Tafsir Tarbawi I
Kewajiban belajar “global”
Paket ulul albab (QS Ali Imran :
190-191)
Nina Sammirna (2021114167)
Kelas : A
Fakultas
Tarbiyah
Pendidikan agama
islam
Institut AGAMA
ISLAM NEGERI (IAIN)
PEKALONGAN
2016
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan taufiq,
hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang ber judul “ulul Albab” shalawat dan salam
senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, sahabatnya, keluarganya, serta
segala ummatnya hingga yaumil qiyamah.
Makalah
ini disusun guna untuk menambah wawasan pengetahuan terkait keesaan dan
keindahan ciptaan Allah SWT. Makalah ini disajikan sebagai bahan materi dalam
diskusi mata kuliah Tafsir Tarbawi I IAIN Pekalongan.
Penulis
menyadari bahwa kemampuan dalam penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna.
Penulis sudah berusaha dan mencoba mengembangkan dari beberapa referensi
mengenai sumbermateri yang saling berkaitan. Apabila dalam penulisan makalah
ini ada kekurangan dan kesalahan baik dalam penulisan dan bahasanya, maka
penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran dari pembaca.
Akhir
kata, semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca yang budiman. Amin Yaa Robbal ‘Alamin.
BAB
I
PENDAHULUAN
A. latar belakang
Allah
SWT pada surat ali imran 190-191 mengajak manusia untuk berfikir dan merenungi
tentang penciptaan langit dan bumi. Kemudian pada ayat berikutnya Allah SWT
menjelaskan hasil dan buah dari berfikir ini.
Ujung
dari ayat ini adalah kelanjutan pengakuan atas kebesaran Tuhan, yang didapati
setelah memikirkan betapa hebatnya kejadian langit dan bumi. Matahari bulan,
bintang-bintang, alam semesta kelihatan dengan nyata kepatuhannya menurut
kehendak ilahi.
B.
Judul
Judul
garis besar makalah ini adalah “Kewajiban Belajar Global”, dan sub
pembahasannya adalah “Paket Ulul Albab”.
C.
Arti
penting
1. Dalam surah ali imran ayat 190
menjelaskan tentang keesaan Allah SWT, serta kesempurnaan pengetahuan dan
kekuasaan-Nya.
2. Dalam surah ali imran ayat 191 menjelaskan tentang
ulul albab, yaitu orang- orang baik lelaki maupun perempuan yang terus menerus mengingat
Allah dengan ucapan atau hati dalam seluruh situasi dan kondisi ( berdzikir).
D.
Nash
dan Terjemahan
Q
.S. Ali imran ayat 190-191
اِنَّ فِي خَلْقِ
السَّمَوَاتِ وَالْاَرْضِ وَاخْتِلَفِ الَّيْلِ وَالنَّهَارِلَاَيَتٍ لِاُوْلِي
الْاَلْبَبِ﴿١٩٠ ﴾ اَلَّذِ يْنَ يَذْ كُرُوْ
نَ اللهَ قِيَمًا وَ عَلَي جُنُوْ بِهِمْ وَ يَتَفَكَّرُوْنَ فِي خَلْقِ السَّمَوِاتِ
وَالْاَرْضِ رِبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَطِلًا سُبْحَنَكَ فَقِنَا عَذَا بَ
النَّارِ﴿١٩١﴾
Terjemahan
: “ sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan selisih bergantinya malam
dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi, (seraya
berkata) “ ya Tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia”, maha
suci Engkau, maka periharalah kami dari siksa neraka.”.
BAB I
PEMBAHASAN
A.
Teori
ulul albab secara etimologis, kata albab adalah bentuk plural dari kata lubb
yang berarti saripati sesuatu. Sedangkan secara terminologi ulul albab
adalah orang yang memiliki akal yang murni, yang tidak di selubungi oleh kulit,
yakni kabut ide yang dapat melahirkan kerancuan dalam ber fikir.
AM Saefuddin menyatakan
bahwa ulul albab adalah intelektual muslim atau pemikir yang mempunyai
ketajaman analisis atas fenomena dan proses alamiah, dan menjadikan kemampuan
tersebut untuk membangun dan menciptakan kemaslahatan bagi kehidupan manusia.
Karakteristik ulul albab menurut Jalaluddin Rahmat, bahwa
insan ulul albab adalah komunitas yang memiliki keunggulan tertentu dan
berpengaruh besar pada trnsformasi sosial. Kualitas yang dimaksud adalah
terkait dengan kedalaman spiritual (dzikir), ketajaman analis (fikr)
dan pengaruhnya yang besar bagi kehidupan (amal shaleh).
Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa karakteristik dan ciri-ciri
ulul albab adalah memiliki kualitas berupa kekuatan dzikir, fikir, dan amal
sholeh. Atau dalam bahasa lain, masyarakat yang mempunyai status ulul albab
adalah mereka yang memenihi indicator sebagai berikut:
a.
memiliki ketajaman analisis
b.
memiliki kepekaan spiritual
c.
optimism dalam menghadapi hidup
d.
memiliki keseimbangan jasmani-rohani, individual-sosial, dan
keseimbangan dunia-akhirat
e.
memiliki kemanfaatan bagi kemanusiaan
f.
pioneer dan pelopor dalam transformasi sosial
g.
memiliki kemandirian dan tanggung jawab
h.
berkepribadian kokoh.[1]
B.
Tafsir
a.
Tafsir Al- Maragi
Allah SWT pada
surat ali imran 190-191, menjelaskan bahwa sesungguhnya, dalam tatanan langit
dan bumi serta keindahan perkiraan dan keajaiban ciptaan-Nya, yang dapat kita
rasakan langsung dalam tubuh kita, merupakan tanda dan bukti yang menunjukan
bahwa segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah
tidak ada yang sia-sia.
Dalam ayat ini
dijelaskan pula mengenai ulul albab, yaitu orang yang tidak melalaikan
Allah SWT, dalam sebagian besar waktunya mereka merasa tenang dengan mengingat
Allah dan tenggelam dalam kesibukan mengintrospeksi diri secara sadar bahwa
Allah selalu mengawasi mereka. Dengan melakukan dzikir kepada Allah serta di
barengi dengan memikirkan keindahan ciptaan dan rahasai-rahasia ciptaan-Nya.[2]
b.
Tafsir Al-Azhar
ayat ini
menjelaskan, bahwa langit dan bumi dijadikan oleh khalik, dengan tersusun
terjangkau, dengan sangat tertib. Yang menjadi tanda-tanda bagi orang yang
berfikir, bahwa tidaklah semuanya ini terjadi dengan sendirinya.
Menurut tafsir
al-Azhar, orang yang berfikir itu: “ (yaitu) orang-orang yang mengingati
Allah sewaktu berdiri, duduk, atau berbaring.”(pangkal ayat 191). Artinya
orang yang tidak pernah lepas akan Allah dari ingatannya. disini disebut Yadzkuruuna,
yang berarti ingat, berpokok dari kalimat zikir. Arti zikir,
ingat. dan disebut pula, bahwasanya zikir itu hendaklah bertali (hubungan)
diantara sebutan dari ingatan. Kita sebut nama Allah dengan mulut karena dia
telah terlebih dahulu teringat dalam hati, maka teringatlah dia sewaktu
berdiri, duduk termenung atau tidur berbaring. Sesudah kejadian langit dan
bumi, atau pergantian siang dan malam, langsungkan ingatan kepada yang
menciptakannya, karena jelaslah dengan sebab ilmu pengetahuan bahwa semua itu
tidaklah ada yang terjadi dengan sia-sia atau secara kebetulan. Ingat atau
zikir kepada Allah itu, sekali lagi
bertali dengan memikirkan.[3]
C.
