VISI
MISI MANUSIA
KHALIFAH DI MUKA BUMI
(QS.AL-Baqarah, 2: 30)
ISLA NUR SABILLA
(2021115074)
KELAS
: A
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah atas
segala kemudahan yang diberikan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini dengan waktu yang tepat. Tak lupa shalawat serta salam senantiasa
tercurahkaan untuk baginda Nabi Muhammad SAW,yang kita nantikan syafaatnya di
Yaumul Kiyamah.
Ucapan terimakasih pula penyusun sampaikan kepada :
1. Ayah dan Ibu yang senantiasa memberikan dukungan moril
dan materil kepada penulis.
2.
BapakMuhammad
Hufron, M.Si selaku dosen matakuliah Tafsir Tarbawi II, yang telah memberikan
amanah untuk menyelesaikan tugas ini
3. Teman-teman yang senantiasa memberikan masukan dalam
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari , bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna dan masih memiliki banyak kekurangan.
Baik dari segi penyusunan dan pemilihan kata. Oleh karena itu, penulis
mengharap saran dan kritik dari pembaca yang membangun,sebagai bahan evaluasi
agar dalam tahap penyusunan lebih baik lagi.
Semoga makalah tafsir tarbawi ini
bermanfaat bagi masyarakat luas pada umumnya, dan bagi para mahasiswa
khususnya.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Islam
mengajarkan bahwa manusia memiliki dua predikat, yaitu sebagai hamba Allah dan
sebagai wakil Allah di muka bumi. Sebagai hamba Allah, manusia adalah kecil dan
tak memiliki kekuasaan. Oleh karna itu, tugasnya hanya menyembah kepada-Nya.
Tetapai sebagai khalifatullah, manusia diberi fungsi sangat besar, karna Allah
Maha Besar maka manusia sebagai wakil-nya di muka bumi memiliki tanggung jawab
dan otoritas yang besar, oleh karnanya, sudah selayaknya manusia memperbagus
amal kebajikan dan berusaha menjadi yang terbaik serta bermanfaat bagi orang
lain.
Dalam
menjadi khalifah tentu banyak ujian di dalam dunia ini. Banyaj ujian di alam
dunia ini. Keberhasilan dalam menghadapi ujian tentu tergantung dari pribadi
masing-masing. Apabila berhasil melalui ujian tentu Allah SWT janjikan di
jannah-Nya. Diangkat derajatnya seelah mengarungi ujian dari sang punya Hidup.
Sebagai manusia, hamba sang Khalik, tentu perintah
Allah SWT harus kita laksanakan, dan tentu tak luput dari ujian dari Allah SWT.
Bagi orang yang bersungguh-sungguh pastilah dunia ini tidak akan menyusahkan
atau akan mengatakan bahwa dunia itu sempit. Mereka berusah seoptimal mungkin
menggapai ridho’Nya, menyadari bahwa dunia adalah tempat berperih, tempat
berjuang. Ada tempat kesempurnaan yang telah sang Maha Janjikan.
Mereka itulah hamba Allah SWT yang mengikhlaskan diri
akan hidupnya yang sebentar ini untuk mengabdikan diri kepada Allah SWTdengan
beribadah dan selalu berusaha dalam menjalankan kebaikan. Semoga kkita semua
digolongkan kedalam hamba-hamba Allah SWT yang menjanjikan surga-Nya. Amin.
B.
Tema dan
judul
Tema : “visi Misi Manusia”
Judul : “Khalifah di Muka Bumi”
QS. Al-Baqoroh ayat30
Nash
dan Arti Surat Al-Baqoroh Ayat 30:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ
إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ
يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ
لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Artinya:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah)
di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui". (Qur’an surat Al-BaqorohAyat
30).
C.
ArtiPenting
Penafsiran
Qur’an Surat Al-Baqoroh ayat 30 yang dikaji terma pentingnya yaitu Manusia,
dimana Allah hendak menjadikan Adam (manusia) sebagai kholifah.Kata Khalifah
padamulanya berarti yang menggantikan atau yang dating sesudah siapa yang dating
sebelumnya.Pada ayat 30 redaksi “Innija’ilunfilar-ardhkholifah..”(Sesungguhnya Aku
ingin jadikan khalifah di muka bumi) dan subyeknya dapat dipahami bahwa pembicara
adalah Allah yang menetapkan khalifah bagi-nya bukan untuk yang lain Allah Swt menjelaskan
bahwa manusia
Adalah khalifah-nya.
Ada lagi yang memahaminya dalam arti yang menggantikan makhluk lain dalam menghunibumi.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Teori Kholifah di Muka Bumi
a. Pengertian
Pengertian Khalifah,
artinya jenis lain dari makhluk sebelumnya. Bisa juga diartikan sebagai
pengganti Allah untuk melaksanakan perintah-perintah-Nya terhadap umat manusia.
Kholifah
memiliki dua makna, yaitu menggantikan
dan menguasai.Makna menggantikan
dapat kita lihat
pada ayat 30 surat al-Baqarahini. Manusia di tunjuk
Allah SWT. Sebagai pengganti
Allah SWT. Dalam mengolah bumi sekaligus memakmurkannya.Manusia diberitugas dan
tanggung jawwab untuk menggali potensi-potensi yang dapat di bumi ini, mengolahnya,
dan menggunakannya dengan baik sebagai sarana
untuk beribadah kepada Allah SWT.
Makna Khalifa hyang keduaa dalam m
enguasai atau menjadi penguasa. Terlepas dari kedua makna Khalifah, manusia menempati kedudukan istimewa di
muka bumi ini. Bukan berarti manusia di istimewakan kemudian boleh berbuat
semaunya, melainkan sebaliknya. Kedudukan
istimewaan manusia menuntu tkearifan dan tanggung jawab
besar tarhadap alam
dan masyrakatnya. Al-Raghib al-Isfahani menjelaskan
bahwa menggantikan yang lain berarti melaksanakan sesuatu atas nama yang
digantikan, baik bersama yang digantikannya maupun sesudahnya. Lebih lanjut,
Al-Iafahani menjlaskan bahwa kekhalifahan tersebut dapat terlaksana akibat
ketiadaan di tempat, kematian, atau ketidakkemampuan orang yang digantikan, dan
dapat juga akibat penghormatan yang diberikan kepada yang menggantikan. Kata al-khalifah
juga memiliki arti al-imarat yaitu kemimpinan, atau al-sulthan
yaitu kekuasaan.[1]
b. Tanggung jawab manusia sebagai khalifah
jika
tugas manusia sebagai khalifah (pemimpin), tentu ia harus dapat
membangun dunia ini dengan sinergis, dapat me
lakukan perbaikan-perbikan, baik antara dirinya dengan alam, maupun
antar sesana manusia itu sendiri. Seorang pemimpin dengan kekuasaan yang
diberikan kepadanya, kemampuan untuk mengolah dan mengeksplorasi alam, maka
sebenarnya ia tak boleh semena-mena terhadap alam dan sesama manusia, ia harus
m engelola dengan baik dan harus menjadi suri tauladan yang baik.[2]
2.
Penafsiransurat Al-Baqarahayat 30
1.
Tafsir Al-azhar
Di dalam ayat terbayanglah
oleh kita bahwa Malaikat, sebagai makhluk Ilahi, yang tentu saja pengetahuannya
tidak seluas pengetahuan Tuhan, meminta penjelasan, bagaimana agaknya corak
khalifah itu ? Apakah tidak mungkin terjdadi dengan adanya khalifah, kerusakan
yang akan timbul dan penumpahan darahlah yang akan terjadi ? padahal alam
dengan kudrat idarat Allah ta’ala telah tentrtam, sebab mereka, malaikat, telah
diciptakan Tuhan sebagai makhluk yang patuh, tunduk,taat dan setia.
Tuhan menyebut didalam
al-Qur’an tentang adanya makhluk Allah bernama Malaikat. Disebutkan pekerjan
atau tugas mereka,ada yang mencatat amalan makhluk setiap hari, dan mencatat
segala ucapan, ada yang membawa wahyu kepada rasul-rasul dan nabi-nabi, ada
yang menjadi duta (safarah) yang memelihara al-Qur’an,ada yang memikul Arsy
Tuhan, ada yang menjaga surga dan yang menjaga neraka, dan ada yang siang dan
malam berdoa, memuji-muji Allah dan bersujud, dan ada pula yang mendoakan agar
makhluk yang taat di beri ampun dosanya oleh Tuhan. Dan banyak lagi yang lain.
Tetapi Tuhan Allah tidak menyebutkan dari bahan apa Malaikat itu dijadikan. Dan
tersebut juga bahwa ada Malaikat itu yang menyatakan dirinya,sebagai yang
datang membawakan Ilham kepada Maryam bahwa dia akan diberi putra atau yang
kelihatan oleh Nabi kita Muhammad s.a.w.
seketika beliau mula-mula menerima
wahyu. Dan disebut juga ada Malaikat itu yang bersayap, du-dua, tiga-tiga, dan
empat-empat. [3]
2. Tafsir Ibnu Katsier
Allah
Ta’ala memberitahukan ihwal pemerian karunia kepada Nabi Adam dan penghormatan
kepada mereka dengan membicarakan mereka di al-Mala’ul A’la, seelum
mereka diadakan. Maka Allah berfirman, “Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada malaikat, “maksudnya, hai Muhammad, ceritakanlah hal itu kepada kaummu.
“sesungguhnya Aku berhak menjadikan khalifah di bumi. “ yakni suatu kaum yang
akan menggantikan satu sama lain, kurun demi kurun, dan generasi demi generasi,
sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,”Dialah yang menjadikan kamu sebagai
khalifah-khalifah di bumi.
Atsar
razaq, dari Muammar dan dari Qatadah berkata berkaitan dengan firman Allah:”
Mengapa engkau hendakmenjadikan di bumi oang yang akan membuat kerusakan
padanya.” Seolah-olah Allah memberitahukan kepada para malaikat bahwa
apabila di bumi ada makhluk, maka mereka
akan membuat kerusakan dan menupahkan darah disana. Perkataan malaikat ini
bukanlah sebagai bantahan kepada Allah sebagaimana diduga orang, karena
malaikat disifati Allah sebagai makhluk yang tidak dapat menanyakan apapun yang
tidak diizinkaNya.
Ibnu Juuraji berkata bahwa sesungguhnya
para malaikat itu berkata menurut apa yang telah diberitahukan Allah kepadanya
ihwal keadaan penciptaan Adam. Maka malaikat berkata, “Mengapa engkau hendak
menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya?” Ibnu Jabir
berkata,”sebagian ulama mengatakan,”sesungguhnya malaikat mengatakan hal
seperti itu, karena Allah mengizinkan mereka untuk bertanya ihwal hal itu
setelah diberitahukan kepada mereka bahwa khalifah itu terdiri atas keturunan
Adam. Mereka berkata “Mengapa Engkau hendak menjadikan orang yang akan membuat
kerusakan padanya?”sesungguhnya mereka bermaksud mengatakan bahwa diantara
keturunan Adam itu bersifat meminta informasi dan mencari tahu ihwal hikmah.
Maka Allah berfirman sebagai jawaban atas mereka,” Allah berkata, “sesungguhnya
aka mengetahui apa yang tidak kamu ketahui,” yakni Aku mengetahui kemaslahatan
yang baik dalam penciptaan series yang suka melakukan kerusakan seperti yang
kamu sebutkan,dan kemaslahatan itu tidak kamu ketahui, karena Aku akan menjadikan
diantara mereka para nabi, rasul, oarang-orang saleh, dan para wali.[4]
3. Tafsir Al-Maraghi
Kandungan
ayat ini sama dengan ayat-ayat sebelumnya, yakni menjelaskan nikmat-nikmat
Allah. Diciptakannya Nabi Adam dalam bentuk yang sedemikian rupa di samping
kenikmatan memiliki ilmu dan berkuasa penuh untuk mengatur alam semesta serta
berfungsi sebagai khalifah Allah di bumi, hal tersebut merupakan nikmat yang
paling agung dan harus disyukuri oleh keturunanya dengan cara taat kepada Allah
dan tidak ingkar kepada-Nya, termasuk manjauhi kemaksiatan yang dilarang Allah.
Pada ayat ini dan sebelumnay juga menceritakan kisah-kisah
tentang kejadian umat manusia. Dalam penciptaan manusia itu mengandung hikmah
dan rahasia yang diungkap dalam bentuk dialog dan musyawarah sebelum melakukan
penciptaan. Ayat ini termasuk di ntara ayat mutasyabih (tidak mungkin
ditafsirkan dengan makna zahirnya saja). Sebab, jika kita artikan Allah
mengadakan musyawarah dengan hamba-Nya, hal ini merupakan kejadian yang sangat
mustahil.
Pendapat ulama mutaakhirin mereka lebih cenderung
menakwilkan ayat mutasyabih yang berkaitan dengan masalah kaidah-kaida agama.
Sebab pada prinsipnya kaidah tersebut diletakkan berdasarkan pengertian akal.
Jadi jika ada dalil-dalil nash yang bertentangan dengan akal rasio maka nas
tersebut ditakwilkan dengan pengertian tidak seperti lahiriyah nash, tetapai
disesuaikan dengan pengertian akal rasio.
Berdasarkan ini maka kisah yang ada di
dalam Al-Qur’an tadi diungkapan dalam bentuk tamsil agar lebih muda dipahami manusia,
khususnya mengenai proses kejadian Adam dan keistimewaanya. Untuk maksud
tersebut Allah memberitahukan kepada malaikat bahwa Allah akan menciptakan
khalifah dibumi. Para malaikat merasa terkejut, mereka bertanya kepada Allah
dengan cara dialog. Mereka menghadap Allah agar diberi pengetahuan tentang
makhluk-Nya ini. Pernyataan malaikat ini seakan mengatakan, kenapaTuhan
menciptakan jenis makhluk ini dengan bekal iradah(kehendak) yang mutlak (tak
terbatas) dan ikhtiyar (usaha) yang terbatas pula? Sebab, sangat mungkin jika
ia mempergunakan iradahnya akan bertentangan dengan maslahat dan hikmah yang
berakibat fatal, yakni kerusakan.[5]
3. Aplikasi dalam kehidupan
1. Tanamkan keyakiana bahwa setiap manusia
adalah khalifah atau pemimpin, baik bagi diri, keluarga, masyarakat mauun alam
lingkungannya, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya di
hadapan Allah swt.
2. Tugas manusia sebagai khalifah atau
menjadi pmimpin di bumi hendaknya selalu di laksanakan atau di aplikasikan ke
dalam kehidupan. Seperti, mengelola bumi (lingkungan tempat tinggal) dengan
sebaik-baiknya agar bermanfaat bagi manusia itu sendiri juga makhluk Allah yang
lainnya.
3. Mulailah mempraktikkan sikap perilaku
khalifah di muka bumi, dari hal-hal yang paling muda dan selalu berusaha untuk
meningkatkannya, sehingga kelak kita menjadi seorang khalifah yang baik dan
benar di hadapan Allah swt.
4. Aspek Tarbawi
1.
Manusia
harus mengerti tugasnya sebagai khalifah yaitu mengelola apa yang ada di alam
ini.
2.
Hendaknya
manusia mengetahui awal penciptaan manusia dan tujuan diciptakannya manusia.
3.
Hendaknya
kita bertawakkal kepada Allah.
4.
Hendaknya
kita bertanya jika tidak tahu sebagaimana malaikat menanyakan tentang manusia
sebagai khalifah kepada Allah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sebagai
khalifah, manusia di beri tanggung jawab pengelolaan alam semesta untuk
kesejahteraan ummat manusia, karena alam semesta memang diciptakan Allah untuk
manusia. Sebagai hamba manusia adalah kecil, tetapi sebagai khalifah Allah,
manusia memiliki fungsi yang sangat besar dalam menegakkan sendi-sendi
kehidupan di muka bumi. Oleh karna itu, manusia dilengkapi Tuhan dengan
kelengkapan psikologis yang sangat sempurna, akal, hati,syahway dan hawa nafsu,
yang kesemuanya sangat memadai bagi manusia untuk menjadi makhluk yang sangat terhormat dan mulia, disamping
juga sangat potensial untuk terjerumus hingga pada posisi lebih rendah di
banding binatang. Jadi Manusia diciptakan oleh Allah swt. Pada dasarnya
memiliki dua peran dan fungsi, yaitu sebagai hamba Allah serta khalifah di muka
bumi. Manusia yang ditugaskan sebagai kholifah di bumi harus mampu memahami isi
kandungan Al-Qur’an, baik secara tertulis maupun tidak tertulis.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad
Mustofa Al Maraghi, 1985, Tafsir Al-Maraghi, semarang, karya:cv. Toha
putra
Yusuf,
Musfirotun. 2015. Manusia dan kebudayaan perspektif islam. Pekalongan.
Duta Media Utama
H
Bahreisy Said H Bahreisy Salim, 1987
Ringkasan Tafsir Ibnu Katsier jilid 1, Surabaya Bina Ilmu Offset
http://kbbi.web.id/khalifah
Prof.Dr.
Hamka,2001, Terjemahan Tafsir Al-Azhar jilid 1, Jakarta, pustaka panjimas
PROFIL
NAMA : ISLA NUR SABILLA
NIM
: 20211 15074
T T L
: P EMALA NG , 2 7 AGUST US 1996
ALAMAT : SIDOREJO COMAL PEMALANG
RIWAYAT
PENDIDIKAN : 1. MI MAHADUL MUTA’ALIMIN
2. MTS
MAHADUL MUTA’ALIMIN
3. SMAN 1 WIRAD ES A
[1]H.SaidBahreisy
H.SalimBahreisy, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsier jilid 1,(Surabaya:PT Bina
Ilmu Offset,1987) hlm.80-81
[2]http://kbb.web.id/khalifah,diakses
tanggal 23-02-2017,pukul9:12 WIB
[3] Prof.Dr.Hamka,Tafsir Al-azhar Juz 1,(Jakarta:pustaka
panjimas,1982). Hlm.199-202
[4]H.SaidBahreisy
H.SalimBahreisy 1987 Ringkasan Tafsir
Ibnu Katsier jilid 1, (Surabaya: PT Bina Ilmu Offset,1987). hlm.80-86
[5]Ahmad
Mustofa Al Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (semarang, karya:cv. Toha
putra,1985).hlm 127-130
Tidak ada komentar:
Posting Komentar