I’JAZUL QUR’AN
NIM. 2318051
KELAS: D
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN PEKALONGAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis kehadirat Allah swt yang telah memberikan kekuatan dan
kemampuan, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “I’jaz
Al-qur’an” sesuai rencana. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, para sahabatnya,sera orang-otang yang
mau mengikuti sunnah-sunnahnya, aamiin.
Ucapan terimakasih kami tujukan kepada Bapak Muhammad Hufron, M.S.I selaku
dosen mata kuliah Ulumul Qur’an atas
tugas yang telah diberikan sehingga menambah wawasan penulis tentang I’jaz
Al-quran. Dan kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Semoga bantuan dari berbagai pihak terkait mendapatkan balasan dari Allah swt
dengan pahala yang berlipat ganda, Aamiin.
Makalah ini tentu tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena
itu, penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik konstruktif dari
pembaca guna penyempurnaan penulisan makalah ini. Akhirnya, semoga
makalah ini menamah khasanah keilmuan dan bermanfaat bagi mahasiswa. Amin yaa
robbal’alamin.
Pekalongan,
Maret 2019
Penulis
KATAPENGANTAR………………………………………….......1
DAFTAR ISI……………………………………………………......2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah……………………………….3
B. Rumusan Masalah……………………………………...3
C. Tujuan………………………………………….............4
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
I’jaz dan Mukjizat…………………………5
B.
Macam-macam I’jaz Al-qur’an……………………….7
C.
Macam-macam mu’jizat………………………………9
D.
Tujuan
dan fungsi I’jaz Al-qur’an…………………….10
E.
Cara-caraa
kei’jazan Al-qur’an………………………..12
F.
Pendapat
ulama’ tentang I’jaz Al-qur’an……………...13
G.
Aspek-aspek
I’jaz Al-qur’an…………………………..14
BAB III PENUTUP
A. Simpulan……………………………………………..16
B. Saran…………………………………………………17
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….18
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Alqur’an adalah kitab petunjuk dan hidayah bagi manusia dan seluruh
makhluk yang bertaqwa di atas bumi ini. Sesuai dengan penegasan al-qur’an:
kitab (al-qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa (QS al-baqarah(2): 2), agar mereka dapat hidup teratur dan tertib
serta benar dalam kehidupan ini. Seluruh alam yang luas beserta isinya dari
bumi, laut dan segala isinya akan menjadi kecil dihadapan manusia yang lemah,
karena ia telah diberi keistimewaan-keistimewaan seperti kemampuan berfikir
untuk mengelola seluruh yang ada di hadapannya.
Allah tidak akan membiarkan manusia tanpa adanya wahyu pada setiap
masa, agar mendapat petunjuk dan menjalankan kehidupannya dengan terang dan
benar. Maka allah mengutus Rasulnya dengan mu’jizat yang sesuai dengan
kecanggihan kaum pada masanya, agar manusia memercayai bahwa ajaran yang ia
bawa datang dari Allah swt. Oleh karena akal manusia pada masa pertama
perkembangannya lebih dapat menerima mu’jizat yang bersifat materi, maka
mu’jizat juga berbentuk materi seperti mu’jizat tongkat Nabi Musa as,. Yang
bisa berubah menjadi ular besar, juga mu’jizat Nabi Isa as,. Yang dapat
menghidupkan orang yang mati dengan izin Allah dan dapat menyembuhkan orang
buta.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian I’jaz dan mu’jizat?
2.
Apa
saja macam-macam I’jaz?
3.
Apa
saja macam-macam mu’jizat?
4.
Apa
tujuan dan fungsi I’jaz al-qur’an?
5.
Bagaimana
cara-cara kei’jazan al-qur’an?
6.
Bagaimana
pendapat ulama’ tentang I’jaz al-qur’an?
7.
Apa
saja aspek-aspek I’jaz al-qur’an?
C.
Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian I’jaz dan mu’jizat
2.
Untuk
mengetahui macam-macam I’jaz
3.
Untuk
mengetahui macam-macam mu’jizat
4.
Untuk
mengetahui tujuan dan fungsi dari I’jaz al-qur’an
5.
Untuk
mengetahui cara-cara kei’jazan al-qur’an
6.
Untuk
mengetahui pendapat ulama’ tentang I’jaz al-qur’an
7.
Untuk
mengetahui aspek-aspek dari I’jaz al-qur’an
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
I’JAZ DAN MU’JIZAT
Dari segi bahasa katra I’jaz, berasal dari kata a’jaza,
yu’jizuu, I’jaz, yang berarti melemahkan atau memperlemah. Juga dapat
berarti menetapkan kelemahan.
Secara normative, I’jaz adalah ketidakmampuan seseorang
melakukan sesuatu yang merupakan lawan dari ketidakberdayaan. Oleh karena itu,
apabila kemu’jizatan itu telah terbukti, maka nampaklah kemampuan mu’jizat.
Sedang yang dimaksud dengan I’jaz, secara terminologi ilmu Al-qur’an adalah
sebagaimana yang dikemukakan oleh beberapa ahli berikut: menurut manna’ Khalil
Al-qaththan
“ I’jaz adalah menampakkan kebenaran Nabi saw dalam pengakuan orang
lain sebagai seorang rasul utusan Allah
swt. Dengan menampakkan kelemahan orang-orang arab untuk menandinginya atau
menghadapi mu’jizat yang abadi, yaitu al-qur’an dan kelemahan-kelemahan
generasi-generasi sesudah mereka”
Sedangkan Mu’jizat adalah perkara luar biasa yang disertai dengan
tantangan yang tidak mungkin dapat ditandingi oleh siapapun dan kapanpun
Muhammad bakar ismail menegaskan: mu’jizat adalah “Perkataan luar biasa yang
disertai dan diikuti dengan tantangan ang diberikan oleh Allah swt. Kepada
Nabi-Nabinya sebagai hujjah dan bukti yang kuat atas misi dan kebenaran
terhadap apa yang diembarnya, ang bersumber dari Allah SWT.”
Muhammad Ali al-shabuniy mengemukakan: I’jaz adalah “menetapkan
kelemahan manusia baik secara kelompok maupun bersama-sama untuk menandingi hal
yang serupa dengannya, maka mu’jizat merupakan bukti yang datangnya dari Allah
SWT. Yang diberikan kepada hambanya untuk memperkuat kebenaran misi kerasulan
dan kenabiannya.”
Dari ketiga definisi diatas
dapat difahami bahwa antara i‘jaz dan mu’jizat adalah dapat dikatakan searti,
yakni melemahkan, Hanya saja pengertian I’jaz diatas mengesankan batasan yang
lebih bersifat spesifik, yaitu hanya Al-qur’an. Sedangkan pengertian mu’jizat,
mengesankan batasan yang lebih luas, yakni bukan hanya berupa al-qur’an, tetapi
juga perkara-perkara lain yang tidak mampu dijangkau oleh segala daya dan
kemampuan manusia secara keseluruhan. Dengan demikian, dalam konteks ini antara
pengertian I’jaz dan mu’jizat itu saling isi mengisi dan saling lengkap
melengkapi, sehingga dari batasan-batasan tersebut tampak dengan jelas
keistimewaan dari ketetapan-ketetapan Allah yang khusus diberikan kepada
rasul-rasul pilihannya, sebagai salah satu bukti kebenaran misi kerasulan yang dibawanya
itu. Namun demikian, tidak sedikit dari mereka yang berpaling dari kebenaran
yang dibawa oleh para rasul Allah tersebut.
Ditampilkannya I’jaz dan atau mu’jizat itu bukanlah semata-mata
bertujuan untuk menampakkan kelemahan manusia dalam menandinginya. Tetapi
tujuan yang sebenarnya adalah untuk meyakinkan mereka bahwa Muhammad Saw adalah
benar-benar untusan Allah dan AL-qur’an itu benar-benar diturunkan dari sisi
Allah Swt. Kepada Muhammad saw, yang mana Al-qur’an itu sama sekali bukanlah
perkataan manusia atau perkatan lainnya. begitu pula mu’jizat para nabi
terdahulu bukanlaah semata-mata bertujuan untuk mengungguli kemampuan manusia
secara keseluruhan dengannya, tetapi maksud dan tujuan utama yang sebenarnya
adalah untuk menunjukkannya terhadap mereka,khususnya yang tidak beriman, bahwa
para nabi dan rasul itu benar-benar menyampaikan misi yang sebenarnya dari
Allah SWT, sehingga ketidak mampuan mereka menandingi mu’jizat itu diharapkan
mendorongnya untuk mengimani, bahwa hal itu adalah benar-benar bersumber dari
Allah SWT. Tujuannya tidak lain hanya untuk membimbing mereka agar membenarkan
dan sekaligus mengikuti apa yang disampaikan dan diajarkan kepada mereka dalam
rangka mencapai kebahagiaan hidup didunia dan diakhirat.[1]
B.
MACAM-MACAM
I’JAZ AL-QUR’AN
Macam-macam i’jaz Al-Qur’an yang disebut dalam buku ”Al-I’jazal
Qur’any fi wujuhil Muktasyifah”, antara lain:
1) I’jaz Balaghy (berita
tentang hal-hal yang ghaib)
Sebagian ulama’
mengatakan bahwa mu’jizat Al-Qur’an adalah berita ghaib, contohnya adalah
Fir’aun yang mengejar Nabi Musa as, hal ini diceritakan dalam QS. Yunus: 92,
Artinya:”Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi
pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan
manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami”.
Berita-berita ghaib yang terdapat pada wahyu Allah SWT yakni
Taurat, Injil, dan Al-Qur’an merupakan mu’jizat. Berita ghaib dalam wahyu Allah
SWT itu membuat manusia takjub, karena akal manusia tidak mampu mencapai hal-hal
tersebut.
2) I’jaz Lughawy (keindahan
redaksi Al-Qur’an)
Menurut Shihab (dalam
Rosihon Anwar, 2000:34) memandang segi-segi kemu’jizatan Al-Qur’an dalam 3
aspek, di antaranya aspek keindahan dan ketelitian redaksinya. Dalam Al-Qur’an
dijumpai sekian banyak contoh keseimbangan yang serasi antara kata-kata yang
digunakan, yaitu:
a. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dan antonimnya.
b. Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya atau makna
yang dikandungnya.
c. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah yang
menunjukkan akibatnya.
3) I’jaz ’Ilmu
Di dalam Al-Qur’an,
Allah mengumpulkan beberapa macam ilmu, di antaranya ilmu falak, ilmu hewan.
Menurut Quraish Shihab, banyak sekali isyarat ilmiah yang ditemukan dalam
Al-Qur’an, misalnya: Cahaya matahari bersumber dari dirinya sendiri dan cahaya
bulan merupakan pantulan, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Yunus
ayat 5. Hal itu diisyaratkan dalam firman Allah: ”Barangsiapa yang Allah
kehendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dada
orang itu untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah
kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah
dia sedang mendaki ke langit.” (QS. Al-An’am: 125)
4) I’jaz Tasyri’i
Al-Qur’an menetapkan
peraturan pemerintah Islam, yakni pemerintah yang berdasarkan musyawarah dan
persamaan serta mencegah kekuasaan pribadi. Firman Allah SWT: ”Dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu” (QS. Ali Imron: 159). Di dalam
pemerintahan Islam, tasyri’i itu tidak boleh ditinggalkan. Al-Qur’an telah
menetapkan bila keluar dari tasyri’ Islam itu hukumnya kafir, dzalim, dan
fasik. Firman Allah SWT: ”Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang
diturunkan Allah, maka mereka ini adalah orang-orang kafir” (QS. Al-Maidah:
44).
5) I’jaz ’Adady (Jumlah)
I’jaz ’adady merupakan
rahasia angka-angka dalam Al-Qur’an. Seperti dikatakan ”sa’ah” disebutkan dalam
Al-Qur’an sebanyak 24 kali, sama dengan jumlah jam dalam sehari semalam. Selain
itu Al-Qur’an menjelaskan bahwa langit ada tujuh. Penjelasan ini diulangi
sebanyak tujuh kali pula dalam surat Al-Baqoroh: 29, surat Al-Isra’: 44, surat
Al-Mukminun: 86, surat Fushshilat: 12, surat Ath-Thalaq: 12, surat Al-Mulk: 3,
dan surat Nuh: 15.[2]
C.
MACAM-MACAM
MU’JIZAT
Secara garis besar mu’jizat ang diberikan Nabi Muhammad dan kepada
Nai-nabi pendahulunnya dapat digolongkan kedalam dua jenis yakni:
1.
Mu’jizat
hissi
Mu’jizat
yang dapat dilihat secara kasat mata, didengar oleh telinga, dirasa dan
ditangkap oleh panca indra. Mu’jizat semacam ini adalah mu’jizat yang berlaku
secara tempural sesuai dengan kebutuhan mu’jizat Nabi-nabi terdahulu semuannya
masuk pada tipe yang pertama ini. Seperti tidak terbakarnya Ibrahim as.,
berubahnya tongkat musa as., menjadi
ular, Isa as., yang menghidupkan orang mati, juga terjadi pada diri Nabi
Muhammad Saw., ada kisah memancarnya air dari jari-jari tangan beliau, membelah
bulan sebagaimana diabadikan pada awal surah Al-qamar. Mu’jizat semacam ini
sengaja ditunjukkan kepada manusia yang tak mampu menggunakan akal pikiran dan
kecerdasannya untuk menangkap keagungan Allah.
2.
Mu’jizat
maknawi
Mu’jizat
yang tidak dapat dicapai dengan kekuatan panca indra semata, tapi dicapai
dengan kekuatan dan kecerdasan akal pikiran. Hanya orang-orang yang mempunyai
akal sehat dan kecerdasan yang tinggi, mempunyai hati nurani serta berbudi
luhur sajalah yang mampu menangkap dan memehami kebesaran mu’jizat model ini.
Kedua jenis mu’jizat ini diberikan
kepada Nabi Muhammad dan Alqur’an
mengandung keduannya. Bahkan yang maknawi (‘aqli) jauh lebih
besar porsinnya dibandingkan dengan yang hissi sebab Al-qur’an memang
dipersiapkan untuk menghadapi dan mengantisipasi serta mengendalikan segala
zaman, sebagai konsekuensi dari proses kenabian dan kerasulan ang berhenti dan
Muhammad sebagai khatam An-nabiyyin
Dengan daya nalar akal manusia,
misteri-misteri ang berhasil disingkat oleh ilmu pengetahuan modern hanyalah
merupakan sebagian kecil dari fenomena jagat raya. Hakikat-hakikat yang
tertinggi yag terkandung dalam misteri alam merupakan bukti eksistensi sang
pencipta dan perencanaan-Nya atas dasar inilah Albert Einstein sebagaimana
dinukil oleh quraish shihabm, bahwa dia berujar: “Apa yang terjadi, semuannya
diwujudkan oleh sesuatu kekuatan yang Maha Dahsyat lagi maha mengetahui”.
Itulah yang dikemukakan dan di isyaratkan oleh Al-qur’an secara global.[3]
D.
TUJUAN DAN
FUNGSI I’JAZ AL-QUR’AN
Tujuan I’jazul Qur’an:
a)
Membuktikan bahwa
Nabi Muhammad SAW yang membawa mukjizat kitab Al-Qur’an itu adalah benar-benar
seorang Nabi atau Rasul Allah. Beliau diutus untuk menyampaikan ajaran-ajaran
Allah SWT kepada umat manusia dan untuk mencanangkan tantangan supaya
menandingi Al-Qur’an kepada mereka yang ingkar
b)
Membuktikan bahwa
kitab Al-Qur’an adalah benar-benar wahyu Allah SWT, bukan buatan malaikat
Jibril dan bukan tulisan Nabi Muhammad SAW. Sebab seandainya Al-Qur’an itu buat
Nabi Muhammad yang seorang ummi (tidak pandai menulis dan membaca), tentu
pujangga-pujangga Arab yang profesional,di mana mereka tidak hanya pandai
menulis danmembaca tetapi juga ahli dalamsastra, gramatikal bahasa arab, dan
balaghahnya akan bisa membuat seperti Al-Qur’an,sehingga jelaslah bahwa Al-Qur’an
itu bukan buatan manusia
c)
Menunjukkan
kelemahan mutu sastra dan balaghah bahasan manusia,karena terbukti pakar-pakar
pujangga sastra dan seni bahasa Arab tidak ada yang mempu mendatangkan kitab
tandingan yang sama seperti Al-Qur’an,yang telah ditantangkan kepada mereka
dalamberbagai tingkat dan bagian Al-Qur’an
d)
Menunjukkan
kelemahan daya upaya dan rekayasa umat manusia yang tidak sebanding dengan keangkuhan
dan kesombongannya[4]
Fungsi I’jazul Qur’an
Al-Qur'an adalah wahyu Allah SWT (QS: Al
A’raaf:2) yang memiliki fungsi
dan peran sebagai:
a)
Mu'jizat bagi
Rasulullah Muhammad saw
b)
Pedoman hidup bagi
setiap Muslim
c)
Korektor dan
penyempurna terhadap kitab-kitab Allah yang sebelumnya .
Al Quran
tidak diragukan lagi sebagai pedoman hidup bagi setiap muslim. Di dalamnya
terdapat ayat-ayat yang mengajak pada kebajikan dan kebenaran, menuju hidup
yang lebih baik. Tidak hanya berisi tata cara berinteraksi dengan Sang
Pencipta, melainkan juga etika bermu’amalah dengan sesama manusia, maupun
dengan makhluk lainnya.. Ada kalanya penyebutan di Al Quran secara global saja,
dan Hadits Nabi Muhammad SAW berfungsi sebagai penjelasnya.
Karena
diturunkan terakhir atau pamungkas, maka Al Quran berfungsi sebagai korektor
dan penyempurna terhadap kitab-kitab Allah yang sebelumnya. Sementara sebagai
mu’jizat Rasulullah Muhammad SAW, Al Quran sudah tidak ada tandingannya lagi,
bahkan jika seluruh makhluk bersekutu untuk membuat sebuah surat yang sama
dengan al Quran.[5]
E. CARA-CARA
KEI’JAZAN AL-QUR’AN
Ulama’ kalam
beraneka pendapat dalam menetapkan kei’jazan al-qur’an. An-nadhdham dan
Al-murtadha berpendapat bahwa ke I’jazan Al-qur’an adalah dengan jalan shirfah,
yakni Allah memalingkan orang arab dari menantang Al-qur’an, padahal mereka
sanggup melakukannya. Allah memalingkan mereka, itulah yang dikatakan menyalahi
adat (kebiasaan)
Demikianlah menurut
An-nadhdham. Dan makna shirfah menurut Al-murtadha ialah Allah mencabut
ilmu-ilmu yang diperlukan untuk menantang Al-qur’an. Maka kelemahan orang-orang
arab bukanlah karena mereka tidak mempunyai kesanggupan untuk menantang
AL-qur’an. Tetapi qadar ang Allah tetapkan, itulah yang melemahkan mereka.
Kita berpendapat
bahwa kei’jazan Al-qur’an tetap berlaku sepanjang masa bukan karena Allah
mencabut kemampuan orang arab melakukannya. Segolongan ulama berpendapat bahwa
al-qur’an mu’jizat dengan balaghahnya yang belum ada tandingannya. Demikianlah
pendapat ahli-ahli sastra. Sebagian mereka mengatakan bahwa kei’jazan Al-qur’an
ialah karena mengandung badi’ yang sangat ganjil yang menyalahi apa yang
dibiasakan oleh orang-orang arab.
Gologngan yang lain
mengatakan bahwa kei’jazan Al-qur’an ialah dalam mengkhabarkan hal-hal yang
ghaib yang hanya diperoleh dengan jalan wahyu dann dalam mengkhabarkan
urusan-urusan yang telah lalu yang tidak diterangkan oleh seseorang ummi yang
tidak mempelajari kitab-kitab yang telah diturunkan kepada umat-umat yang telah
lalu dan tidak pula bergaul dengan ahli kitab.
Segolongan ulama’
menyatakan bahwa Al-qur’an mu’jiz karena mengandung berbagai macam ilmu dan
hikmah-hikmah yang sangat mendalam. Sebenarnya al-qur’an mu’jiz dengan
setiap makna yang dapat dipikul oleh lafal. Dia mu’jiz pada lafalnya, pada uslubnya, pada penempatan
huruf didalam kosakata, pada penempatan kosakata, dalam kalimat dan penempatan
kalimat dalam hubungan ayat dengan ayat.
Al-qur’an mu’jiz di
dalam makna-maknanya yang telah menungkap tirai hakikat kemanusiaan dan risalah
kemanusiaan dalam wujud ini. Dia mu’jiz dengan ilmu-ilmunya dan
ma’rifah-ma’rifahnya yang sebagian besarnya telah diakui oleh ilmu modern
sekarang ini. Dia mu’jiz dalam perundang-undangannya, dalam memelihara
hak-hak asasi manusia dan membentuk masyarakat yang ideal.[6]
F. PENDAPAT
ULAMA’ TENTANG I’JAZ AL-QUR’AN
Para ulama’
berpendapat bahwa segi kemu’jizatan al-qur’an itu karea dzatnya, serta tidak
seorang pun yang sanggup mendatangkan sesuatu yang sebanding dengannya, tetapi
sebagian mereka berbeda-beda dalam hal meninjau segi kemu’jizatan al-qur’an.
Sebagian ulama’
berpendapat bahwa segi kemu’jizatan al-qur’an adalah sesuatu yang terkandung dalam
al-qur’an itu sendiri, yaitu segi nadzhamnya yang asing ang berbeda dengan
susunan orang arab pada umumnya.
Sebagian yang lain
berpendapat bahwa segi kemu’jizatan itu terkandung dalam lafadz-lafadznya yang
jelas, redaksinya yang mengandung sastra tingkat tinggi, sususnannya yang
indah, dan nilai sastra al-qur’an tidak ada bandingannya.
Sementara ulma’ lain
berpendapat bahwa kemu’jizatan itu karena al-qur’an terhindar dari adanya
pertentangan, serta mengandung makna-makna yang mendalam, memuat hal-hal yyang
ghaib diluar kemampuan manusia dan di kekuasaan mereka untuk mengetahuinnya
sebagaimana al-qur’an bersih dan terhindar dari pertentangan dan perselisihan
pendapat.
Ada lagi ulama’ yang
berpendapat bahwa segi kemu’jizatan al-qur’an adalah adanya
keistimewaan-keistimewaan yang Nampak dan keindahan-keindahan yang menarik yang
terkandung dalam al-qur’an, baik permulaan, tujuan, maupun dalam menutup setiap
surat.
Jumhur kaum muslimin
berpendapat bahwa al-qur’an sendiri merupakan mu’jizat (mu’jizat bi dzatihi).
Maksudnya al-qur’an dengan seluruh yang ada didalamnya, termasuk
struktur kalimat, balaghah bayan (penjelasan), perundang-undangan (tasyri’),berita-berita
ghaib dan persoalan-persoalan lain yang merupakan mu’jizat, telah menyababkan
seluruh manusia tidak mampu membuat yang serupa dengannya.[7]
G. ASPEK-ASPEK
I’JAZ AL-QUR’AN
Pandangan dan
pandangan pakar ulum al-qur’an tentang aspek kemu’jizatan al-qur’an beragam. Segolonagan
ulama berpendapat, al-qur’an itu mu’jizat dengan balaghahnya yang mencapai
tingkat tinggi dan tidak ada bandinganny. Sebagian yang lain berpendapat bahwa
segi kemu’jizatanal-qur’an itu ialah kandungan badi’ yang singkat unik dan
berbeda dengan apa yang telah dikenal dengan perkataan orang arab.
Muhammad
ali al-shabuni dalam kitabnya al-tibyan menyebutkan segi-segi
kemu’jizatan al-qur’an sebagai berikut:
1. Susunannya
ang indah, berbeda dengan susunan yang ada dalam bahasa orang-orang arab.
2. Terdapat
uslub yang unik yang berbeda dengan semua uslub-uslub bahasa arab.
3. Ia
mengandung sifat mungkin dan membuka peluang bagi seorang makhluk untuk
mendatangankan yang sejenisnya.
4. Bentuk
undang-undang ang detail lagi sempurna melebihi setiap undang-undang buatan
manusia.
5. Menggambarkan
hal-hal yang ghaib yang tidak bisa diketahui kecuali dengan wahyu.
6. Tidak
bertentangan dengan pengetahuan-pengetahuan umum yang dipastikan kebenarannya.
7. Menepati
janji yang ada dalam al-qur’an.
8. Mengandung
prinsip-prinsip ilmu pengetahuan didalamnya.
9. Berpengaruh
kepada semua pengikut dan musuhnya.
Akan
tetapi quraish shihab berpendapat bahwa pada garis besarnya mu’jizat al-qur’an
itu tampak dalam tiga hal pokok. Pertama, susunan redaksinya yang
mencapai puncak tertinggi dari sastra bahasa arab. Kedua, kandungan ilmu
pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu ang diisyaratkannya. Ketiga, ramalan-ramalan
yang diungkapkan, yang sebagian telah terbukti kebenarannya.
Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa secara umum al-qur’an itu mu’jizat dengan segala
makna yang dibawa dan dikandung oleh lafadz-lafadznya dan juga uslubnya.
Satu huruf darinya merupakan bagian dari mu’jizat yang diperlukan oleh lainnya
dalam ikatan kata; suatu kata yang berada ditempatnya juga merupakan bagian
mu’jizat dalam ikatan kalimat, dan satu kalimat yang ada ditempatnya juga
merupakan bagian mu’jizat dalam jalinan surat.[8]
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Ijazul Qur’an ialah menampakkan kebenaran Nabi
dalam pengakuannya sebagai seorang Rasul, dengan menampakkan kelemahan orang
Arab untuk menghadapi mukjizatnya yang abadi, yaitu Al-Qur’an, dan kelemahan
generasi-generasi sesudah mereka dan mukjizat adalah sesuatu hal luar biasa
yang disertai tantangan dan selamat dari perlawanan.
Dan
Al-Qur’an al-Karim digunakan Nabi untuk menantang orang-orang Arab tetapi
mereka tidak sanggup menghadapinya, padahal mereka sedemikian tinggi tingkat
fasahah dan balaghahnya. Hal ini tiada lain karena Al-Qur’an adalah mukjizat.
Mukjizat
adalah suatu hal yang luar biasa yang dianugrahkan oleh Allah kepada Nabi/
Rasul-Nya untuk membuktikan kebenaran kenabian atau kerasulannya.
I’jazul
Qur’an mempunyai beberapa tujuan, yaitu :
a) Untuk
membuktikan kerasulan Nabi Muhammad SAW
b) Untuk
membuktikan bahwa kitab suci Al-Qu’an benar-banar wahyu dari Allah.
c) Untuk
menunjukkan balaghah bahasa manusia.
d) Untuk
menunjukkan kelemaan daya upaya dan rekayasa manusia
Al-Qur'an
adalah wahyu Allah SWT (QS: Al A’raaf:2) yang memiliki fungsi dan peran
sebagai:
a) Mu'jizat
bagi Rasulullah Muhammad saw.
b) Pedoman
hidup bagi setiap Muslim.
c) Korektor
dan penyempurna terhadap kitab-kitab Allah yang sebelumnya.
Mukjizat
yang diberikan kepada Nabi Muhammad dan nabi-nabi yang lain ada dua jenis,
yaitu Hissi dan Maknawi.
B. SARAN
1) Meyakini
bahwa nabi Muhammad SAW adalah nabi terkahir dan jelas tidak ada mungkin lagi
ada nabi atau mu’jizat sepeninnggal beliau rasulullah.
2) Lebih
memahami dan mempelajari I’jaz al-qur’an, karena akan semakin menambah keimanan
kita sebagai kaum mukminin.
3) Selalu
mempelajari I’jaz al-qur’an akan semakin memperkaya khazanah keilmuan,keislaman
khususnya ulum al-qur’an, sehingga mampu menjawab tantangan globalisasi dan
modernisasi dengan isyarat atau kandungan-kandungan yang terdapat dalam
al-qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
Usman.2009.
Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Teras.
Al
Qaththan, Syaikh Manna’. 2008. Pengantar Studi Ilmu Al Quran. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Abdullah,
Mawardi. 2011. Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Djalal,
Abdul.2011. Ulumul Qur’an. Kudus: Nora Media Enterprise.
Ash-Shiddieqy,
Teungku Muhammad Hasbi. 2014. Ilmu-Ilmu Al-qur’an (Ulumul al-qur’an ). Semarang:
Pt. Pustaka Rizki Putra.
PROFIL PENULIS
Nama : Nafilah
Tempat,
tanggal lahir : Pekalongan,
23 Oktober 1999
Alamat : Salakbrojo, Rt/Rw: 04/03, Kec:
Kedungwuni,
Kab: Pekalongan.
Nim : 2318051
Prodi : PGMI
Riwayat
pendidikan : 1. RA SALAKBROJO.
2. MI WALISONGO SALAKBROJO.
3. MTS SALAFIYAH SYAFI’IYAH PROTO.
4. MA SALAFIYAH SYAFI’IYAH PROTO.
5. IAIN PEKALONGAN
[1] Usman, Ulumul
Qur’an, (Yogyakarta: TERAS, 2009), hlm. 285-288
[2] Syaikh Manna’
Al Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al Quran, (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2008), hlm. 320
[3] Mawardi
Abdullah, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm.
126-128
[4] Abdul Djalal, Ulumul
Qur’an, (Kudus: Nora Media Enterprise, 2011), hlm. 270
[6] Teungku
Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Ilmu-Ilmu Al-qur’an (Ulumul al-qur’an ),
(Semarang: Pt. Pustaka Rizki Putra, 2014), hlm. 295-296
[7] Mawardi
Abdullah, Op.cit, hlm. 128-129
[8] Ibid, hlm.
132-133
Tidak ada komentar:
Posting Komentar