menjadi model bagi semua masjid besar di kota-kota besar Jawa. Tidak
dibangunnya keraton besar disana kemungkinan karena dia sampai sampai dengan
tahun 1552 masih berkedudukan di Banten.
Konon cirebon yang telah dikuasainya itu telah diserahkan kepada puterannya
(Pangeran Pasareyan ). Setelah Pangeran Pasareyan meninggal dunia (1552) Sultan
yang telah tua itu pindah ke Cirebon.
Sampai meninggalnya pada 1570, kerajaan
pakuwanbulum juga ditaklukan. Kerajaan pakuwan baru dapat ditaklukan, setelah
Cirebon dipimpin oleh putera Sunan Gunung Jt, Pangeran Ratu atau yang dikenal
Panembahan Ratu. Selama pemerintahannya, dipeliharanya hubungan damai dengan
Mataram ddan penguasa lokal di sebelah barat Mataram. Namun demikian, Pangeran
Ratu juga mengalami pergolakan zaman, yaitu munculnya kekuasaan Belanda,
berdirinya Batavia dan peristiwa lainnya. Pada paruh kedua abad XVII dinasti
ini terpecah menjadi beberapa cabang yang masing-masing mempunyai kekuatan.[8]
g. Kerajaan Aceh Darussalam
Kerajaan Aceh Darussalam didirikan pada tahun 1524 M
oleh Sultan Ali Mughayat Shah.
Peletak dasar kerajaan aceh darussalam adalah Sultan
Alauddin Riayat Shah.
Kerajaan ini mencapai puncaknya pada masa Sultan
Iskandar Muda (1608-1637 M).
Pada masanya aceh menguasai seluruh pelabuhan di
pesisir timur dan barat sumatera. Ia memerintah dengan keras dalam menentang
penjajah portugis. Setelah itu, kedudukannya digantikan oleh Sultan Iskandar
Tsani yang memerintah lebih liberal. Pada masanya perkembangan ilmu pengetahuan
Islam mengalami masa keemasannya. Akan tetapi, setelah ia meninggal, semua
penguasanya dari kalangan perempuan (1641-1699 M), yaitu Sultanah Shafiyatuddin
Syah, Zakiyatuddin Syah, dan Naqiyatuddin Syah sehingga kekuasaan mengalami
kelemahan, yang pada akhirnya pada abad ke-18 kebesarannya mulai menurun.
Pada masa kerajaan ini, perkembangan ilmu
pengetahuan semakin maju. Pada masa ini muncul tokoh-tokoh ulama seperti:
1) Syaikh
abdullah arif (dari arab)
2) Hamzah
al- fansuri (tokoh tasawuf)
3) Syamsuddin
as-sumatrani (1630 M)
4) Abdurrauf
singkel (1693 M)[9]
h. Kerajaan Banten
Kerajaan Islam banten di dirikan oleh Sunan
Gunugjati. Setelah Sunan Gunungjati menaklukan Banten pada tahun 1525 M, ia
kembali ke cirebon, dan kekuasaannya diserahkan kepada anaknya yaitu Sultan
Hasanuddin. Hasanuddin kemudian menikahi puteri Demak dan diresmikan menjadi
panembahan banten pada tahun1552 M. Ia meneruskan usaha-usaha ayahnya dalam
meluaskan wilayah Islam, yaitu ke lampung dan daerah sekitarnya di Sumatera
Selatan, setelah sebelumnya tahun 1527 menaklukan Sunda Kelapa.
Pada tahun 1568 M, ketika kekuasaan
Demak beralih ke pajang, sultan hasanuddin memerdekakan banten. Oleh karena
itu, ia di anggap sebagai raja Islam pertama dari banten. Ketika ia meninggal
pada tahun 1570 M, kedudukannya digantikan oleh putranya yaitu pangeran Yusuf.
Pangeran Yusuf menaklukan pakuan pada tahun 1579 M sehingga banyak para
bangsawan sunda yang masuk Islam.
Setelah pangeran Yusuf meninggal
pada tahun 1580 M, ia digantikan oleh puteranya, yaitu Maulana Muhammad yang
masih muda. Maulana Muhammad bergelar Kanjeng Ratu Banten. Selama itu kekuasaan
dipegang oleh Qadhi bersama empat pembesar istana lainnya. Maulana Muhammad
meninggal pada tahun 1596 M dalam usia 25 tahun. Setelah itu kedudukannya
digantikan oleh anaknya yang masih kecil bernama Abdul Mufakhir Mahmud Abdul
Qadir. Ia memerintah secara resmi pada tahun 1638 M.
Pada masa sultan Abdul Fattah yang
bergelar Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1659 M) terjadi beberapa kali peperangan
antara banten dengan VOC karena sultan ageng tirtayasa anti belanda. Sikapnya
yang anti belanda itu mendapat dukungan dari seorang alim berpengaruh, yaitu
Syaikh Yusuf yang berasal dari makassar. Peperangan itu baru berakhir dengan
perdamaian pada tahun 1659 M. Sikap anti belanda ini tidak di setujui oleh
anaknya, yaitu Abdul kahar yang bergelar Sultan Haji, ia lebih suka bekerja
sama dengan Belanda. [10]
i.
Kerajaan
Goa (Makasar)
Kerajaan Gowa awalnya merupakan kerajaan non-Islam.
Raja Goa mula-mula masuk Islam adalah Karaeng Tonigallo. Setelah masul Islam,
ia bergelar Sultan Alauddin Awwalul Islam. Kemudian kerajaan Goa (makasar)
dinyatakan sebagai kerajaan Islam makasar pada tahun 1603. Sultan Alauddin
Awwalul Islam memerintah sejak 1591-1638 M.
Pada tahun 1654-1660 M, kerajaan Goa
diperintah oleh Sultan Hasanuddin. Selama masa pemerintahannya, Goa berkembang
dan maju. Wilayah kekuasaanya meliputi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan
pulau-pulau sekitarnya dan Sumbawa.
Tahun 166o Sultan Hasanuddin turun tahta
setelah menandatangani perjanjian perdamaian dengan belanda. Sebelum perjanjian
perdamaian antara sultan hasanuddin dan belanda, berkali-kali telah terjadi
peperangan. Setelah sultan hasanuddin turun tahta, anaknya Mapasomba naik tahta
menggantikannya.
Kerajaan Makasar berdiri kurang lebih 65
tahun, sejak diproklamirkan oleh Sultan Alauddin Awwalul Islam tahun 1603
sampai tahun 1669 M.
j.
Kerajaan
Ternate
Raja ternate yang pertama msuk Islam adalah Raja
Gapi Buguna atas ajakan Maulana Husein. Setelah masuk Islam, maka ternate
dinyatakan sebagai kerajaan Islam. Raja Gapi Buguna memerintah dari tahun
1465-1486 M setelah ia mangkat namanya dikenal sebagai Raja Marhum.[11]
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Islam datang ke Indonesia ketika pengaruh
Hindu dan Buddha masih kuat. Kala itu, Majapahit masih menguasai sebagian besar
wilayah yang kini termasuk wilayah Indonesia. Masyarakat Indonesia berkenalan
dengan agama dan kebudayaan Islam melalui jalur perdagangan, sama seperti
ketika berkenalan dengan agama Hindu dan Buddha. Melalui aktifitas niaga,
masyarakat Indonesia yang sudah mengenal Hindu-Buddha lambat laun mengenal
ajaran Islam. Persebaran Islam ini pertama kali terjadi pada masyarakat pesisir
laut yang lebih terbuka terhadap budaya asing. Setelah itu, barulah Islam
menyebar ke daerah pedalaman dan pegunungan melalui aktifitas ekonomi,
pendidikan, dan politik.
Proses masuknya agama Islam ke
Indonesia tidak berlangsung secara revolusioner, cepat, dan tunggal, melainkan
berevolusi, lambat-laun, dan sangat beragam. Dan dalam perkembangan selanjutnya
bermunculan banyak kerajaan-kerajaan islam di Indonesia seperti samudera pasai
dan kerajaan-kerajaan islam lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah,
Taufik. 1991. Sejarah Umat Islam
Indonesia. Jakarta: Majelis Ulama Indonesia.
Amin,
Samsul Munir. 2010. Sejarah Peradaban
Islam, cetakan ke-2. Jakarta: Amzah.
Ibrahim, Darsono. 2009. Tonggak Sejarah Kebudayaan Islam. Solo:
PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Saepudin,
Didin. 2007. Sejarah Peradaban Islam.
Jakarta: UIN Press.
Supartha,
I Made, dkk. 2009. Sejarah Kebudayaan
Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Yatim,
Badri. 2006. Sejarah Peradaban Islam.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Yusuf,
Mundzirin. 2006. Sejarah Peradaban Islam
di Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Pinus.
Indah Novi Fadhillah
Novianti
[1]
Drs. Samsul Munir Amin, M.A.,sejarah peradaban islam,(jakarta:Amzah,2010)hlm.
302-305
[2]
Dr. Badri Yatim, M.A., sejarah peradaban islam, ( jakarta : PT
rajaGrafindo Persada, 2011) hlm. 191-193
[4]
http://amrikhan.blogspot.co.id/2013/05/sebab-sebab-islam-cepat-berkembang-di.html.
diakses tanggal 15 oktober 2015. Jam 16;30
[5]
Mundzirin Yusuf, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia,
(Yogyakarta: Penerbit Pinus, 2006), hlm. 55-58.
[6]
Ibid., hlm. 76-80
[7]
Ibid., hlm. 81
[8]
Ibid., hlm.81-89
[9]
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta:
AMZAH, 2010), hlm. 333
[10]
Ibid., hlm. 338-339
[11]
Ibid., hlm. 341
Tidak ada komentar:
Posting Komentar