MAKALAH
“MANUSIA DAN POTENSI
PENDIDIKANNYA”
Makalah
Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah : Filsafat Pendidikan Islam
Dosen
Pengampu : Ghufron Dimyati M.Si.
Disusun
kelompok :
Heni Sufita 2021211132
M. Rojib Milkhi 2021211136
Khoirin 2021211161
Abdul Kholik 2021211166
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(
STAIN ) PEKALONGAN
2013
PENDAHULUAN
Tuhan
menciptakan manusia sebagai mahluk yang paling sempurna didunia,manusia
dikarunia akal,pikiran,cipta,rasa dan karsa. Dari berbagai kelebihan yang
dimiliki manusia inilah,maka manusia menjadi raja di raja dibumi ini. Alam ini
diciptakan untuk manusia ,maka segala ssuatu yang ada disekitarnya menjadi
objek kajian manusia mulai dari lingkungan alam ,hewan dan sebagainya.
Manusia
ternyata tidak cukup hanya mengkaji alam sekitarnya,ia selanjutnya berfilsafat
tentang Tuhan dan bidang-bidang kehidupan sosial,ekonomi,budaya dan lain-lain.
Dan akhirnya manusia berfilsafat tentang dirinya ,segala sesuatu yang berkaitan
dengan manusia dibahas ,dikaji secara mendalam,yaitumengenai
siapa,bagaimana,dimana dan untuk apa manusia itu diciptakan.
Begitu
menariknya membicarakan manusia dengan potensi pendidikanya dalam pandangan
filsafat pendidikan islam ,maka dalam makalah yang sederhana ini akan dibahas
tentang hakikat manusia,pandangan filsafat pendidikan islam tentang manusia dan
berbagai pandangan tentang proses kependidikan serta hakikat fungsi manusia
dalam proses pendidikan. Semoga apa yang diuraikan dalam makalah ini dapat
memberi manfaat kepada pembaca pada umumnya dan bagi penulis tentunya .
Amin...
PEMBAHASAN
A.
Berbagai
Pemikiran Tentang Hakikat Manusia
Pemikiran tentang hakikat manusia
,sejak zaman dahulu sampai sekarang ini belum pernah berakhir.hal inilah yang
menyebabkan orang tidak henti-hentinya terus berusaha mencari jawaban yang
memuaskan tentang pertanyaan mendasar mengenai apa,dari mana dan kemana manusia
itu.
Berbicara mengenai apa manusia itu,ada 4
aliran yaitu;
a.
Aliran
serba zat (materialisme)
Menurut aliran ini bahwa yang
sungguh-sungguh ada itu adalah zat atau materi. Zat atau materi itulah yang
merupakan hakikat dari sesuatu. Alam ini adalah zat atau materi,dan manusia
adalah unsur dari alam. Maka dari itu hakikat manusia adalah zat atau materi.
Dalam kaitanya dengan pendidikan ,aliran
ini memandang manusia adalah sebagai mahluk reaksi yang pola reaksinya dapat
disimpulkan sebagai satu stimulus respon. Implikasi dan teori ini dalam
pendidikan ,manusia hanya butuh pengalaman,latihan dan tidak mengakui adanya potensi-potensi
kreativitas dan inisiatif.
b.
Aliran
serba ruh (Idealisme)
Aliran ini berpendapat bahwa segala
hakikat sesuatu di dunia ini adalah Ruh.
Juga hakikat manusia adalah Ruh .
adapun zat itu adalah manifestasi daripada ruh di atas dunia ini. Ruh adalah sesuatu
yang tidak menempati ruang sehingga tidak dapat disentuh atau dilihat oleh
panca indera. Jadi menurut aliran ini hakikat manusia adalah ruh,sedangkan
jasad hanyalah bayangan saja.
c. Aliran dualisme
Aliran ini berpendapat bahwa manusia ini
terdiri dari dua substansi yaitu jasmani dan rohani,badan dan ruh.kedua
subtansi ini masing-masing merupakan unsur asal yang adanya tidak tergantung satu sama lain .jadi badan tidak berasal dari
ruh juga sebaliknya ruh tidak berasal dari badan.hanya dalam perwujudanya
manusia itu serba dua ,jasad dan ruh,yang keduanya berintegrasi membentuk yang
disebut manusia. Antara badan dan ruh terjalin hubungan yang bersifat
kausal,sebab akibat. Artinya antara keduanya saling mempengaruhi. Apa yang
terjadi di satu pihak akan mempengaruhi pihak lain.
d.
