“PERILAKU ORANG BERILMU”
QS. AZ-ZUMAR AYAT 9
Ayu
Zulfianah
NIM (2117354)
Kelas : L
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN PEKALONGAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Orang yang berilmu memiliki kedudukan yang
sangat tinggi dalam agama islam ini, dan orang yang berilmu itu sangat berbeda
sekali dengan orang yang tak berilmu/bodoh. Dan islam sangat memberikan apresiasi
yang sangat besar dan memberikat derajat yang tiggi terhadap orang yang
berilmu, sebagaimana firman Allah SWT,
يرفع
الله الذين امنوا منكم والذين اتوا العلم درجات
“Allah akan mengakat
derajat yang tinggi bagi orang yang berilmu”
Dalam masalah kali
ini, kelompok kita akan membahas surat az-zumar yang didalamnya terdapat
anjuran untuk berilmu, untuk menjadi orang yang taat, dan anjuran untuk menjadi
orang yang berjuwa ulul albab. Dan yang paling penting dalam masalah hal ini
adalah “tidak sama antara orang yang mengetahui dan orang yang tidak
mengetahui”
قل هل يستوي الذين يعلمون و الذين لا يعلمون
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud pengetahuan manusia ?
2. Apa
dalil yang dipakai buat karekteristik orang berilmu ?
3. Bagaimana
orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu ?
C.
Tujuan
Makalah
1. Mengetahui
arti dari pengetahuan manusia.
2. Mengetahuai
dalilyang tepat buat orang berilmu
3. Mengetahui
bagaimana orang yang berilmu dan yang jahil.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengetahuan
Manusia
Secara etimologi pengetahuan berasal
dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge.[1]
Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa pengetahuan adalah
kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief). Sedangkan
secara terminologi pengetahuan ada beberapa definisi:
1. Pengetahuan adalah apa yang
diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari
kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua isi
pikiran. Dengan demikian pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia
untuk tahu.[2]
2. Pengetahuan adalah proses kehidupan
yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Dalam hal ini
yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) di dalam dirinya
sendiri sedemikian aktif sehingga yang mengetahui itu menyusun yang diketahui
pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif.
3. Pengetahuan adalah segenap apa yang
kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk di dalamnya ilmu, seni dan
agama. Pengetahuan ini merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung
dan tak langsung memperkaya kehidupan kita.
Pada dasarnya pengetahuan merupakan
hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk
memahami suatu objek tertentu. Pengetahuan dapat berwujud barang-barang baik
lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh manusia
berbentuk ide, atau yang bersangkutan dengan masalah kejiwaan.
Jadi dapat dipahami bahwa,
pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai
metafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang
berupa common sense, tanpa memiliki metode, dan mekanisme tertentu.[3]Pengetahuan
berakar pada adat dan tradisi yang menjadi kebiasaan dan
pengulangan-pengulangan. Dalam hal ini landasan pengetahuan kurang kuat
cenderung kabur dan samar-samar. Pengetahuan tidak teruji karena kesimpulannya
ditarik berdasarkan asumsi yang tidak teruji lebih dahulu. Pencarian
pengetahuan lebih cenderung trial and error dan berdasarkan pengalaman
belaka. Sedangkan manusia sendiri adalah makhluk sosial yang senantiasa
membutuhkan orang lain oleh karena itu manusia senantiasa membutuhkan interaksi
dengan manusia lain.
Pengetahuan
manusia pada umumnya berarti komunikasi dengan kenyataan bersamanya dalam hal ide
dan kesadaran. Manusia menerima pengaruh dari lingkungan, baik dunia maupun
masyarakat. Ia memahaminya dan mengungkapkannya, dan sebaliknya dia memberikan
makna kepadanya. Maka pengetahuan itu bersifat dialogal.
Dalam
rangka pengetahuan yang esuai dengan hakikatnya, dalam manusia dapat dibedakan
sekurang-kurangnya tiga rangkap
penetahuan yang berbeda menurut tingkat dan kualitas kemampuannya,
tetapi yang pada hakikatnya merupakan kesatuan. Masing-masing mempunyai tekannya
yang khas.
1. Pengetahuan
inderawi
Dimiliki
manusia melalui kemampuan indera. Pengetahuan ini bersifat parsial, itu disebabkan oleh perbeda antara indera yang satu dengan
yang lain. Pengetahuan inderawi berbeda menurut perbedaan indera dan terbatas
pada sensibilitas organ-organ tertentu. Pengetahuan indera hanya terletak pada
permukaan kenyataan, karena terbatas pada hal-hal inderawi secara individual,
dan dilihat hanya dari segi tertentu saja. Oleh karena itu secara objektif
pengetahuan yang di tangkap oleh satu indera saja, tidak dapat dipandang
sebagai pengetahuan utuh.
2. Pengetahuan
naluri
Presepsi
dan naluri merupakan daya khas yang dimiliki oleh semua makhluk yang mmiliki
psicy, dalam rangka mempertahankan hidup dan melangsungkan kehiupan di alam.
Naluri merupakan bagian misteri alam khidupan, sejauh telah memperlihatkan
bayangan kesadaran yang pertama, entah secara lmah atau kuat. Pengetahuan ini
misalnya nampak dalam presepsi yang disertai emosi-emosi spontan, seperti
ketakutan, kemarahan, dan rasa gembira.
3. Pengetahuan
Rasional
Pengetahuan
ini di dasarkan pada kesadaran akan sebab musabab suatu keputusan. Ia tak
terbatas pada kepekaan indera tertentu, dan tidak hanya tertuju pada ojek
tertentu.
-
Pengetahuan biasa
Yakni
pengetahuan tanpa usaha khusus. Brsifat intuitif-spontan dan tidak seberapa
memakai penalaran normal.
-
Pengetahuan ilmiah
Yakni
pengetahuan yang terorganisasi. Yaitu dengan sistem dan metode berusaha mencari
hubungan-hubungan tetap diantara gejala-gejala yang ada.
4. Pengetahuan
intuitif atau imajinatif
Pengetahuan
ini tetap termuat dalam rasionalitas pada umumnya, tetapi agak dilawankan
dengan pengetahuan rasional sejauh itu justru menekankan sistematika dan
kekuatan metodis.[4]
B.
Dalil
Perilaku Orang Berilmu
أَمَّنۡ هُوَ قَٰنِتٌ ءَانَآءَ ٱلَّيۡلِ سَاجِدٗا
وَقَآئِمٗا يَحۡذَرُ ٱلۡأٓخِرَةَ وَيَرۡجُواْ رَحۡمَةَ رَبِّهِۦۗ قُلۡ هَلۡ
يَسۡتَوِي ٱلَّذِينَ يَعۡلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعۡلَمُونَۗ إِنَّمَا
يَتَذَكَّرُ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ ٩
9. (apakah kamu Hai orang musyrik yang
lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud
dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat
Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan
orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah
yang dapat menerima pelajaran.
Ayat ini berisi karakteristik
orang-orang mukmin yang selalu taat kepada Tuhan dengan beribadah di waktu
malam, takut terhadap siksa akhirat, dan mengharap kasih sayang Tuhan. Selain
itu, ayat ini juga membandingkan kedudukan dua kelompok: kelompok orang kafir
yang inkonsisten dalam beragama dan kelompok orang mukmin yang teguh dan
konsisten. Dan jawabannya jelas tidak sama, demikian halnya tidak sama antara
orang yang mengetahui dan tidak. Dan di ayat terakhir tertuliskan bahwasannya
hanya ulul albab yang bisa mengambil pelajaran dari hal tersebut. Makna
mengambil pelajaran yang dimaksud adalah kesanggupan melakukan refleksi dan
aksi, sehingga ulul albab merupakan representasi orang-orang yang mampu
memadukan sosok qaanit (kaya amal kebaikan) dan sosok ‘alim (berwawasan
luas). Berkaitan dengan ini, apabila sesuatu yang pernah terjadi pada diri
seseorang dan ia bisa mengambil hikmah darinya sebagai pijakan untuk melangkah
kedepan dan memperbaiki diri merupakan pemandu menuju kebaikan hidup.[5]
Allah SWT memerintahkan kepada Rasul
Nya agar menanyakan kepada orang-orang kafir Quraisy, apakah mereka lebih
beruntung ataukah orang yang beribadat di waktu malam, dalam keadaan sujud dan
berdiri dengan sangat khusyuknya. Dalam melaksanakan ibadahnya itu timbullah
dalam hatinya rasa takut kepada azab Allah di kampung akhirat, dan memancarlah
harapannya akan rahmat Allah.
Perintah yang sama diberikan Allah
kepada Rasul Nya agar menanyakan kepada mereka apakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Yang dimaksud dengan
orang-orang yang mengetahui ialah orang-orang yang mengetahui pahala yang akan
diterimanya, karena amal perbuatannya yang baik, dan siksa yang akan
diterimanya apabila ia melakukan maksiat. Sedangkan orang-orang yang tidak
mengetahui ialah orang-orang yang sama sekali tidak mengetahui hal itu, karena
mereka tidak mempunyai harapan sedikutpun akan mendapat pahala dari perbuatan
baiknya, dan tidak menduga sama sekali akan mendapat hukuman dan amal buruknya.
Di akhir ayat Allah SWT menyatakan
bahwa orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran, baik
pelajaran dari pengalaman hidupnya atau dari tanda-tanda kebesaran Allah yang
terdapat di langit dan di bumi serta isinya, juga terdapat pada dirinya atau
suri teladan dari kisah umat yang lalu.
C.
Orang Berilmu dan Orang Tidak
Berilmu
Anjuran untuk mencari ilmu sangat banyak. Selain derajatnya
yang ditinggikan, keutamaan orang yang berilmu daripada tidak berilmu sangat
berbeda. Bahkan kalau sama-sama dinilai, amal orang berilmu jauh lebih baik
daripada amal orang yang tak berilmu meskipun kuantitas amal orang yang berilmu
jauh di bawah. Seperti yang disampaikan Rasululah SAW.,”Dua rakaat shalat orang alim lebih baik dari seribu rakaat sholat
orang bodoh.” Juga “Tidur seorang
alim lebih baik daripada ibadah seorang jahil.”
Begitulah Rasulullah saw. memberikan keutamaan orang yang
berilmu. Tetapi akan sangat baik jika seorang yang berilmu mau mengamalkan
ilmunya, seperti yang di katakan Ali bin Abi Thalib “Ada kelompok orang yang membuat punggungku patah, Pertama, Orang bodoh
yang puas dengan kebodohannya. Dan yang kedua, orang alim yang tidak
mengamalkan ilmunya .”[6]
Adapun perbedaan orang yang berlmu dan tidak berilmu :
1. Orang yang berilmu dapat meluruskan
aqidahnya dari kesesatan dan penyimpangan, serta tidak mudah goyah dan goncang
oleh berbagai macam syubhat dan syahwat. Berbeda dengan orang yang jahil yang
mudah terpengaruh kesana-kemari.
2. Orang yang berilmu dapat mengamalkan
ilmunya, adapun orang yang jahil tidak mampu beramal karena dia tidak
mengetahui apa yang harus diamalkan.
3. Orang yang berilmu amalan menjadi
lurus,yaitu dapat memenuhi yarat diterimanya ibadah. Adapun orang yang jahil
apabila dia beramal maka lebih banyak salahnya daripada benarnya.
4. Orang yang berilmu tidak saja
memberi manfaat untuk dirinya dengan mengamalkan ilmunya, tapi dia juga dapat
mengajarkannya pada orang lain. Adapun orang yag jahil meskipun dia ahli ibadah
maka manfaatnya hanya untuk diri sendiri saja.
5. Diamnya orang yang berilmu adalah
ibadah, karena diamnya seorang alim ini sedang membentuk keakinan yang kokoh
dan benar tentang Allahu ta’la, sehingga mereka memiliki rasa takut,dan mereka
disamakan sedang melakukan ibadah hati.
BAB III
KESIMPULAN
Melalui
tulisan ini kita jadi mengetahui bahwa pengetahuan manusia pada umumnya berarti
komunikasi dengan kenyataan bersamanya dalam hal ide dan kesadaran. Manusia
menerima pengaruh dari lingkungan, baik dunia maupun masyarakat. Ia memahaminya
dan mengungkapkannya, dan sebaliknya dia memberikan makna kepadanya. Maka
pengetahuan itu bersifat dialogal.
Dalam
rangka pengetahuan yang esuai dengan hakikatnya, dalam manusia dapat dibedakan
sekurang-kurangnya tiga rangkap
penetahuan yang berbeda menurut tingkat dan kualitas kemampuannya,
tetapi yang pada hakikatnya merupakan kesatuan. Masing-masing mempunyai tekannya
yang khas.
Orang yang berilmu memiliki kedudukan yang
sangat tinggi dalam agama islam ini, dan orang yang berilmu itu sangat berbeda
sekali dengan orang yang tak berilmu/bodoh. Dan islam sangat memberikan
apresiasi yang sangat besar dan memberikat derajat yang tiggi terhadap orang
yang berilmu.
[1]
. Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, Cet.
XI, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hal. 85.
[2] . Burhanuddin Salam, Logika Materiil (Filsafat Ilmu Pengetahuan),
Cet. I, (Bandung: Rineka Cipta, 2003), hal. 28.
[3] . Burhanuddin Salam, Logika
Materiil …. hal. 29.
[4] Anton
Bakker, Ahcmad Charris Zubair, Metodelogi
Penelitian Filsafat,(Jakarta: Kanisius 1994),hal.21-25
[6] . KH.Anwar
Sanusi,”Pohon Rindang” Upaya Menggapai
Makna Hidup Sejati.(Jakarta: Gema Insani).hlm.31
Daftar Pustaka
Arif Mahmud.2009. Menyelami Makna Kewahyuan KItab Suci.Yogyakarta: Idea Press
Bakhtiar Amsal.2012. Filsafat Ilmu, Cet. XI. Jakarta: Rajawali Pers
Bakker Anton, Ahcmad Charris Zubair.1994. Metodelogi Penelitian Filsafat,Jakarta: Kanisius
Salam Burhanuddin.2003. Logika Materiil (Filsafat Ilmu Pengetahuan).Cet. I.Bandung: Rineka Cipta
Sanusi KH.Anwar.”Pohon Rindang” Upaya Menggapai Makna Hidup Sejati.Jakarta: Gema Insani
Biodata Diri
Nama Lengkap : Ayu Zulfianah
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Pekalongan,04 Januari 1999
Agama : Islam
Alamat : Jl. Labuhan, RT/RW 04/01,Desa Degayu Pekalongan Utara
Nomor Telepon : 085328794819
Tinggi Badan : 157 cm
Status Pernikahan : Belum Menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Jenjang Pendidikan
- SD : MII DEGAYU 01
- SMP : SMP N 17 PEKALONGAN
- SMA : SMK N 3 PEKALONGAN
Data Keluarga
- Nama Ayah : Riyanto
- Nama ibu : Darwanah
- Jumlah saudara : 3 ( tiga )
- Nama Saudara
o Dwi Yulianah
o Said Sufiyanto
o Emil Sofianah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar