GURU TELADAN
YUSRIL MUNA
NIM. 2317069
Kelas E
JURUSAN PGMI E
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2018
Alhamdullilah, puji syukur kehadirat Allah swt. atas segala nikmat dan karunia-Nya
sehingga makalah yang berjudul”Guru Teladan” ini dapat diselesaikan.
Salawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Saw.,keluarganya,
dan sahabatnya.
Makalah ini berisi tentang
pengertian keteladanan, pengertian teladan guru bagi siswa, ciri-ciri guru yang
baik bagi siswa. Dengan demikian, materi makalah ini diharapkan dapat membantu
pembangunan karakter mahasiswa melalui proses menulis makalah yang baik dan
benar.
Makalah ini tentu tidak terlepas
dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati
menerima saran dan kritik dari pembaca untuk penyempurnaan penulisan makalah
ini. Semoga dengan makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta
bermanfaat bagi mahasiswa. Amin yaa robbal ‘alamin.
Pekalongan,
14 September 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
BABI PENDAHULUAN..................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah........................................................ 1
B. Rumusan Masalah.................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan.................................................................... 2
D. Metode Pemecahan
Masalah.................................................. 2
E. Sistematika Penulisan............................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................ 3
A. Pengertian Keteladanan......................................................... 3
B. Pengertian Guru Sebagai Teladan
Siswa............................... 3
C. Ciri-Ciri Guru Yang Baik...................................................... 5
BABIII PENUTUP................................................................................. 7
A. Simpulan................................................................................ 7
B. Saran...................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 8
BIODATA PENULIS................................................................................. 9
LAMPIRAN................................................................................................ 10
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Dalam islam, mendidik anak bertujuan untuk membina dan
membentuk perilaku atau akhlak anak dengan cara meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan, serta pengalamannya terhadap islam. Dengan kata lain
tujuan mendidik terutama kita sebagai guru maupun orang tua adalah untuk
membentuknya menjadi insan kamil yang
mulia didunia dan akhirat.
Dalam usaha mewujudkan tujuan tersebut, terdapat
berbagai faktor pendukung yang terlibat atau terkait secara langsung atau tidak
langsung dalam proses mendidik. Metode adalah jalan atau cara yang ditempuh
untuk mencapai tujuan dalam proses mendidik anak. Dalam hal ini keteladanan
adalah hal-hal yang dapat ditiru oleh seseorang dari orang lain terutama kita
menjadi guru akan menjadi cermin bagi anak didiknya.
Dalam sebuah proses mendidik anak, metode mempunyai
peranan yang sangat penting, bahkan terkadang kita mendengar sebuah ungkapan
populer yang menggambarkan betapa pentingnya sebuah metode dalam
keberlangsungan dan kesuksesan proses pendidikan, yaitu bahwa “ metode jauh lebih penting dari materi”.
Dalam dunia pendidikan, teladan yang baik dari seorang
pendidik sangat penting. Dengan contoh yang baik seorang anak didik akan
termotivasi untuk meniru dan mengikuti perilaku seorang pendidik. Tujuan dari
proses pendidikan akan tercapai dengan adanya keteladanan.
Pendidik diharuskan memberikan teladan yang baik
kepada mereka supaya nilai-nilai mulia pendidikan bisa teraplikasikan dalam
setiap aktivitas kehidupan sehari-hari mereka.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
tersebut perlu kiranya merumuskan masalah sebagai pijakan untuk terfokusnya
kajian makalah ini. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut.
1.
Apa
pengertian dari keteladanan?
2.
Apa
pengertian guru sebagai teladan siswa?
3.
Apa
saja ciri-ciri guru yang baik bagi siswa?
C.
Tujuan Penulisan
Dari
rumusan masalah diatas, maka tujuan pembuatan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari keteladanan.
2. Untuk mengetahui pengertian guru sebagai
teladan siswa.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri guru yang baik
bagi siswa.
D. Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah yang digunakan melalui
studi literatur/metode kajian pustaka, yaitu dengan menggunakan beberapa
referensi buku atau dari referensi lainnya yang merujuk pada pemecahan
masalahnya dimulai dengan menentukan masalah yang akan dibahas dengan
melakukanperumusan masalah, melakukan langkah-langkah pengkajian masalah,
penentuan tujuan dan sasaran, perumusan jawabanpermasalahn dari berbagai
sumber.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini ditulis dalam tiga bagian, meliputi:
Bab 1 Pendahuluanyang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II Pembahasan yang terdiri dari
pengertian kompetensi guru, macam-macam kompetensi guru, dan pentingnya
kmpetensi guru. Bab III Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Keteladanan
Secara bahasa, kata “ keteladanan” berasal dari kata “ teladan” yang
artinya “perbuatan atau barang dan
sebagainya yang patut ditiru atau dicontoh”. Dalam bahasa arab “keteladanan” diungkapkan dengan kata uswah dan qudwah yang memiliki persamaan arti yaitu “pengobatan dan perbaikan”. Sementara secara istilah, sebagaimana
diungkapkan al-Ashfahani bahwa al-uswah dan al-iswah sebagimana kata al-qudwah dan al-qidwah berarti suatu keadaan ketika seorang manusia mengikuti
manusia lain, apakah dalam kebaikan, kejelekan, kejahatan, atau kemurtadan.
Dengan begitu keteladanan dapat diartikan sebagai tindakan atau setiap
sesuatu yang dapat ditiru atau diikuti oleh seseorang dari orang lain yang
melakukan atau mewujudkannya, sehingga orang yang diikuti disebut dengan
teladan.[1]
B.
Guru
Sebagai Teladan Siswa
Pada awalnya, ide menjadi seorang panutan (teladan) akan tercipta karena
kebiasaan. Kadang-kadang, seorang akan menjadi panutan hanya karena usia, jenis
kelamin, bidang pelajaran, latar belakang atau budaya. Dengan contoh menjadi
guru laki-laki satu-satunya di Sekolah Dasar. Namun, guru teladan lebih dari
sekadar itu. Hal ini berkenaan dengan menunjukkan contoh yang konsisten dari
perilaku dan sikap yang sesuai. Dengan contoh jika seorang anak dibesarkan di
sebuah rumah yang sering kali terdengar makian, ia mungkin akan membawa bahasa
tersebut disekolah. Jika mereka menghormati guru maka ia pasti akan meniru apa
yang telah diajarkan gurunya.
Salah satu kunci seorang guru agar dapat memberikan contoh perilaku yang
baik kepada peserta didiknya adalah dengan memperlakukan mereka sebagaimana
kita ingin diperlakukan. Contohnya, dengan sopan dan penuh hormat.[2]
Setiap tenaga didik dilembaga pendidikan harus memiliki tiga hal yaitu Competency, personality, dan religiosity. Competency menyangkut kemampuan dalam menjalankan tugas secara
profesional yang meliputi kompetensi materi (substansi), keterampilan, dan
metodologi. Personality menyangkut
integritas, komitmen dan dedikasi, sedangkan religiosity menyangkut pengetahuan,kecakapan, dan pengalaman di
bidang keagamaan. Dengan ketiga hal tersebut, guru akan menjadi model dan mampu
mengembangkan keteladanan dihadapan siswanya.[3]
Guru merupakan model atau teladan bagi peserta didik dan semua orang yang
menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk menganggap
bahwa peran ini tidak mudah untuk ditantang, apalagi ditolak. Keprihatinan,
kerendahan, kemalasan dan rasa takut.
Menjadi teladan merupakan sifat dasar kegiatan pembelajaran, dan ketika
seorang guru tidak mau menerima ataupun mengunakannya secara konstruktif maka
telah mengurangi keefektifan dalam pembelajaran.
Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan
mendapat sorotan peserta didik serta orang disekitar lingkungannya yang
menganggap atau mengakuinya sebagai guru.[4]
Secara teoritis, menjadi teladan merupakan bagian integral dari seorang
guru, sehingga menjadi guru harus menerima tanggung jawab untuk menjadi teladan
bagi anak didiknya.[5]
Tugas guru dalam mendidik dan mengajar murid-muridnya adalah membimbing,
memberikan petunjuk, teladan, bantuan, latihan, penerangan, pengetahuan,
pengertian, kecakapan, keterampilan, nilai-nilai, norma-norma kesusilaan,
kebenaran, kejujuran, sikap, dan sifat-sifat yang baik dan terpuji yang
mengarahkan dan mengantarkan peserta didik menjadi pribadi yang matang dan
dewasa.
Pengajaran dan pendidikan selalu mengikat tiga unsur, yaitu guru, peserta
didik dan materi ajar. Dan yang terpenting adalah bagaimana guru bertindak
dihadapan peserta didik ketika mengajar dan mendidik, dan itu adalah tugas guru
sebagai teladan bagi siswanya.
Boleh jadi seorang guru, pada saat menghadapi anak didiknya atau
mengajar, manakala tidak berperilaku baik, dan bisa jadi juga pada waktu
tertentu guru menjadi pendidik karena benar-benar memberikan pencerahan pada
peserta didiknya yang mempunyai etika, moral, dan nilai dalam berperilaku.
Ketidakpastian perilaku guru sebagai manusia biasa inilah yang menjadikan kita
sulit membedakan makna mengajar atau pengajaran dan mendidik atau pendidikan.
Disinilah guru inisiator sebagai seorang seniman yang pada saat menghadapi
peserta didiknya disamping pengajar dan pendidik.[6]
Apabila peserta didik mempelajari sesuatu, sering timbul perasaan senang
menemukan sesuatu, berkembangnya hubungan yang hangat antara yang mengajar
dengan yang diajar atau apa yang terjadi itu adalah baru bagi anak. Maka,
disini guru berperan menciptakan suasana yang menyenangkan bagi peserta
didiknya.[7]
C. Ciri- Ciri Guru Yang Baik Bagi Siswa
1. Membangun rasa
percaya diri siswa
Kepercayaan diri merupakan keyakinan seseorang
akan kemampuan yang dimiliki untuk menampilkannya secara baik dihadapan orang
lain. Banyak bukti bahwa kepercayaan diri siswa bukan bakat melainkan suatu kualitas
mental. Artinya, semua siswa bisa dilatih dan dididik untuk menjadi menjadi
lebih percaya diri sesuai dengan keadaannya. [8]
2. Membangun rasa
kasih sayang
Rasa kasih dan sayang yang perlu dibangun adalah
rasa kasih sayang sebagaimana
orang tua kepada anaknya. Karena seorang guru
bukanlah orang tua kandung bagi anak didiknya, sudah tentu ekspresi dan
bentuknya berbeda dengan orang tua kandung mereka dalam memberikan kasih dan
sayang. Rasa kasih dan sayang yang dibangun oleh seorang guru akan membuatnya
bersikap lembut kepada anak didiknya. [9]
3.
Memberikan yang terbaik
Sebagai seorang guru harus senantiasa
membangun kesadaran untuk memberikan
yang terbaik kepada anak didiknya. Salah satu tugas pokok terpentingnya adalah
seorang guru bisa mendidik anak didiknya dengan semangat sebagaimana mendidik
anaknya sendiri.
4.
Mendampingi
dengan sepenuh hati
Sebagai seorang guru sudah seharusnya membangun
kepedulian yang kuat dalam hatinya dalam mendampingi anak didiknya dengan rasa
senang hati dengan rela tulus dan ikhlas. Dengan begitu, akan timbul rasa cinta
dan senang dari anak didiknya tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Seorang guru yang
dicintai oleh anak didiknya adalah guru yang bisa berperan sebagai orangtua
kedua bagi anak didiknya ketika berada disekolah. Anak didik adalah pribadi
yang sesungguhnya masih membutuhkan kasih sayang dan teladan yang baik dalam
masa perkembangan jiwanya. Disinilah mereka sangat membutuhkan dari kedua
orangtuanya dalam kehidupan sehari-harinya ketika berada dirumah. Selain, dirumah lingkungan sekolah juga
berperan penting dalam memberikan kasih sayang dan teladan yang baik, yakni
dari gurunya.
B. Saran
Dalam kehidupan sekolah guru sangatlah berperan
penting dalam membentuk karakter pribadi siswanya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdulwaly,
Cece dan Fauziah Jamilah. 2016. Mendidik
dengan Teladan yang Baik.
Yogyakarta: Diandra Creative.
Cowley,
Sue. 2011. Panduan Manajemen Perilaku
Siswa. Jakarta: Erlangga.
Barizi,
Ahmad dan Muhammad Idris. 2009. Menjadi
Guru Unggul. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
Mulyasa.
2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Mustakim,
Zaenal. 2011. Strategi dan Metode
Pembelajaran. Pekalongan: IAIN
Pekalongan Press.
Wragg.
1997. Ketrampilan Mengajar di Sekolah
Dasar. Jakarta: PT.Grasindo.
Anwar,
Muhammad. 2018. Menjadi Guru Profesional.
Jakarta: Prenadamedia
Group.
Azzet,
Akhmad Muhaimin. 2013. Menjadi Guru
Favorit. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
BIODATA DIRI
NAMA :
YUSRIL MUNA
NIM
: 2317069
TTL : Pekalongan, 09 Agustus 1998
Alamat :
Simbang Kulon Gang 5, Buaran Pekalongan.
Riwayat
Pendidikan : RA
Kertijayan
MIS Kertijayan
MtsS
Simbang Kulon
MAS Simbang Kulon
LAMPIRAN BUKU REFERENSI
[1]Cece Abdulwaly dan Fauziah Jamilah, Mendidik
dengan Teladan yang Baik, (Yogyakarta: Diandra Creative, 2016)., hlm.21
[2] Sue Cowley, Panduan Manajemen
Perilaku Siswa, (Jakarta: Erlangga, 2011)., hlm.68
[3] Ahmad Barizi dan Muhammad Idris, Menjadi
Guru Unggul, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009)., hlm. 70
[4] Mulyasa, Menjadi Guru
Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005)., hlm. 45-46
[5] Ibid., hlm. 47
[6] Zaenal Mustakim, Strategi dan
Metode Pembelajaran, (Pekalongan: IAIN Pekalongan Press, 2011)., hlm.30-32
[7] Wragg, Ketrampilan Mengajar di
Sekolah Dasar, (Jakarta: PT.Grasindo, 1997)., hlm. 15
[8] Muhammad Anwar, Menjadi Guru
Profesional, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2018)., hlm.62
[9] Akhmad Muhaimin Azzet, Menjadi
Guru Favorit, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013)., hlm. 3.8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar