PERINTAH MEMBACA DAN BELAJAR
QS AL-ALAQ: 1-5
Amir Mahmud
NIM: 2117362
Kelas L
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018
PEMBAHASAN
A.
Membaca adalah Jendela Ilmu Pengetahuan
Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan infomasi suatu yang
ditulis. Membaca melibatkan pengenalan simbol yang meyusun sebuah bahasa.
Buku adalah jendela dunia. Artinya ,ketika kita membaca buku, kita
telah membuka jendela dunia. Lewat membaca buku, banyak ilmu pengetahuan yang
bisa kita dapatkan, bisa dengan bebas memperluas wawasan, beraneka kejutan dan
berbagai hiburan pun bisa kita peroleh melalui membaca buku.
Dengan membaca buku, kita
dapat memahami kehidupan manusia di belahan dunia lain, sekaligus dengan latar
belakang sosial dan kultural budaya mereka yang beragam. Bahkan bagi seorang
pembaca buku, kecerdasan spiritual, budaya, sosial dan intelektual akan semakin
terasa. Tidak jarang kita temui seseorang yang berubah kehidupannya karena
terinspirasi oleh kata-kata yang
terkandung dalam sebuah buku yang dibacanya.
Membaca buku bukan hanya
menambah wawasan saja juga bermanfat untuk kesehatan. Beberapa manfaat yang
bisa kita dapat, hanya dengan meluangkan waktu untuk untuk membaca. Pertama,
keindahan bahasa dalam sebuah tulisan akan mampu mengurangi stress, apabila
buku yang dibaca berupa buku fiksi atau cerita lucu lainnya. Kedua, dengan
sering membaca secara tidak langsung dapat melatih otak dan pikiran.
B.
Dalil Perintah Baca- Belajar atas Nama Tuhan [Religius]
بِسۡمِ
ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
ۡ
ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ ١
خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ عَلَقٍ ٢ ٱقۡرَأۡ
وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ ٣ ٱلَّذِي عَلَّمَ
بِٱلۡقَلَمِ ٤ عَلَّمَ ٱلۡإِنسَٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ ٥
1.
Bacalah dengan nama Tuhan-mu yang telah mencipta,
2.
Menciptakan manusia dari segumpal darah
3.
Bacalah Dan Tuhan engkau itu adalah Maha Mulia
4.
Dia Yang mengajarkan dengan qalam
5.
Mengajari manusia apa-apa yang dia tidak tau[1]
Bacalah” dengan nama Tuhan-mu yang telah mencipta”.[Ayat 1]. Dalam
suku pertama saja, yaitu “bacalah” telah terbuka kepentingan pertama didalam perkembangan
agama ini selanjutnya. Nabi saw disuruh membaca wahyu akan diturunkan kepada
beliau itu diatas nama Aiiah, Tuhan yang telah mencipta. Yaitu “ Menciptakan
manusia dari segumpal darah” [Ayat 2]. Yaitu peringkat yang kedua sesudah
nutfah, yaitu segumpal air yang telah berpadu dari mani silaki-laki mejelma
menjadi segumpal darah, dan dari segumpal darah itu kelak akan menjelma pula
setelah melalui 40 hari, menjadi segumpal daging.
Nabi bukanlah seorang yang pandai membaca. Beliau adalah ummi, yang
boleh diartikan buta huruf, tidak pandai menulis, tidak pula pandai membaca
yang tertulis. Tetapi Jibril mendesaknya juga sampai sampai tiga kali supaya
dia membaca. Meskipun dia tidak pandai menulis, namun ayat-ayat itu akan dibawa
langsung oleh Jibril kepadanya, diajarkan, sehingga dia menghapalnya diluar
kepala, dengan sebab itu akan dapat membacanya. Tuhan Allah yang menciptakan
semuanya. Rasul yang tak pandai menulis dan membaca itu akan pandai kelak
membaca ayat-ayat yang diturunkan kepadanya. Sehingga bila mana wahyu-wahyu itu
telah turun kelak, dia akan diberi nama Alquran. Dan Alquran itu artinya bacaan
. seakan-seakan Tuhan berfirman : Bacalah, atas kudratku dan kuasaku.
Syaikh Muhammad Abduh didalam Tarsir juz’ Amma-nya menerangkan ; “
Yaitu Allah yang Mahakuasa menjadikan manusia daripada air mani, menjemal dari
darah segumpal kemudian jadi manusia
penuh, niscaya kuasa pula menimbulkan kesanngupan membaca membaca pada seorang
yang selama ini dikenal ummi, tak pandai membaca dan menulis. Maka jika kita
menyelidiki hadis yang menerangkan bahwa tiga kali Nabi disuruh membaca, tiga
kali pula beliau menjawab secara jujur bahwa beliau tidak pandai membaca, tiga
kali memeluluknya keras-keras, buat meyakinkan baginya bahwa sejak saat itu
kesanggupan membaca sudah ada padanya, apatah lagi dia adalah Al-insan
Al-Kamil, manusia sempurna. Banyak lagi yang dibacanya di belakng hari. Yang
penting harus diketahuinya ialah bahwa dasar segala yang akan dibacanya itu
kelak tidak lain ialah dengan nama Allah jua.
“Bacalah Dan Tuhan engkau itu adalah Maha Mulia”.[Ayat
3].
Setelah di ayat yang pertama beliau disuruh membaca diatas nama
Allah yang menciptakan insan dari segumpal darah, diteruskan lagi menyuruh-nya
membaca diatas nama Tuhan. Sedang nama Tuhan yang selalu akan diambil jadi
sandaran hidup itu ialah Allah Yang Maha Mulia, maha dermawan, maha kasih dan
sayang kepada makhluk-Nya ;
“Dia yang mengajarkan dengan qalam”.[Ayat 4]. Itulah keistimewaan
Tuhan itu lagi. Itulah kemuliaannya yang tertinggi. Yaitu diajarkannya kepada
manusia berbagai ilmu, dibukannya berbagai rahasia, diserahkannya berbagai
kunci untuk pembuka perbendaharaan Allah, yaitu dengan qalam. Dengan pena.
Disamping lidah untuk membaca , Tuhanpun mentaqdirkan pula bahwa dengan pena
ilmu-pengetahuan dapat di catat.Pena adalah beku dan kaku, tidak hidup, namun
yang dituliskan oleh pena itu adalah berbagai hal yang dapat difahamkan oleh
manusia”Mengajari manusia apa-apa yang dia tidak tahu”.[Ayat 5].
Lebih dahulu Allah Ta’ala mengajar manusia mempergunakan qalam.
Sesudah dia pandai mempergunakan qalam banyaklah ilmu-pengetahuan diberikan
oleh Allah kepadanya, sehingga dapat pula dicatatnya ilmu yang baru didapatnya
itu dengan qalam yang telah ada dalam tangannya ;
العلم صيد والكتاب قيده*قيد صيودك باالجبال الواثقه
“Ilmu-pengetahuan
adalah laksana bintang buruan dan penulisan adalah tali pengikat buruan itu.
Oleh sebab itu ikatlah buruan-mu dengan tali yang teguh”.
Maka didalam susunan kelima ayat ini, sebagai ayat mula-mula turun
kita menampak dengan kata-kata singkat Tuhan telah menerangkan asal usul
kejadian seluruh manusia yang semulanya sama, yaitu daripada segumpal darah,
yang berasal dari segumpal mani. Dan segumpal mani itu berasal dari saringan
halus makanan manusia yang diambil dari bumi. Yaitu dari hormon, calori,
vitamin dan berbagai zat yang lain, yang semua dimabil dari bumi yang semuannya
ada dalam sayuran, buah-buahan makanan pokok dan daging. Kemudian itu manusia
bertambah besar dan dewasa. Yang terpenting alat untuk menghubungkan dirinya
dengan manusia yang sekitarnya ialah kesanggupan berkata-kata dengan lidah,
sebagai sambungan dari apa yang terasa dalam hatinya. Kemudian bertamabah juga
kecerdasannya, maka diberikan padalah kepandaian menulis.
Didalam ayat yang mula turun ini telah jelas penilaian yang
tertinggi kepada kepandaian membaca dan menulis. Berkata Syaikh Muhammad Abduh
dalam tafsirnya : “Tidak didapat kata-kata yang lebih mendalam dan alasan yang
lebih sempurna daripada ayat ini didalam menyatakan kepentingan membaca dan
menulis ilmu-pengetahuan dalam segala cabang dan bahagiannya. Dengan ini mula
dibuka segala wahyu yang akan turun dibelakang. Makak kalau kaum Muslimin tidak
pendapat petunjuk dengan ayat ini dan tidak mereka perhatikan jalan-jalan buat
maju, merobek segala selubung pembungkus yang menutup penglihatan mereka selama
ini terhadap ilmu-pengetahuan, atau merampalkan pintu yang selama ini terkunci
sehingga mereka terkurung dalam bilik gelap, sebab dikunci erat-erat oleh
pemuka-pemuka mereka sampai mereka meraba-raba dalam kegelapan bodoh, dan kalau
ayat pembukaan wahyu ini tidak menggetarkan hati mereka, maka tidaklah mereka
akan bangun lagi selama-lamanya”
Ar-Raziy menguraikan dengan tafsirnya, bahwa pada dua ayat pertama
disuruh membaca diatas nama Tuhan yang telah mencipta, adalah mengandung
Qudrat, dan hikmat dan ilmu dan rahmat. Semuanya adalah sifat Tuhan. Dan pada
ayat yang seterusnya seketika Tuhan menyatakan mencapai ilmu dengan qalam atau
pena, adalah suatu isyarat bahwa ada juga di antara hukum itu yang tertulis,
yang tidak dapat difahamkan kalau tidak didengarkan dengan seksama. Maka pada
dua ayat pertama memperlihatkan rahasia Rububiyah, rahasia Ketuhanan. Dan
ditiga ayat sesudahnya mengandung rahasia Nubuwwat, Kenabian. Dan siapa Tuhan
itu tidaklah akan dikenal kalau bukan dengan perantara Nubuwwat, dan nubuwwat
itu sendiripun tidaklah aka ada, kalau tidak dengan kehendak Tuhan.[2]
C.
Membaca Teks dan Konteks
Membaca teks adalah membaca ungkapan bahasa yang menurut isi,
sintaksis, dan pragmatik merupakan satu kesatuan. Teks dalam hal ini tidak
hanya dipandang dari sisi bahasa yang sifatnya tertulis atau unsur-unsur
kebahasaan yang dituliskan, lebih dari itu suatu teks juga dilihat dari segi
maksud dan makna yang diujarakan.Konteks adalah teks yang menyertai teks .
konteks dapat dianggap sebagai sebab dan alasan terjadinya suatu dialog .
BIODATA PENULIS
NAMA :
AMIR MAHMUD
TTL : PEMALANG 23-9-1994
ALAMAT
: Ds Cangak Kec . Bodeh Kab.
Pemalang
[1] M.Quraish shihab, Tafsir Ai-quran Al-karim [Bandung : pustaka hidayah,
1997],hlm.75.
[2] Syakh Abdulmalik, Tafsir Al-azhar[ Surabaya : Yayasan Latimojo,1982],
hlm 194-196
Tidak ada komentar:
Posting Komentar