INVESTASI
AMAL SHALIH
“Hukum
Kekekalan Aksi-Reaksi Amal” Q.S
Al-Isra’ [17:7]
Ro’yal
Ain (2021115177)
Kelas A
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN/PAI
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017
KATA
PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan taufik serta hidayah-Nya.
Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “INVESTASI AMAL
SHALIH” Hukum Kekekalan Aksi-Reaksi Amal “Q.S Al-Isra’ [17:7]” ini dengan baik
tanpa suatu halangan apapun.
Shalawat serta salam semoga selalu
senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi besar Nabi Muhammad SAW. Yang
telah membawa kita dari kebodohan menuju alam terang benderang ini dengan
bercahayakan iman, islam dan ikhsan.
Tak lupa penulis juga mengucapkan
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Dosen Pengampu mata kuliah Tafsir
Tarbawi Bapak Muhammad Hufron, M.S.I yang telah mendukung terselesaikan nya
makalah ini.
Saya menyadari terdapat banyak
kekurangan dan masih jauh dari sempurna pada makalah yang penulis buat ini,
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
menyempurnakan makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Demikianlah makalah ini dibuat,
apabila ada kesalahan dalam penulisan, mohon maaf yang sebesar-besarnya,
terimakasih.
Pekalongan, Maret 2017
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
- Latar
Belakang
Amal shalih dalam pandangan Islam
adalah setiap perbuatan kebajikan manusia yang di Ridloi Allah SWT. Diantara
bentuk atau perbuatan Investasi Amal Shalih seperti “Amal Jariyah, Amal Ma’ruf,
Berbakti kepada kedua Orangtua” dll. Namun disini kita memfokuskan pada Hukum
Kekekalan Aksi-Reaksi Amal yaitu Jaminan pada mereka yang berbuat baik akan
mendapati kebaikan pada dirinya sendiri, dan begitu pula sebaliknya apabila
mereka berbuat jahat maka celakalah bagi mereka sendiri. Dengan demikian jika
kita menginginkan kebaikan didunia dan diakhirat disini kita diharapkan
mengingat janji Allah SWT. tersebut untuk selalu berbuat yang baik-baik dan
meninggalkan yang tidak baik, Jadi amal shalih adalah melakukan pekerjaan baik
yang bermanfaat bagi diri sendiri dan bagi orang lain dengan ikhlas semata
karena Allah SWT.
- Judul
makalah
Penulis menyusun makalah ini dalam
rangka memenuhi tugas Tafsir Tarbawi II, dengan judul INVESTASI AMAL SHALIH
“Hukum Kekekalan Aksi-Reaksi Amal”, Q.S Al-Isra’ [17:7] tentang amal perbuatan
baik sesuai dengan kisah Bani Israil.
- Nash
dan Arti Q.S Al-Isra’ [17:7]
÷bÎ) óOçFY|¡ômr& óOçFY|¡ômr& ö/ä3Å¡àÿRL{ ( ÷bÎ)ur öNè?ù'yr& $ygn=sù 4 #sÎ*sù uä!%y` ßôãur ÍotÅzFy$# (#qä«ÿ½Ý¡uÏ9 öNà6ydqã_ãr (#qè=äzôuÏ9ur yÉfó¡yJø9$# $yJ2 çnqè=yzy tA¨rr& ;o§tB (#rçÉi9tFãÏ9ur $tB (#öqn=tã #·Î6÷Ks? ÇÐÈ
“Jika kamu
berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu
berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang
saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (kami datangkan orang-orang lain)
untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana
musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan
sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai”.
- Tujuan
Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini
adalah agar manusia senantiasa mengingat apa yang diperbuatnya diatas muka bumi
ini untuk selalu berbuat kebaikan dan menjauhi perbuatan jahat sesuai dengan
firman Allah SWT. dalam Q.S Az-Zalzalah ayat 7-8 :
`yJsù ö@yJ÷èt tA$s)÷WÏB >o§s #\øyz ¼çntt ÇÐÈ `tBur ö@yJ÷èt tA$s)÷WÏB ;o§s #vx© ¼çntt ÇÑÈ
7. Barangsiapa
yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat
(balasan)nya.
8. dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan
sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.
Dengan demikian agar kita tidak
lupa untuk tidak berbuat kerusakan dibumi karena Hukum Aksi-Reaksi Amal yang
Allah SWT. janjikan masih berlaku, dan sebagai salah satu bentuk usaha kita
menjadi manusia yang di Ridloi-Nya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Q.S Al-Isra’ [17:7]
Kami katakan kepada mereka, “Bila
kalian berbuat baik dan taat kepada Allah SWT, maka kebaikan itu adalah untuk
diri kalian di dunia dan di akhirat. Dan jika kalian berbuat maksiat, maka
sebenarnya kalian telah merusak diri kalian sendiri. Ketika datang waktu
pembalasan dari perbuatan jahat kalian yang terakhir dari dua kali kejahatan
yang telah kalian lakukan dalam membuat kerusakan di muka bumi maka kami
datangkan musuh-musuh kalian untuk menorehkan bekas kejahatan, kehinaan dan
kepedihan yang menyuramkan wajah kalian. Dan pada akhirnya mereka masuk masjid
bayt al maqdis lalu merusaknya seperti pada kali pertama. Mereka juga akan
memusnahkan apa yang mereka kuasai dengan sehabis-habisnya”.
Memang terkadang ada amal baik
seseorang yang dampaknya menyentuh orang lain, demikian juga dengan amal
buruknya, tetapi hal itu pasti tidak demikian di akhirat nanti. Di dunia inipun
amal apa saja, dan dari siapapun tidak dapat berdampak kepada pihak lain,
kecuali atas izin Allah SWT. dan Allah lah yang maha berkehendak untuk
melimpahkan rahmat atau bencana. Jadi amal itu sendiri tidak dapat menimpa
balasan kecuali pelakunya sendiri. Karena sang pelaku tidak dapat mengakibatkan
amal yang dilakukannya berdampak buruk kepada pihak lain kecuali atas izin-Nya
juga. Dan demikian jelas sudah tujuan dari Q.S Al-Isra’ ayat 7 adalah untuk
mengingatkan manusia, “Bahwa apapun yang dilakukannya, maka balasan untuk
dirinya sendiri, jika berbuat baik maka akan ada balasan atas kebaikannya
begitupun sebaliknya jika berbuat jahat maka celakalah mereka.[1]
B. Tafsir ayat berdasarkan kitab Tafsir Q.S
Al-Isra’ [17:7]
1) Tafsir Al Qhurtubi
÷bÎ) óOçFY|¡ômr& óOçFY|¡ômr& ö/ä3Å¡àÿRL{ ( ÷bÎ)ur öNè?ù'yr& $ygn=sù 4 #sÎ*sù uä!%y` ßôãur ÍotÅzFy$# (#qä«ÿ½Ý¡uÏ9 öNà6ydqã_ãr (#qè=äzôuÏ9ur yÉfó¡yJø9$# $yJ2 çnqè=yzy tA¨rr& ;o§tB (#rçÉi9tFãÏ9ur $tB (#öqn=tã #·Î6÷Ks? ÇÐÈ
7. jika kamu
berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu
berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang
saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (kami datangkan orang-orang lain)
untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana
musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan
sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. (Qs. Al Israa’ [17]: 7)
÷bÎ) óOçFY|¡ômr& óOçFY|¡ômr& ö/ä3Å¡àÿRL{ ( ÷ Firman
Allah SWT :
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu
sendiri”. Maksudnya, kebaikan yang kalian
lakukan akan memberikan manfaat yang kembali pada diri kalian sendiri.
÷bÎ)ur öNè?ù'yr& $ygn=sù 4“Dan
jika kamu berbuat jahat, Maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri
Maksudnya
kebaikan yang kalian lakukan akan memberikan manfaat kembali kepada diri kalian
sendiri, begitupun sebaliknya yaitu jika kalian berbuat buruk maka kalian
menuju kepada keburukan itu kembali. “Baginya balasan dan hukuman”. Kemungkinan
firman ini adalah firman untuk Bani Israil.[2]
2) Tafsir ibnu katsir
Jika kamu berbuat baik, maka kamu
berbuat baik kepada dirimu sendiri. Jika kamu berbuat buruk, maka bagi diri
kamu pula. Apabila datang hukuman yang kedua, maka mereka disuruh menyuramkam
wajahmu, dan mereka masuk ke dalam masjid sebagaimana dahulu mereka memasukinya
pada pertama kali dan menghancurkan sehancur-hancurnya apa saja yang mereka
kuasai. Mudah-mudahan Tuhanmu akan melimpahkan rahmat kepadamu. Jika kamu kembali, maka Kami pun kembali. Dan
Kami telah menjadikan neraka Jahannam sebagai penjara bagi orang-orang kafir.
Allah Ta’ala memberitahukan bahwa Dia telah memutuskan atas Bani Israel di dalam kitab itu. Telah diputuskan terhadap mereka
dan diberitahukan di dalam Taurat bahwa sesungguhnya kamu akan berbuat
kerusakan di muka bumi dua kali dan pasti akan menyombongkan diri dengan
setinggi-tingginya. Yakni, mereka akan berbuat sewenang –wenang , melampaui
batas, dan jahat terhadap manusia. Firman Allah Ta’ala, ‘’Maka apabila datang
hukuman bagi salah satu dari keduanya,’’ yakni salah satu dari perbuatan
kerusakan itu, Kami utus kepadamu hamba-hamba Kami yang berkekuatan
besar,’’Kami mengirimkan kepadamu sejumlah tentara makhluk Kami yang memiliki
kekuatan dan persenjataan,’’lalu mereka merajalela di pelosok-pelosok
kampung,’’ mereka menguasai negerimu dan merajalela di antara di tengah-tengah
rumahmu. ‘’Adalah janji Tuhanmu itu pasti terlaksana.’’Maksudnya, janji ihwal
hari ini pasti terlaksana dan terwujud, tidak dapat dielakan. Para mufasir,
baik salaf maupun khalaf, berselisih mengenai siapakah makhluk yang dikirimkan
kepada mereka. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Qatadah bahwa makhluk itu adalah
Jalut aj-Jazari dan bala tentaranya. Pertama Allah mengutusnya kepada Bani
Israel. Kemudian mereka dapat mengalahkan lawan dan Dawud berhasil membunuh
Jalut. Oleh karena itu, Allah berfirman, ‘’Kemudian Kami berikan kepadamu
giliran untuk mengalahkan mereka”.[3]
3) Tafsir Al-Azhar
Demikian jelasnya jaminan yang
diberikan Tuhan kepada mereka. Tetapi lama kelamaan janji-janji mereka dengan
Tuhan satu demi satu mereka mungkiri: ‘’Ayat-ayat Allah mereka tolak, Nabi-nabi
mereka bunuh tidak bersebab. Malahan ada yang terang-terangan mengaku: ‘’Hati
kami sudah tertutup!’’
Iman sejati sudah hilang, tinggal
sedikit sekali. Kemudian setelah Allah menunjukan kekayaan-Nya dengan
membuntingkan Maryam binti Imran, mereka tuduhlah Maryam dengan tuduhan yang
amat hina. Dituduhnya Isa Almasih anak zina karena beliau dilahirkan Allah
tidak menurut yang teradat, yaitu berbapa. Padahal Zakaria, seorang Rasul Allah
dan penghulu Baitul Maqdis jadi saksi atas kesucian Maryam, itu pun tidak
mereka percayai. Akhirnya Isa Almasih diutus Tuhan mengajak mereka kembali
kepada agama yang benar, kembali kepada Taurat. Mereka tolak seruan Almasih
itu, bahkan sampai mereka fitnahkan beliau kepada penguasa Romawi. Mereka
usulkan supaya Isa Almasih disalibkan sebagai orang jahat.
Karena desakan mereka itu, maka
Pilatus, penguasa Romawi itu mengabulkan permintaan mereka. Tetapi pertolongan
Allah datang . Nabi Isa terpelihara dari salib.
Yang disalib ialah muridnya yang menghianati dia, Judas Eskhariut. Tetapi
mereka, Bani Israil berkeras mengatakan bahwa memang Isa telah mati mereka
salib, padahal bukan dia yang mereka salib. Maka murid-muridnya pun dengan
penuh cinta mengatakan bahwa dihari yang ketiga beliau telah bangun dari kubur,
dan beberapa hari kemudian telah naik ke langit. Kemudian tampilan seorang
Yahudi, yang selama ini menganiaya pengikut-pengikut Nabi Isa, mendakwakan
dirinya telah diangkat Nabi Isa menjadi Rasul, namanya Paulus. Dia membawa pula
ajaran-ajaran yang samasekali berbeda dari ajaran Nabi Isa a.s. dikatannya
ajarannya itulah ajaran Isa yang sebenarnya! Yaitu bahwa Tuhan adalah satu,
tetapi tiga. Dan tiga, tetapi satu. Yang sama kedudukannya. Yang Sang Bapa;
itulah Allah sendiri. Sang Putera, itulah Isa Almasih dan Ruhul Qudus! Itulah
kerusakan kedua kali, yang lebih hebat daripada yang pertama, yang sampai
sekarang meliputi dunia, gara-gara Bani Israil. Beberapa puluh tahun sesudah
Nabi Isa wafat, dengan wajar, di satu tempat yang hanya Allah Yang tahu, maka
bangsa Romawi yang menguasai jerusalem itu, meresmikan menerima agama Kristen
ajaran Paulus itu sebagai agama resmi kerajaan Roma, sejak itu Jerusalem
mulailah di bawah perintah Roma-Nasrani. Dan hilanglah selamanya kebesaran Bani
Israil. Hancurlah mereka sehancur-hancurnya, sebagaimana yang diancamkan Tuhan
tersebut di Surat al-Isra’ ayat 7 ini. Maka terpecah belahlah Bani Israil
dibawa nasib ke mana-mana, ke Mesir, ke Spanyol, ke India dan laini-lain.
Setengahnya lagi berdiam di Tanah
Arab, di Khaibar, di Yastrib, (Madinah), yang terdiri dari Bani Nadhir, Bani
Qainuqa’, Bani Quraizhah. Tetapi pengharapan mereka akan bangun kembali masih
ada. Sebab di dalam Taurat dan Kitab Nabi-nabi disebut bahwa seorang Nabi akhir
zaman akan bangkit, mereka namai Messias. Dan pengharapan ini kerapkali mereka
terangkan kepada orang-orang Arab di Yastrib. Tetapi Nabi itu tidaklah timbul
dikalangan Bani Israil lagi, melainkan di kalangan Bani Ismail, yaitu Muhammad
s.a.w.
Dan orang-orang Arab yang
diceriterai tentang akan datangnya Nabi itu oleh orang Yahudi itu, dengan
sembunyi –sembunyi telah datang menemui
Nabi itu ke Makkah dan telah percaya. Maka terjadilah Isra’ dan Mi’raj
dekat masa Nabi akan hijrah ke Madinah. Sebagai hikmat tertinggi dari Allah,
Nabi Muhammad s.a.w. Isra’ ke Masjid Al-Aqsha dalam Mi’raj beliau ke langit.
Dan kemudian, setelah pindah ke Madinah, dengan resmi dipindahkanlah kiblat ke
masjid yang lebih tua, yang didirikan Nabi Ibrahim, dari masjid Baitul Maqdis
yang didirikan oleh Nabi Sulaiman. Dengan demikian habislah sejarah nubuwwat
Bani Israil.[4]
C. Aplikasi Dalam Kehidupan
1. Hendaklah berbuat baik di dunia karena
amal perbuatan kita nanti akan di pertanggung jawabkan di akhirat.
2. Selalu mengingat Allah SWT. dimanapun
berada sebagai pengawas diri sebab kapanpun dan dimanapun Allah mengetahui yang
diperbuat Hamba-Nya.
3. Melaksanakan amal shalih seperti Amal
Jariyah, Amal Ma’ruf entah terhadap diri sendiri orang tua dan yang lain,
terutama Amal shalih kepada Allah SWT.
4. Mengawali kegiatan dengan menyebut nama
Allah “Basmalah” dan mengakhirinya dengan bacaan “Hamdalah”.
5. Disipiln dalam beribadah dan bertawakkal
kepada Allah SWT.
D. Aspek Tarbawi
1. Kebaikan di akhirat adalah kebaikan yang
abadi, yakni surga yang penuh dengan kenikmatan yang disediakan dan Allah
janjikan pada mereka yang berbuat baik.
2. Yang berbuat baik akan menerima buah
dari kebaikannya sendiri, begitupun sebaliknya.
3. Allah SWT. memberikan kesempatan pada
mereka “Manusia” untuk senantiasa memperbaiki diri dan ketika itulah Allah
melimpahkan karunia-Nya, tetapi jika mereka kembali durhaka celakalah mereka
dengan siksa Allah yang sangat pedih.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-quran merupakan kitab suci umat
islam. Dalam salah satu upaya memahami kajian ayat Al-quran tersebut yakni
sesuai dengan judul di atas INVESTASI
AMAL “Hukum Kekekalan Aksi Reaksi Amal” Q.S Al-Isra ayat 7 yang didalamnya
berisi perintah untuk melaksanakan perbuatan baik pada sesama, dan
keterkaitannya terhadap kisah Bani Israil yang melanggar aturan Allah SWT.
Pokok-pokok kandungan Q.S Al-Isra
ayat 7 terdiri dari keimanan, hukum-hukum, kisah Bani Israil, dan Janji Allah
yakni untuk mereka yang berbuat baik Syurga sebagai balasannya, sedangkan jika
mereka berbuat jahat celakalah mereka. Ayat tersebut juga memiliki kajian
disiplin ilmu yang berhubungan dengan disiplin ilmu agama tentang aqidah akhlak
yaitu “Bahwa kebaikan seseorang itu tergantung kepada akhlak atau perilaku
orang itu sendiri terhadap orang lain.
B. Saran
Apa
yang ada dalam makalah ini bukan semata pemikiran penulis, akan tetapi diambil
dari berbagai referensi yang berkaitan dengan judul yang ditugaskan kepada
kami, untuk itu marilah kita ambil hikmah dan manfaatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Quraish
Shihab. 2010. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Jakarta
: Lentera Hati
Syaikh
Imam. 2008. Tafsir Al-Qurthubi Al Jami’ li Ahkam Al-Qur’an Jakarta :
Pustaka Azzam
Ar-Rifa’i.
1999. Tafsir Ibnu Katsir Taisiru al-Aliyyul Qadir li Ikhtishari, jil ke
3 Jakarta : Gema Insani Press
Hamka.
1984. TAFSIR AL-AZHAR Juz XV Jakarta : Pustaka Panjimas
A. Biodata Pribadi
Nama Lengkap : Ro’yal
Ain
Biasa dipanggil : Qori,
Ain
Tempat, tanggal lahir :
Pemalang, 22 Agustus 1997
Agama : ISLAM
Warga : Indonesia
Alamat : Jl. Manyung
Ds.Krasak Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Pemalang Rt. 001/016
No Hp 085888634701
Email : royalain97@gmail.com
B. Riwayat Pendidikan
TK Negeri 01 Pembina
Pemalang , SDN 03 Tanjung Sari Pemalang ,MDA Tashwirul Afkar Krasak Pemalang,
Majlis Ta’lim Adz’zikriyah, SMP Negeri 01 Warureja Tegal, SMA NU 01 HASYIM
ASY’ARI Tarub-Tegal Pondok Pesantren Hasyim Asy’ari Taru-Tegal, Wustho dan
Aliyah Pondok Pesantren , IAIN Pekalongan.
[1] . Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah “Pesan, Kesan dan Keserasian
Al-Qur’an” (Jakarta : Lentera Hati, 2010) hlm. 37-38
[2] . Syaikh Imam, Tafsir Al-Qurthubi Al Jami’ li Ahkam Al-Qur’an (Jakarta
: Pustaka Azzam,2008) hlm. 539-541
[3] . Ar-Rifa’i, Tafsir Ibnu Katsir Taisiru al-Aliyyul Qadir li
Ikhtishari, jil ke 3 (Jakarta : Gema Insani Press, 1999) hlm. 28-29
[4] . Hamka, TAFSIR AL-AZHAR Juz XV (Jakarta : Pustaka
Panjimas, 1984) hlm. 24-27
Tidak ada komentar:
Posting Komentar