Aplikasi dalam kehidupan sehari-hari
Apabila mata kita hanya dihadapkan kepada keadaan hidup
sehari-hari, pasang naik dan pasang turun, yang menggembirakan dan
mencemaskan,orang naik dan orang jatuh yang selalu terjadi dalam percaturan
hidup dunia ini, akhirnya kita akan penat sendiri. Karena batin kita telah
kosong, kehabisan bahan. Oleh sebab itu sebagai mukmin di samping hidup kebendaan
hendaklah disediakan hidup kerohanian.di samping melihat edaran masyarakat
manusia, menengoklah kepada kerajaan langit dan bumi yang luas, agar kamu
berfikir bahwa semua itu penuh dengan mukjizat ilahi.
Orang mukmin yang mau menggunakan akal pikirannya, selalu menghadap
kepada Allah dengan pujian doa dan ibtihal, sesudah ia melihat
bukti-bukti yang menunjukan kepada keindahan hikmah. Ia pun luas pengetahuannya
tentang detail-detail alam semesta yang menghubungkan antara manusia dengan
Tuhannya.
D.
Aspek tarbawi
1.
Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim
2.
Akal manusia hendaknya digunakan untuk menganalisa, menafsirkan
segala ciptaan Allah SWT.
3.
Jika seseorang memiliki renungan, ia memiliki pelajaran dalam
segala perkara.
4.
Hendaknya manusia mempercayai bahwa semua penciptaan Allah tidak
ada yang sia-sia.
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Karakteristik ulul albab menurut Jalaluddin Rahmat, bahwa
insan ulul albab adalah komunitas yang memiliki keunggulan tertentu dan
berpengaruh besar pada trnsformasi sosial. Kualitas yang dimaksud adalah
terkait dengan kedalaman spiritual (dzikir), ketajaman analis (fikr)
dan pengaruhnya yang besar bagi kehidupan (amal shaleh).
Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa karakteristik dan ciri-ciri
ulul albab adalah memiliki kualitas berupa kekuatan dzikir, fikir, dan amal
sholeh. Atau dalam bahasa lain, masyarakat yang mempunyai status ulul albab
adalah mereka yang memenihi indicator sebagai berikut:
a.
memiliki ketajaman analisis
b.
memiliki kepekaan spiritual
c.
optimism dalam menghadapi hidup
d.
memiliki keseimbangan jasmani-rohani, individual-sosial, dan
keseimbangan dunia-akhirat
e.
memiliki kemanfaatan bagi kemanusiaan
f.
pioneer dan pelopor dalam transformasi sosial
g.
memiliki kemandirian dan tanggung jawab
h.
berkepribadian kokoh.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Al-Maraghy , Ahmad Mushthofa . 1989 . Tafsir Al-Maraghy .
Semarang : CV Toha Putra.
2.
Hamka . 1983 . Tafsir Al Azhar Jus IV . Jakarta: Pustaka
Panjimas.
3.
Tim penulis , Tarbiyah Ulul Albab, (Malang:
UIN-Malang Press, 2010), diakses di http://arshopc.blogspot.co.id/2014/02/makalah-ulul-albab.html?m=1 15
september 2016 pukul 16.28
Nama : Nina Sammirna
Nim :
2021114167
Tempat tanggal lahir :
Pekalongan, 18 November 1996
Alamat :
Kertijayan Gg 5, 14/05
Riwayat pendidikan :Tk Desa
Kertijayan
MIS Kertijayan
MTs IN Banyurib Ageng
SMK Syafi’I Akrom Pekalongan
[1]
Tim penulis , Tarbiyah Ulul Albab, (Malang: UIN-Malang Press,
2010), diakses di http://arshopc.blogspot.co.id/2014/02/makalah-ulul-albab.html?m=1
15 september 2016 pukul 16.28
Tidak ada komentar:
Posting Komentar