KEWAJIBAN Belajar “Global”
Pegang Kebenaran, Tegakkan Keadilan
QS. Al-A’raaf ayat181
Lilis Maghfiroh (2021114169)
Kelas A
JURUSAN
TARBIYAH/PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Pegang
Kebenaran Tegakkan Keadilan” ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki. Dan juga penulis berterima kasih pada Muhammad Hufron selaku Dosen
Mata Kuliah Tafsir Tarbawi I yang telah memberikan tugas ini.
Penulis sangat berharap makalah ini
dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Pegang
Kebenaran Tegakkan Keadilan yang terkadung dalam Qs. Al-Araaf ayat 181. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan
dan jauh dari apa yang diharapkan. Untuk itu, penulis berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun
ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya penuis mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan penulis memohon kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Pekalongan, 16 September 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Keadilan mengarah kepada pemahaman
tentang apa yang baik, benar dan adil yaitu hubungan manusia dengan Allah
sebagai pencipta manusia. Keadilan dan kebenaran Allah tidak bisa diubah oleh
kehendak manusia karena keadilan dan kebenaran Allah bersifat mutlak
berdasarkan kedaulatan Allah sebagai pencipta. Allah tidak membutuhkan semua
hingar binger dalam perayaan keagamaan, yang di inginkan Allah hanyalah praktek
kebenaran dan keadilan.
Oleh karena itu, dalam makalah ini
penulis akan mencoba mengkaji QS Al-Araf ayat 181 tentang Pegang Kebenaran
Tegakkan Keadilan. Dan diharapkan setelah mengkajinya dapat bertambah
pengetahuan, menambah iman serta ketaatan kita terhadap tanda-tanda kekuasaan
Allah SWT.
وَمِمَّنْ خَلَقْنَا اُمَّةٌ يَّهْدُوْنَ بِالْحَقِّ
وَبِهِ يَعْدِلُوْن
Dan di antara yang kami jadikan ada satu
umat yang memimpin (manusia) dengan kebenaran, dan dengan (kebenaran) itulah
mereka lakukan keadilan.
Dalam ayat ini Allah swt.
menjelaskan bahwa Dia juga ada mencipta suatu umat yang besar jumlahnya untuk
menempati syurga. Mereka terdiri atas umat-umat dan suku-suku yang berjuang
untuk membimbing manusia ke jalan yang benar serta mendidik mereka berpendirian
teguh. Mereka menegakkan keadilan dan kebenaran yang telah ditetapkan Allah
swt. dan tidak ada pilihan lain bagi mereka kecuali jalan Allah itu. Mereka
inilah umat Nabi Muhammad saw. berkat Rasulullah saw.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Teori
Benar ialah
memberikan berita yang sebenarnya, tidak melebihi pula mengurangi. Memberi
berita itu tidak saja dengan mulut dan perkataan. Gerak tangan, anggukkan
kepala dan lain-lain yang mengandung arti membenarkan atau tidak menyetujui
suatu kejadian atau perbuatan itu masuk berita juga. Benar sifat yang terpuji,
menjadi hiasan diri. Menambah terhormat dan tinggi martabat.[1]
Keadilan adalah kata jadian dari kata “adil” yang
terambil dari bahsa Arab ‘adl. kamus-kamus bahasa Arab menginformasikan bahwa
kata ini pada mulanya berarti “sama”. Persamaan tersebut sering dikaitkan
dengan hal-hal yang bersifat immaterial. Dalam kamus besar bahasa Indonesia,
kata “adil” diartikan: 1. Tidak berat sebelah/tidak memihak; 2. Berpihak kepada
keebnaran; 3. Sepatutnya/tidak sewenang-wenang.
Persamaan yang merupakan makna asal kata “adil”
itulah yang menjadikan pelakunya “tidak berpihak”, dan pada dasarnya pula seorang
yang adil “berpihak kepada yang benar” karena baik yang benar maupun yang salah
sama-sama harus memperoleh haknya. Dengan demikian ia melakukan sesuatu yang
patut lagi tidak sewenang-wenang. Keadilan dalam al-Qur’an antara lain dengan
kata-kata al-‘adl, al-qisth,
al-mizan, dan dengan menafikan
kezaliman, walaupun pengertian keadilan tidak selalu menjadi antonim kezaliman,
‘adl, yang berarti “sama”, memberi kesan adanya dua
pihak atau lebih; karena jika hanya satu pihak, tidak akan terjadi persamaan.[2]
B. Tafsir
Pegang Kebenaran Tegakkan Keadilan
1. Tafsir
Al-Maraghi
Dan sebagian dari manusia yang kami ciptakan ada
segolongan besar terdiri dari banyak bangsa dan suku-suku yang memberi petunjuk
dengan kebenaran dan membimbing orang lain untuk berlaku lurus, dan dengan
kebenaran itu mengatur pemerintahan-pemerintahan yang berlaku sesama mereka
tanpa tindak sewenang-wenang. Jadi jalan yang mereka tempuh hanya satu. Karena
kebenaran memang hanya satu, tidak banyak. Dan mereka itulah umat muhammad saw.[3]
2. Tafsir Al Azhar
Dan di antara yang telah kami jadikan
itu. (pangkal ayat 181), artinya, di antara berbagai ummat yang telah yang
dijadikan oleh Allah “ada ummat yang memberi petunjuk dengan kebenaran,”
Artinya, bahwa ummat itu telah menyediakan diri menjadi pelopor memberjuk
kepada kebenaran. Mengadakan amar ma’ruf dan nahi munkar. “Dan dengan dia,”
yaitu deengan kebenaran itu, “ mereka berlaku adil (ujung ayat 181).
Di dalam ayat ini tegas Allah menyatakan
bahwasanya di dalam ummat-ummat dan bangsa-bangsa yang telah dijadikan dan
dicciptakan oleh Allah, diapun memilih suatu ummat yang telah menyediakan diri
menegakkan kebenaran dan keadilan.[4]
3. Tafsir
Dalam sebuah hadis, disebutkan bahwa
Nabi saw pernah bersabda,
هُمْ هَذِهِ الأُمَّةِ
“Mereka (umat yang dimaksud oleh ayat ini)
adalah umat ini (umat akhir zaman)”
Riwayat lain Menyebutkan bahwa ketika
Nabi Muhammad sedang membaca ayat ini, beliau bersabda,
اِنَّ مِنْ اُمَّتِي قَوْمًا عَلَى الْحَقِّ حَتَّى
يَنْزِلُ عِيْسَى بْنُ مَرْيَمَ
“Sesungguhnya
sebagian dari umatku senantiasa berada di jalan yang benar hingga nanti Isa bin
maryam diturunkan kembali.”
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah SWT
tidak pernah mengosongkan dunia ini pada satu masa pun dari pendakwah, atau
juru dakwah, atau siapapun yang mengajak kepada jalan kebenaran.[5]
C. Aplikasi
Dalam Kehidupan
Keadilan
dapat diartikan sebagai membagi sama banyak, atau memberikan hak yang sama
kepada orang-orang atau kelompok dengan status yang sama. Misal semua pegawai
dengan kompetensi akademis dan pengalaman kerja yang sama berhak mendapatkan
gaji dan tunjangan yang sama. Semua warga negara, sekalipun dengan status
sosial - ekonomi - politik yang berbeda-beda akan mendapatkan perlakuan yang
sama di mata hukum.
Ayat
ini menunjukkan bahwa di setiap masa sampai hari kemudian pasti ada saja
kelompok orang sedikit atau banyak yang menganjurkan kebenaran dan melaksanakan
keadilan.
D. Aspek
Tarbawi
1. Hendaklah kita berlaku adil terhadap diri sendiri,keluarga maupun orang
lain
2. berlaku baik terhadap diri sendiri kerabat dan kepada lingkungan yang ada
disekitar kita
3. perbanyaklah perbuatan perbuatan yang ma’ruf
4. Jauhilah perbuatan perbuatan yang munkar yang dapat memberikan kemudorotan
bukan hanya kepada kita bahkan terhadap lingkungan yang ada disekitar kita
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Orang yang bersikap Adil akan mendapat ampunan dan pahala di sisi Allah,
sedangkan orang yang tidak besikap Adil akan menjadi penghuni neraka. Sikap
Adil dikelompokan di dalam Akhlak yang baik sejajar dengan ihsan atau berbuat
kepada orang lain, memberi kepada kaum kerabat, dan mencegah dari perbuatan
keji dan mungkar. Dan sikap adil harus diperlakukan kepada siapa pun tanpa
pandang bulu dan tidak memihak dalam menetapkan suatu hukum meskipun kepada
musuh.
DAFTAR
PUTSAKA
Al Maraghi,
Ahmad Mustafa. 1994. Terjemah Tafsir Al-Maraghi. Semarang: CV. Toha
Putra Semarang.
Bakry, Oemar. Akhlak
Muslim. 1993. Bandung: ANGKASA.
Djatnika,
Rachmat. 1996. Sistem Ethika Islam (Akhlak Mulia). Jakarta: Pustaka Panjimas.
Hardyono. 2000.
Tafsir Al Azhar Juz IX. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Kadir, M. Ikbal.
2008. Tafsir Al-Qurthubi/ Syaikh Imam Al-Qurtubi. Jakarta: Pustaka
Azzam.
Profil
Nama
:Lilis Maghfiroh
TTL : Pekalongan, 26 juli 1995
Alamat: Wonoyoso - Buaran - Pekalongan
Riwayat Pendidikan:
- TK Asiyah
Wonoyoso
- MIS
Sapugarut
- Mts Ribatul
Muta’alimin
-
SMK Muhammadiyah Bligo
- IAIN
Pekalongan
[1]
Oemar Bakry, Akhlak Mulia, (Bandung: ANGKASA, 1993), hlm 27-31
[2]
Rachmat Djatnika, Sistem Ethika Islam (Akhlak Mulia), (Jakarta: Pustaka
Panjimas, 1996) hlm
[3]
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Terjemah
Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: CV Toha Putra Semarang, 1994) hlm 225-228
[4]
Hardoyono, Tafsir Al-Azhar Juz IX, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2000) hlm
181-183
[5]
M. Ikbal Kadir, Tafsir Al-Qurthubi/Syaikh Imam Al-Qurthubi, (Jakarta:
Pustaka Azzam, 2008) hlm 830-831
Tidak ada komentar:
Posting Komentar