KEWAJIBAN BELAJAR “SPESIFIK”
"Kekuatan Ilmu
Pengetahuan"
QS. AR-RAHMAN 55: 33
Aysul Unsiyah Khikmah
NIM. 2117100
Kelas B
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga tetap kita curahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, semoga kita semua termasuk umat yang
mendapat syafaat di Yaumul Akhir nanti. Amin.
Makalah yang berjudul Kewajiban
Belajar “Spesifik” dalam QS. Ar-Rahman 55:33 “Kekuatan Ilmu Pengetahuan”, dibuat guna memenuhi tugas mata
kuliah Tafsir Tarbawi. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan Terima Kasih
kepada Bapak Muhammad Ghufron selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir
Tarbawi yang telah memberikan waktu kepada penulis untuk menyelesaikan tugas
makalah ini.
Dengan menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi bahasa, analisis materi
kajian atau pun cara penulisannya. Maka dari itu, penulis berharap kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini. Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
penulis dan semua pembaca. Amin
Pekalongan, 24 September 2018
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Ilmu adalah cahaya yang dengannya kita akan menggapai keuntungan dan
kedekatan kepada-Nya. Islam tidak tegak dan tidak akan ada kecuali dengan ilmu.
Tidak ada jalan untuk mengenal Allah dan sampai kepada-Nya kecuali dengan ilmu.
Karena ilmu merupakan jalan menuju surga, maka ilmu memiliki kedudukan yang
agung.
Al-Qur’an mengajak manusia untuk menyelidiki, mengungkap keajaiban dan
kegaiban, serta berusaha memanfaatkan kekayaan alam yang melimpah ruah
untuk kesejahteraan umat manusia. Manusia diberi potensi oleh Allah Swt.
berupa akal. Akal ini harus terus diasah, dengan cara belajar dan berkarya.
Dengan belajar, manusia bisa mendapatkan ilmu dan wawasan yang baru. Dengan
belajar pula ilmu pengetahuan yang di peroleh dapat digunakan untuk mengetahui
apa yang ada di bumi dan di luar bumi (luar angkasa).
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa itu Sumber Daya Materi (SDA)
dan Immateri (SDM) ?
2.
Apa Dalil
Kekuatan Ilmu Pengetahuan (sulthan) ?
3.
Bagaimana Mengendalikan
dan Memanfaatkan Ilmu Pengetahuan ?
C.
TUJUAN MAKALAH
1.
Mengetahui dan memahami sumber daya materi (SDA) dan immateri (SDM).
2.
Mengetahui dan memahami dalil kekuatan ilmu pengetahuan (sulthan).
3.
Mengetahui dan memahami dalam cara mengendalikan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sumber Daya: Materi (SDA) Dan
Immateri (SDM)
Al-Qur’an
menggambarkan, ada dua cara Tuhan mengajar manusia, yaitu pengajaran langsung
dan pengajaran tidak langsung. Cara yang kedua berarti bahwa Allah mengajar
manusia melalui media yaitu fenomena alam yang Dia ciptakan. Allah menciptakan
alam dan segala isinya serta hukum yang berlaku padanya. Alam sebagai makhluk
Allah, menyimpan berbagai rahasia ilmu pengetahuan. Kemudian manusia
mempelajarinya sehingga menemukan sistem hukum alam tersebut yang selanjutnya
dapat digunakan bagi kepentingan hidup manusia. Pekerjaan seorang ilmuwan hanya
mencari dan menemukan hukum atau teori, bukan menciptakan hukum atau teori
tersebut. Artinya para ilmuwan hanya menemukan teori atau hukum yang telah
Allah tentukan berlaku pada alam. Jadi alam adalah media yang Allah ciptakan
untuk mengajar manusia. Oleh karena itu, banyak ayat Al-Qur’an yang mendorong
manusia agar mempelajari fenomena alam.[1]
Objek ilmu itu
ada dua, pertama adalah alam materi dan yang kedua adalah non materi. Dalam hal
ini kaum sufi melalui ayat-ayat Al-Qur’an menggambarkan lima hierarki ilmu
yaitu alam materi, alam kejiawaan, alam ruh, dan sifat-sifat illahiyah dan
wujud zat illahiyyah. Menurut pandangan ilmuwan, dalam mendapatkan ilmu
pengetahuan ada tiga cara yang mereka rekomendasikan yaitu pengamatan, percobaan,serta
triel and error.
