Sejarah Turunnnya Al-Qur’an
Fatiatur Rohmah
NIM. (2318060)
Kelas E
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN PEKALONGAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah
swt yang telah memberikan kekuatan dan kemampuan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah Turunnya AL-Qur’an” sesuai
rencana, sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad saw, para sahabatnya, serta orang-orang yang mau mengikuti
sunnah-sunnahnya.
Ucapan terimakasih kami
tujukan kepada bapak Muhammad Hufron,M.S.I selaku dosen mata kuliah Ulumul
Qur’an atas tugas yang telah di berikan sehingga menambah wawasan penulis
tentang identitas negara.
Terlepas dari semua itu,
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan inpirasi terhadap pembaca. Amin
yaa robbal ‘alamin.
Pekalongan, 26 Febuari 2019
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Turunnya Al-Qur’an................................................................................................ 2
B.
Ayat yang Pertama dan Terakhir
Turun.................................................................. 4
C.
Nabi dan Penerimaan Wahyu.................................................................................. 5
D.
Ruang Lingkup Kajian Nuzul
Al-Qur’an................................................................ 6
BAB III PENUTUP
A.
Simpulan.................................................................................................................. 7
B.
Saran........................................................................................................................ 7
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 8
BUKU REFERENSI.................................................................................................. 9
PROFIL PENULIS..................................................................................................... 10
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejarah turunnya
Al-Qur’an dan cara pemeliharaannya merupakan salah satu pokok bahasan yang
sangat penting untuk dikaji dalam mata kuliah Ulumul Qur’an, di mana Al- qur’an
adalah kalam Allah ang bernilai mukjizat yang di turunkan pada rasulullah
melalui malaikat Jibril yang diriwayatkan secara mutawatir dan membacanya
adalah bernilai ibadah. Oleh karena itu sebagai umat Islam setidaknya
mengetahui tentang Al- qur’an, salah satunya adalah sejarah turunnya dan
pemeliharaannya.
Dalam pokok
bahasan ini akan dibahas beberapa sub pokok bahasan yang dianggap sangat
penting dalam pembahasan sejarah turunnya Al-Qur’an dan cara pemeliharaannya
tahapan turunnya Al – qur’an, cara al – qur’an di turunkan, dan cara- cara
pemeliharaannya. Yang nantinya akan di bahas dalam makalah ini
Dalam hal ini
kami hanya mengambil sebagian kecil dari beberapa sub pokok bahasan yang lain
dan kami anggap sub pokok itulah yang dianggap sangat penting untuk dikaji
lebih dalam lagi sehingga kita sebagai umat islam mengerti dan memahami tentang
sejarah dan pemeliharaan al Qur’an.Untukitu semoga makalah ini dapat bermanfaat
dengan sebaik-baiknya bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
B. Rumusan Masalah
1.
Menjelaskan sejarah turunnya
Al-Quran
C. Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan kami dalam menyusun makalah ini adalah disamping untuk memenuhi tugas
perkuliahan juga agar kami khususnya semua mahasiswa pada umumnya mampu memahami
sejarah turunnya Al-Quran.
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah Turunnya Al-Qur’an
Al-qur’an diturunkan pada masyarkat Arab saat itu adalah untuk meluruskan
patologi sosial masyarakat Arab dan sebagai kitab petunjuk bagi seluruh umat
manusia. Tata nilai masyarakat Arab sudah sedemikian parahnya sehingga perlu
adanya kitab petunjuk untuk meluruskan kondisi tersebut. Tata nilai dan
perubahan yang dibawa oleh Al-Qur’an mampu memberikan pengaruh yangn cukup
mendalam pada diri orang Arab sehingga Islam mampu membangun tatanan baru
masyarakat yang kokoh berlandaskan Al-Qur’an.
Al-Qur’an adalah suatu ajaran yang berkepentingan terutama untuk
menghasilkan sikap moral yang benar bagi tindakan manusia. Tindakan yang benar, apakah itu tindakan politik
keagamaan ataupun sosial, dipandang al-qur’an sebagai ibadah (pengabdian
terhadap Allah). Karena itu, Alqur’an mengutamakan semua penekanan moral dan
faktor-faktor psikologis yang melahirkan kerangka berfikir yang benar bagi
tindakan.[1]
A. Turunnya Al-Qur’an
An-nuzul secara bahasa berarti al-hulul, yaitu penurunan.[2]
An-nuzul juga bermakna bergeraknya sesuatu dari atas ke bawah.[3]
Dengan demikian, an-nuzul adalah proses turunnya pemberitaan dengan melalui
lafaz-lafaz dalam bentuk huruf-huruf. Maksudnya, turunnya yang membawa
Al-Qur’an baik turunnya ke langit dunia maupun kepada Nabi Muhammad SAW. Oleh karenanya Al-Qur’an memiliki
tiga periode:[4]
a)
Ketika di Bait al-Muhfuz.
Maksudnya, sebelum Al-qur’an disampaikan kepada Rasulullah, sebagai utusan
Allah terhadap manusia, ia terlebih dahulu disampaikan kepada lawh al-mahfuzh, yaitu suatu lembaran
yang terpelihara di mana Al-qur’an pertama kalinya ditulis pada lembaran
tersebut.
b)
Kemudian diturunkan ke langit
pertama dengan sekaligus. Penurunan tahap kedua ini bertepatan dengan malam
lailatul qadar.
c)
Kemudian diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW secara berangsur-angsur melalui Jibril selama 22 tahun 2 bulan 22
hari, atau selama 23 tahun.[5]
Jibril menyampaikan wahyu ke dalam hati Nabi, sehingga setiap kali wahyu itu
disampaikan beliau langsung menghafalnya.
Al-qur’an turun kepada Nabi Muhammad SAW melalui Jibril a.s secara
berangsur-angsur sesuai dengann berbagai kejadian dan kebutuhan manusia serta
situasi dan kondisi. Proses ini berlangsung sampai tanggal 17 Ramadhan, yaitu
hari penurunan awal surat Iqra’ yang merupakan awal penurunan Al-qur’an. Jangka
waktunya adalah 6 bulan dan lima hari. [6]
Ada dua cara penurunan (tanzil) :
Pertama: Nabi Saw.ke luar dari dimensi fisik manusiawinya dan memasuki
dimensi rohani Malaikat kemudian menerimanya dari Jibril.
Kedua: Malaikat Jibril ke luar dari dimensi rohani malaikatnya dan
memasuki dimensi fisik manusiawi kemudian Rasulullah SAW.menerima darinya. Cara
pertama dirasakan paling berat bagi Nabi SAW.[7]
Ada empat hikmah atau tujuan kenapa Al-Qur’an diturunkan secara
berangsur-angsur, yaitu sebagai berikut:
1.
Menetapkan atau menguatkan hati
Nabi SAW. Dengan turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur, maka berarti Nabi
SAW akan selalu berjumpa dengan Jibril dan menerima Al-Qur’an. hal ini secara
psikologis akan berpengaruh kepada Nabi SAW dalam menyampaikan risalah ilahi;
ia akan menjadi tegar dan kuat.
2.
Berangsur-angsur dalam mendidik
umat yang sedang tumbuh ini untuk menanamkan ilmu dan amal. Hal ini dapat
memberikan kemudahan kepada para sahabat dalam memahami dan menghafal setiap
ayat yang diturunkan, terlebih lagi mengamalkannya. Betapa sulitnya memahami
dan menghafal ayat-ayat yang begitu banyak jika ia diturunkan secara sekaligus.
Dan bahkan lebih sulit lagi mengamalkannya, karena perintah dan larangan yang
begitu banyak muncul secara bersamaan. Maka untuk itulah Allah menurunkan
ayat-ayat tersebut secara berangsur-angsur.
3.
Menyesuaikan dengan kejadian atau
peristiwa yang terjadi pada masa itu. paling tidak ada dua hal yang menyebabkan
perlunya penyesuaian penurunan ayat dengan peristiwa yang sedang terjadi; pertama akan menimbulkan kesan yang
mendalam sehingga umat Islam benar-benar merasakan betapa butuhnya mereka
kepada Al-Qur’an. bagaikan orang yang sedang sakit, kemudian diberikan obat langsung
menyembuhkannya. Dan kedua adalah
berguna untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan para sahabat secara langsung
dengan wahyu yang diturunkan ketika itu juga atau menunggu beberapa lama. Hal
ini selain menimbulkan kesan yang dalam kepada para penanya, juga dapat
menambah keyakinan mereka bahwa Al-Qur’an benar-benar datang dari Allah,
sehingga Nabi harus menunggu turunnya ayat berkenaan.
4.
Memberikan isyarat yang nyata
kepada musuh-musuh Islam, bahwa Al-Qur’an adalah kalam Tuhan yang datang dari
Allah, bukan perkataan Nabi. Jika ia kalam Muhammad SAW maka ia dapat
mengungkapkannya kapan dan dimana saja, tidak perlu menunggu.[8]
B. Ayat yang Pertama dan
Terakhir Turun
Al-Qur’an pertama kalinya diturunkan kepada Nabi Muhammad pada 17
Ramadhan tahun pertama kenabian atau di waktu Muhammad telah di angkat menjadi
Nabi. Surah yang pertama kali turun adalah AL-Alaq (96) ayat 1-5, yaitu
“Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang maha mulia. Yang mengajar manusia
(dengan perantaraan) qalam. Dia mengajar
manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Ayat yang terakhir turun adalah Surah AL-Ma’idah (5) ayat 3. Ayat ini
turun di Padang Arafah ketika Rasulullah menunaikan haji te rakhir, dan ia
masih hidup beberapa bulan lagi setelah itu. sedangkan Q.S Al-Baqarah (2) ayat
281, turun 9 hari atau 81 hari menjelang Rasul SAW wafat.
C. Nabi dan Penerimaan Wahyu
Al-qur’an menyebutkan, ada tiga cara penyampaian misi ilahiah itu kepada
para nabi dan rasul, yaitu melalui wahyu, pembicaraan di balik hijab, dan atau
Allah mengirim seorang utusannya.
Dari tiga cara penyampaian misi ilahiah itu, dua di antaranya langsung
dari Allah kepada Nabi dan satu lainnya melalui perantaraan malaikat. Adapun
yang langsung dari Allah kepada para nabi adalah melalui wahyu dan pembicaraan
di balik tabir.
Wahyu, menurut Al-Hijazi, berarti menyampaikan sesuatu ke dalam hati,
sama ada di waktu bangun ataupun di waktu tidur.[9]
Menurut Ar-Zarqani wahyu itu adalah pemberitahuan Allah kepada hamba pilihannya
mengenai segala macam hidayah dan ilmu yang ingin disampaikan dengan cara
tersembunyi dan tidak terjadi pada manusia biasa.[10]
Pembicaraan di balik tabir merupakan salah satu cara Allah menyampaikan
risalah-Nya kepada Nabi. Nabi tidak melihat Allah, tetapi ia dapat menerima
hidayah atau risalah tersebut, seperti yang dialami oleh Nabi Musa.
Cara lainnya adalah melalui perantaraan malaikat. Hal ini me;iputi empat
cara[11],
yaitu sebagai berikut.
1.
Malaikat menyampaikan ke dalam
hati Nabi, di mana Nabi tidak melihatnya.
2.
Malaikat datang kepada Nabi
seperti seorang laki-laki dan lalu menyampaikan misi ilahiah itu kepadanya.
3.
Malaikat datang kepada Nabi
seperti bunyi bel.
4.
Malaikat datang kepada Nabi dalam
bentuk aslinya sebagai malaikat. Kemudian ia menyampaikan misi ilahiah itu
kepada Rasul sesuai dengan apa-apa yang Allah kehendaki.
D. Ruang Lingkup Kajian
Nuzul Al-Qur’an
Bahasan mengenai nuzul
Al-Qur’an mencakup berbagai aspek, di antaranya aspek sosiologis historis
turunnya suatu ayat, yaitu bagaimana situasi dan kondisi masyarakat Arab ketika
diturunkannya suatu ayat. Dalam kajian ulum Al-Qur’an hal ini disebut
dengan asbab nuzul.
Selain sosiologis historis, kajian nuzul Al-Qur’an mencakupi pula
keberadaan, situasi, kondisi dan iklim yang sedang dialami Rasulullah ketika
menerima suatu ayat, yaitu apakah Nabi ketika menerima suatu ayat berada di kediamannya atau dalam
perjalanan, siang atau malam, dan di musim dingin atau musim panas.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Al-qur’an
diturunkan pada masyarkat Arab saat itu adalah untuk meluruskan patologi sosial
masyarakat Arab dan sebagai kitab petunjuk bagi seluruh umat manusia. Tata
nilai masyarakat Arab sudah sedemikian parahnya sehingga perlu adanya kitab
petunjuk untuk meluruskan kondisi tersebut. Tata nilai dan perubahan yang
dibawa oleh Al-Qur’an mampu memberikan pengaruh yangn cukup mendalam pada diri
orang Arab sehingga Islam mampu membangun tatanan baru masyarakat yang kokoh
berlandaskan Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah suatu ajaran yang berkepentingan
terutama untuk menghasilkan sikap moral yang benar bagi tindakan manusia.
Tindakan yang benar, apakah itu
tindakan politik keagamaan ataupun sosial, dipandang al-qur’an sebagai ibadah
(pengabdian terhadap Allah). Karena itu, Alqur’an mengutamakan semua penekanan
moral dan faktor-faktor psikologis yang melahirkan kerangka berfikir yang benar
bagi tindakan.
B.
Saran
Makalah ini jauh dari kata sempurna. Jadi, diharapkan untuk pembimbing
dan pembaca agar dapat memberikan kritik dan sarannya agar makalah ini dapat
menjadi lebih baik kedepannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pembacanya, dan kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran setelah membaca
makalah ini. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Hamid,
Abdul.2016. Pengantar Studi Al-Qur’an. Jakarta:
Kencana
Prenada
Media Group
Muhammad,
Syeikh.2002. Studi Al-Qur’an Al-Karim. Bandung: CV Pustaka Setia
Abidin,
Zainal. 1992. Seluk Beluk Al-Qur’an.
Jakarta: Rineka Cipta
M
Yusuf, Kadar. 2012. Studi Al-Qur’an. Jakarta:Amzah
BUKU REFERENSI
PROFIL PENULIS
Nama
: Fatiatur Rohmah
NIM :
2318060
Jurusan :
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Kelas :
Ulumul Qur’an E
Tempat Lahir :
Pekalongan
Tanggal Lahir :
13 November 2000
Alamat : Tangkil
Tengah No. 62 Kedungwuni
Motivasi : Waktu
Adalah Uang
[1] Fazlur Rahman, Islam, terj.
Ahsin Muhammad (Bandung: Pustaka, 1994), 354.
[2] Abu al-Hasan al-Mursiy, Al-Muhkam
Wa al-Muhith al-A’zham, (Beirut: Dar al-Kutub, 2000), Juz 9, h.49.
[3] Abu al-Hasan al-Andalusy, Al-Mukhassas
li Ibn Sayyidah, (Beirut: Dar Ihya, 1996), Juz 3, Cet. Ke-1, h. 312.
[4] Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, (Mesir: Al-Haiah,
1990), h.28.
[5] Kadar M.Yusuf, Studi Al-Qur’an
(Jakarta: Amzah, 2012), hlm.17.
[6] Syeikh Muhammad, Studi Al-Qur’an
Al-karim (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hlm.93.
[7] Zainal Abidin, Seluk Beluk
Al-Qur’an (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), hlm.69.
[8] Ibid, hlm:19.
[9] Hijazi, At-Tafsir Al-Wadhih, Jilid
III, hlm.379.
[10] Az-Zarqani, Manahil Al-Irfan,
Jilid I, hlm.56.
[11] Sayyid Quthb. Fi Zhilal
Al-Qur’an, Jilid V, Kairo: Dar Asy-Syuruq, 1998,hlm.3170.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar