OBYEK PENDIDIKAN LANGSUNG
"Keluarga Tumpuhan Harapan"
Eva Munyati
Nim:
2117330
Kelas L
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN PEKALONGAN
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang.
Keluarga
adalah tempat pertama dan utama bagi anak-anak untuk belajar, dari keluarga
mereka mempelajari sifat keyakinan, sifat mulia, komunikasi dan interaksi
sosial, serta keterampilan hidup. Dalam membentuk sebuah keluarga diikat dalam
perkawinan yang sah dan diakui sesuai dengan syarat yang berlaku , baik syarat
dari agama maupun hokum Negara. Untuk itu, dalam membentuk sebuah keluarga
perlu diadakan pinangan dan masa pertunangan. Kalau ada kesesuaian perkawinan
dilaksanakan dan sebaliknya. Keluarga yang tidak memenuhi persyaratan maka akan
menjadikan keluarga bercerai berai dan hancur. Keluarga seperti itu, jauh dari
bahagia dan ketentraman. Karena keluarga itu menjadikan sebuah tumpuhan bagi
semuanya.
B. Rumusan
masalah.
1. Apa hakikat keluarga ?
2. Apa dalil keluarga sebagai tumpuan harapan
?
3. Apa keluarga Madrasatul Ula ?
C. Manfaat.
1. Untuk mengetahui hakikat keluarga.
2. Untuk mengetahui dalil keluarga sebagai
tumpuan harapan.
3. Untuk mengetahui keluarga Madrasatul Ula.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat keluarga.
Ada beberapa pengertian keluarga, baik
dengan makna yang sempit maupun dengan makna yang luas.
1. Dalam kamus lengkap Bahasa Indonesia Modern
secara Harfiah keluarga bebarti sanak saudara : kaum kerabat, orang seisi
rumah, anak bini.
2. Dalam kamus Oxford Learner’s Pocket
Dictionary, keluarga berasal dari kata family yang berarti:
a. Group
consisting of one or two parents and their children (kelompok yang terdiri dari satu atau dua
orang tua dan anak-anak mereka).
b. Group
consisting of one or two parents, their children and close relations (kelompok yang terdiri dari satu atau dua
orang tua, anak-anak mereka, dan kerabat-kerabat dekat).
c. All the
people descendend from the same ancestor (semua keturunan dari nenek moyang yang sama).
Sedangkan
menurut pengertian yang lain, bahwa keluarga adalah kelompok kecil yang
memiliki pemimpin dan anggota, mempunyai pembagian tugas dan kerja, serta hak
dan kewajiban bagi masing-masing anggotanya. Keluarga adalah tempat yang
pertama dan utama dimana anak-anak belajar. Dari keluarga mereka mempunyai
sifat keyakinan, sifat-sifat mulia, komunikasi dan interaksi sosial, serta
keterampilan hidup.[1]
Menurut
Ahmad Tafsir dkk, melihat bahwa fungsi pendidik dalam keluarga harus dilakukan
untuk menciptakan keharmonisan baik di dalam maupun di luar keluarga. Fungsi
pendidik di keluarga, adalah:
1. Fungsi agama.
Fungsi agama dilaksanakan melalui penanaman nilai-nilai keyakinan berupa
iman dan takwa. Penanaman keimanan dan takwa mengajarkan kepada anggota
keluarga untuk selalu menjalankan perintah tuhan yang maha esa dan menjahui
larangannya. Pembelajaran dapat dilaksanakan dengan metode pembiasaan dan
peneladanan.
2. Fungsi biologis.
Fungsi biologis adalah fungsi pemenuhan kebutuhan agar keberlangsungan
hidupnya tetap terjaga termasuk secara fisik. Maksudnya pemenuhan kebutuhan
yang berhubungan dengan jasmani manusia.
3. Fungsi ekonomi.
Fungsi ini berhubungan dengan bagaimana pengaturan penghasilan yang
diperoleh untuk memenuhi kebutuhan dalam rumah tangga. Seorang istri harus
mampu mengelola keuangan yang diserahkan suaminya.
4. Fungsi kasih sayang.
Fungsi ini yang menyatakan bagaimana setiap anggota keluarga harus
menyayangi satu sama lain. Suami hendaknya mencurahkan kasih saying kepada
istrinya begitu juga sebaliknya.
5. Fungsi perlindungan.
Setiap anggota keluarga berhak mendapat perlindungan dari anggota
lainnya. Sebagai seorang kepala dalam keluarga, seorang ayah hendaknya
melindungi istri dan anak-anaknya dari ancaman yang akan merugikan baik di
dunia maupun di akhirat.
6. Fungsi pendidikan.
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk
meningkatkan martabat dan peradaban manusia. Sebagai seorang pemimpin dalam
keluarga, seorang kepala keluaraga hendaknya memberikan bimbingan dan
pendidikan bagi setiap anggota keluarganya.
7. Fungsi sosialisasi anak.
Selain sebagai makhluk individu, manusia juga sebagai makhluk sosial.
Dalm keluarga, anak pertama kali hidup bersosialisasi. Agar mulai belajar
berkomunikasi dengan orang tuanya melalui pendengaran dan gerakan atau isyarat
hingga anak mampu berbicara. Sejak dini, sejak berkomunikasi hendaklah anak
mulai diajarkan untuk mampu mendengarkan, menghargai, dan menghormati orang
lain, serta peduli dengan lingkungan sekitar.
8. Fungsi rekreasi.
Rekreasi merupakan salah satu hiburan yang baik bagi jiwa dan pikiran.
Rekreasi dapa menyegarkan pikiran, menenangkan jiwa, dan lebih mengakrabkan
tali kekeluargaan. Manusia tidak hanya perlu memenuhi kebutuhan biologisnya
atau fisiknya saja tetapi juga perlu memenuhi kebutuhan jiwa atau rohaninya
yaitu dengan cara rekreasi.[2]
Sebagai
keluarga yang ideal memiliki syarat-syarat sebagai berikut :
1. Sebuah keluarga dikatakan keluarga jika
diikat dalam perkawinan atau pernikahan.
2. Perkawinan harus sah menurut agama dan
hokum Negara.
3. Menikah harus dengan pasangan yang memiliki
keyakinan yang sama.
4. Memilki anggota yang lengkap (ayah, ibu dan
anak).
5. Sebuah keluarga mengharapkan keturunan
sebagai salah satu dari tujuan perkawinan.
6. Setiap pasangan harus saling mengenal satu
sama lain.
7. Pasangan harus hidup persama dan satu sama lain
saling menyayangi sehingga ada ikatan batin.
8. Setiap anggota hendaknya menciptakan dan
merasakan hidup tentram dan bahagia.
9. Setiap anggota memiliki hak dan kewajiban
masing-masing.
10. Saling menghormati hak dan kewajiban setiap
anggota keluarga.
11. Dalam keluarga dibuat pembagian tugas.
12. Memiliki waktu yang cukup untuk berkumpul.
13. Komunikasi lancer dalam keluarga.
14. Perlu adanya bimbingan dan pembinaan, serta
pengawasan dalam keluarga.[3]
B.
Dalil keluarga sebagai tumpuhan harapan,
QS. At-Tahrim,66:6.
يَاَيُّهَاالَّذِيْنَ
اَمَنُوْاقُوْااَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَاراًوَّقُوْدُهَاالنَّسُ
وَاالْحِجَارَةُعَلَيْهَا مَلَائِكَةٌغِلاَظٌ
شِدَادٌلاَّيَعْصُوْنَ اللهَ مَااَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَايُؤْمَرُوْنَ.
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kamu
dan keluarga kamu dari api yang bahan bakarnya adalah manusia manusia dan
batu-batu; di atasnya malaikat-malaikat yang kasar-kasar, yang keras-keras,
yang tidak mendurhakai Allah menyangkut apa yang Dia perintahkan kepada mereka
dan mereka mengerjakan apa yang di perintahkan”. (Q.S At tahrim : 6).
. 1.
Tafsir Ibnu Katsir
Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka,” yaitu kamu
diperintahkan dirimu dan keluargamu yang terdiri dari istri, anak, saudara,
kerabat, sahaya wanita dan sahaya laki-laki untuk taat kepada Allah. Dan kamu
larang dirimu beserta semua orang yang berada di bawah tanggungjawabmu untuk
tidak melakukan kemaksiatan kepada Allah. Kamu ajari dan didik mereka serta
pimpin mereka dengan perintah Allah. Kamu perintah mereka untuk melaksanakannya
dan kamu bantu mereka dalam merealisasikannya. Bila kamu melihat ada yang
berbuat maksiat kepada Allah maka cegah dan larang mereka.
Allah SWT berfirman, “Yang tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan.” Yaitu, mereka tidak pernah menangguhkan
bila datang perintah dari Allah walaupun sekejap mata, padahal mereka bisa saja
melakukan hal itu dan mereka tidak mengenal lelah.[4]
2. Tafsir Al-Maraghi
Sesudah Allah memerintahkan kepada
sebagian dari istri-istri Nabi saw. Untuk bertaubat dari kesalahan yang
terlanjur dilakukan, dan menjelaskan kepada mereka bahwa allah akan
menjaga dan menolong rasul_Nya hingga kerja sama untuk menyakitinya tidak akan
membahayakannya, kemudian memperingatkan mereka agar berkepanjangan dalam
menentangnya karena khawatir akan ditalak dan dijatuhkan dari kedudukanya yang
mulia sebagai ibu-ibu kaum muslimin, karena digantikan dengan istri-istri yang
lain dari wanita-wanita mukmin yang shaleh, Dia memerintahkan kaum mukmin pada
umumnya untuk menjaga diri dan keluarga dari neraka yang kayu bakarnya adalah
manusia dan berhala-berhala pada hari kiamat.
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا قُوْا أَنْفُسَكُمْ
وَأَهْلِيْكُمْ نَارًا وَقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ
Wahai orang-orang yang percaya kepada
Allah dan Rasul-Nya, hendaklah sebagian dari kamu memberitahukan kepada
sebagian yang lain, apa yang dapat menjaga dirimu dari api neraka dan menjauhkan
kamu dari padanya, yaitu ketaatan kepada Allah Ta’ala dan menuruti segala
perintah-Nya. Dan hendaklah kamu mengajarkan kepada keluargamu perbuatan yang
dengannya mereka dapat menjaga diri mereka dari api neraka. Dan bawalah kepada
mereka yang demikian ini melalui nasihat dan pengajaran.
عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ
Malaikat-malaikat itu diserahi neraka
untuk mengurusnya dan menyiksa para penghuninya. Mereka ada 19 orang malaikat
penjaga neraka yang akan disebutkan dalam QS. Al-Muddatsir di dalam firman_Nya
yang Artinya: “Aku akan memasukkanya kedalam (neraka )
saqar. Tahukah kamu Apakah (neraka) saqar itu? Saqar tidak meninggalkan dan
tidak membiarkan. (neraka saqar) adalah pembakar kulit manusia. Diatasnya ada
Sembilan belas (malaikat penjaga).
غِلَاظٌ شِدَادٌ
Mereka keras dan kasar terhadap penghuni
neraka itu. Kemudian, Allah menjelaskan besarnya ketaatan mereka kepada Tuhan
mereka. Firman-Nya:
لَايَعْصُوْنَ اللهَ
مَاأَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَايُعْمَرُوْنَ
Mereka tidak menyalahi perintah-Nya,
tetapi mereka menjalankan apa yang diperintahkan kepada mereka dan waktu itu
juga tanpa selang. Mereka tidak mendahului dan tidak menunda perintah-Nya.[5]
C.
Keluarga Madrasatul Ula.
Dalam QS. At-Tahrim, 66:6 menggambarkan
bahwa dakwah dan pendidikan harus bermula di rumah. Walaupun ayat ini tertuju kepada
kaum pria (ayah), namun tidak hanya tertuju kepada mereka. Ini berarti kedua orang tua bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga pasangan
masing-masing sebagaimana masing-masing bertanggung jawab atas kelakuannya.
Dalam QS. At-tahrim ayat 6,
berisi tentang dakwah dan pendidikan diawali dari
lembaga yang paling kecil, yaitu dari diri sendiri dan keluarga menuju yang
besar dan luas. Ayat ini berawal dar masalah tanggung jawab pendidikan keluarga, kemudian
diikuti dengan akibat dari kelalaian tanggung jawab yaitu siksaan. Dalam
membicarakan siksaan, Al-Qur’an menyebutkan bahan bakar mereka, bukan model dan
jenis siksaanya. Bahwa berasal dari manusia. Bahwa dalam kegagalan dalam mendidik anak dari lembaga terkecil yaitu keluarga. Kegagalan pendidikan
dalam usia dini akan menyebabkan manusia terbakar emosinya oleh dirinya sendiri
yang tidak terarah pada usia dininya.[6]
Di samping
situasi tersebut, orang tua menjadi pemegang peran utama dalam proses
pembelajaran anaknya, terutama
di saat mereka belum dewasa. Kegiatannya antara lain melalui asuhan, bimbingan,
pendampingan, dan teladan nyata. Orang tua dituntut untuk mengenalkan,
membimbing, memberi teladan dan melibatkan anak untuk mengenal kaidah-kaidah
agama dan perilaku keagamaan. Di sini orang tua diwajibkan menjadi tokoh
panutan dalam keluarga.[7]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
bahwa keluarga adalah kelompok kecil yang
memiliki pemimpin dan anggota, mempunyai pembagian tugas dan kerja, serta hak
dan kewajiban bagi masing-masing anggotanya. Keluarga adalah tempat yang
pertama dan utama dimana anak-anak belajar.
Menurut
Ahmad Tafsir dkk, melihat bahwa fungsi pendidik dalam keluarga harus dilakukan
untuk menciptakan keharmonisan baik di dalam maupun di luar keluarga. Fungsi
pendidik di keluarga, adalah: fungsi agama, fungsi biologis, fungsi kasih
sayang, fungsi ekonomi, fungsi perlindungan, fungsi pendidikan, fungsi
sosialisasi anak, fungsi rekreasi.
Menurut Tafsir Ibnu Katsir, Allah SWT
berfirman, “Yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” Yaitu,
mereka tidak pernah menangguhkan bila datang perintah dari Allah walaupun
sekejap mata, padahal mereka bisa saja melakukan hal itu dan mereka tidak
mengenal lelah.
Keluarga Madrasatul Ula, dalam QS. At-Tahrim, 66:6 diatas menggambarkan bahwa
dakwah dan pendidikan harus bermula di rumah. Ayat di atas walau secara
redaksional tertuju kepada kaum pria (ayah), tetapi itu bukan berarti hanya
tertuju kepada mereka. Ayat ini tertuju kepada perempuan dan lelaki (ibu dan
ayah) sebagaimana ayat-ayat yang serupa (misalnya ayat yang memerintahkan
puasa) juga tertuju kepada lelaki dan perempuan. Ini berarti kedua
orangtua bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga pasangan masing-masing
sebagaimana masing-masing bertanggung jawab atas kelakuannya.
DAFTAR PUSTAKA
Helmawati. 2014. pendidikan
Keluarga. Bandung, PT. Remaja
Rosdakarya.
Munir, Ahmad. 2008. Tafsir Tarbawi. Yogyakarta: Teras.
Shihab, M. Quraish. 2012. Al-Lubab. Tangerang: Lentera Hati.
Tafsir,Ahmad. 2007. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif
Islam. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya.
https://ghufron-dimyati.blogsport.com
.diakses tanggal 2 november 2018.
BIODATA
Nama :
Eva Munyati.
Tempat, tanggal lahir :
Pekalongan, 21 juni 1999
Alamat : Dk. Karanglo, Ds. Tangkil-tengah
, rt.04, rw.02.
Pendidikan :
1. TK. PGRI Pandanarum.
2. SDN Tangkil-tengah.
3.
Smpn 1 Buaran.
4.
Man 2 pekalongan.
5.
IAIN pekalongan ( masih proses).
Nama orang tua :
Nama Ayah : Zubaroh.
Nama ibu : Siti Marni.
Moto hidup : Sambut masa depan
dengan sebuah harapan.
[4]M. Quraish Shihab, Al-Lubab,
(Tangerang: Lentera Hati, 2012),
hlm. 321-324.
[7] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung:
PT.Remaja Rosda Karya, 2007), hlm. 160.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar