PAKET ULUL ALBAB
Q.S ALI-IMRON AYAT 190-191
Ika Sukmo Aji
NIM (2117204)
Kelas : A
JURUSAN : PAI
FAKULTAS TARBIYAH ILMU DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2018
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan kekuatan dan kemampuan, sehingga
makalah yang berjudul “PAKET ULUL ALBAB” ini dapat diselesaikan. Shalawat dan
salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw, para sahabatnya,
keluarganya, dan sekalian umatnya hingga
akhir zaman.
Makalah ini merupakan materi yang dipaparkan
untuk membahas tentang derajat orang berilmu dan beserta dalil tentang orang
berilmu di sisi Allah SWT. Semoga makalah ini bermanfaat. Aamin ya Robbal alamin.
Pekalongan, September, 2018
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Ulul albab adalah orang yang berfikir dengan selalu
menyandarkan allah dihati dan fikirannya dan juga selalu berdzikir serta
melakukan amal shalih. Ia memiliki ilmu yang luas, otak yang cerdas dan
terarah, hati yang lembut serta semangat jiwa yang tinggi seperti pejuang
dengan sebenar-benarnya perjuangan. Kehadirannya dimuka bumi ini sebagai
pemimpin menegakkan yang hak dan menjauhkan yang bathil.
Ulul alabab telah disebutkan didalam Al-Qur’an pada
Q.S Ali-Imron ayat 190-191 yang mana isi dari kedua ayat yang saling berkaitan
tersebut diantaranya membahasa tentang ulul albab dan juga orang-orang yang
berfikir mengagumi kekuasaan Allah yang sangat nampak jelas kita lihat dengan
indra penglihatan kita khususnya di bumi ini.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian tentang ulul albab?
2.
Bagaimana dalil tentang ulul albab dan
tafsirannya?
3.
Bagaimana arti ulul albab diera millenial?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui pengertian ulul albab.
2.
Untuk memahami dalil tentang ulul albab (orang orang yang berfikir).
3.
Untuk mengetahui
ulul albab diera millenial.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
ULUL ALBAB
Ulul albab adalah
adalah orang orang yang memiliki akal yang murni,memiliki pemikiran dan
pemahaman yang benar, juga kemampuan seseorang dalam merenungkan secara
mendalam fenomena alam sekitar dan sosial yang hal itu mendorongnya dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dengan berbasis pada kepasrahan secara total
terhadap kebesaran yang Allah miliki dan untuk dijadikan penopang didalam
berkarya yang mengarah kepada arah yang positif.
Sedangkan Intelektual
muslim Indonesia memahami dan memberikan pengertian tentang ulul albab, antara
lain Menurut Ahmad Saefudin bahwasannya ulul albab adalah intelektual muslim
atau pemikir yang memiliki ketajaman analisis atas fenomena dan proses alamiah,
dan menjadikan kemmapuan tersebut untuk untuk membangun dan menciptakan kemaslahatan
bagi kehidupan manusia.[1]
B.
Dalil Ayat Tentang Ulul
Albab Q.S Ali-Imron Ayat 190-191
ان فى خلق السموات والارض واختلف اليل والنهار لايت الاولى الالباب (190()
الذين يذكرون الله قيما وقعودا وعلى جنوبهم ويتفكرون فى خلق السموات والارض ربنا
ما خلقت هذا بطلا سبحنك فقنا عذاب النار (191)
“sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya
siang dan malam terdapat tanda-tanda kekuasaan allah bagi orang-orang yang
berakal(berfikir). Yaitu orang-orang yang mengingat Allah swt sewaktu berdiri,
duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata):”Ya Tuhan kami, tidaklah engkau ciptakan ini
semua dengan sia-sia, maha suci engkau, maka peliharalah kami dari siksaan api
neraka”.
1.
Tafsir ayat dalam Tafsir Al-Azhar
Diterangkan dalam tafsir al-azhar bahwa :
Renungkanlah Alam,
Langit dan Bumi. Langit yang melindungimu dan bumi yang terhampar luas ditempat
kamu hidup. Pergunakanlah fikiranmu dan lihatlah pergantian malam dan siang.
Semuanya itu penuh dengan ayat-ayat ,tanda-tanda dari kebesaran Allah SWT.
Langit adalah yang
diatas kita, yang menangui kita. Entah berapa lapisnya tidak satupun makhluk
yang mengetahuinya kecuali Allah swt. Sedang yang dikatakan kepada kita hanya
ada tujuh. Sangat menakjubkan pada siang hari dengan berbagai warna
awan-gemawan. Didalam malam hari sangat mengharukan dengan berbagai
bintang-gemintangnya.
Bumi adalah tempat
kita berdiam ini,berpijak,melakukan segala aktivitas yang berhubungan dengan
kehidupan dunia, penuh dengan anekan keganjilan, yang kian diselidiki kian
mengandung rahasian ilmu yang belum terurai(belum terpecahkan). Langit dan bumi
dijadikan oleh sang Khaliq dengan tersusun sedemikian
rapi,indah,menakjubkan,sangat tertib, bukan hanya semata dijadikan saja, tetapi
setiap saat tampak hidup semua bergerak menurut aturan. Silih berganti
perjalanan malam dengan siang, betapa banyak pelajaran yang dapat kita ambil
atau jadikan hikmah atas pergantian tersebut, betapa besar pengaruhnya atas
hidup kitaini dan hidup segala yang bernyawa. Kadang-kadang pendek malam,
panjang siang dan sebaliknya, kadang-kadang musim dingin dan musim panas.
Demikian juga terarturnya hujan dan panas. Kesemuannya ini menjadi menjadi
tanda-tanda kebesaran Allah SWT bagi orang orang yang berfikir, bahwa tidaklah
semuanya ini terjadi dengan sendirinya. Sempurna buatan-Nya tandanya
menjadikannya indah.
Orang melihat
ciptaan-Nya yang menakjubkan dan mempergunakan fikirannya untuk meninjaunya,
masing-masing menurut bakat kemampuan dalam fikirnya. Entah dia seorang yang
ahli ilmu dibidang alam, ahli ilmu bintang atau ahli ilmu dibidang
tumbuh-tumbuhan, atau ahli ilmu dibidang pertambangan, ataupun dia seorang
seniman atau penyair. Semuanya akan dipesona oleh susunan Tabir alam yang
sangat luar biasa itu. Terasa kecil diri ini dihadapan kebesaran alam, terasa
kecil alam dihadapan kebesaran pencipta-Nya. Akhirnya taka da arti diri ini,
taka da arti alam ini, yang ada hanyalah DIA, yaitu yang sebenarnya ADA.
Kemuadian orang yang berfikiran itu:”(yaitu) orang orang yang mengingat
allah sewaktu berdiri, duduk, dan ataupu dalam keadaan berbaring.”(pangkal ayat
191). Artinya orang yang tidak pernah lepas kepada allah dari ingatannya.
Disini disebutkan lafad Yaddkuruuna yang berarti Ingat.berpokok dari kalimat
zikir. Arti dari Zikir itu Ingat. Ingat atau zikir kepada alllah itu dengan
artian bertali kepada alllah dengan memikirkan tentang kebesaran-Nya. Maka
datanglah sambungan ayat “ dan mereka memikirkan tentang prnciptaan langit dan
bumi”. Disinilah bertulah dua hal yang tidak terpisahkan, yaitu Zikir dan Fikir.
Difikirkan semua yang terjadi itu, maka lantaran difikirkan akan timbul ingatan
sebagai kesimpulan dari berfikir. Bahwa semuanya itu tidaklah terjadi dengan
sendirinya, melainkan ada Tuhan yang maha pencipta, itulah Allah SWT. Kemudian
disusul oleh ayat berikutnya, yang artinya. “Ya tuhan kami, tidaklah Engkau
ciptakan semua ini dengan sia-sia”. Ucapan ini dalah lanjutan perasaan sesudah
zikir dan fikir, yaitu tawakal da ridha, menyerah dan mengakui kelmahan diri
sendiri, mengakui ajan kecilnya kita dihadapan sang Pencipta yaitu Allah SWT.
Sebab itu bertambah tinggi ilmu seseorang, seyogyanya bertambah ingatlah dia
kepada Allah, sebagai alamat pengakuan atas kelemahan diri ini, dihadapan
kebesaran Allah SWT. Maka timbulnya bakti dan ibadah kepada-Nya. “maha suci
engkau!maka peliharalah kami dari azab api neraka.”(ujung ayat 191). [2]
2. Tafsir Al -Maraghi
ان فى خلق السموات والارض واختلاف اليل
والنهار لايت لاولى الالباب
Sesungguhnya
didalam tatanan langit dan bumi serta keindahannya dan keajaiban ciptaan-Nya
juga dalam silih bergantinya siang dan malam secara teratur sepanjang tahun
yang dapat kita rasakan langsung pengaruhnya pada tubuh kita dan cara berfikir
kita karena pengaruh panas matahari dan dinginnya malam dan pengaruh yang ada
pada dinia flora dan fauna dan sebagainya merupakan tanda dan bukti yang
menunjukkan keesaan Allah swt, kesempurnaan pengetahuan dan kekuasaan-Nya.
الذين يذكرون الله
قيما وقعودا وعلى جنوبهم
Ulul albab adalah
orang-orang yang mau menggunakan pikirannya, mengambil faedah darinya,
mengambil hidayah darinya, menggambarkan keagungan Allah swt dan mau mengingat
hikmah akal dan keutamaannya, disamping keagungan karunia-Nya dalam segala
sikap dan perbuatan mereka, sehingga mereka bias berdiri, duduk, berjalan,
berbaring dan sebagainya. Mrekalah orang orang yang tidak melalaikan Allah swt,
selau ingat dengan Allah swt, didalam sebagian besar waktunyamerekan akan selalu merasa tenang
dengan ingat selalu kepada Allah swtdan tenggelam dalam kesibukan untuk
mengoreksi diri secara sadar bahwa allah selalu mengawasi mereka.
Dan hanya melakukan
dzikir kepada Allah swt, hal itu masih belum cukup untuk menjamin hadirnya
hidayah, tetapi harus pula dibarengi dengan memikirkan keindahan ciptaan-Nya
dan rahasian rahasinya.
ويتفكرون فى خلق
السموات والارض
Mereka mau
memikirkan tentang kejadian langit dan bumi beserta rahasia-rahasianya dan
manfaat-manfaatnya yang terkandung didalamnya yang menunjukkan pada ilmu yang sempurna,
hikmah yang tinggi dan kemampuan yang utuh. Keberuntungan dan juga keselamatan
hanya bisa diraih hanya dalam mengingat Allah swtdan memikirkan tentang
makhluk-makhluk-Nya, dari segi yang menunjukkan dari adanya sang pencipta yang
Esa, yang maha mengetahui lagi maha kuasa atas segala sesuatu baik didunia
maupun diakhirat. Sebagai konsekuensinya mereka mempercayai para rasul dan
mempercayai bahwa kitab-kitab yang diturunkan kepada mereka adalah untuk
merinci hukum-hukum syariat mengandung semua pendidikan yang sempurna dan
akhlak-akhlak yang indah , disamping hal-hal yang harus duterapkan didalam
tatanan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, dan mempercayai bahwa
perhitungan serta pembalasan terhadap amal-amal itu ada dua alternatif, yaitu
Surga dan Neraka. Dan sesungguhnya, penuturan dzikir disini hanyalah mengenai
makhluk allah, hal itu karena ada larangan memikirkan Dzat sang maha pencipta,
karena sangat mustahil seorang akan bisa sampai kepada hakikat Dzat
sifat-sifat-Nya.
Yang diucapkan oleh orang
orang yang berdzikir dalam mengagunggkan ciptaannya Allah SWT, yaitu :
ربنا ما خلقت هذا با
طلا سبحنك
Orang orang yang berdzikir
lagi berfikir mengatakan, “ya tuhan kami, tidaklah engkau ciptakan alam yang
ada diatas dan yang ada dibumi yang kami saksikan ini, dan engkau tidak
menciptakan semuanya denga sia-sia. Maha suci engkau , wahai tuhan kami dari segala
yang tidak berarti dan sia-sia, bahkan semua ciptaan-Mu itu adlah hak dan yang
mengandung hikmah-hikmah yang agung dan maslahat-maslahat yang sangat besar.
Manusia merupaka sebagian dari
makhluk-Mu yang tidak engkau ciptakan sia-sia. Keharusan baginya(manusia)
adalah fana (mati), kemudian anggota angota tubuhnya bercerai berai sesudah roh
meninggalkan badannya. Sesungguhnya ia bias rusak karena memang ia harus rusak,
setelah itu jasadnya terbangun kembali atas berkat kekuasaan-Mu, dalam kejadian
yang lain sebagaimana engkau memulainya tatkala penciptaan yang pertama,
segolongan diantara mereka mau taat kepada-Mu dan menerima hidayah, dan
segolongan lainnya telah dipastikan akan tersesat. Adapun golongan pertama, ia
masuk kedalam surge karena amal-amal sholehnya, sedangkan golongan lainnya ia
akan masuk kedalam neraka, disebabkan kejelekan kejelekan yang telah ia lakukan
dan karena dosa-dosa besarnya dengan pembalasan yang setimpal.
Kesimpulannya bahwa orang
orang mukmin yang mau menggunakan akal pikirannya yang selalu menghadap kepada
allah dengan pujian doa dan ibtihal, sesudah mereka melihat bukti yang
menunjukkan kepada keindahan hikmah, ia pun luas pengetahuannya tentang
detail-detail alam semesta yang menghubugkan antara manusia dengan Tuhannya.
Didalam ayat ini terkandung
pelajaran untuk orang-orang yang beriman, sebagaimana mereka berbicara dengan
tuhan ketika mereka telah mendapatkan hidayah tentang sesuatu yang terkait
dengan tentang pengertian-pengertian kebajikan dan kedermawanan-Nya didalam menghadapi
ragam makhluk-Nya.
وقنا عذا ب النار
Berilah kami taufik dengan
pertolongan-Mu untuk bisa melakukan amal shalih melalui pemahaman kami tentang
bukti bukti kebesaran-Mu sehingga hal itu bias menjadi pemelihara kami dari
siksa api neraka. [3]
3. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an
Ulul albab adalah orang orang
yang memiliki pemikiran dan pemahaman yang benar. Mereka membuka pandangannya
untuk menerima ayat-ayat Allah swt pada alam semesta, tidak memasang
penghalang-halang dan tidak menutup jendela-jendela antara mereka dan ayat-ayat
ini. Mereka menghadap kepada allah dengan sepenuh hati dengan berdiri, duduk,
dan terbaring, maka terbukalah mata pandangan mereka, menjadi lembutlah
pengetahuan mereka, berhubungan dengan hakiakt alam semesta yang dititipkan
Allah kepadanya dan mengerti tujuan keberadaannya, alas an ditumbuhkannya dan
unsur-unsur yang menegakkan fitrahnya dengan ilham yang menghubungkan antara
hati manusia dan alam ciptaan-Nya ini.
Pemandangan yang berupa langit
dan bumi, dan berupa pergantian malam dan siang dengan begitu indahnya dan
teraturnya. Dan keteraturannya tersebut pasti ada Dzat yang mengaturnya secara
baik, dibalik keteraturannya pasti ada akal yang merencanakannya, dan dibalik
keteraturannya pasti ada aturan-aturan yang baku yang tidak akan pernah
berganti, semua itu tidak mungkin terjadi dengan sulapan, tak mungkin terjadi
secara kebetulan, dan tak mungkin terjadi secara batil.
Rangkaian ayat-ayat ini
dimulai dengan membandingkan antara penghadapan hati kepada Dzikrullah dan
ibadah kepadanya, pada saat waktu berdiri, duduk, dn berbaring dengan
memikirkan penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang.
Sehingga perenungan dan pemikiran ini menempuh jalan ibadah, dan menjadikannya
sebagai salah satu sisi dari pemandangan zikir. Maka hal itu, mengesankan
penghimpunan antara dua macam gerakan(aktifitas) dengan dua hakikat yang
penting,
Hakikat yang pertama bahwa
memikirkan penciptaan Allah terhadap makhluknya, merenungkan alam semesta ini
dan merenungkan akan ciptaan-Nya , itu semua merupakan ibadah kepada allah dan
merupakan Dzikir kepada allah diantara dzkir dzikir yang pokok. Berbicara tentang alam semesta, kekuatan dan
kandungan-nya, rahasia-rahasianya, potensi-potensinya berhubungan dengan Dzikir
dan selalu mengingat pencipta alam semesta ini, niscaya akan luruslah
kehidupan, dan akan selalu mengarah kepada sang pecipta yaitu Allah SWT.
Hakikat yang kedua, ayat ayat
Allah di alam semesta, tidak menampakkan hakikatnya yang mengesankan kecuali
kepada hati yang selalu berdzikir dan beribadah kepada-Nya. Mereka yang selalu
ingat kepada allah pada saat waktu berdiri, duduk, berbaring sembari memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang adalah
mereka yang terbuka pandangannya terhadap hakikat-hakikat yang sangat besar
yang terlipat didalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam dan
siang. Dibalik itu merekalah yang selalu berhubungan dengan Allah swt yang
dapat menyampaikan kepada keselamatan, kebaikan, dan keshalehan.
Ini adalah dua hal yang saling
melazimi yang dipaparkan oleh Q.S Ali-Imron ayat 190-191 mengenai ulul albab
ketika mereka menghadapi fenomena-fenomena itu, ketika merespons, dan ketika
berhubungan dengan pencipta-Nya. Ini adalah suatu hal yang menggambarkan
tentang kejernihan hati, kelembutan Ruh, keterbukaan pemahaman, dan kesiapannya
untuk menerima sebagaimana ia juga menggambarkan respons, pengaruh, dan
keesaan-Nya.
ربنا ما خلقت هذا
بطلا
Tidaklah engkau menciptakan
alam semesta ini dengan sia-sia, melainkan engkau menciptakanya dengan benar
dan merupakan kebenaran. Sesungguhnya alam semesta ini menpunyai hakikat, maka
ia, bukanlah sesuatu yang tidak ada melainkan ada yang menciptakan dengan
sangat indah ini.inilah sentuhan pertama yang menyentuh hati “ulul albab” yang
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi serta pergantian malam dan siang
dengan merasakan ibadah, dzikir, dan berhubungan dengan Allah swt sehingga meluncurlah dari lisannya ucapan
tasbih untuk mesucikan allah dari penciptaan alam yang tidak sia-sia ini.
سبحنك فقنا عذا ب
النار
Memahami kebenaran terhadap
ketetapan alam semesta dan fenomena fenomenanya, artinya menurut ulul albab
adalah bahwa disana terdapat ketetapan dan aturan, hikmah, tujuan serta
kebenaran dan keadilan dibalik kehidupan manusia. Maka ini merupakan pemikiran
yang jelas tentang penciptaan alam semesta yang indah ini yang perputaran atau
pergantiannya membawa perasaan mereka kepada tindkan yang mengarah kedalam
kebaikan. Oleh karena itu mereka berdoa kepada Allah swt agar mereka
terlindungi dari azabnya api neraka. [4]
4. Tafsir Ibnu Katsir
ان فى خلق السموات
والارض واختلاف اليل والنهار لايت لاولى الالباب
Mempunyai makna
yaitu pada ketinggian dan keluasan langit dan juga pada kerendahan bumi serta
kepadatannya. Dan juga tanda_tanda kekuasaanNya yang terdapat pada ciptaanNya
yang dapat dijangkau oleh indra manusia pada keduanya (langit dan bumi) baik
yang berupa bintang, daratan, lautan, pegunungan, pepohonan, tumbuh-tumbuhan,
tanam-tanaman, binatang serta berbagai macam warna dan aneka ragam yang lainnya
itu semua kebesaran yang mutlak dari Allah swt. “dan silih bergantinya malam
dan siang” yakni silih bergantinya, susul menyusul, panjang dan pendeknya,
terkadang ada malam yang lebih panjang dan siang yang lebih pendek. Lalu masing
masing menjadi seimbang. Semuanya itu merupakan ketetapan dari allah yang maha
perkasa lagi maha mengetahui. Oleh karena itu Allah berfirman : “terdapat
tanda-tanda kekuasaan allah bagi orang-otrang yang berfikir (ulul albab). Yaitu
mereka yang mempunyai akal yang sempurna lagi bersih, yang mengetahui hakikat
banyak hal secara jelas, dan nyata.
Kemudian allah berfirman diayat berikutnya
yang artinya “ yaitu orang orang yang mengingat allah sambil berdiri, duduk,
atau dalam keadaan berbaring”, maksudnya adalah mereka tidak putus putus untuk
berdzikir kepada allah swt didalam semua keadaan, baik dengan hati maupun
dengan lisan mereka.
Kemudian mereka berkata: “ya tuhan kami,
tidaklah engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia”, artinya bahwa Engkau
menciptakan semuanya ini dengan benar dan tidak ada sekalipun yang sia-sia, dan
agar Engkau memberi balasan kepada orang-orang yang beramal buruk terhadap
ap-apa yang telah mereka kerjakan dan juga memberi balasan bagi orang-orang
yang beramal baik dengan balasan yang lebih baik yakni surga. Kemudian mereka
menyucikan dengan bertasbih dan berdzikir kepada allah seraya berkata;” maha
suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksaan api neraka”, maksudnya, wahai
Allah sang pencipta alam semesta ini dan segala isinya dengan ciptaan yang
sungguh-sungguh dan indah, wahai dzat yang sempurna, peliharalah kami dari
siksaan api neraka dengan daya dan keridhaan-Mu. Dan berikanlah kepada kami
taufik didalam menjalankan amal yang shalih yang dapat mengantarkan kami
kedalam surga-Mu serta menyelamatkan kami dari azab-Mu yang sangat pedih yaitu
siksaan api Neraka. [5]
C. Ulul albab di era sekarang (millenial)
Didalam kajian masalah tentang Ulul Albab pada saat jaman sekarang atau
yang lebih dikenal dengan jaman Millenial ini. Dimana teknologi yang semakin
canggih dan ilmu pengetahuan yang semakin meluas serta pendidikan yang semakin
memadai tentang sarana prasarananya. Seseorang akan lebih dituntut untuk
berfikir secara lebih rinci, kritis, real, guna untuk mempersiapkan masa
mendatang yang kemungkinan besar akan lebih canggih dan maju dari zaman
sekarang ini. Untuk itulah yang dinamakan dengan Ulul Albab itu sangat erat
sekali berhubungan dengan yang namanya Fikiran, karena arti dari ulul albab itu
sendiri adalah orang_orang yang berfikir/berakal. Oleh karena itu, seseorang
yang dikatakan ulul alabab pastinya orang tersebut mempunyai pemikiran yang
kritis, real, rinci dan ini sangat ada kaiatannya dengan yang namanya Perguruan
tinggi.
Kenapa demikian, karena yang namanya perguruan tinggi pasti mempunyai
Visi dan Misi yang salah satu diantaranya untuk membuat lulusan dari perguruan
tinggi tersebut nanntinya bisa berfikir yang kritis, real, rinci guna untuk
menghadapi daya saing yang akan dihadapi dimasa mendatang. Untuk membentuk
karakter tentang ulul albab tidak sembarang orang bisa memakai gelar ini.
Kenapa demikian, karena ulul albab itu adalah mereka orang-orang terpilih yang
senantiasa melaraskan/menghubungkan segala bentuk pemikirannnya yang
distandarkan kepada Allah SWT dengan selalu ingat kepadaNya dan selalu
berdzikir kepadaNya, karena dengan Dzikir itulah seseorang akan merasa lebih
dekat dengan yang maha pencipta.
Adapun orang orang yang bisa disebut ulul albab mempunyai ciri ciri yang
diantaranya mereka-meraka yang senantiasa berfikir tentang kearah yang positif,
mempersiapkan masa mendatang yang sangat matang, selalu tidak lepasnya hakikat
Allah SWT yang ada dihati dan fikirannya, selalu berbuat baik kepada makhluk
ciptaanNya dan senantiasa menjalankan perintah dan menjauhi segala laranganNya.
Orang seperti ini selalu tunduk/kagum jika berfikir tentang kebesaran Allah
yang bisa terlihat seperti pergantian malam dan siang dan penciptaan langit dan
bumi yang sangat indah ini.
Orang orang yang seperti itu pastinya selalu bersungguh sungguh dalam
menggali/mencari sebuah ilmu pengetahuan, yang dimana dengan ilmu tersebutlah
masa mendatang sitidaknya ada cahaya yang dapat menerangi/membimbing kearah
yang lebih baik lagi. Dan juga orang seperti itu selalu berpegang kepada
kebaikan dan akan selalu berusaha menegakkan keadilan karena mereka berfikir
bukan hanya sejedar berfikir tetapi menyertakan Allah SWT dihati ataupun
didalam fikiran mereka sehingga mereka seakan-akan di awasi rasa kekhawatiran
jikalau melakukan yang yang tidak baik. Setelah itu, orang yang seperti itu
akan selalu mengambil hikmah atau pembelajaran yang ia sudah mengalaminya guna
dijadikan koreksi diri agar kedepannya tidak melakukan kesalahn yang sama yang
membuatnya akan jauh dari rahmat Allah swt.
Sehingga dengan hal itu, problematika yang terjadi sekarang ini seperti
pengangguran, kriminalitas, kekuasaan jabatan yang semena-mena, dan masih
banyak lagi yang lainnya, akan segera terjawab dengan pemuda-pemudinya yang
bisa dibilang lulusan perguruan tinggi yang sudah dibekali dengan Ilmu
pengetahuan yang mumpuni dan juga selalu berfikir kearah yang positif serta tak
lupa selalu menyandarkan kepada allah hati dan fikirannya nantinya akan
terbentuk pemuda-pemudi yang Robbani, yang tidak dapat melepaskan tentang
aspek-aspek kehidupannya dengan nilai-nilai islam. Nilai-nilai yang telah
sempurna dan sudah disempurnakan oleh Allah SWT. Para generasi bangsa yang
tidak hanya saja terpaku oleh ilmu pengetahuan yang mumpuni saja, tetapi mereka
melakukan aksi Nyata dan dan dapat bermanfaat bagi lingkungan disekitarnya.
Generasi penerus yang hatinya selalu diliputi dengan kebesaran Allah SWT yang
senantiasa menyandarkan pemikiran dan hatinya kepada allah dan berpedoman
kepada kitab Al-Qur’an dan As-Shunnah yang berhimpun banyak hikmah, manfaat dan
hidayahNya. Inilah model masa millennial sekarang dan kedepan yang
dinanti-nantikan, tidak hanya umat islam itu sendiri, tetapi seluruh umat
didunia, karena dengan model generasi yang berfikir kritis, real, rinci yang
senantiasa selalu menyandarkan Allah swt dihati dan difikirannya akan membentuk masa mendatang yang baik dan
berharap segala aspek kehidupan akan terealisasikan dengan Baik.
BAB III
PENUTUP
Dari uraian
di atas di simpulkan bahwa q.s al-imron ayat 190-191. Memberikan
gambaran tentang perintah bagi setiap manusia (ulul albab) untuk senatiasa
berfikir memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi serta pergantian siang
dan malam karena yang kesemuannya itu tedapat tanda-tanda kebesaran Allah swt
yang sangat jelas, dan kita haruslah selalu bertasbih kepada Allah swt karena
dengan bertasbihlah kita akan selalu ingat terhadap Allah dan senantiasa akan
menjalankan segala perintah-Nya dan akan berusaha sekuat mungkin untuk
menjauhkan dari segala yang dilarang-Nya.
Demikian
makalah ini di susun dengan segala kemampuan dan keterbatasan penulis maka dari
itu kritik dan saran selalu di harapkan, semoga dengan adanya makalah ini mudah
di pahami dan bermanfaat di masa yang akan akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Katsir. Ibnu, 1998. Terjemah Singkat Ibnu Katsir. (Jakarta. Pustaka Bintang)
Hamka. Tafsir Al-azhar
Juz IV (Jakarta: PT Pustaka Panjimas)
Al-Maraghi. Ahmad
Mushthafa. 1996. Terjemah Tafsir Al-Maraghi Juz 28 (Semarang: PT Karya
Toha)
Quthb. Sayyid. 2011. Tafsir
Zilalil Qur’an. (Jakarta. Gema Insani Press)
Ash Shiddieqy. M Hasby. 1987.
Sejarah Dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an. (Jakarta. Pustaka Bintang)
BIODATA PRIBADI
Nama: IKA SUKMO AJI
Nim: 2117204
Fakultas/jurusan: FTIK/PAI
Mata kuliah : TAFSIR TARBAWI
Kelas: A
Alamat: DESA PABEAN LOR RT 04 RW 12 KECAMATAN PEKALONGAN
UTARA
Riwayat pendidikan:
-SD NEGERI PABEAN
-SMP NEGERI 10 PEKALONGAN
-SMK NEGERI 3 PEKALONGAN
-IAIN PEKALONGAN
[1] M Hasby Ash Shiddieqy, Sejarah Dan Pengantar Ilmu Al Qur’an, (Jakarta,
Bulan Bintang, 1987) hal 35
[2] Prof, Dr, Hamka, Tafsir Al Azhar, (Jakarta, Pustaka Panjiman,
1983) hal196-198
[3] Ahmad Mustofa Al Maraghy, Tafsir Al Maraghy, (Semarang, Toha
Putra Semarang, 1996) hal 289-293
[4] Sayyid Quthb, Tafsir Zilalil Qur’an, (Jakarta, Gema Insani
Press, 2001) hal 66-71
[5] Ibnu Katsir, Terjemah Singkat Ibnu Katsir, (Jakarta, Pustaka
Bintang, 1998) hal 196-198
Tidak ada komentar:
Posting Komentar