Aliran
eksistensialisme
Seiring dengan perkembangan pemikiran mengenai apa sesungguhnya hakikat
manusia itu para ahli filsafat modern yang kurang puas atas pandangan-pandangan
di atas dengan tekun berpikir lebih lanjut tentang hakikat manusia mana yang merupakan
eksistensi atau wujud sesungguhnya dari manusia itu. Mereka yang memikirkan
bagaimana eksistensi manusia atau wujud manusia itu sesungguhnya ,disebut kaum
eksistensialisme dan aliranya disebut dengan aliran eksistensialisme.
Jadi mereka mencari inti hakikat manusia
yaitu apa yang menguasai manusia
secara menyeluruh .dengan demikian aliran ini memandang manusia dari segi
eksistensi manusia itu sendiri yaitu cara
beradanya manusia itu sendiri di dunia ini.[1]
B.
Pandangan
Filsafat Pendidikan Islam Tentang Manusia
Islam
berpandangan bahwa hakikat manusia ialah pekaitan antara badan dan ruh yang
masing-masing merupakan subtansi yang berdiri sendiri. Allah berfirman :
‘’ Dan sesungguhnya Kami ciptakan manusia dari sari pati tanah kemudian
Kami jadikan dari tanah itu air mani (terletak) dalam tempat simpanan yang
teguh (rahim) kemudian dari air mani itu kami ciptakan segumpal darah lalu
segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging dan dari segumpal daging itu
kami ciptakan tulang-tulang. Kemudian tulang-tulang itu kami tutup dengan
daging. Sesudah itu kami jadikan dia mahluk yang baru yakni manusia yang
sempurna . Maka maha berkat (suci Allah ) pencipta yang paling baik’’.
(QS.al-Mukminun:12-14)
Jadi
manusia terdiri dari dua subtansi yaitu materi yang berasal dari bumi dan ruh
yang berasal dari Tuhan. Maka hakikat manusia itu adalah ruh itu,sedangkan
jasadnya hanyalah alat yang digunakan oleh ruh untuk menjalani kehidupan material
di alam material yang bersifat sekunder dan ruh adalah yang primer,karena ruh
saja tanpa jasad tidak dapat dinamakan manusia.[2]
C.
Kedudukan
Manusia dalam Alam Semesta
Dalam
Al-Qur’an dinyatakan bahwa Allah SWT. menciptakan manusia bukan secara main-main
melainkan dengan suatu tujuan dan fungsi. Kesatan wujud antara fisik dan psikis
serta didukung oleh potensi-potensi yang ada membuktikan bahwa manusia sebagai ahsan
al-taqwim dan menempatkan manusia pada posisi yang strategis yaitu:
1) Manusia sebagai hamba Allah (‘abd
Allah)
Konsep
’abd mengacu pada tugas-tugas individual manusia sebagai hamba Allah.
Dalam bentuk pengabdian ritual kepada Allah SWT. Dengan penuh keikhlasan.
Yang meliputi seluruh aktivitas manusia dalam kehidupannya. Islam
menggariskan bahwa seluruh akifitas seorang hamba selama ia hidup di alam
semesta ini dapat dinilai sebagai ibadah manakalah aktivitas itu memang
ditujukan kepada Allah SWT dalam rangka mendapatkan redho-Nya.
Musa
Asy’arie mengatakan bahwa esensi ‘abd adalah ketaatan, ketundukan,
kepatuhan yang kesemuanya itu hanya layak diberikan kepada Tuhan. Ketundukan
dan ketaatan pada kodrat alamiah yang senantiasa belaku bagi-Nya. Ia terikat
oleh hokum-hukum Tuhan yang menjadi kodrat pada setiap ciptaannya, manusia
menjadi bagian dari setiap ciptaa-Nya, ia tergantung pada sesamanya, hidup dan
matinya menjadi bagian dari segala yang hidup dan mati. Sebagai hamba Allah
manusia tidak bias terlepas dari kekuasaan-Nya, karena manusia mempunyai fitrah
(potensi) bergama. Yang mengakui adanya kekuatan diluar dirinya.[3]
2) Manusia sebagai khalifah di bumi
Manusia
di beri kedudukan oleh Tuhan sebagai penguasa, pengatur kehidupan dimuka bumi ini.
Allah berfirman dalam QS.al-An’am ayat 165:
uqèdur Ï%©!$# öNà6n=yèy_ y#Í´¯»n=yz ÇÚöF{$# yìsùuur öNä3Ò÷èt/ s-öqsù <Ù÷èt/ ;M»y_uy öNä.uqè=ö7uÏj9 Îû !$tB ö/ä38s?#uä 3 ¨bÎ) y7/u ßìÎ| É>$s)Ïèø9$# ¼çm¯RÎ)ur Öqàÿtós9 7LìÏm§ ÇÊÏÎÈ
‘’Dialah yang menetapkan kamu menjadi khalifah-khalifah
dimuka bumi dan ditinggikanya sebagian kamu dan ditinggikanya kamu dari pada
yang sebagian beberapa derajat untuk mencobaimu dari hal apa saja yang
diberikan-Nya padamu. Sesungguhnya siksaan Tuhan engkau amat lekas dan dan
sesungguhnya Tuhan pengampun lagi penyayang’’.[4]
D.
Potensi-potensi
Dasar Manusia dan Implikasinya Terhadap Pendidikan
1.
Potensi
manusia menurut al-Qur’an
Mengenai potret potensi yang dimiliki
oleh manusia al-Qur’an telah mensinyalir dengan dua kata kunci yang dapat
dijadikan untuk memahami manusia secara komprehensip. Kedua kata tersebut
yaitu;
a) Kata
al-insan
Kata
al-insan yang bentuk jamaknya adalah al-Nas dari segi ilmu sremantik atau
ilmu tentang akar kata ,dapat dilihat dari akar kata anasa yang berarti melihat,mengetahui dan,meminta izin. Atas dasar
kata ini mengandung petunjuk adanya kaitan subtansi antara manusia dengan
kemampuan penalaran. Dengan penalaran ini manusia dapat mengambil pelajaran
dari apa yang dilihatnya ,ia dapat pula mengetahui dari apa yang benar dan apa
yang salah dan terdorong untuk meminta
izin menggunakan sesuatu yang bukan miliknya.
Selanjutnya
kata al-insan yang berasal dari kata nasiya yang berarti lupa ,ini menunjukan
adanya hubungan yang erat antara manusia dengan kesadaran dirinya.
Sedangkan
kata al-insan yang berasal dari kata al-Uns atau anisa yang berarti jinak,mengandung pengertian bahwa pada dasarnya manusia
itu jinak dan dapat menyesuaikan dirinya dengan realitas hidup dan
lingkunganya. Manusia dapat beradaptasi dan bersosialisasi dengan lingkungan
alamiahnya.
b) Kata
al-Basyar
Kata
al-Basyar merupakan bentuk jamak dari
kata Basyarah yang artinya permukaan
kulit kepala,wajah dan tubuh.semua kegiatan yang didasari dan dilakukan manusia
itu dasarnya adalah kegiatan yang didasari dan berkaitan dengan kapasitas
akalnya dan aktualisasi dalam kehidupanya yang konkret yaitu
perencanaan,tindakan dan akibat-akibatnya atau perolehan yang ditimbulkan
perbuatan tersebut. Pengertian basyar tak lain adalah manusia dalam kehidupanya
sehari-hari yang berkaitan dengan aktifitas lahiriah ,yang dipengaruhi oleh dorongan
kodrat alamiahnya ,separti makan ,minum.
Manusia
adalah mahluk yang memiliki kelengkapan jasmani dan rohani. Dengan kelengkapan
yang dimilikinya ia dapat melaksanakan tugas-tugas yang memerlukan dukungan
jasmani dan rohani tersebut. Oleh karena itu agar kedua subtansi tersebut dapat
berfungsi dengan baik dan produktif,maka perlu dibina dan dikembangkan melalui
pendidikan.
2.
Alat-alat
potensial manusia
Abdul
Fatah Jalal dalam bukunya ‘’Min al-Ushul
al-Tarbiyah al-Islamiyah ‘’ menyatakan ada beberapa alat-alat potensial
manusia yang dianugerahkan oleh Allah untuk meraih pengetahuan ,anatara lain
yaitu;
· Al-Lams dan
al-syum (alat peraba dan alat
penciuman/pembau)
· Al-sam’u (alat
pendengaran)
· Al-abshar (penglihatan)
· Al-aql (akal
atau daya berfikir)
3.
Implikasi
potensi dasar fitrah manusia dalam proses pendidikan
Di
tinjau dari segi bahasa, Fitrah berati: ’’ciptaan, sifat tertentu yang mana
setiap yang mawjud disifati denganya pada awal masa penciptaanya,sifat pembawaan
manusia (yang ada sejak lahir), agama, sunnatullah”. Sedang menurut istilah fitrah adalah suatu kekuatan
atau kemampuan (potensi terpendam) yang menetap/menancap pada diri manusia
sejak awal kejadianya ,untuk komitmen terhadap nilai-nilai keimanan kepada
Allah SWT, cenderung kepada kebenaran, dan potensi itu merupakan ciptaan Allah.
Hakikat
fitrah manusia adalah sebagian
sifat-sifat ketuhanan ( potensi/fitrah) yang harus ditumbuh kembangkan secara
terpadu oleh manusia dan diaktulisasikan dalam kehidupan sehari-hari baik
secara individu maupun sosialnya. Hal ini dapat dilakukan melalui proses
pendidikan sepanjang hayatnya yang dilaksanakan di sekolah maupun diluar
sekolah.
Disamping
itu,pertumbuhan dan perkembangan potensi dasar fitrah manusia juga dipengaruhi
oleh faktor-faktor hereditas,
lingkungan
alam dan geografis, lingkungan
sosio kultural dan sejarah. Oleh karena itu maka minat,bakat dan kemampuan
skill dan sikap manusia yang diwujudkan dalam kegiatan ikhtiarnya dan hasil
yang dicapai bermacam-macam.
Proses
kependidikan yang terjadi pada manusia menurut ajaran islam dipandang sebagai
perkembangan alamiah pada diri manusia yang sudah ditetapkan oleh Allah
berdasarkan sunatullah.
Proses
kependidikan yang ada pada akhirnya diharapkan mampu membina kepribadian
manusia,baik demi ultimate goal maupun
tujuan-tujuan yang terdekat. Tujuan akhir pendidikan adalah kesempurnaan
pribadi yang didasarkan pada asas self-realisasi,yakni
merealisasikan potensi-potensi yang sudah ada baik berupa potensi
moral,ketrampilan maupun perkembangan jasmani.[6]
KESIMPULAN
Dari urian diatas dapat diambil
kesimpulan bahwasanya manusia pada hakikatnya adalah mahluk yang terdiri dari
unsur jasmani dan rohani. Manusia lahir dengan membawa potensi fitrah.
Selanjutnya Potensi-potensi yang di miliki oleh manusia tersebut dapat
dikembangkan dengan baik dan produktif melalui proses pendidikan . selain itu
manusia dalam proses pertumbuhan dan perkembanganya juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor hereditas dan lingkungan. Proses pendidikan islam diharapkan
mampu mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam diri manusia sehingga lahirlah manusia yang
berkepribadian muslim.
DAFTAR PUSTAKA
Nizar
,Samsul , 2002, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Teoritis,Historis dan
Praktis, Ciputat pers: Jakarta
Arifin,
1996, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara: Jakarta
Zuhairini,
dkk., 1995, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara : Jakarta
Muhaimin ,2004,Paradigma Pendidikan Islam,PT.Remaja Rosda Karya:Bandung
Nata, Abuddin,1999,Filsafat Pendidikan Islam,Logos Wacana Ilmu:Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar