VISI MISI MANUSIA
”TUGAS POKOK MANUSIA” QS. ADZ-DZARIYAT: 56
Istifarin (2021115008)
Kelas : C
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU
KEGURUAN/PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Dengan
memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah atas rahmat, taufiq, dan
hidayah-Nya, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Tafsir
Tarbawi II dengan judul “Tugas Pokok Manusia (QS. Adz-Dzariyat ayat 56)”.
Tugas
ini disusun untuk memenuhi tugas individu Tafsir Tarbawi II. Penulis menyadari
bahwa dalam penulisan tugas ini belum sempurna atau jauh dari kata sempurna.
Dalam
penyusunan tugas ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah
ikut membantu dan membimbing penulis selama penyusunan tugas ini, khususnya
kepada:
1. Allah
SWT, yang telah memberikan kesehatan bagi penulis, sehingga dapat menyelesaikan
tugas ini.
2. Orang
tua, karena telah memberikan support atau dukungan bagi penulis untuk menyelesaikan
tugas ini.
3. Muhammad
Hufron, M.S.I, selaku dosen Tafsir Tarbawi II.
Dengan
segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa tugas ini belum sempurna, maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Penulis
Istifarin
(2021115008)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah SWT menciptakan alam semesta dan
menentukan fungsi-fungsi dari setiap elemen alam ini. Matahari mempunyai
fungsi, bumi mempunyai fungsi, udara mempunyai fungsi, bintang-bintang, awan,
api, air, tumbuh-tumbuhan juga memiliki fungsi dalam kehidupan. Begitu juga
dengan penciptaan jin dan manusia, Allah menciptakan jin dan manusia bukan
untuk menyekutukan-Nya tetapi semata-mata untuk menyembah dan mengabdi hanya
kepada Allah.
B. Tema dan Judul
“Visi Misi Manusia” : Tugas Pokok
Manusia
C. Nash dan Arti
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ
وَالاِنسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengapdi kepada-Ku” (QS Adz-Dzariyat : 56)
D. Arti
Penting dikaji
Dalam QS Adz-Dzariyat ayat 56 ini menjelaskan, bahwa tujuan diciptakannya
jin dan manusia untuk beribadah kepada Allah sehingga diharapkan manusia di
dunia ini sadar akan hal itu, maka manusia di dunia seharusnya selalu dijalan
yang diridhoi oleh Allah. Karena Allah
tidak menginginkan apapun dari manusia melainkan Allah hanya ingin manusia
bertaqwa kepada-Nya.
BAB II
ISI
A. Teori
1.
Pengertian Jin dan
Manusia
a.
Pengertian Jin
Jin adalah suatu makhluk yang tak dapat
dipandang oleh mata manusia, karena mereka memiliki unsur-unsur kejadian yang
berbeda dengan manusia.[1]
b.
Pengertian Manusia
Manusia secara bahasa disebut juga insan yang dalam
bahasa Arab, yang berasal dari kata “nasiya” yang berarti lupa dan jika
dilihat dari kata dasar “al-uns” yang
berarti jinak. Kata insan dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia
memiliki sifat lupa dan jinak artinya manusia selalu menyesuaikan diri dengan
keadaan yang baru disekitarnya.[2]
2.
Terciptanya Jin dan Manusia
a.
Terciptanya Jin
Sesungguhnya jin diciptakan lebih awal daripada
penciptaan manusia. Mereka ada sebelum Adam, berdasarkan kenyataan, bahwa Allah
telah memakmurkan bumi pada mulanya dengan golongan jin sebagai penghuninya.
Tetapi mereka telah melakukan berbagai kejahatan dan kerusakan. Kemudian, Allah
mengutus malaikat untuk mengusir mereka berdasarkan perintah-Nya.[3]
b.
Terciptanya Manusia
Dalam QS Al-Mu’minun: 12-14 memberikan teori tentang proses terjadinya
manusia dalam kandungan ibu secara rinci, yang dibuktikan dengan ilmu
kedokteran dan kandungan, yang sama persis memerinci proses embriologi
(kehamilan) dari mulai setetes air sperma berubah menjadi segumpal darah, lalu
segumpal daging, diciptakan tulang, kemudian dibungkus daging, dan pada usia 9
bulan lebih dilahirkan dalam bentuk lain yaitu bayi manusia.
QS Al-Mu’minun: 12-14
وَلَقَدْ
خَلَقْنَا الْإِنسَانَ مِن سُلَالَةٍ مِّن طِينٍ
ثُمَّ
جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَّكِينٍ
ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً
فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً
فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ
أَنشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ ۚ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِين
Artinya : “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari
suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu
air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air
mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian
Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah,
Pencipta Yang PalingBaik”. (QS. al-Mu’minun) : 12-14. [4]
3. Tugas hidup manusia
Beribadah
kepada Allah dan menjalankan tugas-tugas kekhalifahan bukan semata tujuan hidup
manusia, melainkan tujuan Allah menciptakan manusia, sebagai tujuan dikehendaki
Allah. Sehingga manusia pada hakikatnya tidak mempunyai kehendak selain
mengikui kehendak Allah. Memang Allah telah menciptakan pada diri manusia satu
kebebasan dasar, yaitu kebebasan memilih. Kebebasan inilah yang akan membuatnya
memilih apakah mengikuti kehendak Allah atau mendurhakai-Nya.
Jadi
kesimpulannya tugas setiap manusia didalam hidup ini ialah menjalankan peranan
sebagai khalifah dibumi ini dengan sempurna, dan senatiasa menambah
kesempurnaannya sampai akhir hayatnya, hingga menjadi orang muslim yang paling
mulia dan juga yang paling bertaqwa.[5]
B.
Tafsir
1.
Tafsir Al-Mishbah
QS Adz-Dzariyat ayat 56
menggunakan bentuk persona pertama (Aku) setelah sebelumnya menggunakan persona
ketiga (Allah) hal ini bertujuan untuk mengisyaratkan bahwa perbuatan-perbuatan
Allah melibatkan malaikat atau sebab-sebab lainnya. Penciptaan, pengutusan Rosul,
turunnya siksa, rezeki yang dibagikan-Nya melibatkan malaikat dan sebab-sebab
lainnya, sedang disini karena penekanannya adalah beribadah kepada-Nya
semata-mata, maka redaksi yang digunakan berbentuk tunggal dan tertuju kepada-Nya
semata-mata tanpa memberi kesan adanya keterlibatan selain Allah SWT.
Ibadah adalah satu bentuk
ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya akibat adanya rasa keagungan
dalam jiwa seseorang terhadap siapa yang kepadanya ia mengabdi.
Ibadah terdiri dari ibadah murni
dan ibadah tidak murni. Ibadah murni adalah ibadah yang telah ditentukan oleh
Allah, bentuk, kadar, atau waktunya, seperti sholat, zakat, puasa dan haji.
Ibadah tidak murni adalah segala aktivitas lahir dan batin manusia yang
dimaksudkannya untuk mendekatkan diri kepada Allah.[6]
2.
Tafsir Al-Azhar
Bahwasannya Allah menciptakan jin
dan manusia untuk mengabdikan diri kepada Allah. Jika seseorang telah mengakui
beriman kepada Allah, tidaklah dia akan mau jika hidupnya didunia ini kosong
saja. Dia tidak boleh menganggur, selama nyawa dikandung badan manusia harus
ingat bahwa temponya tidak boleh kosong dari pengabdian. Seluruh hidup
hendaknya dijadikan ibadat.
Menurut riwayat dari Ali bin Abi
Thalhah, yang diterimanya dari Ibnu Abbas, arti untuk beribadat, ialah mengakui
diri adalah budak atau hamba dari Allah, tunduk menurut kemampuan Allah, baik
secara sukarela atau secara terpaksa, namun kehedak Allah berlaku juga. Mau
tidak mau diri pun hidup, mau tidak mau kalau umur panjang pasti tua. Ada
manusia yang hendak melakukan didalam hidup ini menurut kemauannya, namun yang
berlaku ialah kemauan Allah jua.
Ibadat itu diawali dengan iman
yaitu percaya adanya Allah yang menjamin kita, maka iman yang telah tumbuh itu
wajib dibuktikan dengan amal yang shaleh, yaitu perbuatan yang baik.[7]
3.
Tafsir Al-Lubab
Manusia hendaknya berlari menuju
Allah SWT untuk berlindung, memperoleh rahmat, bahkan untuk mewujudkan tujuan
penciptaannya, karena menurut ayat 56 “Aku atau Allah SWT tidak menciptakan jin
dan manusia untuk satu manfaat yang kembali pada diri-Ku. Aku tidak menciptakan
mereka melainkan agar kesudahan semua aktivitas mereka adalah ibadah kepada-Ku.[8]
C.
Aplikasi dalam kehidupan
Dari QS
Adz-Dzariyat ayat 56, banyak pelajaran yang dapat diambil untuk diterapkan
dalam kehidupan yakni kita harus selalu mengabdi kepada Allah dan tidak
menyekutukan-Nya dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya seperti sholat,
puasa, zakat, saling membantu, dan lain sebagainya. Dan juga menjauhi
larangan-larangan-Nya.
D.
Aspek Tarbawi
Nilai yang
terkandung dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56 adalah sebagai berikut:
1.
Kita sebagai manusia ciptaan Allah
maka seharusnya kita beriman kepada Allah dan patuh atas segala perintah-Nya
2.
Kita hendaknya taat dan tunduk
terhadap perintah Allah
3.
Jika kita murka kepada Allah, maka
Allah akan memberi azab yang pedih kepada kita dan tidak ada seorangpun yang
mampu menolak azab tersebut, dan juga tidak seorangpun yang dapat menolong kita
untuk menghindari azab tersebut.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
QS Adz-Dzariyat ayat 56 ini membahas tentang tujuan diciptakannya jin dan
manusia. Yang dimaksud jin itu sendiri ialah suatu makhluk yang tak dapat
dipandang oleh mata manusia, karena mereka memiliki unsur-unsur kejadian yang
berbeda dengan manusia, sedangkan manusia secara bahasa disebut juga insan yang dalam
bahasa Arab, yang berasal dari kata “nasiya” yang berarti lupa dan jika
dilihat dari kata dasar “al-uns” yang
berarti jinak. Kata insan dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia
memiliki sifat lupa dan jinak artinya manusia selalu menyesuaikan diri dengan
keadaan yang baru disekitarnya. tugas
keduanya (manusia dan jin) didalam alam ini ialah menjalankan peranan sebagai
khalifah dibumi ini dengan sempurna, dan senantiasa menambah kesempurnaannya
sampai akhir hayatnya, hingga menjadi orang muslim yang paling mulia dan juga
yang paling bertaqwa.
[8]
M. Quraish
Shihab, Al-Lubab Makna, Tujuan, dan
Pelajaran dari Surah-surah Al-Qur’an (Tangerang: Lentera Hati, 2012), hlm.
60
DAFTAR
PUSTAKA
Aly, Hery, Noer.1999. Ilmu
Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Hamka. 1981. Tafsir
Al-Ahzar Juz’u XXVII . Surabaya: Yayasan Latimojong.
Husain, Sayyid, Abdullah.1985. Menyingkap
Rahasia Jin, Syetan dan Malaikat. Bandung:
Husaini.
Shihab,
M. Quraish.
2005. Tafsir Al-Mishbah. Tangerang:
Lentera Hati.
Shihab, M. Quraish. 2012. Al-Lubab Makna, Tujuan, dan Pelajaran dari
Surah-surah Al-Qur’an. Tangerang: Lentera Hati.
Ta’rifin, Ta’arifin. 2013. IAD Ilmu
Alamiah Dasar. Pekalongan: Duta Media Utama.
Yusuf,
Musfirotun. 2015. Manusia &
Kebudayaan Perspektif Islam Pekalongan: CV Duta Media Utama.
PROFIL PENULIS
Istifarin, dilahirkan di Pekalongan pada
tanggal 15 November 1996. Pendidikannya dimulai di MIS Wonorejo Wonopringgo dan
di tempuh selama 6 tahun, lulus pada tahun 2009. Dilanjutkan di SMP N 1
Wonopringgo dan lulus pada tahun 2012, kemudian dilanjutkan di SMA 1 Kedungwuni dan ditempuhnya selama
3tahun dan lulus pada tahun 2015. Sekarang sedang menempuh pendidikan S1 nya di
IAIN Pekalongan, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama
Islam, semester 4.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar