SUBYEK PENDIDIKAN HAKIKI
(KARAKTER ALLAH SEBAGAI PENDIDIK)
QS. Al-Fatihah, 1: 1-4
Ana Zulaihatul
Muslimah
NIM. (2117224)
Kelas: D
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan islam mempunyai tujuan akhir yaitu agar
terciptanya insan kamil. Untuk mengaktualisasikan tujuan tersebut, seorang
pendidik mempunyai tanggung jawab dalam mengantarkan peserta didik ke arah yang
dimaksud, sehingga peran pendidik dalam dunia pendidikan sangatlah penting.
Pendidik adalah orang dewasa yang membimbing anak agar
anak bisa menuju ke arah kedewasaan. Pendidik yang bertanggung jawab di
lingkungan keluarga adalah orang tua, di lingkungan sekolah adalah guru, di
lingkungan masyarakat adalah orang – orang yang terlibat dalam kegiatan,
seperti pengasuh anak yatim piatu dan pembimbing kelompok bermain.
Kewajiban seorang pendidik tidak hanya memberikan ilmu
pengetahuan tetapi juga dituntut untuk mengajarkan nilai-nilai pada peserta
didik, bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana karakter
pendidik?
2. Bagaimana
dalil karakter Allah sebagai pendidik?
3. Apa yang dimaksud Al
asma’ al husna ?
C.
Tujuan Makalah
1.
Untuk mengetahui karakter pendidik
2.
Untuk mengetahui dalil tentang karakter Allah sebagai
pendidik
3.
Untuk mengetahui Al asma’ al husna
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Karakter Pendidik
Ada
lima kategorisasi karakteristik pendidik menurut Al Qur’an, antara lai yaitu:
1.
Karakteristik keimanan (imaniyah)
Karakteristik
keimanan merupakan fondasi bagi setiap muslim, apalagi bagi seorang pendidik.
Yang termasuk bagian dari karakter iman adalah takwa (Q.S Al Baqarah 2: 197,
Q.S Al Thalaq 65: 2-4). Semua pendidik dipastikan memiliki sifat keimanan.
Sikap takwa dan keikhlasan tersebut tercermin dari sikap konsisten dengan apa
yang dikatakan. Seorang pendidik harus memiliki jiwa ketuhanan (Rabbani),
selalu mendekatkan diri (taqarrub) dan mengingat Tuhannya.
2.
Karakteristik Moral/akhlak (Khuluqiyah)
Beberapa
karakter yang termasuk di dalam karakteristik moral/akhlak misalnya perilaku
jujur (shidiq), penyayang (rahmah), bersahabat (rifq),
santun (hilm) tapi tidak lemah, kuat tapi tidak kasar (Q.S Ali Imran 3:
159), rendah hati (tawadhu’), tidak sombong, sabar, menahan amarah, dll.
3.
Karakteristik fisik (jismiyah)
Seorang
pendidik secara fisik haruslah bergaya hidup sehat, bersih, rapi, dan enak
dipandang. Tidak menunjukkan kepada peserta didiknya perilaku yang syubhat
dan perbuatan yang sia-sia. Dia seharusnya menjadi motivator untuk melakukan
perbaikan dan perubahan.
4.
Karakteristik akal dan spiritual (al-aqliyah wa al
nafsiyah)
Yang
termasuk dalam kategori ini di antaranya adalah cerdas (dzaki), yang mumpuni
keilmuannya, seperti dapat dilihat pada sosok al rasikhuna fi al ilm, ulu
albab , uli al Nha, dan ulama’. Tepat dalam mengambil keputusan,
tidak peragu, suka bermusyawarah atau bertukar pikiran (Q.S Al-Syura 38 dan Ali
Imran 159), selalu belajar dan berusaha meningkatkan dan menambah pengetahuan
mutakhir, tidak gagap teknologi.
5.
Karakteristik profesional (al Mihnah)
Seorang
pendidik yang baik seharusnya memiliki kompetensi akademik (keilmuan) yang
diwujudkan dalam bentuk penguasaan materi, dan mempunyai kompetensi pedagogi
dengan menerapkan metode pengajaran yang tepat kepada anak didiknya sesuai
dengan situasi dan kondisi.[1]
B.
Dalil Karakter Allah sebagai Pendidik
Q.S
Al Fatihah 1: 1-4
(1)
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحَيْمِ
(2) اَلْحَمْدُ لِلّهِ
رَبِّ الْعلَمِيْنَ
(3) الرَّحْمنِ
الرَّحِيْمِ
(4) ملِكِ يَوْمِ
الدِّيْنِ
Terjemah:
1)
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang
2)
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam
3)
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
4)
Pemilik (Raja) Hari Pembalasan
Tafsiran:
1)
Ayat pertama
Pengertian bi (بِ) yang
diterjemahkan dengan kata “dengan” berarti “memulai” sehingga bismillah
berarti “saya atau kami memulai dengan nama Allah”. Bi juga dikaitkan
dalam benak dengan kata “kekuasaan dan pertolongan”. Pengucapan basmalah
seakan-akan berkata “Dengan kekuasaan Allah dan pertolongan-Nya, pekerjaan yang
sedang saya lakukan ini dapat terlaksana.” Kata ism (اِسْمٌ) diambil dari
kata as-sumuw (السُّمُوُّ) yang berarti “tinggi” atau as-simah (السِّمَةُ) yang berarti
“tanda”. Nama disebut ism, karena ia seharusnya dijunjung tinggi atau karena ia
menjadi tanda bagi sesuatu.[2]
Dimulainya surat Al Fatihah dengan lafaz
bismillahirrahmaanirrahiim dimaksudkan untuk memberi petunjuk kepada
hamba-hamba-Nya agar memulai suatu pekerjaan dengan lafaz tersebut.[3]
2)
Ayat kedua
Maksud dari lafaz al-hamdu dari segi bahasa adalah pujian
atau sanjungan terhadap perbuatan baik yang dilakukan oleh seseorang melalui
usahanya apakah semula ia mengharap pujian atau tidak. Kata ini selanjutnya
menjadi pangkal kalimat penyataan syukur, sebagaimana Allah tidak bersyukur
kepada seorang hamba yang tidak memuji-Nya. Kata Rabb dapat berarti pemilik yang
mendidik yaitu orang yang mempengaruhi orang yang dididiknya dan memikirkan
keadaannya.
Pendidikan yang dilakukan Allah terhadap manusia ada dua
macam, yaitu pendidikan, pembinaan atau pemeliharaan terhadap kejadian fisiknya
yang terlihat pada pengembangan fisiknya sehingga mencapai kedewasaan, serta
pendidikan terhadap perkembangan potensi kejiwaan dan akal pikirannya,
pendidikan agama dan akhlaknya yang terjadi dengan diberikannya potensi-potensi
tersebut kepada manusia, sehingga dengan itu semua manusia akan mencapai
kesempurnaan akalnya dan bersih jiwanya.
Adapun kata Al alamin meliputi seluruh yang tampak ada. Yang
masuk ke dalam kelompok ini adalah alam manusia, alam binatang, alam tumbuhan.
Adanya kata Rabb yang mendahului kata alam tersebut berarti mendidik,
membina, mengarahkan dan mengembangkan yang mengharuskan adanya unsur kehidupan
seperti makan dan minum serta berkembang biak.
Dapat disimpulkan bahwa setiap pujian yang baik hanyalah
untuk Allah karena Dia-lah segala sumber yang ada. Dialah yang menggerakkan
seluruh alam dan mendidiknya mulai dari awal hingga akhir dan memberikannya
nilai-nilai kebaikan dan kemaslahatan.
3)
Ayat ketiga
Makna ar rahman adalah yang memberikan kenikmatan
yang baik kepada hamba-hamba-Nya tanpa mengenal batas dan akhir. Lafaz ini
hanya untuk Allah dan tidak dapat dilekatkan pada yang lain-Nya. Sedangkan ar
rahim adalah zat yang padanya terdapat sifat rahmah (kasih sayang) yang
daripadanya dapat timbul perbuatan yang baik. Ar rahman dan ar rahim dalam ayat
ketiga ini bertujuan menjelaskan bahwa pendidikan dan pemeliharaan Allah
sebagaimana disebutkan pada ayat kedua , sama sekali bukan untuk kepentingan
Allah atau sesuatu pamrih.
4)
Ayat ke empat
Kata Maliki berarti mengatur perilaku orang-orang yang
berakal dengan cara memberikan perintah, larangan dan balasan. Hal ini sejalan
dengan dengan ungkapan Malik an naas yang menguasai manusia. Sedangkan
lafaz al Tin dari segi bahasa digunakan untuk pengertian al hisab yakni
perhitungan, dan berarti pula memberikan kecukupan, pembalasan yang setara
dengan perbuatan yang dilakukan manusia semasa hidup di dunia.[4]
C.
Al Asma’ Al Husna
Allah swt. Memiliki nama sekaligus sifat yang sangat baik
dan sempurna. Nama-nama tersebut terangkum di dalam Al Asma’ Al Husna yang
berjumlah 99. Allah swt. Memiliki sifat Maha dalam segalanya, termasuk memiliki
jumlah nama sekaligus sifat yang paling banyak. Al Asma’ Al Husna sebagai
nama-nama dan sekaligus sifat Allah swt. Merupakan contoh bagi manusia untuk
dipelajari, dimengerti, dihafalkan, dan diamalkan di dalam kehidupan
sehari-hari. Sehingga cita-cita setiap manusia untuk meraih kehidupan bahagia
dunia dan akhirat menjadi kenyataan.
Al Asma’ Al Husna yang terkandung dalam Q.S Al Fatihah
ayat 1-4 antara lain:
Allah, kata ini berakar dari kata walaha (وَلَهَ) yang berarti
“mengherankan”, atau “menakjubkan”. Tuhan dinamai Allah karena segala
perbuatan-Nya menakjubkan dan bila dibahas hakikat-Nya akan mengherankan, dalam
arti hakikat zat-Nya tidak mungkin akan terjangkau oleh pikiran
makhluk-makhluk-Nya. Ar rahman yaitu Maha Pengasih, yang memberi kenikmatan
yang baik kepada makhluk-Nya. Ar rahim yaitu Maha Penyayang. Sifat Ar rahman
Allah meliputi seluruh makhluk Allah baik yang beriman maupun yang kafir. Sifat
Ar rahim adalah khusus bagi hamba-Nya yang beriman. Al Malik yaitu maha
Menguasai.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Karakteristik pendidik meliputi lima hal, yaitu:
Karakteristik keimanan (imaniyah), Karakteristik Moral/akhlak (Khuluqiyah),
Karakteristik fisik (jismiyah), Karakteristik akal dan spiritual (al-aqliyah
wa al nafsiyah), dan Karakteristik profesional (al Mihnah).
Pendidikan yang dilakukan Allah terhadap manusia ada dua
macam, yaitu pendidikan, pembinaan atau pemeliharaan terhadap kejadian fisiknya
yang terlihat pada pengembangan fisiknya sehingga mencapai kedewasaan, serta
pendidikan terhadap perkembangan potensi kejiwaan dan akal pikirannya,
pendidikan agama dan akhlaknya yang terjadi dengan diberikannya potensi-potensi
tersebut kepada manusia, sehingga dengan itu semua manusia akan mencapai kesempurnaan
akalnya dan bersih jiwanya.
DAFTAR PUSTAKA
Shihab, M. Quraish. 2001. Tafsir Al Qur’an Al Karim. Pustaka Hidayah
Nata, H. Abuddin. 2002. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan (Tafsir Al Ayat Al
Tarbawiy). Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Abdul Fadhil, 2015, “Karakteristik Pendidik Menurut Al
Qur’an (Analisis Kajian Tafsir Maudhu’i)” Jurnal Studi Al Qur’an; Membangun
Tradisi Berfikir Qur’ani. Voll. 11 No. 1, 2015
BIODATA PENULIS
Nama : Ana Zulaihatul
Muslimah
Nim :
2117224
Fakultas : FTIK
Jurusan : PAI
TTL :
Pemalang, 12 Februari 1998
Alamat :
RT 07/RW 02 Desa Kendalsari, Kecamatan Petarukan,
Kabupaten Pemalang.
Riwayat Pendidikan :
1.
SD Muhammadiyah 02 Kendalsari
2.
SMP N 3 Petarukan
3.
SMA N 1 Pemalang
[1] Abdul Fadhil, 2015, “Karakteristik Pendidik
Menurut Al Qur’an (Analisis Kajian Tafsir Maudhu’i)” Jurnal Studi Al Qur’an;
Membangun Tradisi Berfikir Qur’ani. Voll. 11 No. 1, 2015, hlm. 45-46.
[2] M. Quraish Shihab, Tafsir AL Qur’an Al Karim,
(Pustaka Hidayah, 2001) hlm 8-9.
[3] H. Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan
(Tafsir Al Ayat Al-Tarbawiy) , (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2002) hlm
24.
[4] H. Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan
(Tafsir Al Ayat Al-Tarbawiy) , (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2002) hlm
24-27.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar