IBADAH PADA
ALLAH SWT
Surat HUD juz 11 ayat 61
Ainul Wafa 2021115093
( KELAS C)
JURUSAN TARBIYAH / PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur tidak lupa saya panjatkan kepada
Allah SWT yang mana telah memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik, solawat serta salam tidak lupa saya
curahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW, yang mana kita nanti-nantikan Syafaatnya di Yaumul Qiyamah Amin Ya
Robbal Alamin.
Makalah ini saya susun guna memenuhi
tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi 1. Ucapan terima kasih saya ucapkan
kepada:
1.
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya.
2. Dosen pengampu
sekaligus pembimbing Bapak M.Hufron,M.S.I yang telah memberikan arahan serta
dorongan kepada saya.
3. Kedua orang tua
saya yang selalu memberikan Doa dan dukungan serta motivasi dalam hal kebaikan.
4. Rekan-rekan Mahasiswa
khususnya kelas C yang bersedia memberikan partisipasi dalam pembuatan makalah
ini.
Saya hanyalah
manusia biasa yang mempunyai banyak kekurangan dan tidak banyak pengetahuan, sama
halnya dalam pembuatan makalah ini. Untuk itu saya selalu mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca guna menyempurnakan makalah yang saya buat.
Wassalmu’alaikum
Wr.Wb.
Pekalongan, 8 Oktober
2016
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan................................................................................................ 1
A.
Latar
Belakang.......................................................................................... 1
B.
Judul
Makalah........................................................................................... 1
C.
Nash
dan Arti QS. Huud juz 11 ayat 61 (Ibadah
kepada Allah)............. 2
D.
Arti
Penting............................................................................................... 2
Bab II Pembahasan
A. Teori.......................................................................................................... 4
1. Pengertian Ibadah........................................................................... .... 4
2. Ruang Lingkup Ibadah........................................................................ 4
B. Tafsir dari Buku
1. Tafsir Ibnu Katsier Jilid LV.............................................................. 5
2. Tafsir Jalalain.................................................................................... 5
3. Tafsir Al-Miasbhah........................................................................... 6
C. Aplikasi dalam Kehidupan....................................................................... 7
D. Aspek Tarbawi.......................................................................................... 7
Bab III Penutup
1. Kesimpulan......................................................................................... 8
2. Saran................................................................................................... 8
3. Referensi............................................................................................. 8
4. Profil Penulis...................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Sering dijumpai bahwasanya banyak orang yang salah dalam mengartikan suatu ayat yang terkandung dalam AlQur’an, sehingga orang bisa saja mengartikan ayat tersebut secara pengetahuannya sendiri tanpa melihat berbagai sumber termasuk tafsir-tafsir
yang sudah ada. Seperti yang kita ketahui, Al-Qur’an adalah Kalamullah
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dengan perantara Malaikat Jibril
AS secara berangsur-angsur, yang berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelas atas petunjuk bagi manusia
agar selamat dunia dan akhirat.
Oleh karena itu,kita ambil contoh surat HUD juz 11
ayat 61 tentang Ibadah kepada Allah SWT. Kita semua tahu bahwasanya Allah
merupakan Zat yang wajib di sembah. Seperti halnya kisah Nabi Shaleh AS dan
kaumnya yaitu kaum Tsamud, serta kekuasaan Allah SWT dalam membinasakan
orang-orang yang zalim. Inilah yang mewajibkan kita untuk senantiasa beribadah
kepada Allah dan menyembah-Nya agar senantiasa selamat dunia maupun di akhirat.
Tugas manusia di muka bumi ini adalah memakmurkan bumi , mensejahterakannya
serta menjaganya sebagai tempat yang tetap. Sebagaimana terurai dalam Al-Qur’an
surat HUD ayat 61 berikut ini yang akan di uraikan dibawah ini secara
sistematis.
B. Judul Makalah
Judul makalah ini yaitu “Tujuan Pendidikan Umum” yaitu beribadah kepada
Allah SWT. Kita sebagai kholifah dimuka bumi ini wajib untuk beribadah kepada Allah
dengan cara menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangannya agar
selamat di dunia maupun di akhirat.
C. Nash dan Arti QS. HUUD juz 11 ayat
61(Ibadah kepada Allah)
۞ وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا ۚ قَالَ يَا قَوْمِ
اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ ۖ هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ
الْأَرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا فَاسْتَغْفِرُوهُ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ ۚ
إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ مُجِيبٌ
Artinya:
“dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh berkata: “Hai kaumku
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah
menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya karena itu
mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertaubatlah kepada-Nya, sesungguhnya Tuhanku
amat dekat (rahmat-Nya). (QS-Hud ayat 61).”
D.
Arti Penting
Dari ayat diatas dapat diambil bahwasanya kita sebagai khofiah di muka bumi
ini wajib menjalankan perintah Allah (sang pencipta) sebagai bentuk pengabdian
kepada-Nya. Bentuk pengabdian atau biasa disebut beribadah kepada Allah yaitu
dengan cara memakmurkan bumi.Maksud manusia sebagai pemakmur bumi adalah
manusia itu diciptakan dari tanah, dan tanah itu diambil dari bumi. Maka sepatutnya
manusia menjaga dan memakmurkannya atas tanda penghargaan manusia sebagai asal-usul penciptaan
mereka
Disamping itu
manusia juga diberi akal oleh Allah untuk memikirkan tentang kekuasaan Allah
yang ada di bumi dan harus menjaga kekuasaan Allah tersebut.
Ini sejalan dengan firman-Nya yang diarahkan
pada kaum musyrikin
.فَلْيَعْبُدُوا
رَبَّ هَذَا الْبَيْتِ (٣) الَّذِي أَطْعَمَهُمْ مِنْ جُوعٍ وَآمَنَهُمْ مِنْ
خَوْفٍ
3.
Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka'bah)
4. Yang
telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.[1]
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori
1.
Pengertian Ibadah
Menurut bahasa ibadah berarti patuh (al-tha’ah),
dan tunduk (al-khudlu). Secara etimologis ibadah berasal dari kata
abada, yu’budu,’abdan, fahuwa’aabidun. Kata aabidun itu berarti budak atau
hamba.Dapat dikatakan bahwa ibadah adalah perbuatan atau pernyataan tentang
bukti ke patuhannya terhadap Allah yang di dasarkan oleh peraturan agama serta
hati yang ikhlas.
Ibadah kepada Allah
merupakan sesuatu hal yang wajib bagi semua umat muslim untuk di kerjakan. Sabagai hubungan manusia dengan Allah (hablum minallah),
selain itu ada juga hubungan dengan alam serta hubungan manusia dengan manusia.
Bentuk ibadah kepada Allah sangatlah banyak,
kita dapat menjalankannya sesuai dengan syariat. Sebagai contoh Ibadah yang
termudah yaitu tersenyum.
2.
Ruang Lingkup
Ibadah
Kalau bicara tentang ruang
lingkup ibadah di dalam Islam amat luas sekali. Setiap apa yang dilakukan baik
bersangkutan dengan individu maupun masyarakat itu adalah ibadah menurut Islam asalkan
memenuhi syarat-syarat yaitu:
1.
Amalan yang dikerjakan itu diakui oleh Islam
ada hubungannya dengan haram dan maksiat maka tidak bisa dijadikan amalan.
2.
Amalan dilakukan dengan niat yang baik, tujuan
yang baik dan memberikan manfaat kepada umat sebagai mana yang dianjurkan
Allah.
3.
Amalan tersebut tidak menzalimi orang
lain,tidak khianat,tidak menipu dan tidak menindas dan merampas hak orang lain.
4. Tidak melalaikan
ibadah-ibadah khusus seperti sholat,zakat,puasa dan sebagaimana dalam
melaksanakan ibadah-ibadah umum.
B.
TafsirdariBuku
1.
Tafsir Ibnu Katsier Jilid
LV
Tafsirannya: Allah berfirman, “kami telah
mengutus kepada kaum tsamud seorang rasul,
ialah saudara mereka sendiri Shaleh, yang
berseru kepada mereka agar hanya menyembah kepada Allah.yang telah menciptakan
mereka dari tanah dan menjadikan mereka berkuasa diatasnya, mengelola untuk
kepentingan hidupnya. Shaleh berkata “beristigfarlah kamu dari dosa-dosa kamu
yang lalu, kemudian bertaubatlah sesungguhnya tuhanku itu dekat dan mendengar
setiap doa-doa hamba-hambanya serta memperkenankannya. Kaum tsamuh adalah
penduduk “al-Hijr” kota yang terletak antara tabuk dan Madinah.[2]
2.
Tafsir Jalalain
وَ(dan)
kami utus –َإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحً(kepada
tsamuh saudara mereka yang satu kabilah- صَالِحًا قَالَ يَا
قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّه (shaleh berkata: hai
kaumku,sembahlah Allah) artinya esakanlah مِنْ
إِلَٰهٍ غَيْرُهُ هُوَ أَنْشَأَكُمْ(sekali-kali
tidak ada bagi kalian Tuhan selain Dia). Dialah yang mula-mula menciptakan
kalian-مِنَ
الْأَرْضِ(dari bumi) yaitu
menciptakan bapakmu adam dari tanah-َاسْتَعْمَرَكُمْ
(dan menjadikan kalian pemakmurnya)-َاسْتَغْفِرُوهُ(karena
itu mohon ampunlah dari kemusyrikan- ثُمَّ
تُوبُوا(kemudian bertaubatlah)
kembali kalian-إِلَيْهِ(kepadanya)
dengan menjalankan ketaatan- إِنَّ رَبِّي قَرِيبٌ ٌ(sesungguhnya
robku amat dekat) kepada makluknya melalui pengetahuannya- مُجِيب(lagi
memperkenankanlah) doa orang yang meminta kepada-Nya.[3]
3.
Tafsir
Al-Miasbhah
Kata (أَنْشَأَكُمْ)
mengandung makna mewujudkan serta mendidik dan mengembangkan.objek kata lain
manusia dan binatang. Kata (سْتَعْمَرَك)
terambil dari kata(amaro) yang berarti memakmurkan. Kata tersebut juga diambil
dari antonym (khorab) yakni kehancuran. Ibnu kasir memahaminya menjadi
kamu pemakmur-pemakmur dan pengelola pengelola.
Thabathaba’I memahami kata
(أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ)
dalam arti mengelola bumi sehingga beralih menjadi suatu tempat kondisi yang
memungkinkanmanfaatnya yang di petik seperti membangun pemukiman, masjid tempat
ibadah tanah untuk pertanian dll.
Kata (مُجِيب)
terambil dari kata(aajaba) yakni jawaban. Kata mujib adalah pelaku
menjawab.Ulama berpendapat bahwa kata itu artinya memohon, memotong permohonan
dan menghentikannya dengan jalan mengabulkannya.
Kalau Allah yang mengabulkan doa dan harapan itu dilukiskan oleh ayat di
atas dengan kata (قَرِيبٌ) maka itu mengisyaratkan tidak perlu berteriak
mengeraskan suara ketika berdoa.
الْمُعْتَدِينَيُحِبُّلاَإِنَّهُوَخُفْيَةًتَضَرُّعًارَبَّكُمْادْعُواْ
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang
lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.[4]
C.
Aplikasi dalam Kehidupan
1.
Dapat dilihat hubungan Nabi dengan masyarakat merupkan hubungan
persaudaraan, bukan hubungan antara atasan dan bawahan. Dapat disimpulkan bahwa
mengajarkan kita untuk selalu mempererat hubungan persaudaraan antara sesama
manusia.
2.
Membangun bumi dan memakmurkannya serta selalu bersyukur atas apa yang
diberikan oleh Allah SWT.
3.
Selalu beribadah kepada Allah dengan ikhlas agar mendapat ridho Allah SWT.
D.
Aspek Tarbawi
1.
Kita tidak boleh hanya memanfaatkan bumi saja
namun kita juga harus merawatnya, menjaganya, dan memakmurkannya. Karena semua
itu untuk diri kita sendiri.
2.
Bahwasanya Allah SWT menciptakan segala sesuatu
di bumi ada tujuan dan manfaatnya. Tidak ada yang sia-sia.
3.
Sebagai bentuk beribadah kepada Allah maka kita
harus menjaga bumi ini dan merawatnya serta memakmurkannya.
4.
Mencari ilmu itu bukan semata-mata untuk mengejar cita-cita saja atau
mengejar nilai yang bagus tetapi agar mendapat ridho dari Allah. Dan diniatkan
ibadah pada Allah SWT.
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Bahwa ibadah itu merupakan perbuatan atau
pernyataan tentang bukti ke patuhannya terhadap Allah yang di dasarkan oleh
peraturan agama serta hati yang ikhlas. Cara melakukan ibadah sangat banyak
baik itu yang khusus maupun yang umum asal dengan hati yang ikhlas.
Ruang lingkupnya juga sangat luas. Kita sebagai
khalifah wajib untuk merawat bumi ini atau memakmurkan bumi sebagai bukti
ketaatan kepada Allah.
Beribadah kepada Allah harus dilakukan dengan
hati yang ikhlas dan kesungguhan hati agar kita selamat dunia dan selamat di
akhirat
2.
Saran
Sangat disarankan bagi
pelajar khususnya mahasiswa untuk mempelajari TAFSIR TARBAWI I secara
komprehensif tentang tafsir menerjemahkan surah HUD ayat 61 tentang ibadah
kepada Allah SWT. Selain sebagai penambah wawasan keilmuan, juga menambah
ketaqwaan kita kepada Allah. Studi ini juga sangat berkaitan erat dengan studi
praktik dan tafsir. Semoga kehadiran makalah ini memberi manfaat bagi para
pembaca. Hanya kepada Allah kita memohon hidayah dan taufiq.
3.
Referensi
1. Shihab,Quraish.2006.Tafsir
Al-mishbah.Jakarta:Lentera Hati.
2. Gojali,nanang.2013.Tafsir
Hadis tentang pendidikan.Jawa Barat: CV Pustaka Setia.
3. Najati, usma.2005.Psikologi
dalam Al-quran. Bandung:CV Pustaka Setia.
4. Shihab,
M.quraish.2005. Tafsir al-misbah.
Jakarta:lentera Hati.
5. Jalaludin, Imam
al-mahally dkk. terjemahan tafsir
jalalain..Bandung:cv sinar baru.
6. Bahreisy, salim dkk.1988.Terjemahan singkat tafsir ibnu katsier jilid
lv.Surabaya:PT bima ilmu.
7. http://donie;ibra.wordpress.com/makalah-lengkap-study
-islam-tentang-ibadah/htm=1? sabtu 10 september 10:00.
4.
Profil Penulis
Nama :Ainul Wafa
Nim :2021115093
Alamat :Desa Klareyan RT 10 RW 2 Petarukan.Pemalang
Motto :
·
kun anta tasdajamala
Pesan : Bacalah Surat Al
Insyiroh 3x dalam hal apapun.
Riwayat Pendidikan : TK Pertiwi
Petarukan
SD N 07 Klarayan
SMP N 2 Petarukan
SMA N 1 Petarukan
Menempuh Jurusan PAI
Fakultas Tarbiyah
[2] Terjemahan singkat Tafsir Ibnu Katsier Jilid LV, salim bahreisy
dkk.surabaya :pt bima ilmu 1988 hlm308-309.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar