AKAL, ILMU DAN AMAL
Mata Kuliah : Hadits Tarbawi II
Disusun oleh:
Nama
: Uni Khomsiatun
NIM
: 2021213005
Kelas
: L
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2015
A.
PENDAHULUAN
Seorang manusia dalam hidup ini
adakalanya bodoh dan adakalanya berakal namun tidak mengetahui bagaimana cara
menggunakan akalnya. Manusia membutuhkan ilmu untuk menghilangkan kebodohannya,
dan manusia harus mampu menggunakan akalnya secara bijaksana dalam tindakan dan
perilaku.
Dengan adanya ilmu maka manusia
dapat menyelesaikan segala permasalahan yang ada, dan ilmu bisa meluruskan amal
seseorang. Berbuat tidak didasari ilmu tidak ubahnya dengan berjalan bukan
dijalan yang benar, tidak mendekatkan pada tujuan melainkan menjauhkan.
Manusia merupakan mahluk sosial yang
mana tidak dapat hidup sendirian, maka kita hidup di dunia ini harus saling
tolong menolong. Salah satu diantaranya dengan beramal, dengan beramal kita
dapat membantu sesama, amal dapat berupa harta benda, tenaga, pikiran, dan
lain-lain, sesuai dengan kemampuan kita.
Kaedah Islam menekankan bahwa ilmu
senantiasa menyeru kepada amal perbuatan. Jika amal memenuhi seruan ilmu maka
umat menjadi baik dan berkembang. Namun jika tidak, maka ilmu akan meninggalkan
amal perbuatan, dan dia akan tetap tinggal tanpa memberikan faedah.
B.
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN
a.
Pengertian Akal
Akal menurut etimologi berasal dari kata Al-‘aql yang berarti
kemampuan untuk berfikir, berargumen, dan memahami.
Sedangkan pengertian akal menurut terminologi adalah alat manusia
untuk merealisasikan tugas sebagai khalifah di muka bumi, dan menyingkap
sebagian rahasia bumi, serta mengambil manfaat dari karunia-karunia yang
diletakan oleh Allah SWT.[1]
b.
Pengertian Ilmu
Ilmu menurut etimologi
berasal dari kata bahasa Arab ‘Alima yang artinya mengetahui. Sedangkan
menurut terminologi:
اَلْعِلْمُ
صِفَةٌ يَنْكَشِفُ بِهَا ا لْمَطْلُوْبِ اِ نْكَشَا فًا تَا مًا
“
Ilmu adalah suatu sifat yang dengan sifat tersebut sesuatu yang dituntut bisa
terungkap dengan sempurna.
Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa Ilmu merupakan sarana untuk mengungkap, mengatasi,
menyelesaikan, dan menjawab persoalan yang sedang dihadapi dalam hidup dan
kehidupan manusia.[2]
c.
Pengertian Amal
Secara etimologi kata amal berasal dari bahasa Arab amalia yang
berarti pekerjaan atau perbuatan.[3]
Sedangkan secara terminologi pengertian amal adalah Perwujudan dari
sesuatu yang menjadi harapan jiwa, baik berupa ucapan, perbuatan anggota badan
maupun berpuatan hati. Amal harus berdasarkan niat, karena amal dinilai Tuhan
berdasarkan niatnya.[4]
Yang dimaksud amal dalam islam adalah setiap amal saleh, amal
ibadah dan amal jariah. setiap perbuatan kebijakan yang diridlai oleh Allah
SWT.
2. TEORI PENDUKUNG
a)
Kedudukan Akal
Akal yang dapat membedakan antara manusia dengan hewan, dengan
akal, manusia dapat mengenali dirinya, dunianya, Rabbnya. Akal memiliki
kemampuan membedakan mana yang hakiki dan mana yang ilusi, serta antara yang
yakin dan praduga, ia juga tidak dapat terjaga dari kesalahan dalam memahami
dan menghasilkan sesuatu. Ia dapat dipengaruhi oleh ketergesa-gesaan,
kesombongan, hawa nafsu, dan peradaban yang berkembang, baik pengaruh positif
maupun negatif.[5]
Al-Quran menyatakan adanya potensi akal pada seluruh manusia. Hanya
saja tingkat akal mereka dan metode pemakaiannya berbeda beda. Ada yang
mempergunakannya dengan baik sehingga dia dapat memahami agama dan syariat
Allah, dengan sarana alat ini yang memungkinkan seorang untuk membedakan antara
yang bahaya dan manfaat, mengetahui yang baik dan buruk, dan lain-lain.
Manusia yang celaka adalah orang yang tidak mempergunakan akalnya;
dia tunduk kepada hawa nafsu dan syaitannya, sehingga dengan sarana akal ini
dia menjauh dari penciptanya. Allah mengancam mereka akan kekal di dalam
neraka.[6]
b)
Kedudukan Ilmu
Ilmu dapat membedakan nilai manusia di hadapan Allah SWT. Allah
telah membedakan antara orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang tidak
berilmu, karena dengan ilmunya orang akan dapat memikirkan semesta dengan
segala ke-Mahakuasaan pencipta-Nya. Ilmu juga merupakan sarana untuk mencapai
kesejahteraan dunia dan akhirat.
Sabda Nabi Muhammad SAW;
مَنْ اَرَادَا لدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِا لْعِلْمِ وَ مَنْ اَرَا دَا
لْآ خِرَةَ فَعَلَيْهِ بِلْعِلْمِ وَ مَنْ اَرَادَ هُمَا فَعَلَيْهِ بِهِ. ( رواه
البخا رى)
“ Barangsiapa menghendaki dunia maka hendaknya
dia berilmu, barangsiapa menghendaki akhirat maka hendaknya dia berilmu, dan
barangsiapa menghendaki keduanya maka hendaknya dia berilmu pula”.[7]
c)
Kedudukan Amal
Amal orang-orang beriman diumpamakan sebagai kebun-kebun subur yang
lebat buahnya. Pemilik kebun itu terus menerus mendapatkan hasil, dan hatiny
damai serta tidak cemas terhadap terhentinya hasil kebun. Sebab ia yakin bahwa
kebun itu akan dipelihara dan dijaga Tuhan.
Sedangkan bagi penyekutu Tuhan, amalan mereka diumpamakan sebagai
debu yang ditiup topan pada hari berangin kencang, sedikitpun mereka tak dapat
memanfaatkan amalnya.
Firman Allah SWT dalam QS. Ibrahim: 18
مَثَلُ الَّذَيْنَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ أَعْمَا لُهُمْ كَرَمَادٍ ا
شْتَدَّتْ بِهِ الرِّيْحُ فِي يَمْمٍ عأَ صِفٍ لَا يَقْدِرُوْنَ مِمّاَ كَسَبُوا
عَلَى شَيْءٍ ذَ لَكِ هُوَ الضّلَا لُ الْبَعِيْدُ
“
Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu
yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka
tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahkan
(didunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh”. (QS. Ibrahim:18)
Sementara amalan orang-orang munafik, al-Quran membuat perumpamaan
seperti keadaan orang yang dalam kegelapan, atau seperti orang ditimpa hujan
lebat.[8]
3. MATERI HADITS
a.
Teks Hadits
- عَنْ عَائِشة قَالَتْ:﴿ قُلْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ بِأَيِّ شَئٍ يَتَفَاضَلُ النَّاسُ
فِى الدُّنْيَا ؟ قَالَ: بِالْعَقْلِ, قَلَتْ فَفِى اْلأَخِرَةِ ؟ قَالَ:
بِالْعَقْلِ. فَقَالَتْ عَائِشَةُ: اِنَّمَا يُجْزَوْنَ بِأَعْمَالِهِمْ ؟ قَالَ
وَهَلْ عَمِلُوْا اِلاَّ بِقَدْرِمَا أَعْطَاهُمْ اللهُ مِنَ الْعَقْلِ
فَبِقَدْرِمَا أُعْطُوْا مِنَ الْعَقْلِ كَانَتْ أَعْمَالُهُمْ وَبِقَدْرِمَا
عَمِلُوْا يُجْزَوِنَ﴾ ( رَاوَهُ الحَارِث فِى الْمُسْنَدِ : 823)
b. Arti Hadits
Dari
‘Aisyah-ra- ia berkata : saya bertanya kepada Rasulullah, dengan apakah manusia
bisa utama di dunia. Rasulullah berkata ; dengan akal. Aisyah bertanya lagi :
kalau diakhirat?, Rasulullah menjawab ; dengan akal. Maka Aisyah bertanya lagi
: (bukankah) manusia sesungguhnya manusia itu dibalas hanya karena
amal-amalnya. Rasulullah menjawab : dan tidaklah manusia-manusia beramal
kecuali dengan sekedar yang Allah SWT berikan yaitu akal. Maka dengan sekedar
apa yang telah diberikan kepada mereka (akal) itulah amal-amal mereka. Dan atas
sekedar apa yang mereka kerjakan , maka mereka mendapat balasan. (HR.
Al-Harits).
c.
Mufrodat
Akal/
Ilmu : اَلْعَقْلِ
Perbuatan-perbuatan
mereka : اَعْمَلِهِمْ
Apa
yang dikerjakan : عَمِلُوْا
Kadar/
Kemampuan : بِقَدْرِ
d.
Biografi Perawi
Aisyah putri Abu Bakar Ash-Shiddiq teman
dekat Rasulullah. Ia lahir dua tahun setelah Nabi diutus sebagai Rasul,
dinikahi Nabi pada usia 6 tahun dan berkumpul sebagai suami isteri pada usia 9
tahun, yaitu pada bulan syawal tahun 1 H. Dialah satu-satunya isteri Nabi yang
masih gadis.
Diantara sifat keistimewaan yang
dimilikinya adalah mempelajari bahasa, syair, ilmu kedokteran, ansab
(keturunan), dan hari-hari Arab.
Jumlah hadis yang diriwayatkan Aisyah
sebanyak 2.210 buah hadis, Imam Al-Bukhari meriwayatkan darinya sebanyak 54
buah hadis dan Muslim meriwayatkan sebanyak 68 buah hadis. Dia banyak
meriwayatkan hadis dari para sahabat seperti dari bapaknya sendiri Abu Bakar, Umar,
Sa’ad bin Abi Waqqash, Usaidi bin Khudhair, dan lain-lain. Demikian juga banyak
dikalangan sahabat dan tabi’in yang mengambil hadis dari padanya, diantaranya
dari kalangan sahabat wanita adalah Shafiyah binti Syaibah dan di kalangan
tabi’in adalah Aisyah binti Thalhah, Amrah binti Abdurrahman, dan Hafashah
binti Sirin.
Ia meninggal pada tahun 57 H/668 M pada
bulan Ramadhan sesudah melakukan shalat witir.[9]
e. Keterangan Hadits
Dalam
hadits diatas Rasulullah SAW menjelaskan tentang pentingnya Akal, dan kedudukan
tertinggi adalah akal, karena dengan akal manusia dapat membedakan mana yang
bermanfaat mana yang tidak.
Dengan
berakal manusia dapat memperoleh keutamaan di dunia serta akhirat, akal
merupakan sarana untuk mencari ilmu agar dapat memahami ayat-ayat Allah SWT
serta fenomena-fenomena alam. Ilmu adalah pemimpin dan pembimbing amal
perbuatan manusia, perbuatan tanpa didasari ilmu pengetahuan tidak dapat
mencapai tujuan. Barang siapa berilmu maka dia harus berbuat, tidak ada
faedahnya ilmu yang tidak diamalkan.[10]
Dan
Rasulullah juga menjelaskan orang yang berilmu dan beramal harus berdasarkan
akalnya, karena berbuatan berbuatan manusia akan di balas berdasarkan akalnya.
4.
REFLEKSI HADIS DALAM KEHIDUPAN
Allah
SWT telah memberikan kenikmatan kepada kita semua, salah satunya dengan akal,
dengan akal manusia dapat menjalankan kehidupan. Akal merupakan landasan amal
perbuatan manusia, sehingga jika kita melakukan sesuatu hendaknya dipikir
apakah berbuatan itu baik atau tidak. Karena setiap perbuatan baik atau buruk
itu dipengaruhi oleh akal.
Kita
juga harus menggunakan akal kita untuk mencari ilmu, baik itu ilmu pengetahuan
untuk urusan dunia maupun urusan akhirat, Mengkaji ilmu itu merupakan pekerjaan
yang mulia karenanya maka orang yang keluar dari rumahnya untuk mengkaji dan
mencari ilmu dengan di landasi iman kepada Allah, maka semua yang ada di bumi
berdoa untuknya. [11]
Maka
kita sebagi umat islam baik itu laki-laki maupun perempuan diharuskan mencari
ilmu, agar bisa menghadapi segala permasalahan yang terjadi dilingkungan
sekitar.
Dan
kita hidup sebagai makhluk sosial hendaknya harus saling tolong menolong, salah
satunya dengan beramal, meringankan beban sesama, baik berupa harta benda,
tenaga dan pikiran. Jika kita beramal harus berdasarkan akal dan ilmu, karena
jika tidak amal kita akan sia-sia.
5.
ASPEK TARBAWI
1. Manusia
hendaknya menggunakan akal dengan baik agar mampu berpikir, sehingga mampu
membedakan antara yang bahaya dan yang bermanfaat.
2. Manusia
diwajibkan untuk mencari Ilmu untuk menghilangkan kebodohan, serta dengan Ilmu
kita dapat mencapai kesejahteraan dunia dan akhirat.
3. Mencari
Ilmu dengan niatan mencari ridla Allah SWT, dengan didasari rasa Keimanan.
4. Seberapapun
Ilmu yang kita miliki hendaknya diamalkan agar ilmu yang kita miliki
bermanfaat.
6. PENUTUP
Al-Quran menyatakan adanya potensi akal pada seluruh manusia. Hanya
saja tingkat akal mereka dan metode pemakaiannya berbeda beda.
Ilmu dapat membedakan nilai manusia di hadapan Allah SWT. Allah
telah membedakan antara orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang tidak
berilmu, karena dengan ilmunya orang akan dapat memikirkan semesta dengan
segala ke-Mahakuasaan pencipta-Nya.
Dengan berilmu seseorang dapat beramal, Segala amalan atau
berbuatan manusia harus berdasarkan ilmu. maka dari itu Akal, Ilmu dan Amal
saling keterkaitan. Akal digunakan untuk mencari ilmu, dan dengan adanya ilmu
manusia dapat beramal.
DAFTAR PUSTAKA
Majid Khon, Abdul. 2008. Ulumul Hadits.
Jakarta: Amzah.
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam. 1994. Ensiklopedia Islam.
Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve.
Munir, Ahmad. 2008. Tafsir Tarbawi. Yogyakarta: Teras.
IAIN SYARIF HIDAYATULLAH. (Tanpa Tahun). Ensiklopedia Islam
Indonesia Jilid 1 A-H. Jakarta: Djambatan.
Juwariyah. 2010. Hadits Tarbawi. Yogyakarta: Teras.
Al-Masawi, Khalil. 2000. Bagaimana menjadi orang bijaksana:
resep-resep mudah meraih hikmah dalam kehidupan. (edisi terjemahan oleh
Ahmad Subandi). Jakarta: Lentera.
Az-Zabalawi, Muhammad sayyid Muhammad. 2007. Pendidikan Remaja
antara Islam dan Ilmu Jiwa. ( edisi terjemahan oleh Abdul Hayyie
al-Kattani, Uqinu Attaqi, dan Mujiburrahman Subadi). Jakarta: Gema Insani
Press.
Qardhawi, Yusuf. 1998. Sunnah Rasul sumber ilmu pengetahuan dan
peradaban. ( edisi terjamahan oleh Abdul Hayyie Al-Kattanie, dan Abduh
Zulfidar). Jakarta: Gema Insani Perss.
PROFIL PENULIS
Nama: UNI KHOMSIATUN
Ttl:
Pemalang 11 Januari 1995
Alamat:
Ds. Karanganyar, kel. Mendelem- Belik -Pemalang
Riwayat
Pendidikan:
§ SDN 02 Mendelem
§ SMP ISLAM Comal
§ SMA NEGERI 01 BELIK
§ Pendidikan yang sedang di tempuh STAIN pekalongan.
Motto:
Yang penting
bukan berapa lama kita hidup, tapi bagaimana kita hidup.
[1] Muhammad Sayid Muhammad az-Za’balawi, Pendidikan
Remaja antara Islam dan Jiwa, alih bahasa Abdul Hayyie al-Kattini, Uqinu
Attaqi, Mujiburrahman Subadi, (Jakarta: Gema Insani Press, 2007), hlm. 46-47.
[2] Juwariyah, Hadis Tarbawi, (Yogyakarta:
Teras, 2010), hlm.139.
[3] IAIN SYARIF HIDAYATULLAH, Ensiklopedia
Islam Indonesia Jilid 1 A-H, (Tanpa Kota Terbit: Djambatan, Tanpa Tahun
Terbit), hlm. 77.
[4] Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia
Islam, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), hlm. 131.
[5] Yusuf Qardhawi, Sunnah Rasul Sumber Ilmu
Pengetahuan dan Peradaban, alih bahasa Abdul Hayyie Al-Kattanie, Abduh
Zulfidar, (Jakarta: Gema Insani, 1998), hlm.147.
[7] Juwairyah, op. cit., hlm. 140.
[8] Ahmad Munir, Tafsir Tarbawi: Mengungkap
al-Quran tentang Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2008), hlm. 154-155.
[9] Abdul Majid
Khon, Ulumul Hadis, (Jakarta: Amzah, 2008), hlm. 252-254.
[10] Khalil
Al-Musawi, Bagaimana Menjadi Orang Bijaksana: Resep-Resep Mudah dan
Sederhana Meraih Hikmah dalam Kehidupan, alih bahasa Ahmad Subandi,
(Jakarta: Lentera, 2000), hlm. 70.
[11] Juwairiyah, op.cit, hlm. 141.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar