KETERAMPILAN DASAR
MENGAJAR
“PENGAJAR”
Usrotul Aini
(2023226041)
KELAS A
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN
ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah swt., atas segala nikmat
dan karunia-Nya, makalah yang berjudul “Keterampilan Dasar Mengajar” dengan
sub tema “Pengajar” ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam semoga
senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, keluarga, kerabat,
dan para sahabatnya.
Tersusunnya
makalah ini bukan hanya usaha keras penulis semata, melainkan berkat doa dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih
kepada:
1.
Ayah Ibunda
tercinta atas doa dan dukungannya sejauh ini
2.
Bapak M.
Ghufron, M.S.I selaku dosen pengampu mata kuliah Strategi Belajar Mengajar
3.
Teman-teman mata
kuliah Strategi Belajar Mengajar kelas A yang telah mengarahkan penulis dalam
menjalani studi dan segenap pihak
yang telah membantu saya dalam menyelasaikan makalah ini
Makalah ini
dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar.
Dalam makalah ini akan dibahas beberapa pembahasan mengenai pengajar.Semoga dengan makalah ini kita sebagai calon guru dapat mengetahui
dan memahami hakikat dari pengajar dan peranannya.
Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menulis makalah ini
dengan baik, apabila masih ditemukan kesalahan dalam penulisan makalah ini,
penulis menerima kritik dan saran dari pembaca. Semoga
makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin yaa robbal
‘alamin.
Pekalongan,
14 September 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Tema
Ketrampilan Dasar Mengajar
B.
Sub Tema
Pengajar
C.
Penting Dikaji
Setiap kegiatan
belajar mengajar selalu melibatkan dua pelaku aktif, yaitu guru dan siswa. Guru
sebagai pengajar merupakan pencipta kondisi belajar siswa yang didesain secara
sengaja, sistematis dan berkesinambungan. Sedangkan anak sebagai subyek
pembelajaran merupakan pihak yang menikmati kondisi belajar yang diciptakan
guru.
Oleh karena
itu, makalah ini penting dikaji karena sebagai calon guru harus mampu memahami
serta mengerti makna pengajar dan hakikatnya sebagai pengajar serta
kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh pengajar. Sehingga pengajar
dapat merancang dan menjalankan proses belajar mengajar secara profesional.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pengajar dan Hakikat Guru Sebagai Pengajar
1.
Pengertian Pengajar
Pengajar
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang mengajar (seperti guru,
pelatih). Pengajar adalah orang yang menyampaikan atau menularkan pengetahuan
dan pandangan. Pengajar harus mengusahakan agar proses belajar itu terjadi.
Namun bilamana pengajar tidak mengerti tentang proses belajar, sudah barang
tentu ia pun tidak akan dapat mengusahakan terjadinya proses tersebut.[1]
2.
Hakikat Guru Sebagai Pengajar
Sejak adanya kehidupan, sejak itu pula guru telah melaksanakan
pembelajaran, danmemang hal tersebut merupakan tugas dan tanggung jawabnya yang
pertama dan utama. Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk
mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membenuk kompetensi dan memahami
standar yang dipelajari.
Perkembangan tekonologi mengubah peran guru dari pengajar yang
bertugas menyampaikan materi pembelajaran mejadi fasilitator yang bertugas
memberikan kemudahan belajar. Hal ini dimungkinkan karena perkembangan
teknologi menimbulkan banyaknya buku dengan harga relatif murah, kecuali atas
ulah guru. Disampimg itu peserta didik dapat belajar dari berbagai sumber
seperti radio, televisi, berbagai macam film pembelajaran bahkan program
internet atau electronic learning (e-learning). Derasnya arus
informasi, serta cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
memunculkan pertanyaan terhadap tugas utama guru yang disebut “mengajar” masih
perlukah guru mengajar dikelas seorang diri, menginformasikan, menjelaskan, dan
menenrangkan? Menanggapi hal tersebut , ada emfapat bahwa tak seoragpun dapat
mengajarkan sesuatu kepada orang lain, dan peserta didik harus melakukan
sendiri kegiatan belajar. Pendapat ini telah diterima baik, tetapi tidak
berarti guru tidak membantu kegiatan belajar. Pertentangan tentang mengajar
berdasar pada unsur kebenaran yang berangkat dari pendapat kuno yang menekankan
bahwa mengajar berarti memberitahu atau menyampaikan materi pembelajaran. Dalam
hal ini konsep lama cenderung membuat kegiatan pembelajaran menjadi monoton
wajar jika tidak mendapat tantangan, tetapi tidak dapat didiskreditkan untuk
semua pembelajaran.[2]
Sebagai
pengajar, guru dituntut mempunyai kewenangan mengajar berdasarkan
kualifikasinya sebagai tenaga pengajar. Sebagai tenaga pengajar, setiap guru
harus memiliki kemampuan profesional dalam bidang pembelajaran. Dengan
kemampuan tersebut, guru dapatmelaksanakan perannya sebagai berikur:
1.
Fasilitator yang mneyediakan kemudahan-kemudahan bagi siswa dalam
proses belajar mengajar.
2.
Pembimbing, yang membantu siswa mengatasi kesulitan pada proses belajar
mengajar.
3.
Penyedia lingkungan, yang berupaya menciptakan lingkungan belajar
yang menantang bagi siswa agar mereka melakukan kegiatan belajar dengan
bersemangat.
4.
Model, yang mampu memberikan conto yang baik kepada siswa agar
berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku di dunia pendidikan.
5.
Motivator, yang turut menyebarluaskan usaha-usaha pembaruan kepada
subjek didik, yaitu siswa.
6.
Agen perkembangan kognitif, yang menyebarluaskan ilmu dan teknologi
kepada siswa dan masyarakat.
7.
Manajer, yang memimpin kelompok siswa dalam kelas sehingga
keberhasilan proses belajar mengajar tercapai.[3]
B.
Pengertian Pendidik dan Hakikat Guru Sebagai Pendidik
1.
Pengertian Pendidik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan, bahwa pendidik
adalah orang yang mendidik. Dalam pengertian yang lazim digunakan, pendidik
adalah orang yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada peserta
didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat
kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaanya, mampu
mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah SWT, dan mampu
melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang
mandiri.
Sebagai kosakata yang bersifat generik, pendidik mencakup pula
guru, dosen, dan guru besar. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Adapun dosen adalah pendidik
profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan,
dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Guru besar atau profesor yang
selanjutnya disebut profesor adlah jabatan fungsional tertinggi bagi dosen yang
masih mengajar di lingkungan satuan pendidikan tinggi.[4]
2.
Hakikat Guru Sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi
bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki
standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa,
mandiri, dan disiplin.
Berkaitan dengan tanggung jawab; guru harus mengetahui, serta
memahami nilai, norma moral, dan sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat
sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab
terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolah, dan dalam kehidupoan
bermasyarakat.
Berkaitan dengan wibawa; guru harus memiliki kelebihan dalam
merealisasikan nilai spiritua, emosiaonal, moral, sosial, dan intelektual dalam
pribadinya, serta memilki kelebihan dalam pemahaman ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni sesuai dengan bidang yang dikembnagkan.
Guru juga harus mampu mengambil keputusan sendiri (independent),
terutama dalam berbagai hal yang berkaitan dengn pembelajaran dan pembentukan
kompetensi, serta bertindak sesuai dengan kondisi peserta didik, dan
lingkungan. Guru harus mampu bertindak dan mengambil keputusan secara cepat,
tepat waktu, dan tepat sasaran, terutama berkaitan dengan masalah pembelajaran
dan peserta didik, tidak menunggu perintah atasan atau kepala sekolah.
Sedangkan disiplin; dimaksudkan bahwa guru harus mematuhi berbagai
peraturan dan tata tertib secarakonsisten, atas kesadaran profesional, karena
mereka bertugasbuntuk mendisiplinkan para peserta didik di sekolah, terurama
dalam pembelajran. Oleh karena itu, dalam menanamkan disiplin guru harus
memulai dari dirinya sendiri, dalam berbagai tondakan dan perilakunya. [5]
C.
Kompetensi-komepetensi yang Harus Dimiliki Pengajar
Dalam Kmus
Besar Bahasa Indonesia, kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk
menentukan atau memutuskan sesuatu hal. Pengertian dasar kompetensi yakni
kemampuan atau kecakapan. Menurut Muhibbin Syah (2004), ada sepuluh
kompetensi dasar yang harus dimiliki guru dalam upaya peningkatan keberhasilan
belajar mengajar, yaitu:
1.
Menguasai bahan ajar, yang meluputi:
a)
Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah
b)
Menguasai bahan pendalaman/aplikasi bidang studi
2.
Mengelola program belajar mengajar, yang meliputi:
a)
Merumuskan tujuan intruksional
b)
Mengenal dan dapat menggunakan metode mengajar
c)
Memilih dan menyusun prosedur intruksional yang tepat
d)
Melaksanakan program belajar mengajar
e)
Mengenal kemampuan (entry behavior) anak didik
f)
Merencanakan dan melaksanakan pengejaran remedial
3.
Mengelola kelas, meliputi:
a)
Mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran
b)
Menciptakan iklim belajar mengajar yang sesuai
4.
Menggunakan media atau sumber belajar, yang meliputi:
a)
Mengenal, memilih dan menggunakan media
b)
Membuat alat-alat bantu pelajaran sederhana
c)
Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar
mengajar
d)
Mengembangkan laboratorium
e)
Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar
f)
Menggunakan micro-teaching unit dalam program pengalaman
lapangan
5.
Menguasai landasan-landasan kependidikan
6.
Mengelola interaksi belajar mengajar
7.
Menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran
8.
Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan
9.
Mengenal dam menyelenggarakan administrasi di sekolah
10.
Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil pendidikan
guru keperluan pengajaran.[6]
D.
Ciri-ciri Pengajar yang Baik
Mengajar yang
baik bukan sekedar persoalan teknik-teknik dan metodologi belajar saja. Untuk menjaga disiplin kelas
guru sering bertindak otoriter, bersikap menjauh dengan siswa, bersikap dingin
dan menyembunyikan rasa takut kalau dianggp lemah. Nasehat yang sering
diberikan misalnya, agar guru bertindak keras pada saat permulaan.
Menurut Combs
dkk. Dalam Soemantp Wasty (1998), ciri-ciri yang baik adalah:
1.
Guru yang mempunyai anggapan bahwa orang lain itu mempunyai
kemampuan untuk memcahkan masalah mereka sendiri dengan baik.
2.
Guru yang melihat bahwa orang lain mempunyai sifat ramah,
bersahabat dan bersifat ingin bekembang
3.
Guru yang cenderung melihat orang lain sebagai orang yang patutnya
dihargai
4.
Guru yang melihat orang-orang dan perilaku mereka pada dasrnya
berkembang dari dalam, jadi bukan mrupakan produk dari peristiwa-peristiwa
eksternal yang dibentuk dan yang digerakkan. Dia melihat orang-orang itu
mempunyai kreatifitas dan dinamika, jadi bukan orang yang pasif dan lamban.
5.
Guru yang melihat orang lain itu dapat memenuhi dan meningkatkan
dirinya, bukan menghalangi, apalagi mengancam.[7]
E.
Persamaan dan Perbedaan Istilah Mengajar dan Mendidik
Tugas guru
dalam mendidik dan mengajar murid-muridnya adalah membimbing, memberikan
petunjuk, teladan, bantuan, latihan, penerangan, pengetahuan, pengertian,
pengertiajn, kecakapan, keterampilan nilai-nilai, norma-norma kesusilaan., kenenaran,
kejujuran, sikap dan sifat-sifat yang baik dan terpuji dan sebagainya.
Secara praktis
mengajar dan mendidik adalah kegiatan bersama guru dan peserta didik dalam
interaksi pembelajaran, baik dalam kelas maupun di luar kelas. Sedangkan secara
teoritis, mengajar lebih bersifat penyampaian pengetahuan dan mendidik lebih
beraksentuasi pada penanaman nilai.
Pakar
pendidkan, Sikun Pribadi, berpendapat bahwa pengajaran adalah kegiatan
pembinaan yang tekait dengan ranah kognitif dan psikomotorik. Ranah kognitif
dengan tujuan agar siswa lebih cerdas, banyak pengetahuan, berpikir kritis,
sistematis, dan obyektif. Untuk ranah psikomotorik dengan tujuan dengan tujuan
terampil melaksanakan sesuatu seperti membaca, menulis, menyanyi, berhitung,
lari cepat, berenang dan lan-lain. Pendidikan merupakan kegiatan yang
menyangkut seluruh kepribadian manusia. Makna pengajaran ini di perkuat dengan
adanya istilah Intructional effect yang biasanya berbentuk pengetahuan
dan keterampilan. Ki Hajar Dewantara juga berpendapat bahwa pengajaran adalah
bagian dari pendidikan.
Perbedaan
teoritis di atas tidak serta merta harus diterima secara logis, karena mengajar
ilmu pengetahuan kepada peserta didik dapat berimplikasi pada penanaman nilau
atau perilaku juga. Artinya, semakin banyak peserta didik menguasai ilmu
pengetahuan, maka akan semakin menyakinkan untuk berbuat lebih baik, walaupun
hal inipun tidak menjamin kebenarannya. Akan tetapi, minimal dengan banyaknya
ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang akan menjadikan ia mampu mengontrol
perilakunya apakah bernilai atau tidak.
Boleh jadi
dikatomi makna “mengajar” dan “mendidik” ini dilatari oleh bahasa Arab, Ta’allama
(mengajar) yang diambilkan dari kata ‘Alima (mengetahui), ‘Ilmun (Pengajaran)
yang tersusun ssecara sistematis. Sedang Pendidikan terambilkan dari kata Addaba(beradab)
yang berarti mendidik seorang anak untuk mempunyai adab, sopan santun sehingga
selalu berperilaku yang bernilai. Dalam bahasa Inggris terdapat kata “Intruction”
(pengajaran, perintah atau petunjuk) dan “education” (pendidikan).
Pengajaran dan
pendidikan selalu mengikat tiga unsur, yaitu guru, siswa, materi ajar. Dan yang
terpenting lagi adalah bagaimana guru bertindak di hadapan peserta didik ketika
mengajar dan mendidik. Artinya, mengajar bertitik tolak pada penyampaian materi
dan mendidik berorientasi pada penanaman nilai, bukanlah seorang pengajar dan
pendidik adalah manusia yang tidak luput dari kesalahan.
Boleh jadi
seorang guru, pada saat menghadapi peserta didiknya atau dikategorikan
mengajar, manakala tidak berperilaku baik, dan bisa jadi juga pada waktu
tertentu guru menjadi pendidik karena memang benar-benar memberikan pencerahan
pada peserta didiknya yag mempunyai etika, moral dan nilai dalam berperilaku.
Ketidakpastian perilaku guru sebagai manusia biasa inilah menjadikan kita sulit
membedakan makna mengakjar/pengajaran dan mendidik/pendidikan. Disinilah hanya
guru inisiator sebagai seorng seniman yang pada saat menghadapi peserta
didiknya disamping sebagai pengajar juga pendidik.
Mengajar adalah aktivitas yang dilaksanakan oleh guru. Guru atau pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan latihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidikan pada perguruan tinggi.
Mengajar adalah aktivitas yang dilaksanakan oleh guru. Guru atau pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan latihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidikan pada perguruan tinggi.
Sukses tidaknya
mengajar itu dapat diketahui dari adanya perubahan pada tingkah laku anak
menuju kesempurnaan. Pengajaran dikatakan sukses apabila:
1.
Hasilnya mantap/tahan lama dan dapat digunakan oleh si pelajar
dalam hidupnya.
2.
Anak-anak dapat menggunakan apa yang dipelajarinya dengan bebas
serta penuh kepercayaan di berbagai situasi dalam hidupnya.
Mengajar
yang tahan lam atau autentik ialah bila:
a.
Hasilnya meresap di dalam pribadi anak
b.
Difahami benar dan
c.
Mengandung arti bagi hidup anak (meaningfull)
Jadi mengajar
dengan sukses pada hakikatnya mengusahakan agar isi mata pelajaran itu meaningfull,
usefull, dan mengembangkan seluruh aspek pribadi anak.
Realita di
masyarakat terdapat wacana perbedaan antara mendidik dan mengajar. Dari wacana
perbedaan mendidik dan mengajar hanya dari sisi bahwa mendidik itu membentuk
kepribadian sementara mengajar hanya transfer sesuatu tanpa membentuk nilai
sebagai basis kepribadian seorang individu.
Dilihat dari
realitanya, mendidik memang berkaitan dengan penanaman nilai terhadap individu,
singkatnya bagaimana kepribadian seorang individu dibentuk. Artinya, pendidikan
dimaksudkan untuk pembentukan cara berpikir seseorang dalam memandang hidup dan
bagaimana akhirnya cara berpikirnya ini mempengaruhi tingkah launya.[8]
F.
Delapan Keterampilan Dasar Mengajar
Keterampilan
daasr mengajar merupakan keterampilan yang kompleks pula, yang pada dasarnya
merupakan pengintegrasian utuh daro berbagai keterampilan yang jumlahnya sangat
banyak. Diantara keterampilan yang banyak tersebut, menurut hasil penelitin
(Turney, 1973), terdapat 8 keterampilan dasar mengajar yang dianggap sangat
berperan dalam keberhasilan kegiatam belajarmengajar. Kedelapan tersebut adalah
sebagai berikut.
1.
Keterampilan bertanya
Keterampilan
bertanya sangat perlu dikuasai oleh guru/dosen karena hampir pada setiap
kegiatan belajat mengajar guru mengajukan
pertanyaan, dan kualitas pertanyaan guru menentukan kualitas jawaban
murid.
Keterampilan
bertanya dapat dibagi 2 sebagai berikut.
a.
Keterampilan bertanya dasar, dengan komponen-komponennya:
1)
Pengungkapan pertanyaan secara jelas dan singkat
2)
Pemberian acuan
3)
Pemusatan perhatian
4)
Penyebaran pertanyaan
a)
Keseluruh kelas
b)
Ke siswa tertentu
c)
Meminta siswa lain menanggapi jawaban temannya
5)
Pemindahan giliran
6)
Pemberian waktu betpikir
7)
Pemberian tuntutan dengan cara
a)
Mengungkapkan pertanyaan dengan cara lain
b)
Menyederhanakan petanyaan
c)
Mengulangi penjelasan sebelumnya.
b.
Keterampilan bertanya lanjut, yang terdiri dari komponen-komponen
berikut.
1)
Mengubah tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan, yaitu
dari tingkatan yang paling rendah (mengingat) ke tingkat yang lebih tinggi
seperti memahami, menganalisi, mensistesis, dan mengevaluasi.
2)
Pengaturan urutan pertanyaan, yaitu mulai dari pertanyaan yang
paling sederhana diikuti dengan yang
agak kompleks, samapi pada pertanyyan yang paling kompleks.
3)
Penggunan pertanyyanpelacak dengan berbagai teknik seperti;
a)
Klarifikasi, yaitu meminta penjelasan lebih lanjut atas jawaban
siswa
b)
Meminta siswa memberi alasan atas jawabnnya
c)
Meminta kesepakatan poandangan dari siswa lain
d)
Meminta ketepatan jawaban
e)
Meminta jawaban yang lebih relevan
f)
Meminta contoj\h
g)
Meminta jawaban yang lebih kompleks.
4)
Peningkatan terjadinya interaksi, dengan cara meminta siswa lain
memberi jawaban atas pertanyaan yang sama.
2.
Kterampilan Memberi Penguatan
Penguatan
adalah respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan
berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Seorang guru/dosen perlu menguasai
keterampilan memberikan penguatan karena “penguatan” merupakan dorongan bagi
siswa/mahasiswa untuk meningkatkan penampilannya, serta dapat meningkatkan
perhatian.
Penguatan dapat
diberikan dalam bentuk:
a.
Verbal. Yaitu beupa kata-kata/kalimat pujian, seperti bagus, tepat
sekali, atau “saya puas aytas pekerjaanmu”.
b.
Non Verbal, yaitu:
1)
Gerak mendekati
2)
Mimik dan gerakan badan
3)
Sentuhan
4)
Kegiatan yang menyangkan, serta
5)
Token (simbol atau benda lain
3.
Keterampilan Mengadakan Variasi
Kehidupan akan
menjadi lebih menarik jika dijalani dengan penuh variasi. Variasi dalam
kegiatan belajar mengajar dalah perubahan dalam proses kegiatan yang bertujuan
untuk meningkatkan motivasi para siswa/mahasiswa, serta mengurangi kejenuhan
dan kebosanan.
Variasi dalam
kegiatan belajar mengajar dapat di8kelompokkan menjadi 3 bagian.
a.
Variasi dalam gaya belajar, yang dapat dilakukan dengan beragai
cara seperti:
1)
Variasi suara: rendah, tinggi, besar, kecil
2)
Memusatkan perhatian
3)
Membuat kesenyapan sejenak
4)
Mengadakan kontrak pandang
5)
Variasi gerakan badan dan mimik, dan
6)
Mengubah posisi, misalnya dari depan kelas ke tengah atau ke
belakang kelas.
b.
Variasi dnegan penggunaan media dan bahan pelajaran, yang meliputi:
1)
Variasi alat dan bahan yang dapat dilihat
2)
Variasi alat dan banan yang
dapat didengar
3)
Variasi alat dan bahan yang dapat diraba dan dimanupulasi.
c.
Variasi dalam pola interaksi dan kegiatan
Pola interaksi dapat berbentuk: klasikal, kelompok, dan perorangan
sesuai dengan variasi kegiatan dapat berupa mendengarkan informasi menelaah
materi, diskusi, latihan, atau demonstrasi.
4.
Keterampilan menjelaskan
Dalam kaitan
dengan kegiatan belajar, mengajar, atau pelatihan, menjelaskan berti
mengorganisasikan materi pelajaran dalam tata urutan yang terencana secara
sistematis, sehiingga dengan mudah dapat dipahami ileh siswa/mahasiswa. Dari
definisi ini dapat dipahami bahwa keterampilan menjelaskan mutlak untuk perlu
dimiliki oleh para guru/dosen.
Keterampilan
menjelaskan terdiri dari komponen sebgai berikut.
a.
Komponen merencanakan oejelasan, mencakupa;
1)
Isi pesan (pokok-pokok materi) yang dipilih dan disusun secara
sistematis disertai dengan contoh –contoh, dan
2)
Hal-hal yang berkaiotan dengan karakteristik penerima pesan
(siswa/mahasiswa}
b.
Komponen menyajikan penjelasan, yang mencakup hal-hal berikut
1)
Kejelasan, yang dapat dicapai dengan beragai cara seperti:
a)
Bahan yang jelas
b)
Berbicara yang lanar
c)
Mendefinisikan istlilah-istilah teknis, dan
d)
Berhenti sejenak untuk melihat respon siswa/mahasiswa atau
penjelasan siswa.
2)
Penggunaan contoh dan ilustarsi
3)
Pemberian tekanan pada bagian-bagian yang penting dengan cara:
penekanan suara, membuat ikhtiar, atau mengemukakan tujuan.
4)
Balikan tentang penjelasan yang disajikan dengan melihat mimik
siswa atau mengajukan pertanyaan.
5.
Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Membuka
pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru/dosen untuk menciptakan suasana
siap mental dan penuh perhatian pada diei siswa/mahasiswa. Sedangkan menutup
pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru/dosen untuk mengakhiri kegiatan
inti pelajaran.
Tujuan kegiatan
membuka dan menutup pelajaran adalah:
a.
Membangkitkan motivasi dan perhatian
b.
Membuat siswa/mahasiswa memahami batas tugasnya
c.
Membantu siswa/mahasiswa memahami hubungan berbagai materi yang
disajikan.
Komponen-komponen
keterampilan membuka dan menutup pelajaan adalah sebgai berikut.
a.
Membuka pelajaran, mecakup hal-hal berikut.
1)
Menarik perhatian siswa/mahasiswa dengan berbagai cara
2)
Menimbulkan motivasi dengan:
a)
Kehangatan dan keantusiasan
b)
Menimbulkan rasa ingin tahu
c)
Mengemukakan ide yang bertentangan, dan
d)
Memperhatikan minat siswa/mahasiswa.
3)
Membeikan acuan dengan cara:
a)
Mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas,
b)
Menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan,
c)
Meningkatkan masalah pokok yang akan dibahas, dan
d)
Mengajukan pertanyaan.
4)
Membuat kaitan, dengan cara:
a)
Mengajukan pertanyaan apersepsi, atau
b)
Merangkum pelajaran yang lalu.
b. Menutup pelajaran, mencakup hal-hal berikut.
1)
Meninjau kembali dengan cara merangkum atau membuat ringkasan.
2)
Mengadakan evaluasi penguasaan siswa/mahasiswa, dengan meminta
mereka:
a)
Mendemonstrasikan keterampilan
b)
Menerapkan ide baru pada situasi lain
c)
Mengekspresikan pendapat sendiri, dan
d)
Memberikan soal-soal tertulis.
3)
Memberikan tindak lanjut, yang dapat berupa pekerjaan rumah,
merancang sesuatu, atau berkunjung ke suatu tempat.
6.
Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
a.
Pengertian dan Tujuan
Diskusi kelompok
kecil merupakan salah satu bentuk kegiatan belajar mengajar yang penggunaanya
cukup sering diperlukan. Ciri-ciri diskusi kecil sebagai berikut:
1)
Melibatkan 3-9 orang
2)
Berlangsung dalam interaksi tatap muka yang informal, artinya setiap
anggota dapat berkomnikasi langsung dengan anggota lainnya.
3)
Mempunyai tujuan yang dicapai dengan kerja sama antar anggota
lainnya.
4)
Berlangsung menurut proses sistematis.
Diskusi kelompok kecil
memungkinkan siswa/mahasiswa:
1)
Berbagi informasi dan pengalaman dalam memecahkan masalah
2)
Meningkatkan pemahaman atas masalah pemting
3)
Meningkatkan keterlibatan dalam perencanaan dan pengambilan
keputusan.
4)
Mengembangkan kemampuan berpikir dan berkomunkasi, serta
5)
Membin kerjasama yang sehat, kelompok yamh kohesif dan bertanggung jawab.
b.
Komponen Keterampilan
Komponnen
keterampilan yang perlu dimiliki oleh pimpinan diskusi kelompok kecil
adalahsebagai berikut.
1)
Memusatkan perhatian
2)
Memperjelas masalah atau pemberian pendapat
3)
Menganalisis pandangan siswa/mahasiswa
4)
Meningkatkan urunan siswa/mahasiswa
5)
Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
6)
Menutup diskusi
7.
Keterampilan Mengelola Kelas
a.
Pengertian dan Tujuan
Keterampilan
mengelola kelas adalah keterampilan dalam menciptakan dan mempertahankan
kondisi kelas yang optimal guna terjadinya proses belajar mengajar yang serasi
dan efektif.
Guru/dosen prlu menguasai keterampilan ini agar dapat:
1)
Mendorong siswa/mahasiswa dalam mengembangkan tanggung jawab
2)
Menyadari kebutuhan siswa/mahasiswa
3)
Memberikan respon yang fektif terhadap perilaku siswa/mahasiswa.
b.
Komponen Keterampilan
1)
Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan
kondisi belajar yang optimal.
a)
Menunjukkan sikap tanggap
b)
Membagi perhatian secara visual dan verbal
c)
Memberi petunjuk-petunjuk yang jelas
d)
Menegur secara bijaksana
e)
Memberikn penguatan bila perlu
8.
Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
a.
Pengertian dan tujuan
Mengajar
kelompok kecil dan perorangan, terjadi dalam konteks pengajaran klasikal. Di
dalam kelas, seorang guru/dosen mungkin menghadapi banyak kelompok kecil, serta
banyak siswa/mahasiswa yang masing-masing diberi kesempatan belajar secara
kelompok maupun perorangan.
Penguasaan
keterampilan mengajar kelmpok kecil dan perorangan memungkinkan guru/dosen
mengelolakegiatan jenis ini secara efektif dan efisien serta memainkan perannya
sebagai berikut:
1)
Organisator kehiatan belajar mengajar
2)
Sumber informasi bagi siswa/mahasiswa untuk belajar
3)
Pendorong bagi siswa/mahasiswa untuk belajar
4)
Penyedia materi dan kesempatan belajar bagi siswa
5)
Pendiagnosa dan pemberi bantuan kepada siswa sesuai dengan
kebutuhannya.
b.
Komponen Keterampilan
Ada
4 kelompok keterampilan yang perlu dikuasai oleh guru/dosen dalam kaitan ini,
sebagai berikut:
1)
Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi
2)
Ketranpilan mengorganisasikan
3)
Keterampilan membimbing dan memudahkan belajar
4)
Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar
mengajar.[9]
BAB III
KESIMPULAN
A.
Kesimpulan
Pengajar adalah
orang yang menyampaikan atau menularkan pengetahuan dan pandangan, sedangkan
pendidik adalah orang yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada
peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya. Secara praktis
mengajar dan mendidik adalah kegiatan bersama guru dan peserta didik dalam
interaksi pembelajaran, baik dalam kelas maupun di luar kelas. Sedangkan secara
teoritis, mengajar lebih bersifat penyampaian pengetahuan dan mendidik lebih
beraksentuasi pada penanaman nilai.
DAFTAR PUSTAKA
Fathurrohman, Pupuh dan Sobry Sutikno. 2009. Strategi Belajar
Mengajar. Bamdung: PT Refika Aditama.
Mulyasa. 2006. Menjadi
Guru Profesiona. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mustakim,
Zaenal. 2011. Strategi & Metode Pembelajara. Yogyakarta: STAIN
Pekalongan Press.
Nata, Abuddin.
2010.Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media Group.
Solihatin, Etin. 2012. Strategi Pembelajaran PPKN. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Suyanto dan Asep Jihad. 2013.Menjadi Guru Profesional.Jogjakarta:
Erlangga.
PROFIL
Nama : Usrotul Aini
TTL: Pekalongan, 24 Februari 1998
Alamat: Sidorejo Tirto Pekalongan
Hobi: Jalan-jalan
Riwayat Pendidikan : TK MUSLIMAT NU Sidorejo
MI Salafiyah
Sidorejo
MTS NU Tirto
MAS Simbang
Kulon
[1]Suyanto dan
Asep Jihad, Menjadi Guru Profesional, (Jogjakarta: Erlangga, 2013), hlm.
2.
[2] Mulyasa,Menjadi
Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 38-39.
[3] Suyanto dan
Asep Jihad, Op.cit hlm. 2.
[4] Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan IslamI, (Jakarta: Prenada Media
Group, 2010), hlm. 159.
[5]Mulyasa, Op.cit
hlm. 37.
[6]Pupuh
Fathurrohman dan Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, (Bamdung: PT
Refika Aditama, 2009), hlm 44-45.
[8] Zaenal Mustakim, Strategi & Metode Pembelajaran,
(Yogyakarta: STAIN Pekalongan Press, 2011), hlm. 2-4.
[9]Etin Solihatin,
Strategi Pembelajaran PPKN, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), hlm. 58-75.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar