MAKALAH
“Pembelajaran
Inkonvensional”
Di
susun guna memenuhi tugas : Stategi Belajar Mengajar
Dosen
Pengampu :
Ghufron Dimyati, M.S.I
Di susun
oleh:
Laela
Prahesti (2022 111 051)
Dial
Arvio Dola (2022 111 070)
Ahmad
Zaedun (2022 111 072)
Nurul
Awaliyah (2022 111 076)
PRODI PBA
JURUSAN
TARBIYAH
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
Seorang
pendidik sangat berpengaruh penting terhadap proses belajar peserta didik
karena seorang pendidik memegang tanggung jawab yang tidak ringan dalam arti
bahwa pendidik dituntut untuk mengarahkan segenap kemampuan dan kepandaiannya
dalam mengolah materi dan menyampaikan agar mudah diterima anak didiknya. Untuk
itu pendidik dituntut juga menguasai materi dengan baik sekaligus mampu
menyampaikan materi tersebut dengan menggunakan metode yang baik pula.
Implikasinya
dalam proses belajar mengajar pendidik harus memberikan pengalaman yang
bervariasi dengan metode yang efektif dan bervariasi. Penggunaan metode yang
bervariasi berfungsi untuk saling melengkapi kelemahan-kelemahan metode satu
dengan yang lainnya. Maka yang harus diperhatikan pendidik dalam menentukan
metode yaitu apakah metode tersebut sesuai dengan materi yang akan disampaikan,
dan yang paling penting apakah metode tersebut dapat diterima dengan baik
sesuai dengan kemampuan peserta didik dan juga dapat merangsang motivasi dan
kreativitas mereka.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Metode
berasal dari bahasa Greek-Yunani, yaitu metha
yang berarti melalui atau melewati dan hodos yang berarti jalan atau
cara. Dari asal makna kata tersebut dapat diambil pengertian secara sederhana
metode adalah jalan atau cara yang ditempuh seorang guru dalam menyampaikan
ilmu pengetahuan pada anak didiknya sehingga dapat mencapai tujuan tersebut.[1]
Metode
mengajar inkonvensional adalah suatu metode mengajar yang disesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, seperti: metode pengajaran
modul, pengajaran berprogram, pengajaran unit, metode CBSA (Cara Belajar Siswa
Aktif), metode KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi), dan metode KTSP (Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan).
B. Macam-macam
Metode Pengajaran Inkonvensional
1. Metode
Pengajaran Modul
Modul
adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang
disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk digunakan oleh
peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaanya untuk para guru. Dalam
formatnya modul meliputi: pendahuluan, tujuan pembelajaran, tes awal,
pengalaman belajar, sumber belajar, dan tes akhir.
Tujuan utama sistem modul
adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran disekolah,
baik waktu, dana, fasilitas, maupun tenaga guna mencapai tujuan secara optimal.[2]
Pembelajaran
dengan sistem modul memiliki karakteristik sebagai berikut.
a. Setiap
modul harus memberikan informasi dan memberikan petunjuk pelaksanaan yang jelas
tentang apa yang harus dilakukan oleh seorang peserta didik, bagaimana
melakukannya, dan sumber belajar apa yang harus digunakan.
b. Modul
merupakan pembelajaran individual, sehingga mengupayakan untuk melibatkan
sebanyak mungkin karakteristik peserta didik.
c. Pengalaman
belajar dalam modul disediakan untuk membantu peserta didik mencapai tujuan
pembelajaran seefektif dan seefesien mungkin, serta memungkinkan peserta didik
untuk melakukan pembelajaran secara aktif, tidak sekedar membaca dan mendengar,
tetapi lebih dari itu, modul memberikan kesempatan untuk bermain peran,
simulasi, dan berdiskusi.
d. Materi
pembelajaran disajikan secara logis dan sistematis, sehingga peserta didik
dapat mengetahui kapan dia memulai dan kapan mengakhiri suatu modul, dan tidak
menimbulkan pertanyaan mengenai apa yang harus dilakukan, atau dipelajari.
e. Setiap
modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan belajar peserta
didik, terutama untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik dalam mencapai
ketuntasan belajar.
Pada
umumnya modul terdiri atas beberapa komponen sebagai berikut.
1)
Lembar kegiatan peserta
didik
2)
Lembar kerja
3)
Kunci lembar kerja
4)
Lembar soal
5)
Lembar jawaban, dan
6)
Kunci jawaban[3]
2. Metode
Pengajaran Berprogram
Metode
pengajaran berprogram adalah metode pengajaran yang memungkinkan siswa untuk
mempelajari materi tertentu, terbagi atas bagian-bagian kecil yang dirangkaikan
secara berurutan untuk mencapai tujuan tertentu pula. Dalam pengajaran ini
siswa mempelajari sendiri uraian tertulis, kemudian memberikan jawaban atas
pertanyaan (yang biasanya tertulis pula), dan atas jawaban tersebut siswa
segera mendapat umpan balik.
Sebagai
contoh metode ini adalah pengajaran dengan menggunakan alat tape recorder,
film, radio, komputer, internet dan lain-lain.
3. Metode
Pengajaran Unit
Metode ini juga disebut metode proyek
yang memberi makna bahwa metode pengajaran unit adalah suatu sistem pengajaran
yang berpusat pada suatu masalah dan dipecahkan secara keseluruhan sehingga
mempunyai arti. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode ini mempunyai
kriteria; adanya tujuan yang luas dan menyeluruh, perencanaan bersama, berpusat
pada suatu masalah, dan berpusat pada siswa.
4.
Metode CBSA (Cara
Belajar Siswa Aktif)
Metode
CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) adalah metode pengajaran yang menuntut
keaktifan dan partisipasi subyek didik seoptimal mungkin sehingga siswa mampu
mengubah tingksh lakunya secara lebih efektif dan efesien.[4]
Secara harfiah CBSA
dapat diartikan sebagai sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa
secara fisik, mental, intelektual, dan emosional untuk memperoleh hasil belajar
yang berupa perpaduan antara kognitif, afektif, dan psikomotor.[5]
Prinsip-prinsip CBSA yang terlihat pada
dimensi peserta didik antara lain:
a. Keberanian
menyatakan pendapat, pikiran, perasaan, keinginan dan dorongan lainnya.
b. Keinginan
dan keberanian berpartisipasi.
c. Adanya
usaha dan kreativitas.
d. Dorongan
ingin tahu (curiousity)
e. Rasa
lapang dan bebas dalam melakukan sesuatu.[6]
5.
Metode KBK (Kurikulum
Berbasis Kompetensi)
KBK
(Kurikulum Berbasis Kompetensi) adalah konsep kurikulum yang menekankan pada
pengembangan kemampuan melakukan tugas-tugas dengan standar performance
tertentu (kompetensi), sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik,
berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
Depdiknas
(2002) mengemukakan bahwa kurikulum berbasis kompetensi memiliki karakteristik
sebagai berikut:
a. Menekannkan
kepada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.
b. Berorientasi
pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
c. Penyampaian
dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
d. Sumber
belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi
unsur educatif.
e. Penilaian
menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan pencapaian
suatu kompetensi.[7]
6. Metode
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
KTSP
merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh
masing-masing satuan pendidikan, terdiri dari guru, kepala sekolah, komite
sekolah dan dewan pendidikan. Untuk merealisasikan KTSP ini tentu disesuaikan
dengan satuan pendidikan, potensi sekolah atau daerah, karakteristik peserta
didik. Adapun tujuan KTSP adalah meningkatkan mutu pendidikan melalui
kemandirian dan inisiatif sekolah, meningkatkan kepedulian warga sekolah dan
masyarakat, meningkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan tentang
kualitas pendidikan yang akan dicapai.
C. Beberapa
Contoh Metode Inkonvensional
1. Kartu
Sortir (Card Sort)
Merupakan
kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan untuk mengajarkan
konsep, penggolongan sifat, fakta tentang, fakta tentang suatu objek atau
mengulangi informasi. Gerakkan fisik yang diutamakan dapat membantu untuk
memberikan energi kelas yang telah letih.
a. Prosedur
1)
Berilah masing-masing
peserta didik kartu indeks yang berisi informasi atau contoh yang cocok dengan
satu atau lebih kategori.
2)
Mintalah peserta didik
untuk berusaha mencari temannya di ruang kelas dan menemukan orang yang
memiliki kartu dengan kategori sama ( anda bisa mengumumkan kategori tesebut
sebelumnya atau biarkan peserta didik mencarinya).
3)
Biarkan peserta didik
dengan kartu kategori yang samamenyajikan sendiri kepada orang yang lain.
4)
Selain masing-masing
kategori dipresentasikan, buatlah beberapa unit mengajar yang anda rasa
penting.
b. Variasi
1)
Mintalah masing-masing
kelompok untuk membuat presentasi mengajar tentang kategori tersebut.
2)
Pada awal kegiatan,
bentuklah tim. Berilah masing-masing tim satu set kartu lengkap. Pastikan kartu
tersebut dikocok, sehingga kategori yang mereka sortir tidak jelas. Mintalah
masing-masing tim untuk menyortir kartu kedalam kategori. Masing-masing tim
bisa memperoleh nilai untuk nomor ksrtu yang disortir denagn benar.
2. Tim
Quiz (Team Quiz)
Meningkatkan
kemampuan tanggungjawab peserta didik untuk apa yang mereka pelajari melalui
cara yang menyenangkan dan tidak menakutkan.
a. Prosedur
1)
Pilihlah topik yang
dapat dipresentasikan dalam tiga bagian.
2)
Bagilah peserta didik
menjadi 3 tim
3)
Jelaskan bentuk sesinya
dan mulailah presentasi
4)
Minta tim A menyiapkan
kuis yang berjawaban singkat. Kuis ini tidak memakan waktu lebih dari 5 menit
untuk persiapan. Tim B dn C memanfaatkan waktu untuk meninjau lagi catatan
mereka.
5)
Tim A menguji anggota
tim B. Jika tim B tidak bisa menjawab, tim C diberi kesempatan untuk
menjawabnay.
6)
Tim A melanjutkan ke
pertanyaan selanjutnya kepada anggota tim C dan ulangi prosesnya.
7)
Ketika kuis selesai,
lenjutkan dengan bagian kedua pelajaran anda, dan tunjuklah tim B sebagai
pemimpin kuis.
8)
Setelah tim B
menyelesaikan ujian tersebut, lanjutkan dengan bagian ketiga dan tentukan tim C
sebagai pemimpin kuis.
b. Variasi
1)
Biarkan tim ini
menyiapkan pertanyaan kuis dari yang mereka seleksi ketika mereka menjadi
pemimpin kuis.
2)
Lakukan satu pelajaran
yang berkelanjutan. Bagilah peserta didik ke dalam dua tim. Di akhir pelajaran,
biarkan kedua tim saling memberi kuis satu sama lain.
3. Poin
Kaunterpoin (Point-Counterpoint)
Merupakan sebuah teknik hebat untuk
merangsang diskusi dan mendapatkan pemahaman lebih mendalam tentang berbagi isu
kompleks. Mirip dengan sebuah perdebatan namun kurang formal dan berjalan
dengan lebih cepat.
a. Prosedur
1)
Pilihlah sebuah masalah
yang mempunayi dua sisi atau lebih.
2)
Bagilah kelas ke dalam
kelompok-kelompok menurut jumlah posisi yang telah ditetapkan, dan mintalah
tiap kelompok mengungkapkan argumenya untuk mendukung bidangnya. Doronglah
mereka bekerja dengan partner tempat duduk atau kelompok-kelompok inti yang
kecil.
3)
Gabungkan kembali
seluruh kelas, tetapi mintalah para anggota dari tiap kelompok untuk duduk
bersama dengan jarak antara sub-sub kelompok itu.
4)
Jelaskan bahwa peserta
didik mempunyai kesempatan sebauh argumen yang sesuai denagn posisi yang telah
ditentukan. Teruskan diskusi tersebut, dengan bergerak secar tepat maju mundur
atau diantara kelompok-kalompok itu.
5)
Simpulkan kegiatan
tersebut dengan membandingkan isu-isu sebagaimana anda melihatnya. Berikan
reaksi dan reaksi lanjutan.
b. Variasi
1)
Sebagi ganti sebauh
perdebatan kelompok dengan kelompok, pasangkan peserta didik dari
kelompok-kelompok berbeda dan suruhlah mereka saling berargumen. Ini dapat
dilakukan secara serentak, agar setiap peserta didik didorong dalam perdebatan
itu pada saat yang sama.
2)
Aturlah kelompok-kelompok
yang berlawanan agar mereka saling berhadap-hadapan. Ketika seorang
menyimpulkan argumennya, suruhlah peserta didik itu melemparkan suatu benda
(seperti sebuah bola atau tas kecil) kepada seoarng anggota drai kelompok yang
berlawanan. Orang yang menangkap bemda tersebut harus menangkis argumen orang
sebelumnya.
4. Belajar
Melalui Jigsaw (jigsaw Learning)
Merupakan sebuh teknik yang dipakai
secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknik “pertukaran dari kelompok ke
kelompok (group-to-group exchange) dengan suatu perbedaan penting: setiap
peserta didik mengajarkan sesuatu.[8]
Langkah-langkah
dari metode ini :
a.
Siswa dikelompokkan ke
dalam empat Tim.
b.
Tiap orang dalam tim di
beri bagian materi yang berbeda.
c.
Tiap orang dalam tim
diberi bagian materi yang ditugaskan.
d.
Anggota dari tim yang
berbeda, yang telah mempelajari bagian/subbab yang sama, bertemu dalam kelompok
baru (kelompok ahli), untuk mendiskusikan subbab mereka.
e.
Setelah selesai
berdiskusi, sebagai tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan
bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai.
Sementara, anggota lainya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
f.
Tiap tim ahli
mempresentasikan hasildiskusi mereka.
g.
Guru memberi evaluasi
kepada seluruh siswa, yang mencakup seluruh materi yang didiskusikan siswa.
h.
Guru menutup
pembelajaran.[9]
5. Peta
Pikiran (Mind Maps)
Cara kreatif bagi peserta didik
secara individual untuk menghasilkan ide-ide, mencatat pelajaran atau
merencanakan penelitian baru.
Langkah-langkah
dari metode ini :
a.
Guru menyampaikan
kompetensi yang ingin dicapai.
b.
Guru mengemukakan
konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa dan sebaiknya permasalahan
yang mempunyai alternatif jawaban.
c.
Membentuk kelompok yang
masing-masing kelompok beranggotakan 2-3 orang.
d.
Tiap kelompok
menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi.
e.
Tiap kelompok (diacak
kelompok tertentu) membacakan hasil diskusinya. Sementara, guru mencatat di
papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru.
f.
Dari data-data di
papan, siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi perbandingan sesuai
konsep yang disediakan guru.[10]
BAB
III
PENUTUP
Metode
mengajar inkonvensional adalah suatu metode mengajar yang disesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern, seperti: metode pengajaran
modul, pengajaran berprogram, pengajaran unit, metode CBSA (Cara Belajar Siswa
Aktif), metode KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi), dan metode KTSP (Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan).
Macam-macam Metode Pengajaran Inkonvensional
antara lain:
1.
Metode Pengajaran Modul
2.
Metode Pengajaran
Berprogram
3.
Metode Pengajaran Unit
4.
Metode CBSA (Cara
Belajar Siswa Aktif)
5.
Metode KBK (Kurikulum
Berbasis Kompetensi)
6.
Metode KTSP (Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan)
Macam-macam Metode
Inkonvensional antara lain:
1.
Kartu Sortir (Card
Sord)
2.
Tim Quiz (Team Quiz)
3.
Poin Kaunterpoin (Point-
Counterpoint)
4.
Belajar Melalui Jigso (Jigsaw
Learning)
5.
Peta Pikiran (Mind
Maps)
DAFTAR
PUSTAKA
Asmani,
Jamal Makmur. 2011. 7 Tips Aplikasi Pakem. Jogjakarta: Diva Perss.
Mulyasa, E. 2002. Kurikulum
Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mustakim, Zaenal. 2011. Srategi
dan Metode Pembelajaran. Pekalongan: Stain Press.
Nurdin, Syafruddin.
2002. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta: Ciputat Pers.
Usman, Uzer. 2001. Menjadi Guru
Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
[1] Zaenal Mustakim, Strategi
dan Metode Pembelajaran,(Pekalongan: Stain Pers, 2011), hlm. 112.
[2] Ibid. hlm.
134.
[3] E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2002), hlm. 43-44.
[4] Zaenal Mustakim, Op.Cit,
hlm. 135-136.
[5] Uzer Usman, Menjadi
Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2001), hlm. 22.
[6]Syafruddin Nurdin, Guru
Profesional dan Implementasi Kurikulum. (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm
128-129.
[7] E. Mulyasa, Op.Cit,
hlm. 42.
[8] Zaenal Mustakim, Op.Cit, hlm. 137-142.
[9] Jamal Ma’mur Asmani,
7 Tips Aplikasi Pakem, (Jogjakarta: Diva Pers, 2011), hlm. 42-43.
[10] Ibid. hlm.
44-45.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar