KEWAJIBAN BELAJAR SPESIFIK
“MENDAAMI ILMU AGAMA”
(Q.S At-Taubat, 9: 122)
Isma Pangesti Laelika
NIM. (2117043)
Kelas: A
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah swt. Atas izin-Nya
makalah yang berjudul ”Kewajiban Belajar “Spesifik” (Mendalami Ilmu Agama)” ini
dapat diselesaikan. Shalawat dan dalam semoga tercurah pada baginda Nabi
Muhammad saw, sahabatnya, keluarganya, dan umatnya hingga akhir zaman.
Makalah ini dibuat sebagai tugas Tafsir Tarbawi ini menjelaskan
tentang pengertian ilmu Agama, dalil mendalami Ilmu Agama dan Ilmu Agama Kunci Sukses Dunia Akhirat.
Penulis sudah berusaha untuk menyusun makalah ini selengkap
mungkin. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen Tafsir Tarbawi,
bapak Muhammad Ghufron, M.Si yang telah memberi amanah kepada penulis untuk
mengisi materi penulisan makalah ini.
Akhirnya, makalah ini diharapkan bisa bermanfaat dan membantu para
mahasiswa atau mahasisiwi. Aamiin ya rabbal ‘alamin. Selamat membaca.
Pekalongan, 28 September 2018
Penulis
Daftar Isi
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
Daftar Isi.....................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah.....................................................................................................4
B. Rumusan
Masalah..............................................................................................................4
C. Tujuan Pembuatan
Makalah..............................................................................................4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu
Agama......................................................................................................5
B. Dalil tentang mendalami Ilmu Agama................................................................................6
C. Ilmu Agama kunci
sukses Dunia Akhirat..........................................................................8
BAB III PENUTUP
A.
Simpulan...........................................................................................................................10
DAFTAR
PUSTAKA..............................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seiring berjalannya waktu kesadaran umat
muslim didunia akan pentingnya mengetahui atau mendalami makna dan isi dalam
ayat ayat Al Qur’an sudah mulai berkurang padahal mengetahui makna dan isi dari
ayat ayat yang sering kita baca sehari hari itu hukumnya wajib. Maka dari itu kita harus mengetahui pula maksud sebenarnya dari
ayat ayat yang Allah turunkan dakam Al Qur’an.
Ilmu pengetahuan adalah segala sesuatu hal
yang manusia ketahui pasti dalam akalnya masing masing, sudah pasti semua itu
berasal dari Allah SWT dan manusia itu sendiri hanya sebagai objek atau pelaku
dari itu semua. Dalam surat At Taubah ayat 122 Allah SWT bermaksud untuk
mengingatkan manusia bahwasannya menuntut ilmu itu sangatlah penting, jika
zaman Rasullulah masih ada peperangan maka sebagian orang diperintahkan untuk
pergi (ke medan oerang) dan sebagian orang lain diperintahkan untuk menuntut
ilmu sedangkan zaman kita sekarang diperintahkan untuk menuntut ilmu.
Rumusan Masalah
1. Apakah
Pengertian Ilmu Agama?
2. Dalil mendalami Ilmu Agama?
3. Ilmu
Agama kunci sukses dunia akhirat?
Tujuan Pembuatan Makalah
1. Untuk
mengetahui pengertian Ilmu Agama
2. Untuk
mengetahui dalil mendalami Ilmu Agama
3. Untuk mengetahui
Ilmu Agama kunci sukses dunia akhirat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmu Agama
Ilmu menurut etimologi berasal dari kata Alima artinya mengetahui. Sedangkan menurut
kamus besar Bahasa Indonesia Ilmu diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu
bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu yang dapat
digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) atau
pengetahuan atau kepandaian tentang soal duniawi, akhirat, lahir, batin dan
sebagainya.
Belajar adalah perolehan ilmu sebagai akaibat
dari aktivitas pembelajaran atau aktivitas yang dilakukan seseorang dimana
aktivitas tersebut membatnya memperoleh ilmu.[1]2 Sedangkan agama menurut
istilah atau Terminologi:
a. Menurut Abul A’la Al Maududi menyatakan bahwa agama mempunyai 4
pengertian sebagai berikut
1. Penyerahan diri
terhadap sang Kuasa
2. Penghambaan
seseorang yang lemah terhadap yang lebih kuat
3. Peraturang yang
wajib di patuhi
4. Perhitungan,
pembalasan dari perbuatan manusia.
Menurut Budiman, Agama mempunyai 2 dimensi yang meliputi :
1. Kepercayaan,
percaya kepada yang ghoib serta adanya hari akhir
2. Merupakan
sesuatu yang mempengaruhi hidup manusia, sehingga agama ini identik kaitannya
dengan budaya.[1]
Agama adalah ajaran tentang
kewajibankepada tuhan terhadap aturan, petunjuk, perintah yang diberikan Allah
kepada manusia melalui utusan-utusan-Nya. Tujuan agama adalah memberi hidayah
dan memberi kebahagiaan pada manusia.[2] Jadi dapat
disimpulkan bahwa belajar ilmu agama adalah belajar mengenai ilmu Allah yang
diturunkan kepada nabi-Nya
B. Dalil tentang
mendalami Ilmu Agama
At-Taubah ;122
وَمَا كَا نَ الْمُؤْمِنُوْ نَ لِيَنْفِرُوْاكَافَّةً فَلَوْلاَ
نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْ قَةٍ مِّنْهُمْ طَا ئِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوْا فِ الدِّ يْنِ
وَلِيُنْذِ رُوْا قَوْ مَهُمْ اِذَا رَجَعُوْااِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ
يَحْذَلرُوْنَ .
“dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke
medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan diantara mereka tidak
pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk member peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali , agar merekadapatmenjaga
dirinya.” (At-Taubah ;122)[3]
Tafsir dari ayat diatas :
1. Tafsir AL-Maraghi
Perang itu sebenarnya fardhu qifayah, yang
apabila telah dilaksanakan oleh sebagian maka gugurlah yang lain, bukan fardhu
ain yang wajib dilakukan setiap orang. Perang barulah
menjadi wajib apabila Rosulullah sendiri keluar dan mengerahkan kaum mu’minin
menuju medan perang.
Artinya , agar tujuan utama dari orang-orang
yang mendalami agama itu karena ingimembimbing kaumnya, mengajari mereka dan
memberi peringatan kepada merek tentang akibat kebodohan dan tidak mengamalkan
apa yang mereka ketahui, dengn harapan supaya mereka takut kepada Allah dan
berhati-hati terhadap akibat kemaksiatan, disamping itu agar seluruh kaum
mu’minin mengetahui agama mereka, mampu menyebarkan dakwahnya dan membelanya,
serta menenrangkan rahasia-rahasiaNya kepada sekuruh umat manusia. Jadi, bukan
bertujuan supaya memperoleh kepemimpinan dan kedudukan yang tinggi serta
mengungguli kebanyakan orang-orang lain, atau bertujuan memperoleh harta dan
meniru orang zalim dan para penindas dalam berpakaian , berkendaraaan maupun
dalam persaingan diantara sesama mereka.
Ayat tersebut merupakan isyarat tentang kewajibannya dalam
pemdalaman agama dan bersedia mengajarkannya ditempat-tempat pemukiman serta
memahamkan orang-orang lain kepada agama, sebanyak yang dapat memperbaiki
keadaan mereka. Sehingga mereka tidak bodoh lagi tentang hukum-hukum agama
secara umum dan wajib diketahi oleh setiap mukmin.[4]
2. Tafsir Al-Azhar
Dengan suusn kalimat falaulaa, yang berarti diangkat naiknya, maka
tuhan telah menganjurkan pembagian tugas. Seluruh orang yang beriman diwajibkan
berjihad dan diwajibkan pergi berperang menurut kesanggupan masing-masing, baik
secara ringan maupun berat. Maka dengan ayat ini tuhan pu menuntun, memperdalam
ilmu pengetahuan dan pengertian tentang agama. Jika yang pergi kemedan perang
itu bertarung nyawa dengan musuh , maka yang tinggal digaris belakang
memperdalam pengertian (Fiqh) tentang agama. Sebab tidaklah pula kurang penting
juhad yang mereka hadapi. Ilmu agama wajib diperdalam itu secara ilmiah. Ada
pahlawan medan perang, dengan pedang ditangan dan ada pula pahlawan digaris
belakang merenung kitab. Keduanya penting dan keduanya isi mengisi. Suatu hal
yang terkandung dalam ayat ini yang musti kita perhatikan yaitu alangkah
baiknya keluar dari tiap-tiap golongan itu, diantaranya merka ada sau kelompok,
supaya mereka memperdalam pengertian tantang agama.
Tegasnya adalah bahwa semua golongan itu harus berjihad , turut
berjuang. Tetapi Rasulullah kelak membagi tugas mereka masing-masing . ada yang
berjihad kegaris muka dan ada yang berjihad digaris belakang. Sebab itu maka
kelompok kecil yang memperdalam pengetahuannya tentang agama itu adalah
sebagian daripada jihad juga.
Pada ujung ayat 122 intinya adalah kewajiban dari kelompok yang
tertantu memperdalmereka yang lebih dalam faham agama itu, yaitu supaya dengan
pengetahuan merka yang lebih dalam, mereka dapat emberikan peringatan dan
acaman kepada kaum mrka sendiri apabila mereka kembali pulang supaya kaum itu
berhati-hati. Dengan adanya ini nampaklah tugas yang berat dari ulama dalam
islam. Bagi seorang ulama islam ilmu bukalah semata-mata untuk diri sendiri, tetapi
juga untuk dipimpinkan.[5]
3.
Tafsir Al-Mishbah
Anjuran demikian gencar , pahala yan demikian
besar bagi yang berjihad serta keamanan yang sebelumya ditujukan kepada yang
enggan, menjadikan kaum berimain berduyun-duyun dan dengan penih semangat maju
ke medan juang. Ini tidak pada tematnya, karena ada
area perjuangan lain yang harus dipikul.
Ayat ini menuntn kaum muslimin untuk membagi
tugas dengan menegaskan bahwa “tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin” yang selama ini dianjurkan agar
bergegas menuju medan perang pergi semua kemedan perang sehingga tidak tersisa
lagi yang melaksanakan tugas-tugas lain. Jika memang tidak ada panggilan yang
bersifat mobilisasi umum maka mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan yakni
kelompok besar diantara mereka beberapa orang dari golongan itu untuk
bersunggu-sungguh memeprdalam pengetahuan tentang agama sehingga mereka dapat
memperoleh manfaat untuk diri mereka dan untuk orang lain dan juga untuk
memberi peringatan kepada kaum mereka yng menjadi anggota pasukan yang perang ditugaskan Rasulullah SAW. Itu apabila
nanti setelah kembali kepada mereka yang memeperdalam pengetahuan itu, supaya
mereka yang jauh dari RasulullahSAW. Karena tugasnya dapat berhati-hati dan
menjaga diri mereka.
Tujuan utama ayat ini adalah menggambarkan
bagaimna seharusnya tugas-tugas dibagi sehingga tidak semua mengajarkan satu
jenis pekkerjaan saja. Karena itu juga, kita tidak dapat berkata bahwa
masyarakat islam kini dan bahkan pada zaman Nabi saw hanya melakukan dua tugas
pokok yaitu perang dan menuntut ilmu.[6]
C. Ilmu Agama Kunci Sukses
Dunia Akhirat
Ilmu adalah pilar dasar sebuah kemajuan di dalam semua aspek
peradaban, tidak ada sebuah peradaban tanpa ilmu. Dengan ilmu, suatu umat atau
bangsa bisa maju dan dengan akhlak sebuah bangsa bisa meraih kemuliaan dan
kebesaran, seperti yang dikatakan oleh salah seorang penyair: “Ilmu bisa
mengangkat sebuah rumah yang tidak memiliki tiang penyangga, sedangkan
kebodohan mampu meruntuhkan rumah-rumah kemuliaan dan keluhuran.” Sebagai
seorang muslim harusnya kita meyakini bahwa ilmu yang bermanfaat hanyalah ilmu
agama,karena denganyalah kita hidup dan bersamanya kita mati. Agama islam
adalah agama yang sempurna,semua hal ada di dalamnya,maka kita perlu
mempelajari islam terutama perkara yang berhubungan dengan pribadi seorang
seperti aqidah dan ibadah fardu a`in.
Seperti hadis nabi Muhammad yang menyebutkan “
Barang siapa yang menginginkan dunia maka dengan ilmu,barangsiapa yang
menginginkan akhirat maka harus memiliki ilmu pula ,dan barang siapa yang
menginginkan keduanya maka harus mempunyai ilmu”. Karena dengan kita mempunyai ilmu agama kita bisa membedakan mana
yang salah dan mana yang benar dan dengan ilmu pula kita dapat hidup sesuai
dengan jalan yang di Ridhoi Allah.
Ilmu meletakan manusia lebih utama daripada makhluk Allah SWT Yng
lain, bahkan lebih tinggi daripaa malaikat. Nyatalah penghormatan ini tidak
diberikan kepada manusia karena kecakepan dan kekuatan mental atau fisical
tetapi berdasarkan ilmu yang dimiliki.
Sebagai umat islam kita meyakini segala bidang
ilmu adalah berpastikan kepada Allah SWT, daripada Allah ilmu datang, kepada
Allah ilmu kembali. Semoga dengan ilmu yang sedikit demi
sedikit kita pelajari akan mendapat rahmat yang besar daripadda Allah SWT. Dan semoga kita selalu menggali ilmu sampai
ketahap yang tak sterjama lagi untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
Ilmu adalah kunci rahasia alam ini, dengan ilmu, seseorang yang
memiliki ilmu dari Al-Kitab mampu mendatangkan singgasana Ratu Bilqis ke tanah
Syam hanya dalam satu kedipan mata. Kisah tersebut bisa disimak dalam
firman-Nya, “Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab, ‘Aku akan
membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.’ Tatkala Sulaiman
melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata, ‘Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba
aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Barangsiapa yang
bersyukur, sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan
barangsiapa yang ingkar, sesungguhnya Tuhanku Mahakaya lagi Mahamulia.’” (QS.
An-Naml: 40)
Dengan ilmu, seseorang mampu membuat sebuah
onggokan besi bisa berjalan di atas muka bumi dan terbang di angkasa serta
mampu menaklukkan dan memanfaatkan banyak sekali makhluk hidup dan benda-benda
mati untuk kebaikan dirinya.
Jika setiap ucapan maupun tindakan didasarkan pada ilmu, pasti akan
mendatangkan hasil yang diinginkan. Jika hal itu berupa sebuah solusi bagi
sebuah permasalahan pemikiran, tentu akan bisa mendatangkan keyakinan dan ketenangan
serta menghilangkan kesamaran dan kemusykilan dari dalam jiwa. Jika perbuatan
tersebut berupa ibadah yang dilaksanakan berdasarkan ilmu tentang syarat dan
rukunnya, ibadah tersebut sah dan diterima. Jika berupa pekerjaan atau profesi,
jika ditekuni dengan ilmu, seseorang akan mampu meraih hasil yang terbaik
dengan usaha dan biaya yang relatif kecil. Oleh karena itu, kita melihat Rasulullah SAW ketika hendak pergi
hijrah ke Madinah, beliau menyewa seorang penunjuk jalan yang bernama Abdullah
bin Uraiqith ad-Daili. Ia adalah seorang penujuk jalan yang mahir dan memiliki
pengalaman luas tentang berbagai jalur yang ada di gurun, sehingga dengan
petunjuk Allah beliau berhasil sampai ke tujuan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan dari menuntut ilmu agama adalah untuk
memberikan ingatan kepada orang-orang muslim supaya berhati-hati dan tidak
menyimpang dari ajaran agama islam yang teah Rasul sampaikan. Kemudian
memperdalam ilmu agama bukan hanya untuk kepintaran pribadi akan tetapi agar
kita sebagai umat muslim dapat menyampaikan kepada keturunan kita nanti.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Faram, Musthafa. 2007. Tafsir Imam
Syafi’i. Jakarta. PT. Niaga Swadaya
Al-Maraghi, Ahmad Musthafa. 1993. Terjemahan
Tafsir al-Maraghi. Semarang. PT. Karya Toha Putra
Hamka. 2002. Tafsir Al-Azhar. Jakarta.
Pustaka Panjimas
Manaf, Mujahid Abdul. 1996. Sejarah
Agama-Agama. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada
Shihab, M.Quraisy. 2001. Tafsir al-Miahbab
Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur’an. Jakarta. Lentera Hati
Thalhah, Ali Abi. 2009. Tafsir ibnu Abbas. Jakarta.
Pustaka Azzam
NAMA :
ISMA PANGESTI LAELIKA
TTL :
TEGAL, 27 MEI 1999
NIM :
2117043
ALAMAT :
JL. BALI RT: 14 RW:XI MINTARAGEN TEGAL
[1]
Ali Abi Thalhah, Tafsir ibnu
Abbas (Jakarta: Pustak Azzam,2009), hal. 45
[2]
Drs Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah
Agama-Agama (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996) hlm. 4
[3]
Musthafa al-Faram, Tafsir Imam
Syafi’i. (Jakarta: PT. Niaga Swadaya, 2007), hal.45
[4]
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Terjemahan
Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: PT Karya Toha Putra 1993) hlm.85-86
[5]
Hamka, Tafsir Al-azhar juz XI (Jakarta:
Pustaka Panjimas 2002) hlm.87-91
[6]
M.Quraish Shihab, Tafsir
Al-Miahbab Pesan Kesan dan Kesersian Al-Qur’an (Jakarta: Lentera Hati,
2002) hlm 749-752
Tidak ada komentar:
Posting Komentar