KETRAMPILAN
DASAR MENGAJAR
“PEMBELAJAR”
ANI
SOFIYATUN
(2021115069)
KELAS
E
JURUSAN
PAI
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN PEKALONGAN
2017
PRAKATA
Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “PEMBELAJAR”.
Meskipun banyak hambatan dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.
Tidak lupa kami sampaikan terimakasih untuk dosen pembimbing yang
telah mengajar kami. Kami ingin makalah ini dapat memenuhi tugas mata kuliah
Strategi Belajar Mengajar dengan baik. Dan juga dapat memberikan hal yang
berguna bagi yang membacanya.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari
kata kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya makalah ini. Semoga bermanfaat dan terima kasih.
Pekalongan
,08 September 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tema
Keterampilan dasar mengajar
B. Sub Tema
Pemebelajar
C. Alasan Penting Dikaji
Pentingnya mengkaji tentang “pembelajar”
yaitu agar mengetahui betapa pentingnya seorang pembelajar karena pembelajar
adalah orang yang membelajarkan atau selama ini disebut sebagai pendidik.
Dengan adanya pendidik ini akan mempermudahkan proses belajar mengaja. Seorang
pendidik juga bertanggung jawab untuk mendidik peserta didiknya menjadi makhluk
yang memiliki akhlak yang baik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Keterampilan dasar mengajar
Keterampilan dasar mengajar merupakan keterampilan
yang kompleks pula, yang pada dasarnya merupakan pengintegrasian utuh dari
berbagai keterampilan yang jumlahnya sangat banyak. Diantara keterampilan yang
sangat banyak tersebut, menurut hasil penelitian, terdapat 8 keterampilan dasar
mengajar yang dianggap sangat berperan dalam keberhasilan kegiatan belajar
mengajar. Kedelapan keterampilan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Bertanya
2. Memberi penguatan
3. Mengadakan variasi
4. Menjelaskan
5. Membuka dan menutup pelajaran
6. Membimbing diskusi kelompok kecil
7. Mengelola kelas
8. Mengajar kelompok kecil dan perorangan.[1]
B.
Pembelajar
Pembelajar maknanya merujuk pada seseorang yang
membelajarkan atau selama ini biasa disebut guru/pendidik.
Pendidik merupakan salah satu komponen penting dalam proses pendidikan.
Dipundaknya terletak tanggung jawab yang besar dalam upaya mengantarkan peserta
didik kearah tujuan pendidikan yang telah dicitakan. Secara umum, pendidik
adalah mereka yang memiliki tanggung jawab mendidik. Mereka adalah manusia
dewasa yang karena hak dan kewajibannya melaksanakan proses pendidikan.
Pendidikan dalam islam adalah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan peserta didik. Mereka harus dapat mengupayakan perkembangan
seluruh potensi peserta didik. Mereka harus dapat mengupayakan perkembangan
seluruh potensi peserta didik, baik kognitif, afektif maupun potensi
psikomotorik. [2]
Seorang pendidik seharusnya memiliki pengetahuan yang
memadai tentang perkembangan psikologi peserta didik. Pengetahuan ini akan
sangat membantunya untuk mengenal setiap individu peserta didik dan
memepermudah dalam meaksanakan proses belajar mengajar. Para pendidik hendaknya
mengetahui kemampuan materi diluar kemampuan peserta didiknya, maka akan
menyebabkan kelesuan mental dan bahkan kebencian terhadap ilmu pengetahuan yang
diajarkan. Bila ini terjadi, maka akan menghambat proses pencapaian tujuan
pendidikan. Oleh karena itu, diperlukan keseimbangan antara materi pelajaran
yang sulit dan mudah dalam cakupan materi pendidikan.
Sebagai seorang guru, tentu kita adalah orang pertama
yang paling tahu tentang kemampuan siswa kita. Antara satu siswa dengan siswa
lainnya tentu kita adalah memiliki kadar kemampuan intelektual yang berbeda.
Hal semacam ini lumrah terjadi dan merupakan hukum alam. oleh karena itu, agar
kedua siswa tersebut sama-sama memahami yang kita ajarkan, maka kita dituntut
mengajar (memberi penjelasan) sesuai dengan kemampuan mereka.[3]
C. Berbagai pendekatan dalam proses
belajar dan mengajar
Sebelum memulai membicarakan proses pembelajaran
sebagai proses pendidikan perlu menerangkan apa yang dimaksud dengan proses
pembelajaran yang juga disebut proses mengajar dan apa yang dimaksud dengan
pendidikan.
Pendidikan, kata latin untuk mendidik adalah educare
yang berasal dari e-ducare yang berarti menggiring keluar. Jadi educare dapat
diartikan usaha pemuliaan. Jadi pemulian manusia atau pembentukan manusia. Maka
proses pendidikan sebagai proses pembentukan merupakan proses informal. Tidak
ada pendidikan formal, karena tidak mungkin. Seluruh proses pemuliaan, ialah
pembentukan moral manusia muda hanya mungkin lewat interaksi informal antara
dia dan lingkungan hidup manusia muda itu.[4]
Masalah proses belajar merupakan masalah yang
kompleks sifatnya. Disebut demikian
karena proses belajar terjadi dalam diri seseorang yang melakukan kegiatan
belajar tanpa bias terlihat secara lahiriah. Maka hal tersebut dinamakan proses
intern. Karena (indicator-indikator) tertentu, untuk menentukan apakah dalam
diri seseorang yang belajar terjadi sesuatu proses belajar. Petunjuk-petunjuk
itu adalah kejadian-kejadian yang Nampak pada diri seseorang yang belajar
sebagai cerminan terjadinya proses intern. Kita namakan hal itu sebagai proses
ekstern, terjadi disekeliling seorang murid. Proses tersebut memberi pengaruh
pada proses intern. Maka apa yang harus dilakukan oleh seorang pendidik?
Pendidik harus mengarahkan proses ekstern sedemikian rupa sehingga dapat
mempengaruhi proses intern. Tanpa terjadinya proses intern seorang murid tidak
akan dapat mengerti suatu hal yang diajarkan. Karena proses intern tidak dapat
diamati secara langsung, pendidik dapat melakukan hal itu lewat proses ekstern.
Ia perlu tahu factor-faktor apa yang bias mempengaruhi proses intern. Dan
dengan beberapa kegiatan tertentu pendidik dapat menggerakkan seluruh proses
itu, sehingga murid mengerti apa yang diajarkan. Berikut ini akan membahas
proses pendekatan seorang pendidik terhadap muridnya dalam belajar mengajar.
proses tersebut dibagi menjadi dua yaitu proses intern dan proses ekstern diantaranya:[5]
1. Proses intern
a.
Motivasi
Keinginan untuk mencapai suatu hal tertentu
berdasarkan pada motivasi tertentu. Begitu pula halnya dengan seseorang yang
melakukan kegiatan belajar. Kalau murid tidak mau belajar, pasti ada
sebab-sebabnya. Dalam hal belajar memang dibutuhkan motivasi tertentu. Untuk
itu ada berbagai macam motivasi. Tetapi motivasi ingin berprestasi merupakan
motivasi yang terpenting .kalau seorang murid ingin lulus dalam ulangan , entah
dengan alasan apa pun, ia akan berusaha dapat mengerti apa yang diajarkan oleh
pengajar. Bila murid tidak mempunyai motivasi untuk belajar, pengajar hendaknya
memberi penjelasan sedemikian rupa sehingga dapat timbul motivasi yang
dibutuhkan.[6]
Dengan motivasi dimaksud usaha-usaha untuk menyediakan
kondisi-kondisi sehingga anak itu mau, ingin melakukannya. Bila ia tidak suka,
ia akan berusaha untuk mengelakkannya. Anak-anak akan giat mengangkat batu
untuk mendirikan benteng dalam permainan perang-perangan, tetapi mereka tidak
sudi menggeser sebuah batu pun kalau pekerjaan itu tak menarik, kecuali dengan
paksaan dan pengawasaan. Anak yang mempunyai inteligensi tinggi mungkin gagal
dalam pelajaran karena kekurangan motivasi. Hasil yang baik tercapai dengan motivasi yang kuat. Anak yang
gagal tak begitu saja dapat dipersalahkan. Mungkin gurulah yang tak berhasil
memberi motivasi yang kuat membangkitkan kegiatan pada anak. [7]
b.
Perhatian pada pelajaran atau kuliah
Timbulnya perhatian murid tersebut sangat tergantung
pada pengajar. Bila pengajar dapat menarik perhatian murid, dengan sendirinya
tingkat perhatian mereka pun akan tinggi. Hal tersebut dapat diusahakan dengan
membuat variasi penggunaan tempo dalam mengajar, nada suara, serta variasi
penggunaan teknik mengajar. Seorang pendidik yang selalu bersikap berdiri (atau
duduk) disuatu tempat, yang berbicara dengan nada suara yang selalu sama, tanpa
pernah memandang kearah para muridnya, tidak pernah menulis sesuatu dipapan
tulis, tidak pernah mengajukan pertanyaan dan lain sebagainya, akan sedikit
sekali memperoleh perhatian dari pihak muridnya.
c. Menerima dan mengingat
Kalau perhatian tertuju pada sesuatu yang harus
dimengerti, seorang murid dapat menyerap bahan pelajaran baru dan menyimpannya
dalam pikiran. Tahap proses belajar ini juga harus terjadi dalam diri seseorang
yang belajar (proses intrn).
d. Reproduksi
Dalam suatu proses belajar seseorang tidak hanya
menerima informasi baru saja. Dia harus dapat mereproduksi informasi baru itu
agar bermanfaat. Dia harus dapat menemukan kembali informasi baru yang pernah
dia terima. Tetapi pengajar perlu membantu murid agar dapat sampai pada tahap
ini. Itu dapat dilakukan dengan cara menyajikan bahan pelajaran atau kuliah
sedemikian rupa, sehingga murid mampu melakukan reproduksi. Pengajar harus
selalu memperhatikan masalah tersebut salama mengajar. Sebetulnya proses
reproduksi itu sudah dapat terjadi, kalau penjelasan pihak pengajar membekas
secara jelas dalam pikiran murid.
Semakin jelas bekas yang tertinggal, semakin baik pula hal itu dapat
direproduksi.
e. Tahap Generalisasi
Pada tahap ini jalannya proses belajar menjadi semakin
meningkat. Murid harus menempatkan apa
yang telah diajarkan (oleh pengajar) kedalam ruang lingkup yang lebih luas.
Tidak cukup hanya sama. Apa yang dipelajari harus berfungsi di tempat lain dan
dalam lingkungan yang lebih luas pula.
f. Latihan tentang hal yang telah diajarkan
serta umpan baliknya (feedback)
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari suatu proses
belajar murid harus melakukan sesuatu tentang hal yang telah ia pelajari. Tugas
latihan tentang hal yang telah diajarkan merupakan metode terbaik bagi pengajar
untuk meyakinkan diri, bahwa masalahnya telah difahami benar oleh pihak murid. [8]
2. Proses ekstern
a. Seorang pengajar perlu membangun hubungan
dengan pihak murid
Hubungan yang baik sudah barang tentu akan menciptakan
suasana yang baik pula. Dan hal tersebut amat penting untuk menunjang usaha
mencapai hasil dalam proses belajar. Lebih-lebih tahap 1 (motivasi) akan
meningkat karenanya. Seorang pengajar dapat melakukan itu dengan memberi
perhatian secukupnya pada pihak murid. Suatu salam sederhana atau suatu
penjelasan akan menciptakan suasana seperti dikatakan diatas.
b. Penjelasan yang relevan
Seorang pengajar
menyajikan bahan pelajaran atau kuliah (berupa fakta, penegrtian, atau
prinsip) yang ia anggap perlu dipelajari oleh murid. Tetapi di lain pihak murid
juga harus tahu, bahwa ada kemungkinan segala hal yang diajarkan itu akan
ditanyakan dalam ulangan atau tentamen. Hal tersebut perlu mendapat perhatian
pihak pengajar, sebab motivasi untuk mengetahui (tahap 1) pada pihak murid akan
meningkat karenanya.
c. Menyebutkan secara singkat pokok-pokok
masalahnya.
Kalau pengajar pada awal pelajaran menjelaskan
pokok-pokok masalah dari bahan yang akan diajarkan, itu berarti dia telah
mengarahkan perhatian murid, karena para murid dapat mengetahui hal-hal yang
akan dihadapi selama pelajaran tersebut.
d. Mengarahkan perhatian murid pada
pengetahuan yang telah ada dalam pikiran mereka
Seorang murid akan dapat lebih mudah mengerti bahan
baru, bila pengajar menghubungkannya dengan hal yang telah diketahui oleh murid
(pengetahuan pendahuluan).sebelum mulai membicarakan bahan baru, pengajar harus
yakin bahwa pengetahuan pendahuluan yang diperlukan telah ada dibenak murid.
Untuk memastkan hal tersebut, pada pelajaran seyogyanya mengajukan beberapa
pertanyaan terlebih dahulu, karena kadang-kadang ada baiknya menyegarkan
kembali pengetahuan pendahuluan.
e. Memberi bantuan tambahan
Pengajar dapat memberi bantuan tambahan selama murid
menerima penjelasan yang ia berikan. Antara lain dengan cara mengulangi uraian,
memaksa murid membaca kembali catatannya. Sekali waktu ada baiknya juga meminta
kepada murid, untuk menuliskan kembali pengetahuan yang telah mereka peroleh
dengan kata-kata mereka sendiri.
f. Meletakkan dasar untuk transfer
Telah dikatakan pada paragraph 1, apa yang telah
dipelajari oleh murid harus diterapkan dalam lingkungan yang lebih luas. Dengan
kata lainmurid harus mampu melakukan transfer. Tetapi sebelumnya mereka hars
dirangsang agar mampu melakukannya. Antara lain dengan mengutarakan atau
menjelaskan beberapa analogi yang ada.
g. Menyisipkan pertanyaan
Murid perlu diberi kesempatan mengerjakan suatu tugas
dalam pembelajaran klasikal atau kuliah mimbar, hal tersebut sulit untuk
dilaksanakan. Tetapi pengajar perlu menyadari pentingnya suatu latihan bagi
jalannya prosese belajar. Oleh karena itu, pengajar perlu mencari jalan keluar.
Misalnya dengan memberikan tugas kepada salah seorang murid atau mahasiswa
untuk dikerjakan dimuka kelas atau dapat pula dengan memberikan pekerjaan rumah
kepeda mereka. Apabila kelas cukup besar, latihan cukup berupa tugas untuk
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pengajar. Dengan cara begitu murid
diajak untuk secara aktif menekuni bahan pelajaran baru, dan karenanya proses
belajar dapat berjalan secara lebih baik.[9]
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pembelajar adalah orang yang membelajarkan atau yang selama ini
disebut guru/pendidik. Dalam dunia pendidikan seorang pendidik sangat dibutuhkan
tenaganya untuk menjalankan proses belajar mengajar. Tanpa adanya pendidik
proses belajar mengajar sulit terlaksana., karena pendidik adalah hal yang
utama dalam pemeblajaran. Dalam proses pembelajaran seorang pendidik juga harus
mampu memberikan semua ilmunya untuk anak didiknya. Seorang pendidik dituntut
untuk tarus belajar agar ilmu yang dimiliki tarsus bertambah sehingga
memudahkan dalam proses belajar mengaja.
REFERENSI
Suharto,
Toto, 2013, Filsafat Pendidikan,
Jogjakarta: AR-RUZZ
Putra,
Sitiatava Rizema, 2014, Prinsip Mengajar
Berdasarkan Sifat-Sifat Nabi,
Jogjakarta: DIVA PRESS
Drost,
J, 1998, Proses Pembelajaran Sebagai
Pendidikan, Jakarta:
Rooijakkers,
Ad, 1991, Mengajar Dengan Sukses,
Jakarta: PT GRASINDO
Nasution,
S, 2000, Didaktik Asas-Asas Mengajar,
Jakarta: PT BUMI AKSARA
BIOGRAFI
PENULIS
NAMA : ANI SOFIYATUN
ALAMAT : Ds. Karangdadap, kecamatan karangdadap
Riwayat pendidikan :
RA : Muslimat NU Karangdadap
Mi : Mis
Karangdadap
SMP/MTS : MTSS Proto
Kedungwuni
SMA/MA : MA Ribatul
Muta’alimin Pekalongan Masih Menempuh Pendidikan Di IAIN Pekalongan, Faklutas Tarbiyah Dan Ilmu
Keguruan (PAI)
[1] Etin Solihatin, Strategi Pembelajaran Ppkn,
[2]Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta:
AR-ruzz media, 2013), hal 113-116
[3]Sitiatava Rizema Putra, Prinsisp Mengajar Berdasarkan Sifat-Sifat
Nabi, (Jogjakarta: Diva Press, 2014)
[4]
J. Drost, proses pemeblajaran sebagai proses pendidikan, (Jakarta: 1998),hal. 1
[5]ad. Rooijakkers, mengajar dengan
sukses,(Jakarta:PT grasindo, 1991), hal. 15
[6]
ibid, hal. 16
[7]S. Nasution, didaktik asas-asas mengajar,(Jakarta: PT bumi Aksara, 2000), hal.73
[8]ad. Rooijakkers, op.cit., hal
17-22
[9]Ibid,hal.24-30
Tidak ada komentar:
Posting Komentar