Sumber ilmu
pengetahuan yang dijelaskan dalam Al-Qur’an ada 4 yaitu:
1. Al-Qur’an dan Sunnah; Dalam hal ini Al-Qur’an sering
mengingatkan manusia agar memikirkan ayat-ayat Allah dan mengambil pelajaran
darinya serta mengingatkan agar menjadikan Rasul sebagai contoh dalam
kehidupan.
2. Alam semesta; dalam hal ini Al-Qur’an menyeru manusia untuk
memikirkan keajaiban ciptaan Allah, serta hubungan manusia dengan penciptanya.
3. Diri manusia (nafs)
Semua
ilmu yang dipelajari manusia dari manapun ia pelajari adalah ilmu Tuhan atau
bersumber dari Tuhan.
B.
Dalil Kekuatan Ilmu Pengetahuan
QS. Ar-Rahman, 55: 33
Artinya : “Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup
menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan
mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah).”
1.
Tafsir Al-Mishbah
Ayat di atas menegaskan bahwa Allah
menantang mereka (jin dan manusia) dengan menyatakan: Hai kelompok jin dan
manusia yang durhaka, jika kamu sanggup menembus keluar menuju penjuru-penjuru
langit dan bumi guna menghindar dari pertanggungjawaban atau siksa yang
menimpa kamu itu, maka tembuslah keluar. Tetapi, sekali-kali kamu
tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan. Sedangkan kamu tidak
memiliki kekuatan!
Kata (معشر) ma’syar berarti jamaah
atau kelompok yang banyak. Agaknya ia terambil dari kata (عشرة) ‘asyrah yang
juga berarti sepuluh karena mereka tidak dihitung satu per satu, tetapi
sepuluh demi sepuluh.
Didahulukannya penyebutan jin disini
atas manusia karena jin memiliki kemampuan lebih besar daripada manusia dalam
mengarungi angkasa. Bahkan suatu ketika dalam kehidupan duniawi, mereka pernah
memiliki pengalaman, walau dalam bentuk terbatas, seperti dalam QS. Al-Jinn, 72
: 9 yang artinya: “ dan sesungguhnya kami (jin) dahulu dapat menduduki beberapa
tempat dilangit itu untuk mencuri dengar (berita-beritanya). Tetapi sekarang
siapa (mencoba) mencuri dengar(seperti itu) pasti akan menjumpai panah-panah
api yang mengintai (untuk membakarnya).”
Ayat ini dijadikan oleh sementara
orang sebagai bukti isyarat ilmiaah al-Qur’an tentang kemampuan manusia ke luar
angkasa. Digarisbawahi bahwa kalaupun kini manusia telah dapat sampai ke bulan
atau planet yang lain, itu bukan berarti bahwa manusia telah sanggup keluar
menembus penjuru-penjuru angkasa langit dan bumi.[3]
Tim penulis Tafsir al-Muntakhab berkomentar
bahwa: “Sampai saat ini terbukti betapa besarnya upaya dan tenaga yang
dibutuhkan untuk dapat menembus lingkup gravitasi bumi. Kesuksesan eksperimen
perjalanan luar angkasa selama ini masih merupakan waktu yang sangat sedikit
dan terbatas jika dibandingkan dengan besarnya alam raya. Itu saja memerlukan
upaya yang luar biasa di bidang sains dengan segala cabangnya: teknik,
matematika, seni, geologi, dan sebagainya. Belum lagi ditambah dengan biaya
yang sangat besar. Hal ini membuktikan dengan jelas bahwa upaya menembus langit
dan bumi yang berjarak jutaan tahun cahaya itu mustahil dapat dilakukan oleh
jin dan manusia.
Tim penulis Tafsir al-Muntakhab
akhirnya menyatakan bahwa pendapat yang memahami ayat di atas berkaitan dengan
kemampuan manusia menjelajah ruang angkasa tidak sejalan dengan konteks
ayat-ayat sebelum dan sesudahnya. Ayat 29 berbicara tentang pemenuhan kebutuhan
makhluk di langit dan di bumi dalam kehidupan dunia ini. Lalu ayat 31 di atas
menyatakan bahwa suatu ketika Allah hanya akan berkonsentrasi terhadap manusia
dan jin, yakni untuk melakukan perhitungan terhadap mereka. Ini tentu saja
bukan dalam kehidupan dunia ini karena kini Allah masih mengurus semua makhluk.
Di sisi lain, perhitungan secara sempurna baru akan terjadi di akhirat nanti.
Jadi, ayat 33 di atas merupakan peringatan dan tantangan bagi mereka yang
bermaksud menghindar dari tanggung jawabnya di hari Kemudian itu. Jika
demikian, ayat ini tidak berbicara dalam konteks kehidupan duniawi, apalagi
menyangkut kemampuan manusia menembus angkasa luar, tetapi semata-mata sebagai
ancaman bagi yang hendak menghidar. Karena itu, perintah di atas tembuslah bukan
perintah untuk dilaksanakan, tetapi perintah yang menunjukkan ketidakmampuan
memenuhinya. Tidak ubahnya seperti seorang tokoh kuat pemberani yang berkata
kepada lawannya yang penakut lagi lemah: “Tembaklah aku”, yakni “Engkau tidak
mungkin dapat melakukannya”.[4]
2.
Tafsir Al-Maraghi
Menurut penjelasan dari tafsir Al-Maraghi
dijelaskan sebagai berikut:
“Hai golongan manusia dan jin, jika
kamu mampu keluar dari penjuru-penjuru langit dan bumi buat menghindari hukuman
Allah dan melarikan diri dari adzab-Nya, maka lakukanlah...” Maksudnya ialah bahwa kalian takkan mampu melakukan itu. Karena,
Dia meliputi kamu sehingga kamu takkan kuasa melepaskan diri daripada-Nya.
Kemanapun kamu pergi, maka kamu tetap terkepung.
Kemudian, Allah swt. menerangkan
sebab ketidakmungkinan orang melarikan diri. Firman-Nya:
Sesungguhnya melarikan diri hanyalah
bisa dilakukan dengan kekuatan dan kekuasaan. Namun, dari mana kamu memperoleh
kekuatan dan kekuasaan itu. Dan dari siapakah kamu mendapatkannya, padahal kamu
di waktu itu tidak mempunyai daya maupun kekuatan.[5]
Tafsiru’l-Mufradat
-
An Tanfudzu : Kalian keluar
-
Al-Aqthar : Jamak dari quthr: penjuru
-
As-Sulthan : Kekuatan dan kekuasaan[6]
3.
Tafsir Al-Azhar
Di dalam Tafsir
Al-Azhar dijelaskan sebagai berikut:
“Wahai sekalian jin
dan manusia! jika kamu sanggup melintasi semua penjuru langit dan bumi,
lintasilah!” (pangkal ayat 33). artinya bahwa di antara Rahmat-Nya Allah itu
kepada kita manusia dan jin ialah kebebasan yang diberikan kepada kita untuk
melintasi alam ini dengan sepenuh tenaga yang ada pada kita, dengan segenap
akal dan budi kita, karena mendalamnya pengetahuan. Namun di akhir ayat Tuhan
memberi ingat bahwa kekuatanmu itu tetap terbatas: “Namun kamu tidaklah dapat
melintasinya kalau tidak dengan kekuatan.”(ujung ayat 33).
Suku kata pertama diberi kebebasan bagi
manusia melintasi segala penjuru bumi, baik untuk mengetahui rahasia yang
terpendam di muka bumi ini, ataupun hendak menuntut berbagai macam ilmu.
Banyaklah rahasia dalam alam yang tersembunyi, sudah menjadi tabiat manusia
untuk ingin tahu. Suku kata yang kedua memberi ingat bahwa semua pekerjaan itu
sangat tergantung kepada kekuasaan, yang dalam ayat disebut Sulthan.[7]
C. Mengendalikan dan Memanfaatkan Ilmu
Pengetahuan
Ilmu
pengetahuan adalah kekuatan, dan siapa yang menguasai ilmu pengetahuan dialah
yang akan menang. Inilah yang digambarkan Allah dan RasulNya. Dengan ilmu
pengetahuan manusia bisa menguasai alam semesta, dengan ilmu pengetahuan
manusia bisa menjadi kuat. Akan tetapi, semua itu bisa dilakukan manusia ketika
ia mampu mengendalikan ilmu pengetahuannya.
Saat manusia mencoba menguasai pengetahuan, yang terjadi malah
sebaliknya, para cendikiawan tenggelam dalam ilmu itu. Bahkan seakan-akan hidup
mereka dikendalikan olehnya. Inilah titik yang membuat seorang ilmuan
menggunakan kepintarannya untuk melakukan perbuatan yang menyimpang. Dalam hal
ini maka manusia harus selalu mengingat bahwa semuanya adalah milik Allah dan
akan kembali kepada Allah.
Manfaat
ilmu bagi manusia tidak terhitung jumlahnya. Sejak Nabi Adam hingga sekarang,
dari waktu ke waktu ilmu telah mengubah manusia dan peradabannya. Kehidupan
manusia pun menjadi lebih dinamis dan penuh warna dalam peradabannya.
Cara memanfaatkan ilmu pengetahuan :
1.
Menyadari ilmu pengetahuan sebagai amanah dari Allah swt. yang harus dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.
2.
Mengamalkan dan menerapkan ilmu pengetahuan yang dimiliki untuk
diri sendiri, keluarga, dan masyarakat
3.
Menyadari ilmu pengetahuan sebagai alat untuk kemajuan umat manusia
di dunia & akhirat.
Agar ilmu hanya
mendatangkan manfaat bagi manusia , sistem belajar dan pembelajaran mestilah
kosong dari dengki, kesombongan, serta keserakahan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Al-Qur’an
menggambarkan, ada dua cara Tuhan mengajar manusia, yaitu pengajaran langsung
dan pengajaran tidak langsung.Objek ilmu itu ada dua, pertama adalah alam
materi dan yang kedua adalah non materi. Semua ilmu yang dipelajari manusia
dari manapun ia pelajari adalah ilmu Tuhan atau bersumber dari Tuhan.QS Ar-Rahman ayat 33 di atas menjelaskan peringatan dan tantangan
bagi mereka yang bermaksud menghindar dari tanggung jawabnya di hari Kemudian.
Ilmu pengetahuan adalah kekuatan, ilmu pengetahuan adalah milik Allah, maka
manusia harus selalu mengingat bahwa semuanya adalah milik Allah dan akan
kembali kepada Allah.
DAFTAR PUSTAKA
M. Yusuf, Kadar. 2013. Tafsir
tarbawi: pesan-pesan Al-Qu’an tentang pendidikan. Jakarta: Amzah.
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir
Al-Mishbah 13, Jakarta: Lentera Hati.
Mustofa Al Maraghi, Ahmad. 1994. Terjemah Tafsir Al-Maraghi 27,
Semarang: CV. Toha Putra.
Hamka. 2000. Tafsir Al-Azhar Juzu’ XXVII, Jakarta: IKAPI.
Munir, Ahmad. 2007. Tafsir Tarbawi: Mengungkapkan Pesan
Al-Qur’an dan Tentang Pendidikan, Yogyakarta: Teras
LAMPIRAN
Biodata
Diri :
Nama
: Aysul Unsiyah Khikmah
TTL
: PEKALONGAN, 22 MEI 1999
ALAMAT
: Ds. Tengeng Kulon Kec. Siwalan Kab. Pekalongan
RIWAYAT
PEND. :
1.
SD : SD N 01 TENGENG KULON
2.
SMP : SMP ISLAM COMAL
3.
SMA : MA AL-HIKMAH 2
[1] Kadar M. Yusuf. Tafsir tarbawi: pesan-pesan Al-Qu’an tentang
pendidikan (Jakarta: Amzah, 2013) hlm. 20
[2] Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi: Mengungkapkan Pesan Al-Qur’an dan
Tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2007) hlm. 78-80
[3] M. Quraish
Shihab, Tafsir Al-Mishbah 13, (Jakarta: Lentera Hati, 2002) hlm. 307
[4] Ibid., hlm.
308-307
[5]Ahmad Mustofa
Al Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi 27, (Semarang: CV. Toha Putra
1994) hlm 216-217
[6]Ibid., hlm. 214
Tidak ada komentar:
Posting Komentar