INVESTASI AMAL SHOLEH
“IMAN DAN AMAL SHOLEH KUNCI KEJAYAAN”
(QS. An-Nur 24:55)
Aidha
Isyatul Hikmah (2021115134)
KELAS B
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah Tafsit Tarbawi
II tentang “Iman dan Amal Sholeh kunci Kejayaan” dalam surat An-Nur ayat 55 ini
dengan baik, meskipun masih
ada banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih kepada Bapak Muhammad Hufron, M.S.I selaku Dosen mata kuliah Tafsir
Tarbawi II yang telah memberikan tugas ini kepada saya. Saya berharap makalah
ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan saya dan kita
semua tentang Iman dan Amal
Sholeh kunci Kejayaan yangg terdapat dalam surat An-Nur ayat 55
Oleh sebab itu, saya berharap adanya
kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan saya buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang
yang membacanya. Dengan demikian saya mengharapkan semoga dari makalah Tafsir
Tarbawi II tentang tentang
“Iman dan Amal Sholeh kunci Kejayaan” dalam surat An-Nur ayat 55 ini dapat
diambil dan diaplikasikan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi kepada
pembaca.
Pekalongan, 29 Maret 2017
Penulis
Aidha
Isyatul Hikmah
2021115134
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam surat An-Nur ayat 5 ini menerangkan bahwa kekuasaan yang
dijanjikan oleh Allah SWT kepada orang
yang beriman dan beramal sholeh ketika mereka mengikuti ajaran Islam.
Pada ayat ini juga membahas mengenai tujuan perjuangan hidup setiap
mu’min yang dalam perjuangan menegakkan kebenaran dan keyakinan di muka bumi
ini. Kemudian pokok pendirian tersebut haruslah dipegang erat-erat dan jangan
sekali-kali untuk dilepaskan, baik keduanya maupun salah satu diantara
keduanya. Pokok pendirian tersebut yaitu iman dan amal sholeh. Iman sebagai
petunjuk arah kemanakah langkah perbuatan kita, sehingga dengan iman dapat
tercapainya tujuan hidup yang nyata. Oleh karena itu, iman dengan sendirinya
dapat menimbulkan amal yang sholeh. Jika amalan yang telah dilakukan tidak
timbul dengan iman, maka bercampurlah antara yang hak dengan yang batil.
Namun jika keduanya telah bersatu padu maka akan tumbuh kekuatan
pribadi yang baik bagi seorang ataupun masyarakat mu’min untuk menjadikan bahwa
mereka diberi kekuasaan di muka bumi. Seperti yang terkandung dalam surat
an-nur ayat 55 ini. Karena bumi ini akan diberikan kepada mereka sebagaimana
dahulu warisan yang telah diberikan kepada ummat terdahulu sebelum mereka.
B.
Judul
Investasi Amal Sholeh “Iman Dan Amal Sholeh Kunci Kejayaan” (Qs.
An-Nur 24:55)
C.
Nash dan Artinya
ytãur ª!$# tûïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä
óOä3ZÏB (#qè=ÏJtãur
ÏM»ysÎ=»¢Á9$# óOßg¨ZxÿÎ=øÜtGó¡us9 Îû
ÇÚöF{$#
$yJ2
y#n=÷tGó$#
úïÏ%©!$#
`ÏB
öNÎgÎ=ö6s%
£`uZÅj3uKãs9ur
öNçlm;
ãNåks]Ï Ï%©!$#
4Ó|Ós?ö$# öNçlm; Nåk¨]s9Ïdt7ãs9ur .`ÏiB
Ï÷èt öNÎgÏùöqyz $YZøBr&
4 ÓÍ_tRrßç6÷èt w cqä.Îô³ç
Î1
$\«øx©
4 `tBur
txÿ2
y÷èt y7Ï9ºs
y7Í´¯»s9'ré'sù
ãNèd
tbqà)Å¡»xÿø9$#
ÇÎÎÈ
55. Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di
antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh
akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi
mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar
(keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka
tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku.
dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah
orang-orang yang fasik.
D.
Arti Penting Untuk Dikaji
Arti penting
mengapa ayat ini perlu dikaji karena umat islam yang memiliki pokok pendirian
yang teguh dan kuat akan menjadikan masyarakat yang kokoh dalam pendiriannya.
Dalam memperjuangkan kebenaran. Dua hal
pokok yaitu iman dan amal yang sholeh yang harus terus diegang teguh oleh umat
mu’min dalam memperjuangkan kehidupannya. Agar selalu percaya kepada Allah dan
menjalankan tugasnya sebagai khalifah di bumi ini sesuai dengan yang
disampaikan oleh Allah swt melalui firman-firmanNya dalam Al-qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori
Kata iman terambil dari kata amn
yang berarti keamanan atau ketentraman. Dalam kamus-kamus bahasa kata
tersebut sering diartikan sebagai lawan dari khawatir atau takut. Dari akar
kata tersebut terbentuk sekian banyak kata yang walaupun mempunyai arti yang
berbeda-beda, pada akhirnya semuanya bermuara kepada makna tidak
mengkhawatirkan, aman dan tenteram.
Dari segi bahasa, iman kemudian
diartikan sebagai “pembenaran dalam hati”, maka ini kemudian meluas dan
dianggap sebagai hakikat iman yaitu :
تَصْدِيْقٌ
بِاْلقَلْبِ وَاِقْرَا رٌ بِا لِسَا نِ وَاَعْمألٌ بِالْاَرْكَانِ
(pembenaran dengan hati, ucapan dengan lidah serta pengamalan dengan anggota
badan) terhadap apa yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW.[1]
Kaitannya dengan ciri masyarakat
yang diidealkan Al-qur’an adalah bahwa iman yang dimaksud adalah keimanan yang
diajarkan oleh Al-qur’an. dalam Al-qur’an dan hadis Nabi saw diperkenalkan
objek keimanan yang harus diimani oleh seorang mukmin.
Al-qur’an seringkali menyebut objek
keimanan hanya dua macam yaitu Allah SWT dan hari akhir, antara lain dalam Q.S
Al-Baqarah 2:26, Q.S Al-Maidah 5:69. Adakalanya objek keimanan disebut sebanyak
empat macam yaitu Allah SWT, para malaikat, kitab-kitab Allah dan para
Rasul-Nya, hal ini antara lain disebutkan dalam
Q.S Al-Baqarah 2:285. Ada juga ayat yang menyebutkan secara lebih
lengkap yaitu sebanyak lima objek keimanan, yaitu keempat yang telah disebutkan
diatas ditambah dengan hari akhir. Hal ini antara lain dijelaskan dalam Q.S
Al-Baqarah 2:177. Sementara itu dalam hadis Rasulullah SAW objek keimanan itu
tidak hanya lima namun sebanyak enam objek. Inilah yang kemudian populer
disebut sebagai rukun iman yang enam.
Urgensi iman dalam kehidupan
bermasyarakat ini juga diperkuat dalam Q.S. Al-Asr/103, yang secara umum
menyatakan bahwa semua manusia tanpa kecuali akan mengalami kerugian kecuali
orang-orang yang mempunyai empat sifat yaitu: iman, amal shaleh, berwasiat
kepada kebenaran dan berwasiat kepada kesabaran.[2]
Kata shaleh yang
kadang juga dengan “baik’ terambil dari akar kata shaluha yang dalam
beberapa kamus bahasa Al-qur’an dijelaskan maknanya sebagai antonim dari kata fasid,
yang berarti “rusak”. Sehingga shaleh juga diartikan sebagai “ bermanfaat
dan sesuai”. Dari sinilah amal
shaleh dapat diartikan sebagai aktivitas yang apabila dilakukan, maka suatu
kerusakan akan terhenti atau menjadi tiada; atau dapat juga diartikan sebagai
suatu aktivitas yang dengan melakukannya diperoleh manfaat dan kesesuaian.
Seorang yang sholeh adalah yang segala aktivitasnya mengakibatkan terhindarnya
mudharat, atau yang pekerjaannya memberi manfaat kepada pihak-pihak lain.[3]
B.
Tafsir dari Buku
1.
Tafsir Al-Lubab
Menurut ayat 55,
tidak ada yang menghalangi mereka menolak untuk beriman, kendati ajakan telah
datang kepada mereka, dan tidak ada juga yang menghalangi mereka memohon ampun
kepada Tuhan, kecuali keinginan menanti datangnya kebiasaan terhadap generasi
yang dahulu, yakni mukjizat-mukjizat indrawi yang mereka usulkan. Tetapi jika
Allah kabulkan dan mereka tetap enggan percaya, maka Allah akan binasakan
mereka, padahal Allah telah mengetahui bahwa mereka tidak akan percaya. Penutup
ayat ini mencemoohkan mereka dengan menyatakan: Bisa jadi juga yang mereka
nantikan adalah datangnya siksa atas mereka dengan nyata sehingga ketika itu
mereka beriman dengan terpaksa, padahal Allah tidak menghendaki iman seperti
ini, karena iman haruslah tulus, penuh kesadaran, dan tanpa paksaan.
ytãur ª!$# tûïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä
óOä3ZÏB (#qè=ÏJtãur
ÏM»ysÎ=»¢Á9$# óOßg¨ZxÿÎ=øÜtGó¡us9 Îû
ÇÚöF{$#
$yJ2
y#n=÷tGó$#
úïÏ%©!$#
`ÏB
öNÎgÎ=ö6s%
£`uZÅj3uKãs9ur
öNçlm;
ãNåks]Ï Ï%©!$#
4Ó|Ós?ö$# öNçlm; Nåk¨]s9Ïdt7ãs9ur .`ÏiB
Ï÷èt öNÎgÏùöqyz $YZøBr&
4 ÓÍ_tRrßç6÷èt w cqä.Îô³ç
Î1
$\«øx©
4 `tBur
txÿ2
y÷èt y7Ï9ºs
y7Í´¯»s9'ré'sù
ãNèd
tbqà)Å¡»xÿø9$#
ÇÎÎÈ
55. dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di
antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh
akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi
mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan
menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa.
mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan
aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah
orang-orang yang fasik.[4]
2.
Tafsir Ibnu Katsir
ytãur ª!$# tûïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä
óOä3ZÏB (#qè=ÏJtãur
ÏM»ysÎ=»¢Á9$# óOßg¨ZxÿÎ=øÜtGó¡us9 Îû
ÇÚöF{$#
$yJ2
y#n=÷tGó$#
úïÏ%©!$#
`ÏB
öNÎgÎ=ö6s%
£`uZÅj3uKãs9ur
öNçlm;
ãNåks]Ï Ï%©!$#
4Ó|Ós?ö$# öNçlm; Nåk¨]s9Ïdt7ãs9ur .`ÏiB
Ï÷èt öNÎgÏùöqyz $YZøBr&
4 ÓÍ_tRrßç6÷èt w cqä.Îô³ç
Î1
$\«øx©
4 `tBur
txÿ2
y÷èt y7Ï9ºs
y7Í´¯»s9'ré'sù
ãNèd
tbqà)Å¡»xÿø9$#
ÇÎÎÈ
55. Dan Allah
telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan
amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa
dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka
berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah
diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka,
sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap
menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan
Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah
orang-orang yang fasik.
Inilah janji dari
Allah Ta’ala kepada Rasul-Nya bahwa Dia akan menjadikan umatnya sebagai
pemimpin manusia sehingga negara menjadi damai melalui mereka dan hamba-hamba
pun tunduk kepada mereka. Dia berjanji akan menukar rasa takut dengan keamanan
dan kekuatan. Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi telah memenuhi janji itu. Kepunyaan
Allah-lah segala puja dan karunia. Maka Rasulullah saw. Dapat menaklukan Mekah,
Khaibar, Bahrain, Jazirah Arab lainnya, dan seluruh tanah Yaman. Beliau juga
memungut pajak kaum Majusi dan dari beberapa penduduk Syria. Allah menundukkan
Heraclius, Muqaukis, raja Amman, dan Najasyi, yaitu raja yang menguasai negara
Persia setelah Najasyi yang masuk Islam, yaitu Ashhimah rahimahullah.
Kemudian Abu Bakar
ash-Shiddiq berkuasa. Setelah hilang kedudukan karena kematian Nabi saw., Abu
Bakar menata jazirah Arab, menaklukan sebagian wilayah Persia di bawah Panglima
Khalid bin Walid, menaklukan Basrah, Damaskus, dan Hauran di bawah panglima Abu
Ubaidah, dan menaklukan negara Mesir di bawah panglima Amr bin Ash. Semoga
Allah meridhoi mereka.
Allah mengilhamkan
kepada Abu Bakar agar dia mengangkat Umar mnjadi pengganti dirinya dalam
mengatur segala urusan. Pada masa Umar, Syiria, Mesir sebagian besar wilayah Persia
dapat ditaklukan, dan menyebabkan mundurnya Kisra ke wilayah kerajaan yang
paling jauh, serta tunggang langgang nya Kaisar Konstantinopel. Umar
menggunakan harta kedua raja itu pada jalan Allah.[5]
3.
Tafsir Al- Mishbah
Al-Biqa’i berpendapat bahwa ayat
yang lalu mengisyaratkan larangan membunuh orang-orang munafik, agar
musuh-musuh islam tidak berkata bahwa Nabi Muhammad saw.- setelah memperoleh
kemenangan membunuh orang-orang yang selama ini telah membantunya. Jika ini menjadi
tentu hal tersebut berdampak buruk bagi dakwah islam, apalagi ketika itu
kekuatan Islam belum lagi mantap. Dari sini timbul pertanyaan dalam benak
sementara kaum muslimin yaitu: apakah keadaan itu akan berlanjut terus? Ayat
ini menjawab bahwa hal itu tidak akan berlanjut dan bahwa kemantapan kekuasaan
Islam akan tiba pada waktunya, tanpa orang-orang munafik itu, baik mereka
menyambut agama ini, maupun menolaknya. Demikian al-Biqa’i menghubungkan ayat
ini dengan ayat yang lalu.
Kata ((مِنْكُمْ dipahami oleh sementara ulama dalam arti sebagian
dari kamu. ada juga yang memahaminya hanya tertuju kepada masyarakat Nabi
dan sahabat-sahabat beliau, yang hidup pada abad pertama hijrah, sehingga kata
(الارض)
mereka pahami dalam arti kota Mekkah atau paling tinggi wilayah
kekuasaan Khulafa’ ar-Rasyidin.
Kata (عمل) dipahami dalam arti penggunaan daya. Manusia memiliki empat daya pokok. Daya fisik,
daya pikir, daya kalbu, dan daya hidup.
Kata (صا لحا ت) terambil dari kata (صلح) yang biasa dipahami dalam arti baik atau bermanfaat. Sesuatu
yang shaleh adalah yang terpelihara nilai-nilainya sehingga dapat tetap
berfungsi dengan baik dan bermanfaat.
Yang dimaksud dengan (عملوا الصا لحات) pada ayat ini tentu bukan semua amal shaleh,
tetapi sebagian besar dari amal-amal shaleh itu yang kadarnya cukup untuk
menjadikan seseorang digelari sebagai orang shaleh dan kuumpulan dari mereka dinamai
masyarakat shaleh.[6]
4.
Tafsir Al-Qurthubi
Ayat ini diturunkan tentang Abu
Bakar dan Umar. Inilah pendapat yang dikatakan oleh Malik. Menurut satu
pendapat, sebab turunnya ayat ini adalah sebagian sahabat Nabi SAW yang
mengeluhkan beratnya memerangi musuh dan adanya perasaan khawatir atas diri
mereka yang menghinggapi mereka pada saat itu, sehingga mereka tidak dapat
meletakkan senjata. Pada saat itulah turun ayat ini.
Abu Al Aliyah berkata. “Setelah
mendapatkan wahyu, Rasulullah SAW bersama para sahabatnya menetap di Makkah
selama 10 tahun dalam keadaan takut dan terintimidasi. Selama itu mereka
menyeru kejalan Allah, baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.
Setelah itu, beliau diperintahkan untuk hijarh ke Madinah. Namun di Madinah pun
mereka masih merasakan ketakutan. Mereka terus-menerus menenteng senjata, baik
pagi maupun sore hari. Seorang lelaki berkata kepada Rasulullah SAW, ‘Wahai
Rasullah, akan datangkah kepada kita suatu hari dimana kita merasa aman dan
dapat meletakkan senjata kita?’ Beliau menjawab, ‘Kalian tidak akan diam
kecuali hanya sementara, sampai seorang lelaki dari kalian duduk di singgasana
yang agung, seraya berihtiba’ tanpa memegang selembar besi tajam pun
(senjata)’. Lalu turunlah ayat ini.”[7]
C.
Aplikasi Dalam Kehidupan
Dalam kandungan surat an-nur ayat 55
ini dapat kita jadikan contoh perilaku yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari, diantaranya yaitu:
1.
Bersikap dan sabar dan selalu optimis dalam menjalani kehidupan ini
2.
Beribadah hanya untuk Allah swt dan ikhlas dalam menjalankannya
3.
Menjauhi syirik dengan segala ragamnya, termasuk beramal dengan
maksud selain Allah
4.
Manusia sebagai khalifah di muka bumi ini haruslah selalu beriman
dan beramal sholeh
5.
Berbuat amal sholeh haruslah ikhlas semata-mata hanya karena Allah
swt
D.
Aspek Tarbawi
1.
Beriman kepada Allah dengan melakukan berbagai amal sholeh
2.
Janganlah kufur nikmat terhadap anugerah berupa kejayaan yang telah
diraih
3.
Termasuk orang yang fasik mereka yang telah keluar dari ketaatan
kepada Allah dan telah berbuat kerusakan
4.
Dua pokok pendirian yang harus dipegang teguh, yakni iman atau
kepercayaan dan amal sholeh atau
perbuatan baik
5.
Agama menjadi kokoh dan teguh apabila telah berpadunya iman dan
amal sholeh yang nyata dalam bermasyarakat
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjelasan
sebelumnya yaitu tentang iman dan amal sholeh dalam surat An-Nur ayat 55, dapat
disimpulkan bahwa ada dua pondasi yang harus ditegakkan agar selalu kuat dan
kokoh dalam menjalani kehidupan ini. Yaitu iman dan amal sholeh. Keduanya harus
berjalan beriringan dan saling berkaitan satu sama lain. Karena iman atau
percaya bahwa Allah akan memberikan kekuasaan bagi orang-orang yang beriman dan
yang beramal sholeh di bumi ini. Dan akan diberikan keteguhan dan keamanan bagi
orang-orang yang mempercayaiNya. Seperti yang dulu pernah diwariskan oleh
orang-orang sebelum mereka.
Dan tetaplah
menyembah hanya kepada Allah swt, dengan tidak mempersekutukanNya dengan
sesuatu apapun selain Dia. Dan barang siapa yang kafir setelah janjinya maka di
termasuk kedalam golongan orang-orang fasik.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qurthubi, Syaikh Imam. 2009. Tafsir Al-Qurthubi. Jakarta:
Pustaka Azzam
Ar-Rifa’,
Muhammad Nasib. 2006. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir jilid 3. Jakarta:
Gema Insani
Nurdin, Ali. 2006. Quranic Society Menelusuri Konsep Masyarakat
Ideal Dalam Al-Qur’an. Jakarta: Penerbit Erlangga
Shihab, M.Quraish. 2012. Al-Lubab. Tangerang: Penerbit
Lentera Hati
Shihab,
M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta: Lentera Hati
PROFIL PENULIS
Nama
: Aidha Isyatul Hikmah (2021115134)
Tempat
Tanggal Lahir : Pekalongan, 12 April 1997
Alamat
: Jalan Sumatra No.18 Podosugih
Pekalongan
Riwayat
Pendidikan :
SDI
KERGON 2 PEKALONGAN (tahun 2008)
SMP
SALAFIYAH PEKALONGAN (tahun 2011)
SMK
NEGERI 2 PEKALONGAN ( tahun 2014)
IAIN
PEKALONGAN (sedang proses)
[1] Ali Nurdin, Quranic Society Menelusuri Konsep Masyarakat Ideal
Dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2006), Hlm. 159
[2] Ibid., hlm
163-165
[4]M.Quraish Shihab, Al-Lubab, (Tangerang: Penerbit Lentera Hati,
2012), hlm. 303-304
[5] Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir jilid 3, (Jakarta:
Gema Insani, 2006), hlm. 516-517
[6] M. Quraish
Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 387-389
[7] Syaikh Imam
Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009), hlm.
744-745
Tidak ada komentar:
Posting Komentar