MEMPERLUAS TEMA
KAJIAN di MASJID
Mata Kuliah : Hadits Tarbawi II
Disusun oleh:
Abdul Fa’I (2021113284)
Kelas PAI /H
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Kata Pengantar
Segala puji hanyalah
milik Allah Ta’ala. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
baginda Rasulullah SAW, beserta
keluarga, para sahabat, dan para umatnya yang senantiasa berittiba’,
mengikuti sunah-sunahnya sampai akhir zaman.
Masjid merupakan
pusat kajian ilmu agama islam pada masa rasulullah, selain sebagai pusat
pengkajian masjid juga digunakan sebagai tempat mendidik anak-anak dari kaum
muslimin. Tidak hanya itu, penyusunan strategi perang pun di musyawarahkan di
masjid bersama para sahabat dan pejuang islam lainnya. Sehingga bisa dikatakan peranan masjid pada saat itu sangat
multifungsi sekali. Untuk lebih jelasnya
akan kita bahas mengenai perluasan tema kajian di masjid. Semoga Allah selalu
membimbing di jalan yang lurus. Amiin.
B. Latar Belakang
Pada pembahasan
bab kali ini kita akan membahas makalah dengan tema “memperluas tema kajian
di masjid”.
Dalam kehidupan
sehari-hari umat islam tidak akan terlepas dari yang namanya masjid, bahkan
dalam satu minggu sekali umat islam di wajibkan oleh Allah untuk berkumpul di
masjid guna untuk menunaikan sholat jumat. Namun, sering kali umat islam kurang
begitu mengetahui apa saja fungsi dari masjid itu selain sebagai tempat sholat
berjama’ah. Maka dari itu sedikit banyak akan kami bahas dalam makalah kali
ini. Selamat membaca!!
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Hadits
Kata
يتداكرون maknanya yaitu mereka membicarakan urusan-urusan orang
jahiliah, mereka menertawakan, dan nabipun tersenyum, dan nabi juga mengatakan
seorang yang tidak memberi manfaat kepada orang lain sebagaimana berhala yang tidak memberikan
manfaat kepada saya.
Para sahabat berkata : apa maksudnya
nabi berkata ,saya membuat sesuatu dari الحيس (makanan dari kurma yang dikeringkan), maka
datanglah waktu paceklik(panas tidak hujan) dan saya juga mendoakan setiap
hari. Sahabat yang lainpun berkata:saya melihat dua musang yang naik keatas
berhala dan mengencinginya. maka saya berkata :apakah arti dari dua ekor musang
itu mengencingi berhala ? dan saya datang pada rosul dan masuk islam. [1][3]
B.
Pembahasan
Kata masjid dalam KBBI berarti rumah atau bangunan tempat
bersembahyang orang islam. Secara akar katanya masjid berasal dari bahasa arab
Sajada yasjudu yang artinya sujud. Dalam konteks yang lebih luas sujud
merupakan sebuah ekspresi dari kepatuhan dan ketaatan seorang hamba kepada
tuhannya.[2] Pada masa rasulullah masjid adalah pusat dari
berbagai kegiatan masyarakat muslim, ia menjadi pusat dari berbagai kegiatan
politik, sosial masyarakat, pendidikan bahkan kebudayaan.[3] Berbagai
kekuatan yang mempengaruhi sebagai pusat umat islam sadar atau tidak sadar
berlangsung terus, mulai dari “penciutan” fungsinya yang hanya sebagai pusat
ibadah sampai mulai berkembang pada saat ini dimana terlihat ada kecenderungan
gerakan baru dikalangan umat untuk lebih mengoptimalkan mfungsi masjid ini. Ia
bukan saja sebagai pusat ibadah tetapi juga lebih luas dari itu yaitu pusat
kebudayaan atau pusat Muamalat. Perkembangan sangat terlihat di jakarta,
Bandung, Semarang, Surabaya, maupun diberbagai kota diluar negeri seperti USA,
Eropah, Malaysia.
Saat ini kita lihat masjid bukan saja
sebagai tempat sholat saja tatapi juga sebagai tempat memberikan pendidikan
agama dan umum, rapar-rapat organisasi, pertokoan, dan bahkan kegiatan bela
diri, olah raga, kesenian, pernikahan. Perkembangan ini sangat sangat terasa di
masjid-nasjid kawasan elit dan masjid kampus seperti di pondok indah, kampus
salman ITB, IKIP,UGM, dsb.[4]
C.
Materi Hadits
a. hadits
عَنْ جَابِر بن سَمُرة
قَال : { جَالَسْتُ النَّبِي صلى الله عليه وسلم أَكْثَرَ مِنْ ِمائَة مَرَّة فِي الْمَسَجِدِ يَجْلِسُ
أَصْحَابُهُ يَتَنَاشَدُوْنَ الشِّعْرَ وَ رُبَّمَا تَذَاكَرُوْا أَمْرَ
الْجَاهِلِيَّة فَيَبْتَسِمُ النَّبِيُ صَلى الله عليه وسلم مَعَهُمْ } (وراه الترمذي فى الجامع, كتاب الأدب عن رسول
الله, باب ما جاءفي إنشاد الشعر(
b. terjemah
hadits
Dari sahabat Jabir bin Samurah beliau berkata
“suatu ketika aku duduk bersama Nabi Muhammad SAW di dalam masjid lebih dari
seratus kali dan bersamanya dengan para sahabatnya mereka telah melantunkan
sebuah syair – syair dan terkadang para sahabat selalu mengingat permasalahan –
permasalahannya kaum jahiliyah kemudian nabi tersenyum kecil bersama para
sahabatnya. (Hadits diriwayatkan dari Imam Tirmidzi).
D.
Teori Pendukung
Îû BNqãç/ tbÏr& ª!$# br& yìsùöè? t2õãur $pkÏù ¼çmßJó$# ßxÎm7|¡ç ¼çms9 $pkÏù Íirßäóø9$$Î/ ÉA$|¹Fy$#ur ÇÌÏÈ ×A%y`Í w öNÍkÎgù=è? ×ot»pgÏB wur ììøt/ `tã Ìø.Ï «!$# ÏQ$s%Î)ur Ío4qn=¢Á9$# Ïä!$tGÎ)ur Ío4qx.¨9$# tbqèù$ss $YBöqt Ü=¯=s)tGs? ÏmÏù ÛUqè=à)ø9$# ã»|Áö/F{$#ur ÇÌÐÈ
36.
Bertasbih[1041] kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk
dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang,
37. laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak
(pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang,
dan (dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu)
hati dan penglihatan menjadi goncang.
[1041] Yang bertasbih ialah laki-laki yang tersebut pada ayat 37
berikut.
(Q.S an-Nur {24}: 36-37).
E. Analisa
dalam Kehidupan
Fungsi masjid adalah tempat ibadah dan
kebudayaan. Sebagian dari ibadat ini , terutama sholat sehari-hari, tapi
terutama kebudayaan umumnya dipisahkan dari masjid dan diberikan kepada surau
(mushola/ langgar). Sehinggan surau berfungsi untuk tempat sholat sehari-hari,
tempat mengaji, belajar addin, asrama bagi siswa-siswa yang belajar, tempat
merayakan hari-hari besar islam, tempat upacara-upacara keagamaan, tempat
suluk, tempat bertemu, berkumpul, beramah tamah, tempat tidur bagi
bujang-bujang dan lain-lain. Pendeknya fungsi kebudayaan masjid, baik menurut
tugas-tugas pertama yang diberikan Nabi atau konsepsi tugasnya di zaman modern,
banyak di tampung oleh surau.
Apabila diteliti kenyataan-kenyataan
tentang masjid semenjak kurun Nabi sampai sekarang, yang faktanya hanya
sejumlah kecil yang di uraikan di atas maka ia dapat dibagi dalam dua kategori,
yaitu :
1. yang
sesuai dengan konsepsi islam tentang masjid, jadi yang menurut tugas-tugas dan
makna masjid yang di gariskan nabi.
2. yang
tidak sesuai dengan konsepsi tersebut, yang bertentangan atau menyimpang.
Keadaan masyarakat muslim di suatu
ruangan dan waktu bergantung pada pelaksanaan konsepsi masjid, sehinggan ia
sesungguhnya merupakan barometer dari realisasi tujuan islam dan dari suasana
masyarakatnya. Apabila kenyataan-kenyataan masjid seperti kategori satu,
berartilah tujuan islam terwujud dalam kehidupan masyarakatnya. Mereka dalam
kejayaan. Apabila kenyataan itu seperti kategori dua, berartilah masjid berada
dalam krisis. Krisis mesjid adalah kusutnya perwujudan tujuan islam dalam
kehidupan, hal mana membawa kepada krisisnya masyarakat.
Dari perjalanan sejarah dapat
disimpulkan bahwa pada kurun-kurun pertama islam, kenyataan-kenyataan masjid
banyak yang sesuai dengan kategori satu, dan makin mendekat pada kurun kita makin
banyak berlaku kategori dua. Dan dalam kurun kita dewasa ini dapat di
konstantir sebagai zaman dari kategori dua, yaitu zaman krisis masjid.[5]
F. Aspek
Tarbawi
1. Selai sebagai tempat ibadah masjid juga berfungsi sebagai tempat
untuk menimba ilmu.
2. Masjid dapat dianggap sebagai lembaga ilmu pengetahuan yang
tertua dalam islam,
3. Secara garis
besarnya masjid masih memiliki dua fungsi: Pertama, Funsi keagamaan,
sebagai pusat atau tempat beribadatan seperti sholat, dzikir, do’a dan i’tikaf.
Kedua, Fungsi sosial, sebagai pusat pembinaan, pendidikan, pengajaran umat
Islam.
4. Masjid
berfungsi sebagai sekolah menengah dan perguruan tinggi dalam waktu yang sama,
Sebenarnya masjid pertama kali merupakan tempat untuk pendidikan dasar, akan
tetapi orang-orang Islam berpendapat bahwa lebih baik memisahkan pendidikan
anak-anak pada tempat tertentu, demi menjaga kehormatan masjid dari keributan
anak-anak dan karena mereka belum mampu menjaga kebersihan.[6]
5. Mencari ilmu
bukan hanya di sekolah tapi di manapun tempat kita dapat memperoleh ilmu.
BAB III
PENUTUP
Demikianlah, masjid
bukan saja sebagai tempat ibadat, tetapi juga tempat memperbaiki urusan-urusan
dunia dan akhirat manusia.
Secara ringkas
belajar di masjid memperlihatkan kepada kita keistimewaan-keistimewaan dan
prinsip-prinsip yang penting dalam pendidikan Islam, yaitu demokrasi,
kesederhanaan, kesempatan yang sama, bebas untuk mencapai tujuan, mempunyai
hubungan dan keharmonisan diantara kepentingan hidup dunia dan akhirat.
Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi yang sedang mengalami
permasalahan yang berhubungan dengan problematika masjid.
Tentang
Penulis
Penulis adalah salah satu mahasiswa
di suatu perguruan tinggi islam negeri jurusan tarbiyah yang berada di kota
pekalongan. Adalah anak dari pasangan suami istri yang sangat sederhana sekali
yang pekerjaan sehari-harinya adalah bertani di sawah. Terlahir di kabupaten
pemalang letaknya adalah ds. Longkeyang, kec. Bodeh. Riwayat pendidikan MI
Miftahul Ulum di longkeyang, MTs Rifa’iyah di kesesi, MA di pondok pesantren
yang ada di kesesi juga dan kemudian melanjutkan di IAIN PEKALONGAN (insya
Allah semoga cepat alih status). Dan sekarang tinggal di pon-pes Al-Hadi min
aswaja yang terletak di kel. panjang wetan Gg. 1 No.35A pekalongan utara. Dan
sekarang masih aktif di berbagai kegiatan kampus baik UKM maupun UKK salah
satunya adalah UKK RACANA.
DAFTAR PUSTAKA
Sunan Attirmidzi. Juz 10
handryant , Aisyah nur, masjid
sebagai pusat pengembangan masyarakat.(UIN maliki Press:2010).
Harahap, Sofyan syafri, manajemen
masjid. (JAKARTA:PT. DANA BHAKTI PRIMA YASA:2001).
Gazalba, Sidi, mesjid pusat
ibadat dan kebudayaan islam, (BANDUNG:PUSTAKA AL-HUSNA:1994).
Fahmi, Asma Hasan. Sejarah dan filsafat pendidikan islam, (JAKARTA:
BULAN BINTANG:2001)
[1]
Sunan Attirmidzi. Juz 10 halaman 70.
[2]
Aisyah nur handryant 2010, masjid sebagai pusat pengembangan masyarakat.(UIN
maliki Press). Hal.18
[3]
Ibid hal.21
[4]
Sofyan syafri harahap 2001, manajemen masjid. (PT. DANA BHAKTI PRIMA
YASA). Hlm. 10
[5]
Sidi gazalba 1994, mesjid pusat ibadat dan kebudayaan islam, (PUSTAKA
AL-HUSNA) hlm. 316-320
[6]
Asma
Hasan Fahmi. Sejarah dan
Filsafat Pendidikan Islam.Jakarta: Bulan Bintang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar