SUMBER-SUMBER ILMU
PENGETAHUAN
MAKALAH
Disusun guna memenuhi
tugas :
Mata kuliah : Hadits Tarbawi II
Dosen pengampu : M.Ghufron Dimyati, M.S.I
Disusun Oleh :
Fiza Umami
2021 111 152
Kelas/ Semester: D/ IV
JURUSAN TARBIYAH ( PAI )
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Objek ilmu menurut ilmuwan Muslim mencakup alam materi dan
nonmateri. Karena itu, sebagai ilmuwan muslim khususnya kaum sufi melalui
ayat-ayat Al-Qur’an memperkenalkan ilmu yang mereka sebut al-hadharat
Al-Ilahiyah al-Khams (lima kehadiran Ilahi) untuk menggambarkan hierarki
keseluruhan realitas wujud. Kelima hal tersebut adalah: (1) alam nasut (alam
materi), (2) alam malakut (alam kejiwaan), (3) alam jabarut (alam ruh), (4)
alam lahut (sifat-sifat Ilahiyah), dan (5) alam hahut (wujud zat ilahi)
Tentu ada tata cara dan sarana yang harus digunakan untuk meraih
pengetahuan tentang kelima hal tersebut. Dalam surat An-Nahl ayat 78 yang
artinya:
Allah mengeluarkan kamu dari perut
ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia mermberi kamu
pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur (menggunakannya sesuai
petunjuk Ilahi untuk memperoleh pengetahuan).
Ayat ini mengisyaratkan penggunaan empat sarana yaitu, pendengaran,
mata (penglihatan) dan akal, serta hati.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
MANFAAT PANCA INDRA UNTUK MENCARI ILMU
A.
MATERI HADIST
حَدَّثَناَ
مَحْموْدُ بْنِ غَيْلآنَ، أَخْبَرَنَا أَبُوْدَاوُدَ، أْنْبَأَنَا شُعْبَةً عَنْ
سِمَاكِ بْنِ حَرْبٍ قلَ سَمِعْتُ عَبْدَ الرَّحْمنِ بْنَ عَبْدُاللهِ بْنِ
مَسْعُوْدٍ يحَدِّثُ عَنْ أَبِيْهِ قَالَ: سَمِعْتٌ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: نَضَّراللهُ امْرأَ سَمِعَ مِنَّا شَيْئاً
فَبَلَّغَهُ كَمَا سَمِعَهُ فَرُبَّ مُبَلَّغٍ أَوْعى مِنْ سَامِعٍ.
B.
TERJEMAH HADIST
Mahmud bin
Ghailan menceritakan kepada kami, Abu Dawud memberitahukan kepada kami, Syu’bah
menceritakan kepada kami, dari Simak bin Harb berkata: “Aku mendengar Abdur
Rahman bin Abdillah bin Mas’ud menceritakan dari ayahnya berkata: “Aku
mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Allah mengelokkan rupa seseorang yang
mendengar hadist dari kami lalu ia menyampaikannya seperti apa yang ia dengar,
banyak penyampai lebih bisa menjaga daripada pendengar”.[1]
C.
MUFRODAT
Berseri/melezatkan/menikmatkan
|
نَضَّرَ
|
Seseorang
|
أِمْرَأً
|
Mendengar
|
سَمِعَ
|
Sesuatu
|
شَيْئاً
|
Menyampaikan
|
فَبَلَغَهُ
|
Lebih
paham/paham
|
أَوْعَى
|
Orang
yang mendengar
|
سَامِعَ
|
D.
BIOGRAFI RAWI
‘Abdullah ibn
Mas’ud adalah ‘Abdullah ibn Mas’ud ibn Ghafil ibn Habib Al Hudzaly, seorang
sahabat Nabi yang dahulu pernah bersumpah setia kepada Bani Zuhra.
Ibu beliau
bernama Ummu ‘Abdillah bin Abu Daud ibn Sau’ah yang juga memeluk agama Islam di
permulaan Islam, berhijrah dua hijrah, turut dalam perang Badar dan
peperangan-peperangan selanjutnya dan beliau selalau menyertai Nabi dan menjadi
penjaga sepatu Nabi.
Beliau
meriwayatkan sejumlah 848 hadits. Bukhari dan Muslim menyepakati sejumlah 64
hadits, 21 di antaranya diriwayatkan oleh Bukhari sendiri dan 35 di antaranya
oleh Muslim.
Hadits-hadits
beliau diriwayatkan oleh 2 orang puteranya yaitu ‘Abdur Rahman dan Abu ‘Ubaidah, putra
saudaranya ‘Abdullah ibn Utabah dan istrinya Zainab ats Tsaqatsiyah.
Di antara para
sahabat yang menerima hadits dari beliau ialah ‘Abdillah, Abu Musa, Abu Rafi’,
Abu Syuraih, Abu Sa’id, Jabir, Anas, Abu Ju’hafah, Abu Umamah dan Abuth
Thufail.
Di antara para
tabi’in ialah Alqamah, Masruq, Syuraih, Al Qadli, Abu Wa’il Abdurrahman ibn Abi
Laila, Abu Utsman an Nabdy dan lain-lain.
Rasulullah
mempersaudarakan beliau dengan Az Zubair dan sesudah hijrah beliau
dipersaudarakan dengan Sa’ad ibn Mu’adz. Abu Nu’aim berkata, Ibnu Mas’ud
adalah aggota yang keenam dari
anggota-anggota masyarakat Islam.
Beliau menerima
langsung dari Rasul sejumlah 70 surat-surat Al Qur’an. Beliaulah orang yang
mula-mula berani membaca Al Qur’an dengan suara yang nyaring di hadapan orang
quraisy di Makkah.
Abu Musa
berkata, “Saya dan saudara saya datang dari Yaman, kami menyangka Ibnu Mas’ud
salah seorang keluarga Nabi SAW. Karena kami melihat beliau selalu keluar masuk
rumah Nabi”.
Di waktu
‘Utsman memerintahkan supaya Ibnu Mas’ud datang ke Madinah, penduduk Kufah
berkata kepadanya, “Janganlah anda pergi, kami akan melindungi anda dari segala
sesuatu yang anda tidak sukai”. Ibnu Mas’ud menjawab, “Saya mempunyai kewajiban
mentaati ‘Utsman dan saya tidak suka menjadi orang yang pertama membuka pintu
kekacauan”.
Beliau wafat di
Madinah pada tahun 32 H dan dikebumikan di Al-Baqi’. Jenazah beliau
disembahyangkan oleh ‘Utsman.[2]
MUKHARIJ
Nama lengkap
Imam al-Turmuzi, ialah Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Sawrah bin Musa bin
al-Dahhak al-Zulami al-Bugi al-Turmuzi. Versi lain menyebutkan Muhammad ‘Isa
bin Sawrah bin Syaddad, atau Muhammad bin ‘Isa bin Yazid bin Sawrah bin
al-Sakan. Ia dilahirkan di Turmuz pada tahun 209 H, dan di kota ini wafat dalam
usia 70 tahun. Sebagai sosok ulama, ia mendapat penilaian yang positif. Abu
Ya’la al-Khalili menyatakan, ia adalah seorang yang tsiqoh (terpercaya)
dan ke-siqah-annya ini disepakati ulama.
Ibnu Hibban
al-Busti mengakui kemampuan al-Turmuzi dalam usahanya menghimpun, menyusun, menghafal
dan meneliti hadits, sehingga ia menjadi sumber pengambilan hadits bagi ulama
terkenal. Meski demikian, ada komentar ganjil yang dikemukakan oleh Ibnu Hazm,
Bahwa al-Turmuzi adalah sosok yang tidak dikenal ulama (majhul). Tetapi
sebagian ulama menyatakan, bahwa anggapan Ibnu Hazm ini tidak mempengaruhi
ketokohan al-Turmuzi dalam bidang hadits.
Kesungguhan
al-Turmuzi dalam menggali hadits, tampak dari sumber yang digalinya, yakni guru
(‘al-Syaykh’) yang dituju. Sumber yang digunakannya disamping banyak yang sama
dengan sumber lima orang periwayat lainnya dari Kuttub al-Sittah, namun
al-Turmuzi juga banyak menggali dari sumber yang lebih tua dari berbagai Syaykh
al-Imam lainnya.
Dalam bidang
hadits, al-Turmuzi merupakan murid al-Bukhari, sehingga pendapat al-Bukhari
tentang nilai hadits sering ditampilkan didalam sunannya. Karena itu sudah
sewajarnyalah bila al-Turmuzi dinilai sebagai tokoh penting dalam bidang
hadits. Lebih jauh zaman di mana ia tampil memiliki perspektif baru karena
ditandai dengan pemisahan antara hadits shahih dengan hadits hasan dalam
istilah shahih, sehingga ia mengklasifikasikan hadits menjadi shahih, hasan dan
dho’if.
Kitab Sunan
al-Turmuzi, rujukan pengambilan hadits tentang sekte-sekte menjadi sangat
penting bagi studi hadits. Karena al-Turmuzi di dalam kitabnya ini sangat
memperhatikan tentang ta’lil atau proses cacatnya hadits dengan
menyebutkan secara eksplisit hadits yang sahih yang tidak secara rinci. Karena
itu kitab tersebut dapat dipakai sebagai penerapan kaidah-kaidah ilmu hadits
secara nyata, khususnya dalam bidang ‘Ilal al-hadits.
Uraian diatas memberikan petunjuk bahwa peran al-turmuzi dalam
meriwayatkan hadits tentang sekte-sekte sangat berarti, setidaknya ada dua
alasan, dari segi pribadi sebagai periwayat hadits, ia dikenal sebagai seorang
yang siqah. sedangkan dari segi metodologis, ia telah memberikan
penilaian terhadap hadits tersebut secara eksplisit.[3]
E.
KETERANGAN HADITS
Sesungguhnya
Allah SWT telah menganugerahkan kepada manusia beberapa hidayah (petunjuk) yang
satu lebih tinggi dari yang lain. Dengan hidayah tersebut manusia dapat
mengerti dirinya sendiri, mengetahui alam semesta yang ada disekitarnya, serta
mengenal pencipta sebagai asalnya dan mengetahui tempat kembali serta risalah
(misi)nya dalam hidup.
Allah SWT
memberi petunjuk dalam bentuk indra. Indra yang paling penting adalah
pendengaran dan penglihatan agar manusia dapat berinteraksi dengan alam di mana
ia hidup menghadapi berbagai masalahnya dan bergaul dengan para penghuni alam
tersebut. Manusia juga dapat memanfaatkan kedua indra tersebut untuk mencapai
tujuan dan hidupnya.
F.
ASPEK TARBAWI
Dari keterangan
hadits di atas menjelaskan bahwa apabila kita mempunyai pengetahuan alangkah
baiknya kalau kita menyampaikan juga kepada yang lainnya, bagi siapapun yang
mempelajari suatu ilmu dan mengamalkannya maka orang yang mengamalkannya itu
akan masuk surga dan ilmunya akan bermanfaat dan bertambah.
Seperti halnya
ulama yang mengamalkan ilmunya secara terus menerus, mereka meningkat dalam
tingkatan keutamaan dan ilmu sehingga meraih hidayah secara sempurna dan meraih
keuntungan dengan tempat yang disenanginya di sisi Tuhan yang Maha Kuasa.
2.
DORONGAN UNTUK MEMANFAATKAN PANCA INDRA
A.
MATERI HADITS
وَعَنْ اَبِى وَائِلٍ عَنْ عَبْدِاللهِ: بِمِثْلِهِ قَالَ: وَكَانَ
يُعَلِّمُنَا كَلِمَاتٍ, وَلَمْ يَكُنْ يُعَلِّمُنَا هُنَّ كَمَا يُععَلِّمُنَا
التَّشَهُّدَ: اَللهُمَّ اَلْفِ بَيْنَ قُلُوْبِنَا, وَاَصْلِحْذَاتَ بَيْنِنِا,
وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمتِ اِلىَ النُّوْرِ,
وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَ مِنْهَا وَمَابَطَنَ, وَبَارِكْلَنَا فِى
اَسْمَاعِنَا وَاَبْصَرِنَا وَقُلُوْبِنَا وَاَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّتِنَا, وَتُبْ
عَلَيْنَا أِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ, وَاجْعَلنَا شَاكِرِيْنَ
لِنِعْمَتِكَ, مُثْنِيِيْنَ بِهَا, وَاَتِمَّهَا عَلَيْنَا.[4]
B.
TERJEMAH HADITS
Dari Abi Waail dari Abdullah dengan hadits yang sama dia berkata:
Beliau biasa mengajarkan kami beberapa kalimat, dan beliau tidak mengajarkannya
kepada kami sebagaimana beliau mengajarkan tasyahud, yaitu: Allahumma allifi
baina quluubinaa, wa ashlih dzaata baininaa, wahdinaasubulus salaami wa
najjinaa minazh zhulumaati ilan nuuri, wa jannibnaal fawaahisya maa zhahara
minha wa maabathan, wa baarik lanaa fii asmaa’inaa wa abshaarina wa quluubinaa
wa azwaajinaa wa dzurriyyatinaa, wa tub’alainaa, innaka antat tawwabur rahiimu,
waj’alnaa syaakiriina lini’matika, mutsniyyiina bihaa, qaabiliihaa, wa
atimmahaa ‘alainaa. Wahai allah, rukunkanlah hati-hati kami, damaikanlah di
antara kami, tunjukilah kami kepada jalan kesejahteraan, selamatkanlah kami
dari kegelapan menuju kebenaran, jauhkanlah kami dari perbuatan-perbuatan keji
yang terang dan yang samar, limpahkanlah berkah kepada kami, pada pendengaran,
penglihatan, hati, istri, dan cucu kami, terimalah taubat kami, sesungguhnya
Engkau Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang, dan jadikanlah kami
orang-orang yang mensyukuri ni’mat Engkau berterimakasih lagi menerimanya, dan
sempurnakanlah ni’mat itu atas kami.[5]
C.
MUFRODAD
Mengajarkan
kami
|
يُعَلِّمُنَ
|
Hati-hati
kami
|
قُلُوْبِنَا
|
Damaikanlah
|
وَاَصْلِحْ
|
Tunjukilah
|
وَاهْدِنَا
|
Selamatkanlah
|
وَنَجِّنَا
|
Jauhkanlah
|
وَجَنِّبْنَا
|
Perbuatan
Keji
|
فَوَاحِشَ
|
Sempurnakanlah
|
وَاَتِمَّهَا
|
D.
BIOGRAFI RAWI
Nama lengkap Abu Dawud, ialah Sulaiman bin al-Asy’as bin Ishaq bin
Bisyri bin Syaddad bin ‘Amr bin ‘Imron al-Azdi al-Sijistani. Ia dilahirkan pada
tahun 202 H dan wafat dalam usia 73 tahun di kota Basrah. Ia dipandang sebagai
sosok ulama yang memiliki tingkat hafalan dan pemahaman hadis cukup tinggi, di
samping kepribadiannya yang wara’, taat beribadah dan sangat mendalam
pemahaman agamanya.
Pengakuan ulama tentang keahliannya di bidang hadits sangat
beralasan untuk menempatkan Abu Dawud sebagai Imam muhaddis (ahli hadis)
yang besar dan terpercaya. Kesungguhannya dalam melacak hadits dapat dilihat
dari perjalanannya menempuh jarak jauh dari Basrah ke al-Jazair, Khurasan,
Syam, Hijaz, Mesir dan lain-lainnya, juga uasahanya menggali hadits dari para Syaykh-nya.
Menurut penilaian Ibnu Mandah, Abu Dawud termasuk tokoh hadits yang
berhasil menyaring hadits-hadits sehingga ia dapat memisahkan antara hadits
yang sabit (tetap keabsahannya) dengan yang ma’lul (yang ada
cacatnya) dan antara yang benar dan yang keliru, di samping al-Bukhari, Muslim
dan Al-Nasa’i.
Berdasarkan data biografi di atas, boleh dikatakan bahwa Abu Dawud
adalah tokoh yang penting dikalangan ahli hadits sebagai buktinya bahwa
hadits-hadits yang ia riwayatkan dan himpunkan yang berjudul Sunan Abi Dawud,
diakui sebagai karya klasik yang menjadi pegangan para ulama hadits pada masa
sesudahnya, terutama bagi pihak yang berminat mengadakan studi tentang hadits
hukum (ahkam).
Dari segi metodologis, Abu Dawud telah melakukan penyaringan dari
sekitar 500.000 hadits atau sanad. Hasil penyaringan ini menghasilkan 4.800
hadits hukum, artinya hanya diambil kurang dari satu persen jumlah hadits yang
dikumpulkan. Dari kenyataan ini memberikan petunjuk bahwa Abu Dawud sangat
teliti dalam menyaring hadits. Akan tetapi dalam banyak naskah yang ditemukan
terdapat perbedaan, misalnya naskah yang
diriwayatkan oleh Ibn al-A’rabi Abu Sa’id Ahmad bin Muhammad bin Ziyad terdapat
kekurangan tiga bagian dalam hal ini istilahnya kitab dibandingkan naskah
lainnya. Misalkan dengan naskah riwayat Muhammad bin bin Ahmad bin ‘Amr
al-Lu’lu’i terdapat istilah kitab al-Fitan, kitab al-Malahim dan kitab
al-Huruf.[6]
E.
KETERANGAN HAIDTS
Berdo’a sesudah tasyahhud adalah wajib. Hanya doa yang kita ucapkan
sesudah tasyahhud itu hendaknya letaknya sesudah sholawat. Menurut an-Nasa’i
bahwa Nabi terkadang-kadang membaca shalawat sesudah tasyahhud dalam duduk
tasyahhud pertama. Jelaslah, kalau kita membaca juga shalawat sesudah tasyahhud
dalam tasyahhud pertama, hendaklah kita iringi do’a. Atau kalau kita hendak
berdoa dalam duduk tasyahhud pertama, hendaklah kita mendahulukannya dengan
shalawat.
Doa yang baca itu tidaklah ditentukan dengan doa yang dinukilkan
dari Nabi saja. Kita boleh berdoa dengan apa saja yang kita kehendaki.
Perbedaan duduk tasyahhud pertama dari duduk tasyahhud yang akhir,
hanyalah lama dan tidaknya. Duduk pertama harus lebih pendek dari duduk
tasyahhud yang akhir. Menurut pentahqiqan kami, tasyahhud pertama ini, dapat
diserupakan dengan amalan-amalan haji yang wajib dikerjakan, tetapi boleh
diganti dengan penyembelihan binatang.[7]
F.
ASPEK TARBAWI
Hadits di atas menjelaskan bahwa mewajibkan tasyahhud apabila kamu
duduk di tiap-tiap dua rakaat, doa yang kita baca tidak harus sama dengan doa
yang di baca oleh Nabi Muhammad SAW, melainkan kita bisa memilih doa yang kita
kehendaki selagi doa itu masih baik.
BAB III
PENUTUP
Dari keterangan-keterangan hadits di atas dapat kita simpulkan
bahwa apabila kita mempunyai ilmu walaupun itu sedikit kita harus menyampaikannya/mengamalkannya
lagi kepada yang membutuhkannya. Walaupun kita mengamalkan ilmu dan itu hanya
sedikit itu lebih baik dari pada tidak sama sekali.
Kita sebagai manusia mempunyai indra yang dalam makalah ini
dijelaskan yaitu indra pendengar, apabila kita mendengar ilmu dari guru kita
atau dari orang lain, alangkah baiknya kalau kita mengamalkan atau berbagai
kepada yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Munzdiry,
Hafiz. 1992. Terjemahan Sunan Abu Dawud. Semarang: CV. Asy-Syifa.
At-Tirmidzi,
Muhammad Isa bin Surah.1992. Terjemah Sunan At-Tirmidzi IV. Semarang:
CV.Asy-Syifa.
Ash Shiddieqy,
Teungku Muhammad Hasbi. 1997. Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits. Semarang:
PT. Pustaka Rizki Putra
Assa’idi,
Sa’dullah. 1996. Hadis-Hadis Sekte. Yogyakarta: Pustaka Pelajar cet.1
Ash-Shidieqy,
Teungku Muhammad Hasbi. 2011. Koleksi Hadits-Hadits Hukum 1. Semarang:
PT.
[1] Muhammad Isa bin Surah At Tirmidzi, Terjemah Sunan At-Tirmidzi
juz IV (Semarang: CV Adhi Grafika, 1992) hal 283-284
[2] Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu
Hadits (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 1997), hlm. 263-264
[3] Sa’dullah
Assa’idi, Hadis-Hadis Sekte (Yogyakarta: Pusaka Pelajar, 1996 cet I) hlm
49-50
[4] Hafizh Al
Munzdiri, Terjemahan Sunan Abu Dawud (Semarang: CV. Asy-Syifa 1992) hlm
660-661
[6] Op.cit
[7] Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shidieqy, Koleksi Hadits-Hadits Hukum
1 (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2011) hlm 676
NAMA: KHOLIS ARIFAH
BalasHapusNIM: 2021111293
KELAS: D
Assalamualaikum,
menurut pemakalah, lebih sulit mana antara memanfaatkan penglihatan dan pendengaran kita (orang normal) dalam mencari ilmu, jelaskan pendapat anda!
terimakasih atas prtanyaannya
Hapusmenurut saya yang lebih banyak dimanfaatkan oleh kita khususnya orang Indonesia adalah hanya pendengaran saja, sehingga kita hanya mendengar materi-materi yang disampaikan guru atau dosen. sedangkan penglihatan kurang kita gunakan untuk mencari ilmu, yaitu dengan penglihatan kita dapat mengamati apa yang ada disekitar kita, sehingga dengan penglihatan kita justru dapat mencari ilmu lebih dalam lagi.
jadi, intinya menurut saya lebih susah untuk memanfatkan penglihatan daripada pendengaran.
bagaimana tips untuk menyampaikan ilmu yang kita miliki tanpa ada kesan menggurui atau sok tahu..
BalasHapusterimakasih
terimakasih atas pertaanyaannya,,
Hapusmenurut saya cara menyaampaikan ilmu dengan baik atau biar kita tidak di bilang sok tahu itu dengan kita mengajar kepada temn atau siapapun yang kita ajari kita juga harus bisa menghargai pendapat dari orang yang kita ajari, mungkin bisa dikatakan sambil berdiskusi, menurut saya seperti itu,,
terimakasih,,
awaliyah nailis saadah
BalasHapus2021 111 339
D
bagaimana pemakalah menanggapi bila ada yang taqshidu qolby ikror billisan wal amal bil arkan akan tetapi tidak bisa melakukannya karena keterbatasan, bagaimana solusinya?
terimakasih sudah bertanya,,
Hapusmenurut saya apabila kita tidak bisa melakukannya kaarena keterbatasaan itu mungkin tidak apa-apa atau mungkin bisa dimaklumi,,
mungkin seperti itu menurut saya,,
NAMA: BADIATUL LIZA
BalasHapusNIM: 2021 111 146
KELAS: D
Assalamu'alaikum mb bro...
1. dalam terjemahan hadits pertama kan mnyebutkan bahwa "banyak penyampai lebih bisa menjaga daripada pendengar”, mohon dijelaskan mengapa??
2. bagaimana kita mengoptimalkan indera kita untuk mencari ilmu pengetahuan??
makasih mb bro.... :)
terimakasih sebelumnya ne mb bro,,
Hapusmksutnya dari "banyak penyampai lebih bisa menjaga daari pendengar" itu adalah kalau penyampaai itu sudah pasti tahu persis hadistnya itu, sedangkan pendengarkan cuma pernah mendengar saja atau hanya kata orang, jadi kalau pendengar mungkin belum tahu persis hadits tersebut,,
trus masalah cara mengoptimalkan indera kita itu ya kita harus bisa menggunakan panca indra kita dengan sebaik-baikya, atau digunakan hanya untuk yang bermanfaaat saja, seperti mencari ilmu dll.
terimakasih atas pertanyan yang cetar membahannya mb bro,, :D
nama mirza muhammad abda
BalasHapusnim 2021 111 153
1. bagaimana pendapat pemakalah tentang seorang yg mempunyai panca indra sempurna tp dalam menuntut ilmu ia punya rasa kemenderan atau takut salah bila dikasih ditanya n dijawab? mhon penjelasan
2. bagaimana cara agar orang yg tdk mempunyai panca indra sempurna agar bisa PD dalam menuntvt ilmu? terimakasih..
terimakasih atas pertanyaannya,,
Hapusmenurut saya pada pertanyaan nomer satu kalau ada orang yang seperti itu, itu namanya pengecut, kenapa bisa dibilaang seperti itu, orang tersebut sudaah mempunya panca indraa dn itu bisa dibilang sempurna tapi dia takut dalam menuntut ilmu, seharusnya kan orang tersebut tahu bahwa menuntut ilmu itu baik, kenapa sesuatu yang baik dan bisa dikerjakan harus ditakuti,,
pertanyaan yang ke 2, menurut saya cara menghadapi orang yang seperti itu adalah dengan cara mengikuti acara-acara yang mungkin bisa meningkatkan kePDannya,, ataupun dengan menjelaskan kepada si anak bahwa dia itu bisa lebih dari orang yang mempunyai panca indra yang sempurna, mungkin dari segi prestasi,,
menurut saya seperti itu,, terimakasih,,
Khomisah Ikasasih
BalasHapus2021111171
D
tolong jelaskan maksud dari kalimat "rukunkanlah hati-hati kami" yang terdapat dalam terjemahan hadits kedua. Dan menurut pendapat pemakalah sendiri apa sih yang dapat mendorong kita untuk selalu memanfaatkan panca indera dengan baik sehingga bermanfaat??jelaskan...
terimakasih sudah bertanya,,
Hapusmenurut saya arti dari kalimat rukunkanlah hati-hati kami itu adalah kita meminta kepada Allah SWT bahwa kita itu dijauhkan dari pertengkaran baik sesama tetangga ataupun sesama keluarga,, mungkin seperti itu,,
cara yang dapat mendorong kita agar bisa memanfaatkan panca indra dengan baik adalah kita melihat bahwa kita itu harus mencari ilmu dan itu sangat bermanfaat bagi kita maupun orang lain, dengan begitu kita bisa memanfaatkan panca indra kita dengan baik, mungkin dalaam penglihatan, kita bisa memanfaatkannya dengan membaca buku, pendengaran bisa memanfaatkannya dengan mendengarkan keterangan dari guru kita dsb,, mungkin menurut saya seperti itu,,
nama : Imas Anggraeni Dewi
BalasHapusNIM : 2021 111 203
kelas D
apa penjelasan hadits tersebut dengan judul makalah anda (sumber-sumber ilmu pengetahuan) ?
terimakasih atas pertanyaannya
Hapushubungan hadits ke_2 diatas dengan sumber ilmu pngetahuan adalah, bahwa dalam hadits kedua kan diterangankan mengenai do'a tasyahud dimana yang artinya,
rukunkanlah hati-hati kami, damaikanlah di antara kami, tunjukilah kami kepada jalan kesejahteraan, selamatkanlah kami dari kegelapan menuju kebenaran, jauhkanlah kami dari perbuatan-perbuatan keji yang terang dan yang samar, limpahkanlah berkah kepada kami, pada pendengaran, penglihatan, hati, istri, dan cucu kami, terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang, dan jadikanlah kami orang-orang yang mensyukuri ni’mat Engkau berterimakasih lagi menerimanya, dan sempurnakanlah ni’mat itu atas kami.
dan arti tersebut menunjukkan do'a agar kita senantiasa mejaga panca indra kita sbg sumber untuk mencari ilmu agar senantiasa di berkahi dan dijaga dari ha-hal yang tidak baik.
NAMA: NAIS STANAUL ATHIYAH
BalasHapusKELAS: D
NIM: 2021 111 280
menurut hadits tersebut,Bagaimana cara memanfaatkan panca indera dengan baik? baik itu orang normal atau yang memiliki keterbatasan?
terima kasih
cara memanfaatkan panca indra dengan baik mungkin dengan melakukan sesuatu yang bermanfaat, mungkin dengan memanfaatkan pendengaran hanya untuk mendengarkan sesuatu yang baik, atau mendengarkan pelajaran-pelajaran dari guru,, menurut saaya seperti itu,, terimakasih atas pertanyaannya,,
Hapusnama: nurul fadhilah
BalasHapusNim:2021 111 261
menurut anda lebih diutamakan mana antara mengamalkan ilmu agama dengan ilmu umum,,?
Dari berbagai panca indrera , mana yang mmenurut anda berpotensi dalam pemanfaatanya dan dalam hal apa,?
antara mengamalkan ilmu agamaa dengan ilmu umum itu lebih utma mana, mungkin itu baik semua, karena mengamalkan ilmu itu sesuatu yang baik tp kalau menurut saya lebih utama ilmu agma, karena agama kan menyangkutnya ke akhirat dan hubungannya dengan sang kuasa,, sedangkan ilmu umum itu kan hanya urusannya ke dunia saja,,
Hapusdari berbagai panca indra yang lebih berpotensi menurut saya adalah penglihatan,, kalau dalm penympian lebih utama yang penglihatan, karena kalau kita sudah melihat dan tahu suatu ilmu dan kita menyampaikaan kepada orang lain itu kan kita benar-benar sudah melihat,, menurut saya seperti itu,,
terimakasih,,
nama:nur hidayah
BalasHapusnim:2021 111 145
menurut pemakalah,bagaimana cara penyampaian sebuah ilmu pengetahuan bagi orang yang tuna rungu sekaligus tuna netra?dan antara pensengaran dan penglihatan lebih utama mana dalam penyampaian pengetahuan?
menurut saya kalau masalahnya seperti itu, itu pasti susah untuk menanganinya, tapi menurut saya itu bisa dilakukan mungkin dengan privat, soalnya kalau kita menghadapi orang yang demikian, itu membutuhkan waktu dan tenaga juga, mungkin dengan pengajaran privat kita bisa terjun pada satu pusat, yaitu orang tersebut,,
Hapuskalau antara penglihatan dan pendengaran lebih utama maana, menurut saya kalau dalm penympian lebih utama yang penglihatan, karena kalau kita sudah melihat dan tahu suatu ilmu dan kita menyampaikaan kepada orang lain itu kan kita benar-benar sudah melihat tapi kalu kita hanya mendengaar saja itu kan belum tentu benaar, dan kita belum melihatnyaa sendiri,,
menurut saya begi,, terimakasih,,
Assalamu'alaikum..
BalasHapusSoraya Nailatul Izzah
2021 111 097
Kelas D
Mohon jelaskan korelasi terkait judul hadits 2 dengan isinya. Terus terang sy kurang paham, terima kasih :)
terkait dengan hadist kedua,, itu merupakan do'a yang diajarkan Rasulullah kepada kita, Doa tersebut juga berkaitan tentang penggunaan panca indera. Kita harus berdoa kepada Allah agar dimaksimalkan fungsi panca indera.Hendaklah kita memanfaatkan panca indera dengan sebaik – baiknya. Karena Allah akan menunjukkan kepada hambaNya jalan kesejahteraan. Allah akan membuat panca indera kita peka, sehingga kita akan terselamatkan dari hal – hal buruk yang akan menghalangi kita menuju jalan kebenaran.
HapusSelain itu berdoa agar dilimpahnkan rahmat atas diberikannya panca indra yang sempurna dan senantiasa bersyukur kepada Allah SWT dan berhati-hati dalam menggunakan panca indra untuk hal-hal yang bermanfaat yang dapat dimanfaatkan secara bijak bukan untuk hal-hal maksiat.
SHOFATUL JANNAH
BalasHapus2021 111 183
KELAS D
mb.bro....mohon jelaskan saja keutamaan-keutamaan masing-masing panca indera dalam mencari ilmu?
tararengkyyuuuuuuuu..
terimakasih atas pertanyaannya mb bro sopa....
Hapuskeutamaan masing-masing indra dari indra pendengaran, penglihatan dan hati yaitu:
1. pendengaran, ketika manusia lahir indra yang berfungsi dengan baik, adalah pendengaran, itu sebabnya pertama kali bayi lahir yg dilakukan adalah mengumandangkan adzan, yaitu supaya sianak mengetahui Tuhnnya.
selanjutnya, setelah dewasa pun jika bersekolah, khususnya kita menggunakan indra pendengaran untuk mencari dan mendengar ilmu-ilmu yg disampaikan leh guru atau dosen kita.
2. penglihatan. keutamaan penglihatan adalah agar kita dapat melihat dan mengamati seluruh ciptaan Allah SWT. dan dengan itu kita dapat mempelajari hal-hal yang dapat kita lihat.
3. hati. dalam hal ini dapat disebut juga akal seperti dalam Q.S. An-Nahl:78. bahwasanya dengan hati(akal) dari apa yang kita dengar dan lihat dapat kita pikirkan. dan dengan itu muncullah ilmu pengetahuan.
wildan faza
BalasHapus2021111206
kelas D
Bagaimana pendapat anda mengenai orang pandai yang malu untuk menyampaikan ilmu agama karena pada daerah itu masyarakatnya jauh dari agama.....
Terima kasih....
menurut saya kenapa haarus malu, seseorang sudah mengetahui agama, sedangkan di masyarakat tersebut masih awam (belum mengenal ilmu agama) jadi dia harus ada rasa tanggung jawab atas ilmu yang di dapatkannya, jadi dia harus menghilangkan perasaaan malu tersebut, dn dia harus memandang ke depan bahwa dia ada tugas besar untuk menyampaikan ilmunya kepada masyarakat setempat,,
Hapusmenurut saya seperti itu,,
terimakasih atas pertanyaannya,,
FITRI NUR AFINA
BalasHapus2021 111 197
Kelas D
a. Menurut anda, bagaimana cara yang paling tepat digunakan bagi orang yang tidak memiliki penglihatan dan pendengaran secara sempurna dalam menuntut ilmu?
b. Dan mengapa indera lisan tidak diutamakan dalam menuntut ilmu? Padahal dalam menyampaikan ilmu, lisan sangat dibutuhkan. Terimakasih...
menurut saya cara menuntut ilmu tidak hanya dengan penglihatan atau dalam pendengaran, kita bisa bisa mencari ilmu tanpa penglihatan ataupun pendengaran kalau orang tersebut tidak normal, seperti belajar membaca al-qur'an yang menggunakan al-qur'an yang khusus buat orang tuna netra dsb,,
Hapusdalam penyampaian ilmu juga tidak harus menggunakan lisan, kita bisa menyampaikannya dengan melaksakan langsung, mungkin menurut saya kalau modal omongan tapi tidak melaksanakan itu malah tidak baik,,
menurut saya seperti itu,, hehe
terimakasih atas pertanyaannya,,
nama : Nur Ulis Sa'adah Shofa
BalasHapusNim : 2021 111 205
mengapa duduk tasyahud pertama harus lebih pendek dari duduk tasyahhud yang akhir. adakah alasannya??
didalam makalah juda disebutkan "Doa yang baca itu tidaklah ditentukan dengan doa yang dinukilkan dari Nabi saja, Kita boleh berdoa dengan apa saja yang kita kehendaki" berarti apakah boleh apabila berdo'a dengan menggunakan bahasa indonesia? dan adakah kriteria2 mengenai doa yang boleh diucapkan dlm duduk tasyahud pertama.
terimakasih..
menurut saya mungkin karena duduk tasyahud yang akhir itu kan ada do'anya, jadi antara dudk yang pertama dan kedua ada perbedaannya,,
Hapuskita berdo'a menggunakan bahasa apupun boleh, asalkan do'a tersebut baik, tetapi alangkah baiknya jika menggunakan bahasa arab,,
menurut saya seperti itu,,
terimakasih sudah bertanya,,
assalamu'alaikum
BalasHapusnama: nahdiyah
nim: 2021 111 199
1.dari keterangan hadits yang pertama dijelaskan bahwa orang yang mempunyai ilmu dan mengamalkannya maka ilmunya akan bermanfaat dan bertambah.
yang ingin saya tanyakan bagaimana tanggapan dan solusi pemakalah jika ada seseorang yg mempunyai ilmu dan punya niat untuk mengamalkannya,namun dia mengalami kesulitan dalam menyampaikan ilmunya..??
2.mengapa indera manusia yg terpenting adalah pendengaran dan penglihatan,mohon penjelasannya,,
terimakasih :)
mungkin bisa dilihat dari sisi baiknya, orang tersebut sudah niat untuk menyaampaikannya lagi ilmu yang telah ia dapat, itu adalah sesuatu yaang baik,, kalau masalah kesulitan dalam menyampaikan ilmunya mungkin orang tersebut bisa diskusi lagi dengan teman-temannya, atau bertanya-tanya kesuliatan apa saja yang ia alami, jadi disini bisa disimpulkan bahwa diskusi sama teman atau yang lainnya itu sangat penting, untuk mengantisipasi kita daalam mmenyampaikan ilmu,,
Hapusterkait pertanyaan yang kedua menurut saya penglihatan dan pendengaran itu sangat penting, kalau kita membaca buku misalnya, kita membutuhkan penglihatan dan kalau kita mau menyampaikannya kepada oraang lain kita kan benar-benar sudah melihatnya sendiri dari buku tersebut, kalau masalah endengaran juga penting kalau kita dalam menuntut ilmu kita juga harus bisa mendengarkan aa yang sedang di jelaskan oleh guru,,
mungkin seperti itu menurut saya,,
terimakasih sudah bertanya,,
Nama: Nur Asfiyani
BalasHapusNIM: 2021 111 200
Kelas: D
Mohon jelaskan Keutamaan dari tasyahud...?? Seperti yang terdapat pada Hadits "Beliau biasa mengajarkan kami beberapa kalimat, dan beliau tidak mengajarkannya kepada kami sebagaimana beliau mengajarkan tasyahud"..
Matur nuhun....
1. Tahiyat, yaitu dari kalimat ‘ATTAHIYATU’ sampai bacaan dua kalimat syahadat. Ada beberapa lafazh tahiyat yang disebutkan dlm hadits yang shahih, salah satunya seperti yang tersebut dlm hadits Ibnu Mas’ud di atas. Lihat lafazh lainnya dlm kitab Sifat Shalat Nabi karya Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah. Dan hukum membaca tahiyat ini adalah wajib shalat, berdasarkan perintah dlm hadits di atas.
Hapus2. Shalawat kepada Nabi . Hukum membacanya adalah wajib shalat -menurut pendapat yang paling kuat di kalangan ulama-, berdasarkan perintah dlm hadits Ka’ab bin Ujrah di atas. Lafazhnya pun ada beberapa, silakan lihat yang lainnya dlm kitab Sifat Shalat Nabi karya Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah.
3. Berdoa utk berlindung dari 4 perkara yang tersebut dlm hadits Abu Hurairah di atas. Hukum membacanya adalah wajib berdasarkan perintah dlm hadits di atas. Dia wajib dibawa baik dlm shalat wajib maupun shalat sunnah, karenanya jika seseorang meninggalkannya karena lupa maka dia digantikan dgn sujud sahwi.
4. Setelah membaca ketiga bacaan di atas, maka sebelum salam dia disyariatkan utk berdoa dgn doa apa saja yang dia inginkan. Ini berdasarkan hadits Ibnu Mas’ud di atas. Hanya saja lebih utama -bahkan Imam Ahmad mewajibkan- jika dia hanya memilih doa yang diajarkan oleh Nabi -alaihishshalatu wassalam-. Silakan lihat doa-doa yang Nabi -alaihishshalatu wassalam- ajarkan di sini dlm kitab Sifat Shalat Nabi karya Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah.
Sebagai kelanjutan artikel sebelumnya, perbedaan yang keempat antara tasyahud awal & tasyahud akhir (lihat 3 perbedaan lainnya pada artikel sebelumnya ‘Duduk Tasyahud’) adalah: Pada tasyahud awal hanya disyariatkan membaca tahiyat sementara pada tasyahud akhir disyariatkan membaca tahiyat & shalawat kepada Nabi . Ini merupakan pendapat mayoritas ulama & yang dikuatkan oleh Asy-Syaikh Ibnu Al-Utsaimin rahimahullah & selainnya. Bahkan pada tasyahud terakhir setelah shalawat, wajib utk berdoa berlindung dari empat perkara & disyariatkan juga utk berdoa sebelum salam.
terimakasih atas pertanyaannya,,
Nama: Kiki F. Mastriana
BalasHapusNIM: 2021 111 198
Kelas: D
dalam hadits kan disebutkan bahwa indera itu penting dalam menuntut ilmu,, melihat realitanya banyak orang yg tidak mempunyai indra secara sempurna, bagaimana menurut anda kita mengajarkan ilmu kpd orang yg buta dan tuli????
menurut saya kalau masalahnya seperti itu, itu pasti susah untuk menanganinya, tapi menurut saya itu bisa dilakukan mungkin dengan privat, soalnya kalau kita menghadapi orang yang demikian, itu membutuhkan waktu dan tenaga juga, mungkin dengan pengajaran privat kita bisa terjun pada satu pusat, yaitu orang tersebut,,
Hapusmungkin seperti itu menurut saya,,
terimakasih sudah bertanya,,
Nama : Susi Ernawati
BalasHapusNim : 2021 111 202
Kelas : D
dalam keterangan hadits kedua dijelaskan bahwa duduk tasyahud awal diserupakan dengan amalan-amalan haji, bagaimana dengan dengan tasyahud akhir, apakah ada penyerupaannya seperti tasyahud akhir?
terima kasih,,
menurut saya yang ada penyerupaan-penyerupaan seperti itu hanyalah pada tasyahud pertama saja, seperti ada yang menyerupakan lagi ,sungguh nabi saw duduk pada tasyahud awal sebagaimaan beliau duduk diatas bara api, pada tasyahud awal diserupakan juga seperti duduk di bara api,, setahu saya tidk ada penyerupaan buat tasyahud yang akhir,,
Hapusmenurut saya seperti itu,,
terimakasih sudah bertanya,,
hehe
Nama: Heri Rubi Antoni
BalasHapusNIM : 2021 111 161
Kelas : D
Bagaimana manfaat yang pemakalah ketahui tentang hadits tersebut? jelaskan
banyak manfaaat yang kita dapatkan dalam hadist tersebut,,
Hapuskita bisa memanfaatkan panca indra dengan optimal, kita juga menjadi sadar akan ilmu kita yang harus diamalkan atau disampaikan kepada orang yang yaang mebutuhkan,, dll.
mungkin seperti itu menurut saya,,
terimakasih sudah bertanya,,
nama;sholihatun nisa
BalasHapusnim;2021111144
haiiii........
ku sadari aku adalah orang yang tak tahu penjelasan hadist yang kedua .....oleh karena itu tolonglah.....jelasin ya...?????? kemudian apa kaitannya dengan tema dorongan untuk memanfaatkan pancra indra???
trus menurut pemakalah yang cantik.....pancra indra apa yang dominan dalam menuntut ilmu....???/
makasihhhhhh.....
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapusterimakasih atas pertanyaannya mb bos...
Hapushubungan hadits ke_2 diatas dengan sumber ilmu pngetahuan adalah, bahwa dalam hadits kedua kan diterangankan mengenai do'a tasyahud dimana yang artinya,
rukunkanlah hati-hati kami, damaikanlah di antara kami, tunjukilah kami kepada jalan kesejahteraan, selamatkanlah kami dari kegelapan menuju kebenaran, jauhkanlah kami dari perbuatan-perbuatan keji yang terang dan yang samar, limpahkanlah berkah kepada kami, pada pendengaran, penglihatan, hati, istri, dan cucu kami, terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang, dan jadikanlah kami orang-orang yang mensyukuri ni’mat Engkau berterimakasih lagi menerimanya, dan sempurnakanlah ni’mat itu atas kami.
dan menurut saya panca indra yang dominan dalam mencari ilmu adalah pendengaran, penglihatan dan akal(hati).
dengan pendengaran, kita dapat mendengar ilmu-ilmu yang disampaikan guru kita.
dengan penglihatan kita dapat melihat seluruh ciptakan, dan dengan penglihatan dan pendengaran itu kita dapat berfikir yang mengahasilkan ilmu pengetahuan.
Nama : Ani Musiani
BalasHapusNIM : 2021 111 181
Kelas: D
Tolong jelaskan lagi hubungan hadits diatas dengan sumber2 ilmu pengetahuan ????
terimakasih atas pertanyaannya
Hapushubungan hadits-hadits diatas dengan sumber ilmu pngetahuan adalah, didalam kedua hadits tersebut kan dijelaskan mengenai panca indra sebg alat untuk kita manusia mencari ilmu, baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan agar meraih kesuksesan di duni dan akhirat.
dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa sumber ilmu pengetahuan yang pertama adalah panca indra kita.
NAMA : ARINUN ILMA
BalasHapusNIM : 2021 111 045
KELAS: D
Pertanyaannya, bagaimana menurut pemakalah cara kita agar dapat mengoptimalkan panca indera kita untuk mencari ilmu?
Terimakasih :)
trus masalah cara mengoptimalkan indera kita itu ya kita harus bisa menggunakan panca indra kita dengan sebaik-baikya, atau digunakan hanya untuk yang bermanfaaat,,
Hapusmungkin seperti itu menurut say terimakasih atas pertanyaannya,,
NAMA : NURUL HIDAYAH
BalasHapusNIM : 2021 111 269
KELAS: D
Assalamu'alaikum...
menurut pemakalah, apas sih pengertian indera ke 6 itu??, dan apa pula fungsinya??
terimakasih :)
Sebenarnya indera ke enam atau dalam bahasa gaulnya di sebut “The Sixth Sense”, adalah kemampuan kita untuk menangkap sinyal-sinyal ghaib ataupun hal-hal yang belum terjadi. Sinyal-sinyal ini dapat berupa apa saja, bisa berupa wangsit,bisikan ghaib,penglihatan, atau bahkan pertanda melalui mimpi.
Hapusbiasanya nih sering di identikkan dengan kemampuan untuk melihat makhluk halus, padahal sebenarnya fungsi dari indra ke 6 sendiri jauh melebihi hanya sekedar melihat makhluk halus. Karena kemampuan melihat makhluk halus hanya merupakan bagian / percabangan dari kemampuan indra ke 6 itu sendiri. Seperti intuisi, namun jauh lebih tajam. Apabila intuisi merupakan suatu hasil pengalaman, indera ke 6 tidak mengenal adanya pengalaman.
terimakasih sudah bertanya,,
Nama: Mushofakhah
BalasHapusNIM: 2021 111 196
Kelas: D
Bagaimana pendapat pemakalah jika ada seseorang yang mengamalkan ilmunya kepada orang lain tapi dianya sendiri tidak mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari?
Trimakasih.
kalau ada orang yang mengamalkan ilmunya kepada orang lain tetapi orang tersebut tidak mengaplikasikannya sendiri berarti orang itu tidak tahu diri atau cuman modal omongan saja, dia mengajarkan sholat kepada murid-muridnya tapi dia tidak mngerjakannya sendiri yang seperti itu yang harusnya kita jauhi,,
Hapusterimakasih sudah bertanya,,
nama : naila syarifah
BalasHapusNIM : 2021111149
kelas D
trima kasih Yuuuu.....
Hadits di atas menjelaskan bahwa mewajibkan tasyahhud apabila kamu duduk di tiap-tiap dua rakaat, doa yang kita baca tidak harus sama dengan doa yang di baca oleh Nabi Muhammad SAW, melainkan kita bisa memilih doa yang kita kehendaki selagi doa itu masih baik.
maaf ya,,,maaf ci,,, saya bingung dengan kalimat diatas,,,mohon jelaskan....maturnuwun,,,,
maksutnya kalau kita dalam tasyahud kita bisa membaca doa, kenapa tidak harus sama dengan nabi, karena berdoa kita bebas mau berdoa aapa saja, asalkaan doa itu baik dan berbaahasa baaik pula,,
Hapusterimakasih sudah bertanya,,
nama:nihlatul maziyah
BalasHapusnim: 2021 111 130
kelas d
bagaimana memotivasi diri sendiri untuk memanfaatkan panca indra untuk mencari ilmu..............