JATI
DIRI MANUSIA
“SIKLUS
HIDUP MANUSIA” (QS.
AL-MU’MIN: 67)
Tiwi
Oviani (2021115012)
Kelas
D
FAKULTAS
TARBIYAH/PAI
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017
KATA
PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya
saya dapat menyelesaikan makalah Tafsir Tarbawi II tentang “Siklus Hidup
Manusia” dalam Qur’an Surah Al-Mu’min ayat 67 ini dengan baik, meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih kepada Bapak Muhammad
Hufron, M.S.I selaku Dosen mata kuliah Tafsir Tarbawi II yang telah memberikan
tugas ini kepada saya. Saya berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita tentang Siklus Hidup Manusia. dalam
Qur’an Surah Al-Mu’min ayat 67. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
saya berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan saya
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
saya sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan .
Pekalongan, Febuari 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pada
umumnya kehidupan manusia selalu berjalan seiring dengan waktu yangterus berputar. Dalam menjalani kehidupannya,
manusia mengalami suatu proses yang sangat panjang, dimulai dari masa bayi
hingga menginjak masa dewasa. Namun kehidupan manusia tidaklah monoton, artinya
dalam setiap jenjang kehidupannya manusia akan mengalami perubahan-perubahan
yang terjadi lambat tetapi pasti baik dari segi fisik maupun
psikisnya.
Kehadiran
manusia tidak terlepas dari asal usul kehidupan di alam semesta. Manusia
hakihatnya adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Pada diri manusia terdapat
perpaduan antara sifat ketuhanan dan sifat kemakhlukan. Dalam pandangan Islam,
sebagai makhluk ciptaan Allah SWT manusia memiliki tugas tertentu dalam
menjalankan kehidupannya di dunia ini. Untuk menjalankan tugasnya manusia
dikaruniakan akal dan pikiran oleh Allah SWT. Akal dan pikiran tersebut yang
akan menuntun manusia dalam menjalankan perannya. Dalam hidup di dunia, manusia
diberi tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi,
serta pengelolaan dan pemeliharaan alam.
Penciptaan manusia juga tak lepas atas izin
dan peran Allah SWT. Yang menjadikan manusia sebagai makhluk yang paling
sempurna dan sebaik-baik ciptaan dibandingkan makhluk-makhluk-Nya yang lain
agar taat dan bertaqwa kepada Allah SWT.Seperti yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an
surah Al-Mu’min ayat 67.
B. Judul
“Jati diri
manusia:
Siklus hidup manusia
C. Nash
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ تُرَابٍ
ثُمَّ مِنْ نُطْفَةٍ ثُمَّ مِنْ عَلَقَةٍ ثُمَّ يُخْرِجُكُمْ طِفْلًا ثُمَّ
لِتَبْلُغُوا أَشُدَّكُمْ ثُمَّ لِتَكُونُوا شُيُوخًا ۚ وَمِنْكُمْ مَنْ
يُتَوَفَّىٰ مِنْ قَبْلُ ۖ وَلِتَبْلُغُوا أَجَلًا مُسَمًّى وَلَعَلَّكُمْ
تَعْقِلُون
Artinya: Dialah yang menciptakan
kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal darah,
kemudian dilahirkannya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu dibiarkan
hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan kamu hidup
lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami perbuat
demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya kamu
memahami(nya). [1]
D.
Tujuan
dikaji
Dalam Al-Qur’an surat Al-Mu’min ayat 67 ini penting
untuk dikaji karena sebagai hamba Allah SWT, kita seharusnya merenungkan proses
terjadinya manusia yang tertulis dalam Al-Qur’an surat Al-Mu’min ayat 67,
sehingga kita lebih berhati-hati dalam menjalani kehidupan yang fana ini.
Penting bagi manusia untuk selalu berusaha menambah iman dan tawadlu kepada
Allah SWT, karena proses kehidupan manusia memang sudah diatur oleh Allah,
karena manusia tinggal melaksanakan, ibarat sandiwara atau sinetron manusia
hanya permainan, sedang sutradaranya adalah Allah. Oleh karena itu kita sebagai manusia hendaknya lebih mendekatkan diri kepada Allah, lebih rajin dalam beribadah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori
1.
Pengertian Manusia
Pengertian
manusia menurut para ahli dan pandangan Islam:
a. Paula
J. C. & Janet W. K. Manusia merupakan makhluk yang terbuka, bebas memilih
makna di dalam setiap situasi, mengemban tanggung jawab atas setiap keputusan,
yang hidup secara berkelanjutan, serta turut menyusun pola hubungan antar
sesama dan unggul multidimensional dengan berbagai kemungkinan.
b. Omar
Mohammad Al – Toumi Al – Syaibany, pengertian
manusia adalah makhluk yang mulia. Manusia merupakan makhluk yang mampu
berpikir, dan menusia merupakan makhluk 3 dimensi (yang terdiri dari badan,
ruh, dan kemampuan berpikir / akal). Manusia di dalam proses tumbuh kembangnya
dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor keturunan dan faktor lingkungan.
c. Kees
Bertens, manusia adalah setiap makhluk yang terdiri dari dua unsur yang
satuannya tidak dapat dinyatakan dalam bentuk apapun.
d. Upanisads,
manusia merupakan sebuah kombinasi dari beberapa unsur kehidupan seperti roh (atman), pikiran,
jiwa, dan prana (tubuh / fisik).
e. Pandangan
Islam, manusia adalah makhluk yang paling mulia dan terhormat disisi Allah SWT,
dalam bentuk yang amat baik. Manusia diberi akal dan hati.[2]
2.
Memahami Hakekat dan Siklus Kehidupan
Kehidupan yang
dijalani oleh manusia sesungguhnya merupakan perjalanan panjang, yang tidak hanya dibatasi oleh kehidupan di
dunia yang terhenti atau berakhir dengan adanya kematian. Sebelum manusia mendapati kehidupannya
di alam dunia ini, manusia diberi ruh oleh Allah
SWT yang bersifat abadi. Tahap kehidupan berikutnya adalah peniupan ruh ke embrio manusia yang
berada di Rahim ibu. Kelahiran di
dunia, merupakan tahap kehidupan ketiga yang
dilalui manusia. Tahapan ini adalah tahap yang sangat menentukan bagi keberhasilan menjalani tahapan kehidupan selanjutnya. Di dunialah manusia mendapat tugas dan peran yang cukup berat dan menantang yaitu menerima amanah menjadi khalifah
(pemimpin), pengatur dan pemelihara kehidupan dunia agar tercapai kehidupan yang sesuai dengan kehendak dan hukum
illahiyah.[3]
3.
Siklus Kehidupan Manusia
Urutan proses kejadian manusia:
a.
Dari sari pati tanah akhirnya menjadi air mani yang disimpan di tulang sulbi seorang laki-laki dan perempuan.
b.
Dari air
mani seorang laki-laki dan perempuan yang bersatu menjadi segumpal darah.
c.
Dari
segumpal darah melalui proses akhirnya menjadi seorang bayi.
d.
Dari bayi kemudian tumbuh dan akhirnya menjadi tua, kemudian meninggal.
Proses kehidupan manusia ada yang sampai tua, tetapi ada juga yang baru usia dewasa atau anak-anak ada yang sudah meninggal. [4]
B.
Tafsir dari Al-Qur’an Surat Al-Mu’min ayat 67
1. Tafsir Ibnu
Katsir
Dialah yang mengatur kalian di dalam
semua proses ini, tidak ada serikat bagi-Nya. Karena perintah, kepengurusan,
dan kekuasaan-Nyalah maka semua itu terjadi. “diantara kamu ada yang diwafatkan
sebelum itu, “yakni sebelum adam dan lahir kealam ini. Dan, diantara mereka ada
yang diwafatkan ketika masih kecil masih muda dan masih dalam buaian. “(kami
perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya
kamu memahaminya. “yaitu, supaya kamu menyadari bahwa hari berbangkit itu ada.
Dialah yang menghidupkan dan mematikan. Yakni, hanya Dialah yang melakukan hal
itu. Tidak ada siapa pun selain Dia yang sanggup melakukan hal itu. Maka
apabila Dia menetapkan sesuatu urusan, Dia hanya berkata kepadanya “Jadilah”
maka jadilah dia. Yakni, tidak ditentang dan tidak di halangi, bahkan kapan pun
Dia menghendaki, jadilah dia tanpa ragu.[5]
2. Tafsir Al-Maraghi
Allah-lah
yang telah menciptakan kalian dari tanah. Karena setiap manusia diciptakan dari
mani. Sedang mani itu diciptakan dari darah, dan darah timbul dari gizi-gizi
makanan. Dan gizi-gizi itu berasal dari tumbuh-tumbuhan, dan tumbuh-tumbuhan
itu terbentuk dari unsur-unsur tanah dan air. Maksudnya yaitu bahwasannya tanah
itu kemudian menjadi nutfah, kemudian menjadi segumpal darah, kemudian melewati
tahap-tahap yang banyak, sehingga lahirlah sebagai janin dari perut ibunya.
Allah SWT
telah mengurutkan umur manusia menjadi 3 tahap
1.
Masa
kanak-kanak
2.
Masa dewasa
3.
Masa tua
Dan diantara
manusia, ada yang dimatikan sebelum mencapai tahap terakhir, dan Allah
melakukan yang seperti itu agar kalian mencapai saat yang telah ditentukan,
yaitu hari kiamat, dan agar kalian memahami bermacam-macam pelajaran dan hikmah
yang terdapat dalam peralihan-peralihan di antara bermacam-macam tahap
tersebut. [6]
2.
Tafsir
Jalalain
Dialah yang
menciptakan kalian dari tanah yang menciptakan bapak moyang kalian yaitu Nabi
Adam, dari tanah liat. Kemudian dari setetes nutfah yakni air mani, sesudah itu
dari segumpal darah yakni darah kental kemudian dikeluarkan-Nya kalian sebagai
seorang anak dan kemudian dibiarkan-Nya kalian hidup supaya kalian sampai
kepada masa dewasa, masa sempurnya kekuatan kalian, yaitu diantara umur 30-40
tahun kemudian dibiarkan-Nya kalian hidup sampai tua, dan diantara kalian ada
yang diwafatkan sebelum itu, yakni sebelum dewasa dan sebelum mencapai usia
tua. Dia melakukan hal tersebut kepada kalian supaya kalian hidup, dan supaya
kalian sampai pada ajal yang ditentukan yakni waktu yang telah dibataskan bagi
hidup kalian, dan supaya kalian memahami bukti-bukti yang menunjukkan
keesaan-Nya, kemudian kalian beriman kepada-Nya.[7]
C. Aplikasi dalam Kehidupan dalam
QS.Al-Mu’min:67
1. Lebih mendekatkan diri
kepada Allah SWT, karena manusia merupakan makhluk ciptaan-Nya yang berasal dari tanah
2. Membaca dan mengetahui
makna yang terkandung di dalam al-Qur’an yang kemudian diamalkan didalam
kehidupan sehari-hari.
3. Informasi dari Allah
SWT tentang proses kejadian manusia ketika manusia dalam kandungan agar
menambah keimanan kepada Allah SWT
4. Proses kehidupan
manusia ada yang sampai tua, tetapi ada juga yang baru sampai usia dewasa atau
anak-anak ada yang sudah meninggal.[8]
5. Membiasakan diri untuk
berlaku santun dengan siapapun.
6. Lebih mendekatkan diri
kepada Allah bahwa kita hidup di dunia hanya sementara
Imam
Khanafie Al-Jauharie, Filsafat Islam
(Pekalongan: Niccos Advertaising, 2012), hlm. 153-154
D.
Aspek Tarbawi
Nilai-nilai
pendidikan yang terkandung didalam QS. Al-Mu’min Ayat 67 adalah sebagai
berikut:
1.
Proses kehidupan manusia sudah diatur oleh Allah SWT, manusia tinggal
melaksanakan apa yang diperintahkan Allah SWT, sebelum sampai pada ajal marilah
kita melaksanakan tugas sebagai manusia yaitu dengan cara beribadah dengan
sebaik-baiknya.
2.
Dengan mengetahui penciptaan manusia, setiap manusia mampu menambah keimanan
diri-Nya dalam beribadah kepada Allah SWT, dan setiap manusia mampu memilih
hakikat kehidupan yang bermanfaat bagi dirinya, yang membuat dirinya bahagia
dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.
3.
Sesungguhnya apa yang ada pada manusia berupa kehidupan, kita harus
mensyukurinya dengan sebaik-baiknya, dengan cara lebih menambah keimanan diri
kita kepada Allah SWT, hindarkan diri kita dari sifat berkeluh-kesah.
4.
Wajibnya bersyukur bagi orang yang Allah ta’ala berikan
kepadanya Al-Hikmah, karena kebaikan yang sangat banyak ini mewajibkan
mensyukurinya.
5.
Sebagai seorang muslim kita seharusnya mau merenungkan proses terjadinya
manusia yang tertulis dalam surat Al-Mu’min ayat 67 sehingga kita lebih
berhati-hati dalam menjalani kehidupan yang fana ini, penting bagi manusia untuk
selalu berusaha menambah iman dan tawadlu kepada Allah SWT.
6.
Tidaklah yang dapat mengambil pelajaran dari pelajaran yang terdapat di alam
dan pada syari’at ini kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat, yang mana
mereka menghayati dan mempelajari apa yang terjadi dari tanda-tanda yang telah
lalu dan yang akan datang, sehingga mereka dapat, mengambil pelajaran darinya.
Adapun seorang yang lalai, maka hal tersebut tidak memberikannya manfaat dan
pelajaran (sedikitpun).
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Allah-lah yang menciptakan manusia
dari tanah, yang menciptakan bapak moyang kalian yaitu Nabi Adam, dari tanah
liat. Kemudian dari setetes nutfah yakni air mani, sesudah itu dari segumpal
darah yakni darah kental kemudian dikeluarkan-Nya kalian sebagai seorang anak
dan kemudian dibiarkan-Nya kalian hidup supaya kalian sampai kepada masa
dewasa, masa sempurnya kekuatan kalian, yaitu diantara umur 30-40 tahun
kemudian dibiarkan-Nya kalian hidup sampai tua, dan diantara kalian ada yang
diwafatkan sebelum itu, yakni sebelum dewasa dan sebelum mencapai usia tua. Dia
melakukan hal tersebut kepada kalian supaya kalian hidup, dan supaya kalian
sampai pada ajal yang ditentukan yakni waktu yang telah dibataskan bagi hidup
kalian, dan supaya kalian memahami bukti-bukti yang menunjukkan keesaan-Nya,
kemudian kalian beriman kepada-Nya.
DAFTAR
PUSTAKA
Hamka, 1982
Tafsir Al-Azhar. Jakarta : PT. Pustaka Panjimas
Al-Jauharie
Imam Khanafie, 2012 Filsafat Islam. Pekalongan : Niccos Advertaising
Ta’rifin
Ahmad, 2013 Ilmu Alamiah Dasar. Pekalongan : Duta Media Utama
Ar-Rifa’i
Muhammad Nasib, 2000 Tafsir Ibnu Katsir.
Jakarta : Gema Insani
Al-Maragi
Ahmad Mustafa, 1992 Tafsir Al-Maragi.
Semarang : PT. Karya Putra Semarang
Al-Mahalli
Imam Jalaluddin, 2010 Terjemahan Tafsir
Jalalain. Bandung : Sinar Baru Algensindo
Sani
Ridwan Abdullah, 2015 Sains Berbasis Al-Quran. Jakarta : PT. Bumi Aksara
https://pengetiandefinisi.com/pengertian-manusia-menurut-para-ahli/diaksespadatanggal 12 febuari, 14.18
Profil
Penulis
Nama : Tiwi Oviani
Tempat tanggal lahir : Pemalang, 8 Agustus 1996
Alamat : Jl. Sumbodro,
Desa Kaligelang, Rt 01
Rw 03 Kec. Taman, Kab.
Pemalang
Riwayat
Pendidikan :
· SD Negeri 03 Kaligelang (lulus
tahun 2009)
· MTs N Pemalang (lulus tahun 2012)
· MAN Pemalang (lulus
tahun 2015)
· Fokus di S1 IAIN PEKALONGAN
[1]Hamka, Tafsri Al-Azhar (Jakarta : PT. PustakaPanjimas, 1982), hlm. 61
[2]https://pengetiandefinisi.com/pengertian-manusia-menurut-para-ahli/diaksespadatanggal 12 febuari, 14.18
[3] Imam Khanafie Al-Jauharie, Filsafat
Islam (Pekalongan: Niccos Advertaising, 2012), hlm. 153-154
[4] Ahmad Ta’rifin, Ilmu Alamiah
Dasar (Pekalongan: Duta media utama, 2013), hlm. 123
[5] Muhammad Nasib ar-Rifa’i, Tafsir
Ibnu Katsir (Jakarta: Gema Insani, 2000), hlm. 178
[6] Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir
Al-Maragi juz XXIV (Semarang: PT. Karya Putra Semarang, 1992) hlm. 169-170
[7]Imam Jalaluddin Al-Mahalli,
Terjemahan Tafsir Jalalain (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010), hlm. 726
[8] Ridwan Abdullah Sani, Sains
berbasis Al-Quran (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2015), hlm. 60-61
Tidak ada komentar:
Posting Komentar