METODE AMSAL
QS. IBRAHIIM AYAT 24-25
Ari Farkataini (2021115291)
Kelas C
JURUSAN TARBIYAH/PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI (IAIN)
PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Metode Amsal” dalam surat Ibrahiim ayat 24-25 ini dengan baik
walaupun masih terdapat banyak kekurangan di dalamnya.. Tak lupa shalawat dan
salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-nantikan syafaatnya di hari kiamat nanti.
Dengan terselesainya karya tulis ini,
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak
Muhammad Hufron, M.S.I selaku dosen mata kuliah Tafsir Tarbawi I
2. Keluarga
dan teman-teman tercinta
Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan, agar dalam penulisan yang akan datang penulis dapat membuat makalah
yang lebih baik lagi.
Penulis
berharap agar karya tulis ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi
pembacapada umumnya dan penulis pada khususnya.Dengan demikian penulis mengharapkan
semoga dari makalah Tafsir Tarbawi I tentang “Metode Amsal” dalam surat Ibrahiim
ayat 24-25 ini dapat diambil dan diaplikasikan manfaatnya sehingga dapat
memberikan inspirasi kepada pembaca.
Pekalongan, November 2016
Penulis
Ari Farkhataini
2021115134
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tidaklah berlebihan jika ada sebuah
ungkapan “aththariqah ahammu minal maddah”, bahwa metode jauh lebih penting
dibanding materi, karena sebaik apapun tujuan pendidikan, jika tidak didukung
oleh metode yang tepat, tujuan tersebut sangat sulit untuk dapat tercapai
dengan baik. Sebuah metode akan mempengaruhi sampai tidaknya suatu informasi
secara lengkap atau tidak. Oleh sebab itu pemilihan metode pendidikan harus
dilakukan secara cermat, disesuaikan dengan berbagai faktor terkait, sehingga
hasil pendidikan dapat memuaskan.
Apa yang dilakukan Rasulullah SAW
saat menyampaikan wahyu Allah kepada para sahabatnya bisa kita teladani, karena
Rasul saw. sejak awal sudah mengimplementasikan metode pendidikan yang tepat
terhadap para sahabatnya. Strategi pembelajaran yang beliau lakukan sangat
akurat dalam menyampaikan ajaran Islam. Rasul saw. sangat memperhatikan
situasi, kondisi dan karakter seseorang, sehingga nilai-nilai Islami dapat
ditransfer dengan baik. Rasulullah saw. juga sangat memahami naluri dan kondisi
setiap orang, sehingga beliau mampu menjadikan mereka suka cita, baik meterial
maupun spiritual, beliau senantiasa mengajak orang untuk mendekati Allah swt.
dan syari’at-Nya.
B.
Judul
Judul makalah ini adalah Metode Amsal (QS. Ibrahiim [14]: 24-25)
C.
Nash dan Artinya
اَلَمْ تَرَكَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ اَصْلُهَا
ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِى السَّمَآءِ(٢٤) تُؤْتِى اُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ
رَبِّهَا‘ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الأَمْثَلَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ (٢٥)
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan
cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim
dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia
supaya mereka selalu ingat.” (QS. Ibrahiim [14]: 24-25)
D.
Arti Penting untuk Dikaji
Dalam
proses belajar-mengajar, mungkin saja terdapat ketidakjelasan materi, sehingga
memerlukan adanya perumpamaan sebagai perantara dalam menyampaikan materi.
Jadi, dalam proses tersebut perumpamaan
mempunyai arti yang cukup penting. Kerumitan materi yang akan disampaikan
kepada peserta didik dapat diserahkan
dengan bantuan perumpamaan. perumpamaan dapat mewakili apa yang kurang mampu
diucuapkan oleh guru dengan kata-kata, bahkan keabstrakan materi dapat
dikonkretkan dengan perumpamaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori
1.
Pengertian metode
Metode
berasal dari dua kata yaitu meta yang artinya melalui dan hodos yang
artinya jalan atau cara. Jadi metode artinya suatu jalan yang dilalui untuk
mencapai suatu tujuan. Adapun istilah metodologi berasal dari kata metoda
dan logi. Logi berasal dari bahasa Yunani logos yang
berarti akal atau ilmu. Jadi metodologi artinya ilmu tentang jalan atau cara
yang harus dilalui untuk mencapai tujuan.[1]
2.
Sumber Metodologi Pendidikan Islam
Metodologi
pendidikan Islam dalam penerapannya banyak menyangkut wawasan keilmuan yang
sumbernya berada di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis. Oleh karena itu, untuk
mendalaminya, kita perlu mengungkapkan implikasi-implikasinmetodologis
kependidikan dalam kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadis tersebut antara lain
sebagai berikut:
a. Gaya bahasa dan ungkapan yang terdapat
dalam firman-firman Allah itu mengandung nilai-nilai metodologis yang mempunyai
corak dan ragam sesuai tempat dan waktu serta sasaran yang dihadapi. Namun,
yang sangat esensial adalah bahwa firman-firman-Nya itu senantiasa mengandung
hikmah kebijaksanaan yang secara metodologis disesuaikan dengan kecenderungan
atau kemampuan yang kejiwaan manusia yang hidup dalam situasi dan kondisi yang
berbeda-beda.
Allah mengarahkan pada akal pikirn
manusia, karena akal pikiran menjadi batas emisah antara makhluk manusia dengan
makhluk yang bukan manusia.
b. Dalam memberikan perintah dan larangan
Allah senantiasa memperhatikan kadar kemampuan masing-masing hamba-Nya,
sehingga taklif (beban)nya berbeda-beda meskipun dalam tugas yang sama.
Perbedaan kemampuan manusia dalam memikul beban tugas dan tanggung jawab mengharuskan
sikap mendidik dari Tuhan itu sendiri bersifat lebih memperhatikan manusia
didik daripada Dia sendiri sebagai Zat Maha Pendidik.
c. Sistem pendekatan metodologis yang
dinyatakan dalam Al-Qur’an adalah bersifat multi approach yang meliputi:
1) Pendekatan religius yang menitikberatkan
kepada pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang berjiwa religius dengan
bakat-bakat agama.
2) Pendekatan filosofis yang memandang bahwa
manusia adalah makhluk rasional atau homo
rationale, sehingga segala sesuatu
yang menyangkut pengembangannya didasarkan pada sejauh mana kemampuan
berpikirnya dikembangkan sampai pada titik maksimal perkembangannya.
3) Pendekatan
sosio kultural yang bertumpu pada pandangan bahwa manusia adalag makhluk yang
bermasyarakat dan berkebudayaan sehingga dipandang sebagai homo sosius dan homo sapiens dalam
kehidupan bermasyarakat yang berkebudayaan
4) Pendekatan
scientific yang titik beratnya terletak pada pandangan bahwa manusia memiliki
kemampuan menciptakan (kognitif) dan merasa (emosional dan effektif). Pendidikan
harus dapat mengembangkan kemampuan analisis-sintesis dan reflektif dalam
berpikir.
3.
Metode Amsal
Yakni
mendidik dengan menggunakan metode pemberian perumpamaan atau metode amsal
tentang kekuasan Tuhan dalam menciptakan hal-hal yang hak dan hal yang bathil.
Ayat-ayat yang menunjukkan bahwa metode amsal untuk mendidik dan mengajar yang
termasuk efektif adalah QS. Ibrahiim:24-26, QS. Ar-Rad: 17, dan QS. Al-Ankabut
:41.[2]
B.
Tafsir
1.
Tafsir Al-Azhar
Kalimat yang baik adalah laksana pohon
kayu yang baik: berurat tunggang yang teguh terhunjam ke petala bumi dan
bercabang , berdahan yang kuatn menengadah langit. Apakah kalimat yang baik itu
? itulah dia kalimat islam. Dari sana
dimulai Islam, dari sana pokok adan sumbernya, yaitu kalimat LA ILAHA ILLALLAH:
“tidak ada Tuhan, melainkan Allah.”Kalimat inilah yang diumpamakan dengan pohon
yang baik, berurat teguh ke bumi, berdahan kuat ke langit.
Apabila diselidiki secara mendalam,
maka pada jiwa setiap orang yang berakal sudah ada bibit kalimat itu. Tetapi
bisa mati sebelum berkembang, atau merana karena kurang dipupuk, atau
ditanamkan pula tanaman lain disamingnya, atau bahkan disaingi rumput yang
mengelilinginya, sehingga dia kerdil dan kurus, sebab lebih tinggi rumput yang
mengelilingi itu daripada pohon asli yang mesti dipelihara itu sendiri. karena
sari tanah yang seandainya akan dihisapnya sendiri telah disekutui pula
menghisapnya oleh tanaman atau rumput yang lain itu.
Kalimat yang baik itu berarti juga
iman; maka pupuknya ialah Ibadah dan Zikir (ingat) yang tiada henti kepada
Allah dan buahnya adalah Amal.“Dia hasilkan buahnya tiap-tiap masa dengan
izin Tuhannya”. Maka oleh karena baik pupuknya, baik pemeliharaannya, subur
tanah tempatnya tumbuh dan selalu dapat menghisap udara dan tidak ada yang
menghambat untuk mengambil cahaya matahari. Dengan sendirinya dia terus
menghasilkan buah, tidak menghitung musim dia tetap menghasilkan buah.
Diberi perumpamaan yang indah ini
supaya manusia tetap ingat, agar bibit pohon itu yang telah ada dalam jiwa dan akal
kita sejak kita dilahirkan ke dunia, jangan sampai layu. Biar dia tumbuh dengan
suburnya. Kewajiban suatu rumah tangga memelihara pohon Al-Hayah ini pada seisi
rumah tangga, kewajiban ayah bunda memupuknya pada anak. Dia mesti dipelihara.
Pemeliharaan itulah yang didalam bahasa arab disebut taqwa, berasal dari
kalimat WIQAYAH; pemeliharaan. Jangan ada yang menghambatnya dari cahaya
matahari. Cahaya matahari itu diambil
dengan mengerjakan sembahyang sehingga sampailah dahan dan cabang kayu itu ke
langit.
Kalimat yang baik itu berarti juga
Iman; maka pupuknya ialah Ibadat dan Zikir (ingat) yang tidak berhenti-berhenti
kepada Allah dan buahnya ialah Amal.
”. Maka oleh karena baik pupuknya,
baik pemeliharaannya, subur tanah tempatnya tumbuh dan selalu dapat menghisap
udara dan tidak ada yang menghambat buat mengambil cahaya matahari, dengan
sendirinya dia terus menghasilkan buah, tidak menghitung musim.
Diberi perumpamaan yang indah ini
supaya manusia tetap ingat, agar bibit pohon itu yang telah ada dalam jiwa dan
akal kita sejak kita dilahirkan di dunia, jangan sampai layu. Biar tumbuh
dengan subur.
2.
Tafsir Al- Misbah
Ayat ini mengajak siapa saja yang
dapat melihat yakni untuk merenung dan memperhatikan, dengan menyatakan: Tidakkah
engkau melihat yakni memperhatikan bagaimana Allah yelah
membuatperumpamaan kalimat yang baik ? Kalimat itu seperti pohon yang
baik, akarnya teguh menghunjam ke bawah sehingga tidak dapat dirobohkan
oleh angin dan cabangnya tinggi menjulang ke langit yakni ke
atas. Ia memberikan buahnya pada setiap waktu yakni musim dengan
seizin Tuhannya sehingga tidak ada satu kekuatan yang dapat menghalangi pertumbuhan
dan hasilnya yang memuaskan.
Demikian Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan yakni memberi contoh dan permisalan untuk
manusia supaya dengan demikian makna-makna abstrak dapat ditangkap melalui
hal-hal konkret sehingga mereka selalu ingat.
Sementara ulama membahas pohon
apakah yang dimaksud sebagai perumpamaan kalimat yang baik itu. Ada yang
berpendapat bahwa ia adalah pohon kurma. Ulamaberbedapendapattentangapa yang
dimaksudKalimat yang baik. Ada yang
berpendapatbahwaiaadalahkalimatTauhid, atauiman, bahkanada yang
memahaminyamenunjukkepadapribadiseoragmukmin .imanterhunjamkedalamhatinya,
sepertiterhunjamnyaakarpohon,
cabangyamenjulangkeatasyakniamal-amalnyaditerimaoleh Allah,
buahnyayakniganjaranIlahi pun bertambahsetiapsaat. ThahirIbn ‘Asyurmemahaminyadalamartinya
al-Qur’an danpetunjuk-petunjuknya. Thabathaba’imemahaminyadalamartikepercayaan
yang haq.Makna-makna di
atassemuanyadapatbertemu.AgaknyasecarasingkatkitadapatmenyatakanbahwaiaadalahKalimatTauhid.
3. Tafsir Al- Qurthubi
Kalimat yang baikdalamfirman Allah
tersebutdapatdiartikansebagaisesuatu yang terdapat di dalamhati orang mukmin,
yaitukeimanan.Diumpamakandengantumbuhnyapohonkurmadandiumpamakantingginyaamalnya
di langitdengantingginyapelepahpohonkurma, sedangkanpahaladari Allah diumpamakansepertibuah.
Bisajugamaknanyaadalahakarpohonkurmamenancapkiat di
dalamtanahatauakarnyamenyerap air
daritanahdandariatasnyalangitmenyiraminyadengan air, makaitulah zakat yang
berkembang.
Ada yang berpendapat, pohondiumpamakansepertimanusia, karenasetiappohonapabiladipotongbagianatasnya,
makadahan-dahanakanbermunculandarisegalasisinya.
Sedangkanpohonkurmaapabiladipotongbagianatasnya, makaiaakan mongering
danhilangsamasekali, karenaiamenyerupaimanusiadansemuajenishewandalam proses
pembuahan. Selainitu, iatidakberbuahhinggaterjadiperkawinansilang.
Ibnu Abbas berkata, “Maksudpohonituadalahpohonkelapa, yang
tidakpernahberhentiberbuahdanselalumenghasilkanbuahsetiapbulan.”
Allah telahmengumpamakanamal orang mukminsetiapwaktudenganpohonkurma
yang selalumemberikanbuahnya di berbagaiwaktu.
Adh-Dhahhakberkata, “ Setiapwaktumalamdansiang,
musimhujandanmusimpanasdanbisadimakansetiapwaktu. Demikianjugadengan orang
mukmintidaklepasdarikebaikan di semuawaktunya.”
C. AplikasidalamKehidupan
Seorang guru harus rajin membaca, berfikir, dan kreatif,
agar bisa menemukan perumpamaan-perumpamaan saat akan mengajar, atau saat ia
secara tiba-tiba harus menyampaikannya. Guru juga harus membiasakan diri
menyampaikan perumpamaan dalam mengajar, agar mahir dan terbiasa. Guru
menjelaskan perumpamaan tersebut, agar siswa yang belum paham dapat mengerti
maknanya. Guru bisa memperoleh perumpamaan dari Al-Quran, Hadis, dan sumber
lainnya. Kadang guru meminta siswa menjelaskan perumpamaan yang serupa dengan
perumpamaan yang telah dimajukan guru untuk memancing kreatifitas dan daya
fikir siswa.
D. AspekTarbawi
- Mengandung unsur-unsur yang menarik dan menyenangkan;
- Memperjelas makna dengan mengaitkan sesuatu yang abstrak dengan sesuatu yang konkrit;
- Mendorong sikap positif;
- Meninggalkan sikap negatif.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Metode
pendidikan islam adalah prosedur umum dalam penyampaian materi untuk mencapai
tujuan pendidikan didasarkan atas asumsi tertentu tentang hakikat islam sebagai
suprasistem.
Metode
pendidikan merupakan sarana atau jalan menuju tujuan pendidikan, sehingga
segala jalan yang ditempuh oleh seorang pendidik haruslah mengacu pada
dasar-dasar metode pendidikan tersebut. Dasar metode pendidikan Islam itu
diantaranya adalah dasar agamis, biologis, psikologis, dan sosiologis.
Metode
pendidikan Islam harus digunakan dengan memperhatikan
prinsip-prinsip yang mampu memberikan pengarahan dan petunjuk tentang
pelaksanaan metode penddikan tersebut Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai
berikut : Prinsip mempermudah, Berkesinambungan, Fleksibel dan dinamis.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qurthubi, Syaikh Imam. 2008. Tafsir
Al Qurthubi. Jakarta: Pustaka Azzam.
Hamka. 1983. Tafsir Al Azhar Juzu
ke-13-14. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir
Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati.
Uhbiyat, Nur. 1999. Ilmu pendidikan
Islam. Bandung: Pustaka Setia.
PROFIL PENULIS
Nama :
Ari Farkhataini
Nim :
2021115291
Kelas :
C
Jurusan/prodi : Tarbiyah/PAI
Tempat, tanggal lahir : Pekalongan, 14 Januari 1998
Alamat :
Kedungwuni Pekalongan
Motto hidup : Knowing is nothing we must apply, willing is
nothing we must do
Cita-cita :
Lulus dengan predikat terbaik dan bisa mengamalkan ilmu yang saya miliki di
jalan Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar