TUJUAN PENDIDIKAN "UMUM"
“IBADAH
KEPADA ALLAH”
Q.S. HUD (11) AYAT 61
Mahfiyatul
Ulya ( 2021115163)
Kelas B
JURUSAN TARBIYAH PRODI PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2016
Puji syukur saya panjatkan
kehadirat Allah SWT , karena dengan Rahmat, karunia, serta Taufik dan
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Ibadah Kepada Allah” .
Kami sangat berterimah kasih kepada bapak Muhammad Ghufron, M.S.I selaku Dosen
mata kuliah tafsir tarbawi I di IAIN pekalongan yang telah membimbing saya
untuk menyelesaikan tugas ini.
Saya sangat berharap makalah ini
dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai
ibadah kepada Allah, saya menyadari sepenuhnya bahwa di makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya
kritik saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa adanya saran
yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya, sebelumnya saya memohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan
saran yang membangun dari Bapak dosen dan para pembaca yang budiman demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Pemalang, 20
September 2016
Mahfiyatul
Ulya
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ibadah merupakan bentuk
penyembahan manusia kepada Allah SWT. Dari ibadah dapat dilihat seberapa
bersyukurnya setiap hamba manusia tidak dapat di pisahkan dengan ciptaanNya.
Didunia manusia tidak dapat hidup tanpa adanya manusia lain. Dengan penciptanya
terdapat hubungan khusus kepada Allah dengan ibadah dan kepada sesama manusia
terdapat hubungan yang merupakan ibadah yang berbuat baik dengan makhluk
ciptaan Allah yang lainya. Semua perbuatan yang dengan di awali dengan niat
ikhlas akan berbuah ibadah yang dinilai oleh Allah dan ibadah tersebut akan
menambah dekatnya makhluk dengan khaliq, dalam sebuah sya’ir lagu disebutkan
bahwa jika makhluk dekat maka khaliq akan dekat dan sebaliknya, jika makhluk
jauh maka khaliq pun ikut jauh. Ibadah yang hubunganya dengan Allah disebut
dengan ibadah mahdhah dan ibadah yang hubungan dengan sesama manusia ataupun
makhluk ciptaan Allah disebut ibadah ghairu mahdhah. Berbuat baik terhadap
binatang atau tumbuhan pun merupakan suatu ibadah.
B.
Tujuan Pendidikan Umum “Ibada Pada Allah” Surat Hud
11:61
۞ وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا ۚ قَالَ يَا قَوْمِ
اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍغَيْرُهُ ۖ هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ
الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُو إِلَيْهِ ۚ
:Artinya
“ Dan kepada
Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah
menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu
mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku
amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)".
C.
Arti Penting
Surat Hud 11:61
Firman Allah
SWT,
وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا
ۚ قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍغَيْرُهُ ۖ
Dan kepada kaum Samud, kami utus
saudara mereka, Shalih. Shalih berkata; “Hai kaumku, sembahlah Allah,
sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia”.
Kata-kata ini, seperti halnya
kata-kata semisalnya yang telah kita baca, yaitu mengenai penyampaian dakwah
yang dilakukan oleh Nabi Hud as
. هُوَ
أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ
Allah-lah yang telah memulai
penciptaan kalian dari tanah. Yaitu, pertama yang dari padanya Allah
menciptakan Adam, nenek moyang umat manusia, kemudian menciptakan kalian dari
sari pati yang berasal dari tanah. Juga melewati bermacam-macam perantara karna
sperma (nutfah) yang berubah menjadi suatu yang melekat pada uterus (‘Alaqah),
kemudian berubah pula menjadi gumpalan daging (mudgah), kemudian menjadi
kerangka tulang yang dibalut dengan daging. Asal semuanya adalah darah, sedang
darah yang itu berasal dari makanan. Makanan itu, kadang terdiri dari tumbuhan
yang hidup di atas tanah, kadang terdiri dari daging yang berasal dari
tetumbuhan setelah melewati satu tahap atau lebih
. وَاسْتَعْمَرَكُمْ
فِيه
Dan Allah menjadikan kalian
orang-orang yang memakmurkan tanah itu. Artinya, bahwa kaum Nabi Shalih itu ada
yang menjadi petani, pengrajin dan ada pula tukang batu.
فَاسْتَغْفِرُوهُ
ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ
Maka, mohonlah kepada Allah supaya
mengampuni kalian atas dosa-dosamu yang lalu karena kemusyikanmu dengan
mempersekutukan Allah kepada yang lain, juga atas kejahatan-kejahatan yang
telah kamu lakukan. Kemudian, kembali kalian kepada-Nya dengan memohon taubat
tiap kali kamu terlanjur melakukan suatu dosa, semoga Dia mengampuni kalian.
إِنّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ
Sesungguhnya Tuhanku maha dekat
kepada hamba-hamba-Nya, tidak samar bagi-Nya permohonan ampun mereka maupun
dorongan yang membangkitkan untuk melakukan permohonan ampun. Allah juga maha
pengampun dan mengabulkan do’a bagi siapa pun yang berdo’a kepada-Nya dengan
memohon, apabila dia seorang Mu’min yang ikhlas.[1]
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan
diri serta tunduk. Sedangkan menurut syara’ (terminologi), ibadah mempunyai
banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu. Definisi itu antara lain
adalah:
1. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan
melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya.
2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah
Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa
mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.
3. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa
yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau
perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah definisi yang
paling lengkap.
Berikut adalah macam-macam ibadah
Ibadah terbagi menjadi dua yaitu ibadah mahdhah dan
ibadah ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah adalah ibadah langsung hubungannya dengan
Allah seperti shalat, puasa, zakat dan haji. Ibadah ghairu mahdhah adalah
ibadah secara tidak langsung atau melalui kebaikan sesama manusia atau semua
yang tidak termasuk ibadah langsung di sebabkan niat yang ikhlas atas perbuatan
itu, baik dengan alam, binatang, tumbuhan.
. Pembagian
ibadah didasarkan pada umum khususnya, maka ada dua macam, yakni ibadah khashah dan ibadah ‘aamah.
a. Ibadah khashah
Ibadah
khashah adalah ibadah yang ketentuannya telah ditetapkan oleh nash, seperti
shalat, zakat, puasa dan haji.
b. Ibadah ‘Aamah
Ibadah ‘aamah, ialah semua pernyataan baik,
yang dilakukan dengan niat yang baik dan semata-mata karena Allah, seperti
makan dan minum, bekerja dan sebagainya dengan niat melaksanakan perbuatan itu
untuk menjaga badan jasmaniyah dalam rangka agar dapat beribadat kepada Allah.
Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan
anggota badan. Rasa khauf (takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal
(ketergantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah
(yang berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir, tahmid dan
syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qalbiyah (lisan dan hati).
Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah
(fisik dan hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan
dengan amalan hati, lisan dan badan.[2]
B.
Tafsir Surat Hud 11:61 Ibadah pada Allah
1.
Tafsir Al-Azhar
“Dan kepada Tsamud, saudara mereka Shalih,
Dia berkata: “Hai kaumku! Sembahlah olehmu akan Allah, tidaklah ada bagi kamu
Tuhan selain Dia. Dia-lah yang menciptakan kamu dari bumi dan meramaikan kamu
dalamnya, maka mohonlah ampun kepadaNya, kemudian itu taubatlah kepadaNya,
Sesungguhnya Tuhanku itu adalah sangat dekat, lagi memperkenakan.
“Dan kepada Tsamud”. (Pangkal ayat 61).
Telah di utus pula “Saudara mereka Shalih”. Artinya bahwa Nabi Shalih diutus Tuhan menjadi Rasul kepada kaum Tsamud
itu, bukanlah dia orang yang di datangkan dari luar, melainkan putera dari
Kabilah Tsamud itu sendiri. Sebagaimana juga sekalian Nabi yang diutus Tuhan,
maka seruan yang disampaikan Shalih kepada kaumnya itu, sama juga yang
disampaikan oleh Nabi-Nabi yang lain.
“Dia berkata:”Hai kaumku! Sembahlah
olehmu akan Allah, tidaklah ada bagi kamu Tuhan selain Dia”.- Hanya Allah
sajalah yang patut kamu sembah, karena selain dari Dia tidak ada Tuhan.
Persembahan kepada berhala atau barang pujaan yang lain tidaklah benar, bahkan
tidak sesuai dengan kenyataan. Sebab yang lain itu tidak ada lain yang berkuasa,
melainkan khayal fikiran kamu sajalah yang membikinya.”Dialah yang telah
menciptakan kamu dari bumi”. Bukanlah berhala, atau patung atau makhluk yang
lain itu yang menciptakan kamu dari tidak ada menjadi ada, melaikan Allah itulah
yang menciptakan kamu dari bumi. Nenek moyangmu Nabi Adam itu digeligakan dari
tanah. Kemudian turun-turunan Beliau, kita ini, keluar dari saringan darah,
yaitu mani laki-laki dan mani perempuan bercampur jadi satu, tersimpan di dalam
rahim perempuan, 40 hari bernama Nuthfah, 40 hari lagi bernama ‘Alaqah dan 40 hari lagi bernama
Mudhghah, kemudian berangsur bertumbuh, berlengkap dengan daging tulang dan
darah. Dan semuanya itu terjadi dari pada bumi juaadanya. Sebagaimana kita ketahui,
di dalam tumbuh-tumbuhan di bumi ini tersimpan calori, Vitamine berbagai ragam,
Minerai dan Hormon. Ahli- ahli ghidzi (yang telah di indonesiakan dengan sebuah
Gizi), yaitu bahan makanan, semua sudah sependapat bahwasanya seluruhnya itu
adalah berasal dari tumbuh tumbuhan, dari zat besi, zat tembaga dan zat putih
telur dan lain sebagainya, yang kesemuanya itu dari bumi. Lantaran itu dapat
kita simpulkan bahwa bukan Nabi Adam saja yang langsung dijadikan dari tanah,
bahkan kita anak cucu Adam inipun tidaklah akan lahir jadi manusia, kalau bahanya
tidak dari bumi juga.
Lalu
selanjutnya Nabi Shalih berkata: “Dan (Dia) meramaikan kamu didalamnya”. Subur
makmur muka bumi ini, dengan serba lengkap dan serba cukup bahan makanan, dan
ramaikanlah manusia menjadi penghuninya.
Didalam ayat ini bertemu kalimat “Was Ta’marakum”. Lalu kita ma’nakan
dengan meramaiakan kamu. Dari kata
ista’marakum, inilah berpecahan menjadi makmur,
apabila bumi subur dan makanan cukup, manusiapun hidup dengan sentosa
mencari rezeki dan berketurunan.
Sebagai kita ketahui di atas tadi,
kaum Tsamud telah hidupdengar makmur di tanah kediaman mereka, dinegeri Al
Hijr, diantara Syam dengan Hejaz. Banyak sekali bukti bertemu sampai sekarang,
baik dalam isyarat Al-Qur’an, ataupun hasil peyelidikan purbakala (Archeologi),
bahwa tanah-tanah yang sekarang telah tandus. Padang pasir sahara, bertemu
bekas-bekas kemakmuran.zaman lampau. Inilah yang diperingatkan oleh Nabi Shalih
kepada kaumnya, agar mereka mensyukuri nikmat kemakmuran yang telah diberikan
Tuhan kepada mereka, Pintu syukur yang pertama ialah sadar kembali bahwasanya
mempersekutukan yang lain dengan Allah adalah suatu dosa yang sangat besar.
Sebab itu berkata Shalih selanjutnya “Maka
mohonkanlah ampun kepada kepada-Nya”. Meminta ampun kepada Tuhan sesudah
menyadari bahwa langkah sudah salah. Allah yang menganugerahi kemakmuran, lalu
yang lain disembah:”Kemudian itu
taubatlah kepada mereka”.[3]
2.
Tafsir Ibnu Katsier
Allah berfirman, “Kami telah mengutus kepada
kaum Tsamud seorang Rasul, ialah saudar mereka sendiri Shaleh, yang berseru
kepada mereka agar hanya menyembah kepada Allah yang telah menciptakan mereka
dari tanah (bumi) dan menjadikan mereka berkuasa di atasnya, mengelolanya untuk
kepentingan hidup dan kemakmuran mereka. Karenanya, sebagai imbalan, shaleh
berkata kepada mereka,”Beristighfar (mohon ampun) kamu dari dosa-dosa kamu yang
lalu, kemudian bertobatlah dari melakukan dosa yang akan datang. Sesungguhnya
Tuhanku adalah dekat yang mendengar doa-doa hamba-hamba-Nya serta
memperkenakannya. Kaum Tsamud tersebut adalah penduduk “al-Hijr” sebuah kota
terletak antara tabuk dan madinah. [4]
3.
Tafsir Al-Maraghi
Kisah ini tercantum dalam Al-Qur’an yang menerangkan seruan Nabi Shalih kepada
kaumnya, samud, dengan tolakan mereka terhadap dakwah, setelah beliau
memberikan hujjah-hujjah kepada mereka. Nabi shalih adalah seorang Rasul
kedua dari bangsa Arab; dan kabilahnya.
Samud, bertempat tinggal di ‘Al-Hijr, suatu tempat antara Hijaz dan Syam. Kisah
mereka akan kita dapatkan pula dalam surat Asyu’ara, An-Naml, Al-Qamar,
Al-Hijr, dan surat-surat lainya, yang masing-masing akan didapatkan pelajaran
dan nasihat, yang juga diperlukan oleh selain kaum samd itu.
PENJELASAN
وَإِلَىٰ
ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا ۚ قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ
إِلَٰهٍغَيْرُهُ ۖ
Dan kepada kaum Samud, kami utus saudara
mereka, Shalih. Shalih berkata; “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak
ada bagimu Tuhan selain Dia”.
Kata-kata ini, seperti halnya
kata-kata semisalnya yang telah kita baca, yaitu mengenai penyampaian dakwah
yang dilakukan oleh Nabi Hud as.
. هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ
Allah-lah yang telah memulai
penciptaan kalian dari tanah. Yaitu, pertama yang dari padanya Allah
menciptakan Adam, nenek moyang umat manusia, kemudian menciptakan kalian dari
sari pati yang berasal dari tanah. Juga melewati bermacam-macam perantara karna
sperma (nutfah) yang berubah menjadi suatu yang melekat pada uterus (‘Alaqah),
kemudian berubah pula menjadi gumpalan daging (mudgah), kemudian menjadi
kerangka tulang yang dibalut dengan daging. Asal semuanya adalah darah, sedang
darah yang itu berasal dari makanan. Makanan itu, kadang terdiri dari tumbuhan
yang hidup di atas tanah, kadang terdiri dari daging yang berasal dari
tetumbuhan setelah melewati satu tahap atau lebih.
وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا
Dan Allah menjadikan kalian
orang-orang yang memakmurkan tanah itu. Artinya, bahwa kaum Nabi Shalih itu ada
yang menjadi petani, pengrajin dan ada pula tukang batu.
Kesimpulannya: Sesungguhnya Allah-lah
yang telah menciptakan bentuk kejadian kalian, dan menganugerahkan kepadamu
sarana-sarana kemakmuran dan kenikmatan dia atas bumi. Maka, tidaklah takut
kamu menyembah Allah, karena Allah-lah yang berjasa dan memberi anugerah kepada
kalian. Oleh kaena itu, bersyukur kepada-Nya adalah kewajibanmu dengan cara
beribadah kepada-Nya. Semata-mata dengan ikhlas.
فَاسْتَغْفِرُوهُ
ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ
Maka, mohonlah kepada Allah supaya
mengampuni kalian atas dosa-dosamu yang lalu karena kemusyikanmu dengan
mempersekutukan Allah kepada yang lain, juga atas kejahatan-kejahatan yang
telah kamu lakukan. Kemudian, kembali kalian kepada-Nya dengan memohon taubat
tiap kali kamu terlanjur melakukan suatu dosa, semoga Dia mengampuni kalian.
إِنّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ
Sesungguhnya Tuhanku maha dekat
kepada hamba-hamba-Nya, tidak samar bagi-Nya permohonan ampun mereka maupun
dorongan yang membangkitkan untuk melakukan permohonan ampun. Allah juga maha
pengampun dan mengabulkan do’a bagi siapa pun yang berdo’a kepada-Nya dengan
memohon, apabila dia seorang Mu’min yang ikhlas.[5]
C.
Aplikasi dalam kehidupan
Dengan ayat surat hud ayat 61 kita
diperintahkan untuk menyembah kepada Allah, tiada Tuhan yang berhak disembah
kecuali Allah SWT dengan artian kita disini diperintahkan untuk beribadah pada
Allah, dengan cara kita bertaqwa menjalankan segala perintahnya dan menjauhi
segala larangannya. Seperti ibadah mahdhah adalah ibadah langsung
hubungannya dengan Allah seperti shalat, puasa, zakat dan haji. Ibadah ghairu
mahdhah adalah ibadah secara tidak langsung atau melalui kebaikan sesama
manusia atau semua yang tidak termasuk ibadah langsung di sebabkan niat yang
ikhlas atas perbuatan itu, baik dengan alam, binatang, tumbuhan.
D.
Aspek Tarbawi
1.
Memiliki
ketakwaan, ketakwaan yang dilandasi cinta timbul karena ibadah yang dilakukan
manusia setelah merasakan kemurahan dan keindahan Allah SWT. Setelah manusia
melihat kemurahan dan keindahan Nya munculah dorongan untuk beribadah kepada
Nya. Sedangkan ketakwaan yang dilandasi rasa takut timbul karena manusia
menjalankan ibadah dianggap sebagai suatu kewajiban bukan sebagai kebutuhan.
Ketika manusia menjalankan ibadah sebagai suatu kewajiban adakalanya muncul
ketidak ikhlasan, terpaksa dan ketakutan akan balasan dari pelanggaran karena
tidak menjalankan kewajiban. .
2.
Dengan
Ibadah kepada Allah kita terhindar dari kemaksiatan. Ibadah memiliki
daya pensucian yang kuat sehingga dapat menjadi tameng dari pengaruh
kemaksiatan, tetapi keadaan ini hanya bisa dikuasai jika ibadah yang dilakukan
berkualitas. Ibadah ibarat sebuah baju yang harus selalu dipakai dimanapun
manusia berada.
3.
Berjiwa
sosial, ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan keadaan
lingkungan disekitarnya, karena dia mendapat pengalaman langsung dari ibadah
yang dikerjakannya. Sebagaimana ketika melakukan ibadah puasa, ia merasakan
rasanya lapar yang biasa dirasakan orang-orang yang kekurangan. Sehingga
mendorong hamba tersebut lebih memperhatikan orang lain.
4.
Tidak kikir. Harta
yang dimiliki manusia pada dasarnya bukan miliknya tetapi milik Allah SWT yang
seharusnya diperuntukan untuk kemaslahatan umat. Tetapi karena kecintaan
manusia yang begita besar terhadap keduniawian menjadikan dia lupa dan kikir
akan hartanya. Berbeda dengan hamba yang mencintai Allah SWT, senantiasa dawam
menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT, ia menyadari bahwa miliknya adalah
bukan haknya tetapi ia hanya memanfaatkan untuk keperluanya semata-mata sebagai
bekal di akhirat yang diwujudkan dalam bentuk pengorbanan harta untuk keperluan
umat.
BAB II
PENUTUP
A.
Kesimpulan
. Ibadah terbagi menjadi dua yaitu
ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah adalah ibadah langsung
hubungannya dengan Allah seperti shalat, puasa, zakat dan haji. Ibadah ghairu
mahdhah adalah ibadah secara tidak langsung atau melalui kebaikan sesama
manusia atau semua yang tidak termasuk ibadah langsung di sebabkan niat yang
ikhlas atas perbuatan itu, baik dengan alam, binatang, tumbuhan.
Dengan ibadah kepada Allah kita
bisa bertaqwa kepada Allah dengan menjalankan segala perintahnya dan menjauhi
larangannya.
B.
Saran
Penulis menyadari terdapat banyak sekali kekurangan
dalam penulisan tugas ini, namun penulis telah berupaya dan berusaha atas
terselesainya tugas ini. Suatu yang sangat di harapkan adalah saran dan
kritikan yang membangun demi memperbaiki kesalahan-kesalahan dan
kekurang-kekurangan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
M.Quraish Shihab, Al-Qur’an & Terjemah, Tanggerang: Lentera Hati,2010.
Hamka,
Tafsir Al-Azhar:Juzu’ XII, Pustaka Pajimas, 1982.
Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi juz XII, Semarang: CV Toha Putra, 1994.
Salim Bahreisy, Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier,
Surabaya: Bina Ilmu, 1998.
http://arifsyarifudin.blogspot.co.id/2015/05/ibadah-pada-Allah
BIODATA
Nama : MAHFIYATUL ULYA
Alamat : Desa Kendalrejo RT/RW 02/01
Gg. Cempaka 1
No. 04 ( Sebelah selatan Masjid jami’
nurul mubin) Kecamatan Petarukan,
Kabupaten pemalang.
Riwayat pendidikan :
1. TK Pertiwi
2. MI Al-Mu’awanah
3. MTS Al-Mu’awanah
4. SMK Negeri 1 Ampelgading
5. IAIN Pekalongan (Semester 3)
Motto :
“Man Jadda Wa Jadda”
[1] QS. Hud 11;61
[2]
http://arifsyarifudin.blogspot.co.id/2015/05/ibadah-pada-Allah
[3] Prof. Dr.Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz XII, (Jakarta:
Pustaka Panjimas 2002) hlm.82-85
[4]
Salim Bahreisy, Said Bahreisy, Terjemah
Singkat Tafsir Ibnu Katsier (Surabaya: Bina Ilmu, 1988) 308-309
[5]Ahmad Musthafa Tafsir Al-Maraghi
Juz IX, (Semarang: CV Toha Putra, 1994) hlm.96-99
Tidak ada komentar:
Posting Komentar