SUBJEK PENDIDIKAN HAKIKI
ALLAH SEBAGAI PENDIDIK
Faza Savira Sari
Kelas : A
JURUSAN TARBIYAH / PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah swt. Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas segala rahmat dan nikmat yang telah dilimpahkan kepada hamba-Nya sehingga penyusunan makalah yang berjudul besar “Subjek Pendidikan Hakiki” dan judul kecil “Allah Sebagai Pendidik” dalam QS. Ar-Rahman ayat 1-4. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi I, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pekalongan tahun akademik 2016.
Penulis menyadari tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak maka makalah ini tidak akan terwujud. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak Ghufron Dimyati, M.S.I selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi I.
2. Bapak dan Ibu selaku kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungan moral, materiil serta motivasinya.
3. Segenap staff perpustakaan IAIN pekalongan yang telah memberikan bantuan referensi buku rujukan.
4. Mahasiswa prodi PAI kelas A yang telah memberikan bantuan, dukungan dan motivasinya. Serta,
5. Semua pihak yang telah memberikan dukungan moral dan materiilnya.
Penulis menyadari betul bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu penulis mengharapkan dorongan, kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini dan dapat mudah dimanfaatkan.
Wasalamua’laikum Wr.Wb.
Pekalongan, Oktober 2016
Faza Savira Sari
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Al-Quran adalah “Kalam Allah” yang bernilai mukjizat, yang diturunkan kepada Rasul, dengan perantaraan malaikat Jibril AS yang tertulis pada mashahif. Diriwayatkan kepada kita dengan mutawatir. Membacanya terhitung ibadah. Diawali dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Naas. Al-Quran adalah sebagai tata kehidupan umat dan petunjuk bagi makhluk. Ia merupakan tanda kebenaran Rasulullah SAW, merupakan bukti yang jelas atas kenabian dan kerasulannya. Oleh karena keagungan dan kepentingan Al-Quran bagi umat manusia maka diperlukan pemahaman yang berdasar dari Rasulullah SAW dan riwayat yang disampaikan oleh para sahabat dan tabi’in r.a.
”Allah” adalah nama bagi ”Zat” Tuhan Pencipta dan Pengatur alam semesta ini. Sebab Al-Qur’an sendiri – yang notabenenya wahyu Tuhan – menegaskan bahwa ”Allah” adalah nama bagi Tuhan Pencipta dan Penguasa jagad raya ini. Demikian juga dalam hadits-hadits Rasulullah Muhammad saw.
Adapun makna pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Disisi lain proses perkembangan dan pendidikan manusia tidak hanya terjadi dan dipengaruhi oleh proses pendidikan yang ada dalam sistem pendidikan formal (sekolah) saja. Manusia selama hidupnya selalu akan mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah, dan masyarakat luas, jadi untuk menjadi pendidik yang baik dan sebagai panutan Siswa dan Siswi atau Peserta didik maka kita harus mengetahui subjek pendidikan yang baik dan memiliki kualitas yang tinggi, maka dengan memahami Qur’an surat Ar-Rahman Ayat 1-4 kita sebagai calon pendidik akan mengetahui sikap yang harus dimiliki seorang pendidik.
Judul
Judul garis besar makalah ini adalah “Subjek Pndidikan Hakiki” dan sub pembahasannya adalah “Allah Sebagai Pendidik”.
Arti Penting
Dari berbagai ayat Al-Quran yang membicarakan tentang kedudukan Allah sebagai pendidik dapat dipahami dalam firman-firman yang diturunkan-Nya kepada Nabi Muhammad SAW. Allah memiliki pengetahuan yang amat luas. Dia juga sebagai Pencipta.
Firman Allah SWT. yang artinya:
- “segala pujian bagi Allah Rabb bagi seluruh alam”. (Q.S. Al-Fatihah: 2).
- “Dan (Allah) allama (mengajarkan) segala macam nama kepada Adam…(Q.S. Al-Baqarah: 31).
- Sabda Rasulullah SAW. Yang artinya: “Tuhanku telah addabani (mendidik)ku sehingga menjadi baik pendidikan”.
Berdasarkan ayat dan hadits di atas dapat dipahami bahwa Allah SWT sebagai pendidik bagi manusia.
Nash Al-Qur’an
الرَّحْمَنُ (١) عَلَّمَ الْقُرْآنَ (٢) خَلَقَ الإنْسَانَ (٣) عَلَّمَهُ الْبَيَانَ (٤)
Artinya :
1. (Tuhan) Yang Maha Pemurah,
2. Yang telah mengajarkan Al Qur’an.
3. Dia menciptakan manusia,
4. Mengajarnya pandai berbicara.
BAB II
PEMBAHASAN
Teori
Pengertian
Secara Etimologi
Secara etimologi, dalam konteks pendidikan Islam pendidik disebut dengan murabbi, mu’allim, dan muaddib. Katamurabbi berasal dari kata rabba, yurabbi. Kata mu’allim isim fail dari ‘allama, yu’allimu sedangkan kata muaddib berasal dari addaba, yuaddibu, seperti sabda Rasul: “Allah mendidikku, maka Dia memberikan kepadaku sebaik-baik pendidikan”.
Ketiga term itu, mu’allim, murabbi, muaddib, mempunyai makna yang berbeda sesuai dengan konteks kalimat, walaupun dalam situasi tertentu mempunyai kesamaan makna. Kata atau istilah “murabbi” misalnya, sering dijumpai dalam kalimat yang orientasinya lebih mengarah pada pemeliharaan, baik yang bersifat jasmani atau rohani. Pemeliharaan seperti initerlihat dalam proses orang tua membesarkan anaknya. Mereka tentunya berusaha memberikan pelayanan secara penuh agar anaknya tumbuh dengan fisik yang sehat dan kepribadian serta akhlak yang terpuji. Sedangkan untuk istilah “mu’allim”, pada umumnya dipakai dalam membicarakan aktifitas yang lebih terfokus pada pemberian atau pemindahan ilmu pengetahuan (pengajaran), dari seseorang yang tahu kepada orang yang tidak tahu. Adapun istilah “muaddib”, menurut Al- Attas, lebih luas dari istilah “mu’allim” dan lebih relevan dengan konsep pendidikan Islam.
Secara Terminologi
Para pakar menggunakan rumusan yang berbeda tentang pendidik.
Zakiah Daradjat, berpendapat bahwa pendidik adalah individu yang akan memenuhi kebutuhan pengetahuan, sikap dan tingkah laku peserta didik.
Marimba, beliau mengartikan sebagai orang yang memikul pertanggung jawaban sebagai pendidik, yaitu manusia dewasa yang karena hak dan kewajibannya bertanggung jawab tentang pendidikan peserta didik.
Ahmad Tasir, mengatakan bahwa pendidik dalam Islam sama dengan teori di Barat, yaitu siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik.
Penjelasan Ayat
Pada surah ar-Rahman ayat 1-4 ditegaskan disini bahwa yang menjadi subjek pendidikan adalah seorang manusia yang merupakan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna karena diberikan olehnya sesuatu yang tidak ia berikan kepada makhluk ciptaannya yang lain yakni akal yang mengangkat derajat manusia sehingga manusialah yang berhak menjadi subjek pendidikan baik bagi sesama ataupun bagi makhluk ciptaan Allah yang lainnya. Surah Ar-rahman terdiri dari 78 ayat, surah ini termasuk ke dalam surah Madaniyah. Dinamankan Ar-Rahman yang berarti Yang Maha Pemurah berasal dari kata Ar-Rahman yang terdapat pada ayat pertama surah ini. Ar-rahman merupakan satu dari sekian nama Allah SWT, sebagian besar dari surah ini menerangkan kepemurahan Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya, yaitu dengan memberikan nikmat-nikmat yang tak terhingga baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Selain itu ayat ini juga menjelaskan tentang bagaimana Allah dalam sifatnya Yang Maha Kasih Sayang telah mengajarkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad saw. untuk kemudian dijadikan landasan utama bagi kaum muslimin dalam mengarungi kehidupan di dunia. Sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam kitab Muwaththa :
Aku telah meninggalkan 2 perkara untuk kalian, kalian tidak akan sesat selama berpegang teguh kepada keduanya, yakni kitabullah (Al-Quran) dan sunnah Nabi-Nya. Dalam konteks ayat ini, kata Ar-rahman juga dapat ditambahkan bahwa kaum musyrikin Mekah tidak mengenal siapa Ar-Rahman sebagaimana pengakuan mereka yang direkam oleh Q.S Al-Furqan 25 :60. Dimulainya surah ini dengan kata tersebut bertujuan juga mengundang rasa ingin tahu mereka dengan harapan akan tergugah untuk mengakui nikmat – nikmat dan beriman kepada Nya.
Kata ‘Al-lama atau mengajarkan memerlukan objek. Banyak ulama yang mengatakan bahwa yang dimaksud objek disini adalah Al-insan atau manusia. Malaikat jibril yang menerima wahyu dari Allah yang berupa Al-qur’an untuk disampaikan kepada nabi Muhammad Saw, disampaikan oleh beliau kepada nabi, malaikat jibril tidak akan mungkin mengajarkannya kepada nabi kalau sebelumnya tidak mendapat pengajaran kepada Allah. Al-Hasan berkata kata Al-Bayan berarti berbicara, karena konteks Al-qur’an berada dalam pengajaran Allah yaitu cara membacanya, hal ini berlangsung dengan cara memudahkan pengucapan artikulasi serta memudahkan keluarnya huruf melalui jalanya masing-masing dari tenggorokan, lidah dan dua bibir sesuai dengan keragaman artikulasi sesuai dengan jenis hurufnya.
Sedangkan menurut Thabathaba’i, kata bayan berarti jelas, yang dimaksud disini dalam arti potensi mengungkap yakni kalamatau ucapan yang dengannya dapat terungkap apa yang terdapat dalam benak. Menurutnya tidaklah dapat terwujud kehidupan bermasyarakat manusia, tidak juga mahluk ini dapat mencapai kemajuan yang mengagumkan dalam kehidupan kecuali dengan kesadaran tentang al-kalam atau pembicaraan itu sendiri, karena dengan demikian dia telah membuka pintu untuk memeroleh dan memberi pemahaman, tanpa itu manusia akan sama saja dengan binatang dalam hal ketidak mampuannya mengubah wajah kehidupan dunia ini.
Tafsir Ar – Rahman Ayat 1 – 4
Tafsir Al-Maraghi
Dalam Surat Ar – Rahman ayat 1-2 (الرحمن عَلَّمَ الْقُرْءَانَ) ini menyebut-nyebut tentang nikmat yang telah Allah anugerahkan kepada hamba-hamba-Nya, maka terlebih dahulu Allah menyebutkan nikmat yang merupakan nikmat terbesar kedudukannya dan terbanyak manfaatnya, bahkan paling sempurna faedahnya, yaitu nikmat di ajarkannya Al-Qur’anul Karim. Karena dengan mengikuti Al-Qur’anul Karim, maka diperolehlah kebahagiaan di dunia dan di akhirat dengan menempuh jalannya. Lalu diperbolehkan segala keinginan di dunia dan di akhirat, karena Al-Qur’anlah puncak dari segala kitab Samawi, yang telah diturunkan pada makhluk Allah yang terbaik.
Dalam Surat Ar-Rahman ayat 3-4 (عَلَّمَهُ الْبَيَانَ خَلَقَ الْإنْسَن) bahwa Allah telah menyebutkan pula nikmat yang merupakan pangkal segala urusan dan segala sesuatu. Oleh karena manusia itu makhluk sosial menurut tabiatnya, yang tak bisa hidup kecuali bermasyarakat dengan sesamanya, maka haruslah ada bahasa yang digunakan untuk saling memahamkan sesamanya, dan untuk menulis kepada sesamanya yang berada di tempat-tempat jauh dan negeri-negeri seberang, disamping untuk memelihara ilmu-ilmu orang terdahulu,supaya dapat diambil manfaatnya oleh generasi berikut, dan supaya ilmu-ilmu itu dapat ditambah oleh generasi mendatang atas hasil usaha yang diperoleh oleh generasi yang lalu.
Ini adalah nikmat ruhani terbesar yang tak bisa ditandingi dengan nikmat lainnya dalam kehidupan ini. Oleh karena itu Allah mendahulukan penyebutannya atas nikmat-nikmat lain yang akan disebutkan nanti.
Tafsir Al-Azhar
“الرحمن” (ayat 1) arti dari Rahman adalah amat luas, kalimat dalam pengambilannya ialah RAHMAT. Yang berarti kasih, sayang, cinta, pemurah. Dai meliputi segala segi kehidupan manusia dan terbentang di dalam segala makhluk yang wujud dalam dunia ini. Di dalam ayat-ayat Al-Qur’an kita akan bertemu dengan ayat-ayat yang menyebutkan Rahmat Allah, tidak kurang daripada 60 kali, Rahim sampai 100 kali. Maka apabila kita perhatikan Al-Qur’an dengan seksama, kita akan bertemu hampir pada tiap-tiap halaman, kalimat-kalimat Rahman, Rahim, Rahmat, Rahmati, Rahimin, Ruhammak, Arhamah, al-Arhamah, yang semuanya itu mengandung arti kasih, sayang, pemurah, kesetiaan, dan lain-lain. Artinya pada sifat-sifat yang lain, misalnya sifat santun, sifat ‘Afuwwun (pemaf), sifat Ghafurun (pengampun) dan lain-lain, di dalamnya kalau kita renungkan, akan bertemu kasih sayang Tuhan, kemurahan Tuhan, dermawan Tuhan. Bahkan mulai saja satu surat kita baca, hendaklah dimulai dengan Bismillahi-Rahmani-Rahim. Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, maka di dalam surat yang satu ini dikhususkanlah menyebut Allah dengan sifat-Nya yang paling meminta perhatian kita. Kalau kiranya Allah adalah bersifat Rahman, seyogyanya kita, insan ini meniru pula sifat Tuahan itu.
“عَلَّمَ الْقُرْءَانَ” (ayat 2) inilah salah satu dari Rahman, atau kasih sayang Tuhan kepada manusia, yaitu diajarkan kepada manusia itu Al-Qur’an, yaitu Wahyi Illahi yang diwahyukan kepada Nabi-Nya Muhammad s.a.w. yang dengan sebab Al-Qur’an itu manusia dikeluarkan daripada gelap-gulita kepada terang-benderang, dibawa kepada jalan yang lurus. Maka datangnya pelajaran Al-Qur’an kepada manusia, adalah sebagai menggenapkan kasih Tuhan kepada manusia. Rahmat Ilahi yang utama ialah Ilmu Pengetahuan yang dianugerahkan Allah kepada kita manusia. Mengetahui itu adalah suatu kebahagiaan, apalah lagi kalau yang diketahui itu Al-Qur’an.
“خَلَقَ الْإنْسَن” (ayat 3) penciptaan manusia pun adalah satu diantara tanda Rahmat Tuhan kepada alam ini. Sebab diantara begitu banyak makhluk Illahi di dalam alam ini, manusialah satu-satunya makhluk yang paling mulia. Maka terbentanglah alam luas ini dan berdiamlah manusia diatasnya, maka dengan Rahmat Allah yang ada pada manusia tadi yaitu akalnya dan pikirannya dapatlah manusia itu menyesuaikan diri dengan alam. Hujan turun dan air mengalir, lalu manusia membuat sawah. Jarak diantara satu bagian dunia dengan bagian yang lain amat jauh. Bahkan seperlima dunia adalah tanah daratan, sedang empat perlima lautan yang luas. Manusia dengan akal budinya menembus jarak dan perpisahan yang jarak tadi membuat bahtera dan kapal untuk menghubungkannya satu dengan yang lain. Diantara begitu banyak makhluk Tuhan di dalam dunia ini, manusialah yang dikaruniai perkembangan akal dan fikiran, sehingga timbullah pepatah yang terkenal, bahwasanya tabiat manusia itu ialah hidup yang lebih maju.
“عَلَّمَهُ الْبَيَانَ” (ayat 4) barulah Rahmat Allah kepada manusia tadi lebih sempurna lagi, karena manusia pun diajar oleh Tuhan menyatakan perasaan hatinya dengan kata-kata.itulah yang di dalam Bahasa Arab disebut “al-Bayaan”, yaitu menjelaskan, menerangkan apa yang terada di hati, sehingga timbullah bahasa-bahasa. Kitapun sudah sama maklum sebagaimana pntingnya kemajuan bahasa karena kemajuan Ilmu Pengetahuan. Suatu bangsa yang lebih maju, terutama dilihat orang dalam kesanggupannya memakai bahasa, memakai bicara. Alangkah malang yang tidak sanggup mmakai lidahnya untuk menyatakan perasaan hatinya, “bagai orang bisu bermimpi” kemana dan bagaimana dia akan menerangkan mimpinya? Oleh sebab itu jelaslah bahwa pemakaian bahasa adalah salah satu diantara Rahmat Allah dimuka bumu ini. Beribu-ribu sampai berjuta-juta buku-buku yang dikarang, dalam beratus ragam bahsa, semuanya menyatakan apa yang terasa di hati sebagai hasil penyelidikan, pengamalan, dan kemajuan hidup.
Tafsir ibnu katsir
Allah Ta’ala memberitahukan tentang karunia dan rahmat-Nya bagi makhluk-Nya, dimana Dia telah menurunkan al-Qur’an kepada hamba-hamba-Nya, memberikan kemudahan membaca dan memahaminya bagi siapa saja yang Dia beri rahmat. Dia berfirman: ar-rahmaan, ‘allamal qur’aan, khalaqal ingsaan, ‘allamahul bayaan. “(Rabb) Yang Maha Pemurah, yang telah mengajarkan al-Qur’an. Dia menciptakan manusia, Yang telah mengajarkan al-Qur’an, mengajarnya pandai bicara.” Al-Hasan berkata: “Kata al bayaan berarti berbicara. Karena siyaq berada dalam pengajaran al-Qur’an oleh Allah Ta’ala, yaitu cara membacanya. Dan hal itu berlangsung dengan cara memudahkan pengucapan artikulasi, serta memudahkan keluarnya huruf melalui jalannya masing-masing dari tengorokan, lidah dan dua bibir sesuai dengan keragaman artikulasi dan jenis hurufnya.”
Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari
Kandungan Hukum dalam Surat ar-Rahman ayat 1-4 , dari ayat pertama ( الرحمن) ar-Rahman,yang memiliki arti pengasih kepada makhluknya tanpa keterkecuali baik kepada yang beriman maupun yang mengingkarinya, disini jika dikaitkan dengan pendidikan adalah kita sebagai pendidik harus memilik sifat yang pengasih tanpa pengecualian baik kepada yang pintar, pendiam, dan yang nakal. Kita harus menyayanginya tanpa pandang bulu.
Mengajarkan Qur’an. Ini menunjukan bahwa seorang guru harus terlebih dahulu mempersiapkan Qur’an, dalam konteks ini qur’an diterjemahkan dengan materi pelajaran, sebelum guru berada dihadapan siswa. guru harus terlebih dahulu mempersiapkan dalam artian menguasai, memahami materi yang akan disampaikan kepada siswa. sehingga seorang guru dapat maksimal mentransfer ilmunya kepada siswa.
Khalaqal Insan Menciptakan Manusia. Menilik tujuan utama dari pendidikan adalah mencetak manusia yang sempurna, yang berpengetahuan, berakhlak dan beradab. tentu tidak ada manusia yang sempurna, namun berusaha menjadi manusia yang sempurna adalah suatu kewajiban. Seorang guru apapun materi yang ia ajarkan hendaknya mengarahkan siswanya menjadi manusia yang berpengetahuan, beradab dan bermartabat yang berujung kepada ketaqwaan kepada Yang Maha Esa. bukan hanya amengarahkan pada aspek prestasi saja.
Allamahul Bayan Mengajarkan Dengan Jelas. Ayat ini kaitannya dengan proses pendidikan adalah seorang guru apapun pelajaran yang disampaikan, sampaikanlah dengan sejelas-jelasnya, sampai pada tahap seorang siswa benar-benar faham. jangan sampai seorang siswa belum betul-betul faham pada materi yang diajarkan sudah pindah kemateriyang lain. banyak kasus di negeri ini, demi mengejar target pencapaian kurikulum, prinsip memberi kefahaman diabaikan, efeknya kita tahu semua.
Aspek Tarbawi
Kata Ar-rahman menunjukan bahwa sifat-sifat pendidik adalah murah hati, penyayang dan lemah lembut, santun dan berakhlak mulia kepada anak didiknya dan siapa saja (kompetensi personal).
Seorang guru hendaknya memiliki kompetensi pedagogis yang baik sebagaimana Allah mengajarkan Al-Qur’an kepada nabi-Nya.
Al-Qur’an menunjukkan sebagai materi yang diberikan kepada anak didik adalah kebenaran/ilmu dari Allah (kompetensi professional).
Keberhasilan pendidik adalah ketika anak didik mampu menerima dan mengembangkan ilmu yang diberikan, sehingga anak didik menjadi generasi yang memiliki kecerdasan spiritual dan kecerdasan intelektual.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah kita mempelajari Surat Ar-Rahman Ayat 1-4 kita dapat mengambil beberapa pelajaran yang terdapat dalam surat itu, dimana Allah itu Sebagai pendidik pertama dimuka bumi dan alam semesta ini.
Dalam surat ar-Rahman ayat 1 sampai 4 kita diajarkan menjadi seorang pendidik yang sebenarnya, yang harus memilik sifat rahman kasih sayang, dan sebagai seorang pendidik kita harus mengajarkan apapun dengan sejelas-jelasnya, seperti ayat ke 4 dalam surat ar-Rahman yang berbunyiعَلَّمَهُ الْبَيَانَ.
Saran
Sebagia pendidik haruslah sesuai dengan ketentuan-ketentuan sebagaimana layaknya sorang pendidik, pendidik juga harus mengajarkan siswa nya dengan berpedoman pada Al-Qur’an yang mana telah disebutkan diatas. Pendidik harus memiliki sifat kasih sayang (Rahman) dan dalam mengajar siswa nya harus dengan sejels-jelasnya hingga siswa memahami apa yang disampaikan.
DAFTAR PUSTAKA
http://hirukpikuk23.blogspot.co.id/2012/10/pendidik-dalam-islam_6215.html. diakses 13 Oktober 2016.
Ahmad Izzan, 2012, Tafsir Pendidikan Studi Ayat-Ayat Berdimensi Pendidikan, Banten: PAM Press.
Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy, 2000, Tafsir Al Qur’anul Majid An Nuur, Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, 2008, Lubabut Tafsir min Ibni Katsiir, Terj. M. Abdul Ghofar dan Abu Ihsan Al-Atsari, cet.1 : Pustaka Imam Syafii.
M. Quraish Shihab, 2002, Tafsir Al-Mishbah, jilid 13, cet. 3, Jakarta: Lentera Hati.
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, 1989, Tafsir Al-Maraghi, cet.1, Semarang: CV Toha Putra Semarang.
Dr.Hamka, 1982, Tafsir Al-Azhar Juzu’ XXVII, Jakarta : Pustaka Panjimas.
https://alquranmulia.wordpress.com/2013/02/22/tafsir-al-quran-surah-ar-rahman-1/, diakses 15 Oktober 2016
Biodata penulis :
Nama : Faza Savira Sari
TTL : Pekalongan, 09 Mei 1997
Alamat : JL. KHM. Mansyur GG.2 No.24 Rt/Rw: 05/03 BendanKergon Pekalongan
Riwayat Pendidikan :
1. TK Al-Irsyad Pekalongan
2. SD Islam 04 Pekalongan
3. SMP Islam Pekalongan
4. MAN 2 Pekalongan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar