IMPERIALISME BARAT TERHADAP DUNIA ISLAM
( 1492 – SEKARANG )
KELAS : F
Disusun oleh :
Nur Lailatus
Syarifah (2021114100)
Ani Nur Aini (2021114189)
Kismanto (2021114295)
TARBIYAH PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PEKALONGAN
2015
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar ...................................................................................................... i
Daftar
Isi ............................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah ........................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah ..................................................................................... 1
C.
Tujuan
Penulisan ....................................................................................... 2
D.
Metode
Pemecahan Masalah .................................................................... 2
E.
Sistematika
Penulisan Makalah ................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Kemajuan
Dunia Barat Dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ............ 3
B.
Kebangkitan
Eropa ................................................................................... 4
C.
Imperialisme
Barat Terhadap Dunia Islam ............................................... 5
D.
Kemunduran
Kerajaan Usmani dan Ekspansi Barat ke-
Negeri-negeri Islam ................................................................................... 7
E.
Gerakan
Kebangkitan di Dunia Islam .................................................... 11
• Kebangkitan dalam Bidang Ilmu Pengetahuan, Pendidikan
dan Politik ............................................................................................ 11
• Gerakan Kebangkitan Menentang Imperialisme Barat ........................ 14
F.
Kemerdekaan
Negara-negara Islam dari Imperialisme ........................... 16
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
............................................................................................. 18
B.
Saran
....................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 19
PROFIL PENULIS ............................................................................................ 20
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat
Allah SWT atas segala Nikmat dan karunia-Nya yang tidak bisa di ukur dengan
ukuran materi, sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjunan
kita Nabi Muhammad SAW yang telah memberi tauladan berupa akhlak yang mulia.
Dengan demikian kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Imperialisme Barat Terhadap Dunia Islam (1492 – Sekarang)”. Pembuatan makalah ini bertujuan guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam.
Dengan demikian diharapkan materi
makalah dapat membantu kita dalam membentuk kecerdasan. Dengan kecerdasan akan
menumbuhkan jiwa kebaikan, membangun bangsa akan lebih maju sehingga makalah
ini dapat dijadikan pegangan dalam mencari pengetahuan. Kecerdasan juga harus
sesuai dengan kebenaran. Maka dari itu, kecerdasan yang hakiki yang paling
utama yakni kecerdasan dengan dasar keimanan.
Akhirnya dengan menyadari segala
kekurangan dan keterbatasan dalam menyajikan makalah ini maka kritik dan saran
sangatlah kami harapkan demi sempurnaannya makalah ini. Semoga makalah yang
sederhana ini menambah khasanah dan bermanfaat. Amin...
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Berhasilnya bangsa Mongol mengakhiri kekuasaan Islam
di Baghdad, dalam hal ini tidak hanya berakhir masa kepemimpinan para khalifah akan
tetapi juga mulai mundurnya politik dan peradaban Umat Islam.
Jatuhnya Baghdad ke tangan Mongol ini juga
menyebabkan kerajaan-kerajaan terpecah belah menjadi kerajaan-kerajaan kecil.
Diantara kerajaan-kerajaan kecil yang terpecah itu sering mengalami adanya
perselisihan sehingga semakin melemahnya sistem politik dan peradaban umat
Islam. Sehingga hal itu dimanfaatkan oleh orang Barat untuk menguasai wilayah
kekuasaan orang Islam.
Namun, kemajuan pada masa itu lebih kepada aspek
material, dan lemah pada bidang pemikiran, sains, seni dan filsafat. Hal ini
dapat dilihat dari perekonomian, kekuatan militer, dan wilayah teritorial
negara yang kuat pada masa itu, namun kemajuan tersebut tidak mendorong
terjadinya kemajuan pada bidang pendidikan, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan. Ketidakseimbangan
inilah yang akhirnya menyebabkan ketidakmampunya menandingi kekuatan Eropa
Modern yang didukung oleh sains dan teknologi.
Kebangkitan bangsa Barat bermuara pada semangat
keIlmuan yang begitu tinggi, yang telah membawa bangsa Barat menuju
penemuan-penemuan baru dan penjelajahan Samudra, serta revolusi industri hingga
berujung pada imperialisme terhadap wilayah-wilayah Islam pada khususnya.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kemajuan Dunia Barat
dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ?
2. Bagaimana Kebangkitan Eropa ?
3. Bagaimana Imperialisme Barat
terhadap Dunia Islam?
4. Bagaimana Kemunduran Kerajaan
Usmani dan Ekspansi Barat ke Negeri-negeri Islam ?
5. Bagaimana Gerakan Kebangkitan di
Dunia Islam ?
6. Bagaimana Kemerdekaan
Negara-negara Islam dari Imperialisme
C.
Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Kemajuan Dunia
Barat dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
2. Untuk mengetahui Kebangkitan
Eropa.
3. Untuk mengetahui Imperialisme
Barat terhadap Dunia Islam.
4. Untuk mengetahui Kemunduran
Kerajaan Usmani dan Ekspansi Barat ke Negeri-negeri Islam.
5. Untuk mengetahui Gerakan
Kebangkitan di Dunia Islam.
6. Untuk mnengetahui Kemerdekaan
Negara-negara Islam dari Imperialisme.
D.
Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan masalah yang
dilakukan melalui studi literature/metode kajian pustaka, yaitu dengan
menggunakan beberapa referensi buku atau dari referensi lainnya yang merujuk
pada permasalahan yang dibahas.
E.
Sistematika Penulisan Makalah
Makalah ini ditulis dalam tiga
bagian, meliputi: Bab I, bagian pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, metode pemecahan masalah, dan
sistematika penulisan makalah; Bab II, adalah Pembahasan; Bab III, bagian
penutup yang terdiri dari Simpulan dan Saran.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Kemajuan Dunia Barat Dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Kemajuan yang telah dicapai bangsa-bangsa
Barat pada periode ini sebenarnya memiliki korelasi yang erat dengan
perkembangan peradaban dunia Islam, baik ketika Islam mencapai puncak
kemajuannya di Eropa ataupun kemajuan yang dicapai dunia Islam di Baghdad.
Bangsa Barat banyak berutang budi kepada para ilmuwan muslim yang telah
berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Spanyol (Andalusia) merupakan tempat
paling utama bagi bangsa Barat dalam menyerap peradaban Islam, baik dalam
bentuk hubungan politik, sosial, maupun perekonomian dan peradaban antar
bangsa. Bangsa B arat menyaksikan realitas bahwa ketika Andalusia berada bawah
di bawah kekuasaan umat Islam, negeri ini telah terlalu jauh meninggalkan
negara-negara tetangganya di Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains
di samping perkembangan dan kemajuan bangunan fisik.
Dalam hal ini pemikiran Ibnu Rusyd
atau Averrous (1120-1198 M) sangat berpengaruh di dunia Eropa. Pemikiran ini
berhasil melepaskan belenggu pemikiran taklid, dan mengkritik semua bentuk
pemikiran yang tidak rasional. Di antara ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
Islam yang banyak dipelajari oleh ilmuwan Barat adalah ilmu kedokteran, ilmu
sejarah, ilmu sosiologi, dan ilmu-ilmu lainnya.
Di samping ilmu-ilmu tersebut,
terdapat ilmu-ilmu lain yang banyak berpengaruh terhadap perkembangan dan
kemajuan bangsa Barat. Di antaranya ilmu kimia, ilmu hitung, ilmu tambang
(mineralogi), meteorologi, dan sebagainya.
Di awal periode modern, kondisi dunia
Islam secara politis berada di bawah penetrasi kolonialisme. Baru pada
pertengahan abad ke-20 M dunia Islam mulai bangkit melepaskan negerinya dari
imperialisme Barat.
Pada abad 20 M ini merupakan periode
kebangkitan kembali Islam, setelah mengalami kemunduran pada periode
pertengahan. Pada periode ini mulai bermunculan pemikiran modernisasi dalam
Islam. Gerakan modernisasi tersebut paling tidak muncul karena dua hal berikut.
Pertama, timbulnya kesadaran di kalangan ulama bahwa banyak ajaran “asing” yang
masuk dan diterima sebagai ajaran Islam. Ajaran-ajaran itu bertentangan dengan
semangat ajaran Islam yang sebenarnya, seperti bid’ah, khufarat, dan takhayul.
Ajaran-ajaran inilah, menurut mereka, yang membawa Islam menjadi mundur. Oleh
karena itu, mereka bangkit untuk membersihkan Islam dari ajaran atau paham
seperti itu. Gerakan ini dikenal sebagai gerakan reformasi. Kedua, pada periode
ini Barat mendominasi dunia di bidang politik dan peradaban. Persentuhan dengan
Barat menyadarkan tokoh-tokoh Islam akan ketinggalan mereka. Oleh karena itu,
mereka berusaha bangkit dengan mencontoh Barat dalam masalah-masalah politik
dan peradaban untuk menciptakan balance of power.[1]
B.
Kebangkitan Eropa
Bangsa-bangsa Eropa menghadapi
tantangan yang sangat berat pada awal kebangkitannya. Di hadapan mereka masih
terdapat kekuatan-kekuatan angkatan perang Islam yang sulit dikalahkan,
terutama Kerajaan Usmani yang berpusat di Turki. Tidak ada jalan lain, mereka
harus menembus jalan yang sebelumnya hanya dipandang sebagai dinding yang
membatasi gerak mereka.[2]
Mereka melakukan berbagai penelitian
tentang rahasia alam, berusaha menaklukkan lautan dan menjelajahi benua yang
sebelumnya masih diliputi kegelapan. Setelah Christopher Colombus menemukan
Benua Amerika (1492 M) dan Vasco da Gama menemukan jalan ke Timur melalui Cape
Town (1498 M), benua Amerika dan kepulauan
Hindia segera jatuh ke bawah kekuasaan Eropa. Dua penemuan itu, sungguh
tak terkirakan nilainya, Eropa menjadi maju dalam dunia perdagangan karena
tidak lagi tergantung kepada jalur lama yang dikuasai umat Islam.
Dalam bidang perekonomian
bangsa-bangsa Eropa pun semakin maju karena daerah-daerah baru terbuka baginya.
Mereka dapat memperoleh kekayaan yang tidak terhingga untuk meningkatkan
kesejahteraan negerinya. Kemajuan bangsa Barat itu dipercepat oleh penemuan dan
perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Penemuan mesin uap yang kemudian
melahirkan revolusi industri di Eropa semakin memantapkan kemajuan mereka.
teknologi perkapalan dan militer berkembang dengan pesat. Dengan demikian,
Eropa menjadi penguasa lautan dan bebas melakukan kegiatan ekonomi dan
perdagangan dari ke seluruh dunia tanpa mendapat hambatan berarti dari
lawan-lawan dan pesaing-pesaing mereka. Bahkan, satu demi satu negeri Islam
jatuh ke bawah kekuasaannya sebagai negeri taklukan dan jajahan.[3]
C.
Imperialisme Barat Terhadap Dunia Islam
Kelemahan dan kemunduran dunia Islam
dimanfaatkan oleh bangsa-bangsa Barat untuk bangkit dan bergerak menuju ke arah
negara-negara Islam serta menguasai dan menjajahnya. Motivasi mereka datang ke
negara-negara Islam adalah motivasi ekonomi, politik, dan agama.
Pada saat yang sama, dunia Islam
sedang terus dilanda kemunduran dan kelemahan dalam berbagai bidang, sehingga
negara-negara Islam tidak mampu bersaing dengan bangsa Barat yang didukung oleh
kekuatan politik militer yang tangguh. Saat itulah dunia Islam berada dalam
kekuasaan kaum imperialisme Barat.
Setelah bangsa-bangsa Barat
menguasai ekonomi dan politik negara-negara Islam, terdapat bangsa Barat yang menjajah
dunia Islam yang melakukan penyebaran agama Kristen melalui missionaries atau
zending. Penjajahan bangsa Barat yang dipelopori oleh bangsa Spanyol dan
Portugis mempunyai tujuan yang hampir sama, yaitu di samping mencari daerah
penanaman modal asingnya, mereka juga berusaha untuk menyebarkan agama Kristen
di wilayah jajahannya. Walaupun usahanya tidak segencar yang dilakukan oleh
Spanyol dan Portugis yang bersemboyan: Gold yaitu semangat untuk mencari
keuntungan besar (emas), Glory yaitu semangat untuk mencapai kejayaan dalam
bidang kekuasaan, dan Gospel yaitu semangat menyebarkan agama Kristen di
masyarakat yang terjajah.
Oleh karena itu, kedua bangsa Barat
itu terus gencar melakukan penjajahan terhadap negara-negara Islam dan berusaha
menguasainya, sehingga dengan mudah mereka dapat menyebarkan agama Kristen. Kondisi seperti ini didukung
oleh semangat balas dendam yang disebut reqonquesta, yaitu semangat balas
dendam bangsa-bangsa Barat terhadap Islam yang dulu pernah menjajah mereka.[4]
Dengan demikian, motivasi
bangsa-bangsa Barat dalam menjajah negara-negara Islam selain motivasi ekonomi
dan politik, juga terdapat motivasi agama. Masyarakar Islam yang berada di
bawah kekuasaan bangsa-bangsa Barat ditekan, sehingga banyak di antara umat
Islam yang melarikan diri atau bertahan dengan melakukan perlawanan terhadap
kekuatan penjajah Barat tersebut. Gerak langkah umat Islam di awas sedemikian
rupa,sehingga umat Islam tidak dapat mengembangkan peradabannya atau paling
tidak mempertahankan peradaban Islam yang masih ada. Hampir semua sistem Barat
diterapkan di dunia Islam, termasuk peradabannya. Masyarakat Islam diubah
budayanya agar berperilaku dan berperadaban Barat. Dengan demikian, pola hidup
dan pemikiran umat Islam mengarah kepada kehendak bangsa Barat yang menjajahnya.
Dengan demikian dapat dikatakan,
pada saat kelemahan umat Islam seluruh benua Asia-Afrika jatuh ke tangan
penjajah bangsa-bangsa Barat. Namun, meskipun berada dalam tekanan dan
penjajahan, umat Islam terus melakukan perlawanan dan berusaha membebaskan tanah
air dan agama mereka dari tekanan penjajah bangsa-bangsa Barat tersebut.
Selain itu, kedatangan bangsa-bangsa
Barat ke negeri-negeri atau wilayah Islam, terutama negara-negara yang subur
dan kaya hasil rempah-rempahnya seperti Indonesia dan Malaka serta Hindia,
bukan semata-mata untuk mencari keuntungan serta mengeruk kekayaan hasil
buminya tetapi juga bertujuan menguasai seluruh seluruh sistem yang ada baik
sistem ekonomi, politik, budaya, pendidikan, agama dan lain-lain.
Kekejaman mereka dalam bidang
ekonomi terlihat dari upaya mereka untuk melakukan monopoli perdagangan, yakni
dengan merebut bandar-bandar pelabuhan besar yang sebelumnya menjadi daerah
perdagangan umat Islam dari Arab, Persia, India, dan Cina.
Dalam bidang kemasyarakatan,
penjajah sengaja menciptakan jurang pemisah antara kaum bangsawan denagan
rakyat kecil.kaum bangsawan dibujuk agar mau menuruti kehendak penjajahdengan
mendapatkan posisi jabatan tertentu dan keuntungan dari penjajah. Rakyat kecil
selalu diawasi agar mereka tidak memberontak.mereka harus tuduk dan patuh pada
penguasa yang menjajahnya.[5]
D.
Kemunduran Kerajaan Usmani dan Ekspansi Barat ke Negeri-negeri
Islam
Kemajuan-kemajuan Eropa dalam
teknologi militer dan industri perang membuat Kerajaan Usmani menjadi kecil di
hadapan Eropa. Akan tetapi, nama besar Turki Usmani masih membuat Eropa Barat
segan untuk menyerang atau mengalahkan wilayah-wilayah yang berada di bawah
kekuasaan kerajaan Islam ini, termasuk daerah-daerah yang berada di Eropa
Timur.[6]
Sejak kekalahan dalam pertempuran
Wina itu, Kerajaan Usmani juga menyadari akan kemundurannya dan kemajuan Barat.
Usaha-usaha pembaharuan mulai dilaksanakan dengan mengirim duta-duta ke negara-negara
Eropa, terutama Prancis, untuk mempelajari suasana kemajuan di sana dari dekat.
Celebi Mehmed diutus ke Paris tahun 1720M dan diinstruksikan untuk mengunjungi
pabrik-pabrik, benteng-benteng pertahanan, dan institusi-institusi lainnya. Ia
kemudian memberi laporan tentang kemajuan teknik, organisasi angkatan perang
modern, dan kemajuan lembaga-lembaga sosial lainnya. Laporan-laporan itu
mendorong Sultan Ahmad III (1703-1730 M) untuk memulai pembaharuan di
kerajaannya. Pada masa kekuasaannya didatangkan ahli-ahli militer dari Eropa
untuk tujuan pembaharuan militer dalam Kerajaan Usmani. Pada tahun 1729 M,
datang lagi Comte de Bonneval, juga dari Prancis, untuk memberi latihan
penggunaan meriam modern. Ia dibantu oleh Macarthy dari Irlandia, Ramsay dari
Skotlandia, dan Mornai dari Prancis. Pada tahun 1734 M, untuk pertama kalinya
Sekolah Teknik Militer dibuka. Usaha pembaruan ini tidak terbatas dalam bidang
militer. Dalam bidang-bidang yang lain pembaruan juga dilaksanakan, seperti
pembukaan percetakan di Istanbul tahun 1727 M, untuk kepentingan kemajuan ilmu
pengetahuan. Demikian juga, gerakan penerjemahan buku-buku Eropa ke dalam
bahasa Turki.[7]
Meskipun demikian,
usaha-usaha pembaharuan itu bukan saja gagal menahan kemunduran Kerajaan Turki
Usmani yang terus mengalami kemerosotan, tetapi juga tidak membawa hasil yang
diharapkan. Penyebab kegagalan itu terutama adalah kelemahan raja-raja Usmani karena
wewenangnya sudah jauh menurun. Di samping itu, keuangan negara yang terus
mengalami kebangkrutan sehingga tidak mampu menunjang usaha pembaruan. Faktor terpenting
lainnya yang membawa kegagalan itu adalah karena ulama dan tentara Yenissari
yang sejak abad ke-17 M menguasai suasana politik Kerajaan Usmani serta menolak
usaha pembaharuan itu.
Ketika Perana
Dunia I meletus, Turki bergabung dengan Jerman yang kemudian mengalami
kekalahan. Akibatnya, kekuasaan Kerajaan Turki Usmani semakin ambruk. Partai Persatuan
dan Kemajuan memberontak kepada Sultan dan dapat menghapuskan kekhalifahan
Usmani, kemudian membentuk Turki modern pada tahun 1924 M. Dengan demikian,
kesatuan politik dalam negeri Kerajaan Usmani sejak bergeloranya gerakan
pembaruan justru tidak stabil, terutama karena para Sultan tidak mampu
mengakomodasi pemikiran yang berkembang di kalangan pemimpin bangsanya.
Di pihak lain,
satu demi satu daerah-daerah di Asia dan Afrika yang sebelumnya dikuasai Turki
Usmani, melepaskan diri dari Konstantinopel. Dari sekian banyak faktor yang
menyebabkan kemunduran Turki Usmani itu, yang tak kalah pentingnya adalah
timbulnya perasaan nasionalisme pada bangsa-bangsa yang berada di bawah
kekuasaannya. Bangsa Armenia dan Yunani yang beragama Kristen berpaling ke
Barat, memohon bantuan Barat untuk kemerdekaan tanah airnya. Bangsa Kurdi di
pegunungan dan Arab di padang pasir dan lembah-lembah juga bangkit untuk
melepaskan diri dari cengkeraman penguasa Turki Usmani.
Demikianlah,
keadaan dunia Islam pada abad ke-19 M, sementara Eropa sudah jauh
meninggalkannya. Eropa dipersenjatai dengan ilmu modern dan penemuan yang
membuka rahasia alam. Satu demi satu negeri-negeri Islam yang sedang rapuh itu
jatuh ke tangan Barat. Dalam waktu yang tidak lama, kerajaan-kerajaan besar
Eropa sudah membagi-bagi seluruh dunia Islam.
Ketika terjadi
Perang Dunia I (1915), Turki Usmani nerada di pihak yang kalah. Sampai tahun1919
M, Turki diserbu tentara Sekutu. Sejak itu, kebesaran Turki Usmani benar-benar
tenggelam, bahkan tidak lama kemudian, kekhalifahannya dihapuskan (1924 M).
Semua daerah kekuasaannya yang luas, baik di Asia maupun Afrika diambil alih
oleh Negara-negara Eropa yang menang perang. Perang Dunia itu merupakan babak
akhir proses penaklukan Barat terhadap negeri-negeri Islam. Sejak itu,
seakan-akan tidak ada lagi kerajaan Islam yang betul-betul merdeka.
Penetrasi Barat ke pusat dunia Islam
di Timur Tengah pertama-tama dilakukan oleh dua bangsa Eropa terkemuka, Inggris
dan Prancis, yang memang sedang bersaing. Inggriz terlebih dulu menanamkan
penagaruhnya di India. Prancis merasa perlu memutuskan hubungan komunikasi
antara Inggris di Barat dan India di Timur. Oleh karena itu, pintu gerbang ke
India, yaitu Mesir, harus berada di bawah kekuasaannya. Untuk maksud tersebut,
Mesir dapat ditaklukkan Prancis tahun 1798 M.
Alasan lain Prancis menaklukkan
Mesir adalah untuk memasarkan hasil-hasil industrinya. Mesir, di samping itu
mudah dicapai dari Prancis juga dapat menjadi sentral aktivitas untuk
mendistribusikan barang-barang ke Turki, Syiria, Hijaz, begitu pula ke Timur
jauh. Di balik itu, Napoleon Bonaparte sendiri, sebagai Panglima Ekspedisi
Prancis mempunyai keinginan untuk mengikuti jejak Alexander the Great dari
Macedonia, yang jauh di masa lalu pernah menguasai Eropa dan Asia sampai ke
India akan tetapi, kondisi politik Prancis menghendaki Napoleon meninggalkan
Mesir tahun 1799 M. Di Mesir, Jendral Kleber menggantikan kedudukan Napoleon.
Dalam suatu pertempuran lain antara Inggris dan Prancis Jendral Kleber kalah.
Jendral Kleber dan Ekspedisinya meninggalkan Mesir 31 Agustus 1801 M, dan di
Mesir terjadi kekosongan kekuasaan.
Kekosongan itu dimanfaatkan oleh seorang
perwira Turki, Muhammad Ali (1769-1849 M) yang didukung oleh rakyat berhasil
mengambil kekuasaan dan mendirikan dinastinya. Dimulai oleh Muhammad Ali, Mesir
sempat menegakkan kedaulatan dan melakukan beberapa pembaruan, tetapi pada
tahun 1882 M, Negeri ini ditaklukkan oleh Inggris.
Faktor utama yang menarik kehadiran
kekuatan-kekuatan Eropa ke negeri-negeri muslim adalah ekonomi dan politik.
Kemajuan Eropa dalam bidang industri menyebabkannya membutuhkan bahan-bahan
baku, di samping rempah-rempah. Mereka juga membutuhkan neger-negeri tempat
mereka dapat memasarkan hasil industri mereka itu. Untuk menunjang perekonomian
tersebut, kekuatan politik diperlukan sekali. Akan tetapi, persoalan agama
seringkali terlibat dalam proses politik penjajahan Barat atas negeri-negeri
Islam ini. Trauma perang Salib agaknya masih membekas pada sebagian orang
Barat, terutama Portugis dan Spanyol, karena dua negara ini untuk jangka waktu
berabad-abad berada di bawah kekuasaan Islam.[8]
E.
Gerakan Kebangkitan di Dunia Islam
Gerakan modernisasi dunia Islam yang
dilakukan para pembaru muslim, memiliki semangat juang besar dalam
membangkitkan semangat umat Islam untuk bangkit kembali menguasai sains dan
teknologi, di samping melakukan gerakan pemurnian ajaran Islam yang merupakan
inti dari gerakan tersebut. Gerakan pembaruan yang dilakukan para tokoh
tersebut bergema di seluruh penjuru dunia Islam. Oleh karena itu, banyak di
antara negara-negara muslim mengikuti gerakan pembaruan tersebut, sehingga
lahirlah suatu tatanan baru dalam dunia Islam, yaitu kebangkitan dunia Islam,
baik dalam bidang ilmu pengetahuan, politi, pendidikan, dan kebangkitan melawan
imperialisme Barat.
·
Kebangkitan
dalam Bidang Ilmu Pengetahuan, Pendidikan dan Politik
Menyadari kekalahan dan kelemahan dalam berbagai aspek kehidupan
dari bangsa-bangsa Barat, umat Islam mulai bangkit kembali untuk mengejar
ketertinggalan dan keterbelakangan. Bangsa yang pertama kali merasakan
ketertinggalan itu adalah Turki Usmani dan Mesir.
Kesadaran itu memaksa penguasa dan pejuang-pejuang Turki untuk
banyak belajar dari Eropa. Di Turki para sultan mengirim duta-dutanya ke Eropa
untuk mengetahui kemajuan yang dicapai bangsa Barat. Dari informasi pembaruan
dalam bidang politik dan militer. Karena di situlah letak kemajuan dan kemenangan
Barat atas dunia Islam.
Gerakan pembaruan itu dengan segera juga memasuki dunia politik,
karena Islam memang tidak dapat dipisahkan dengan politik. Gagasan politik yang
pertama kali muncul adalah gagasan Pan-Islamisme (Persatuan Islam sedunia) yang
mula-mula didengungkan oleh gerakan Wahhabiyah dan Sanusiyah. Namun, gagasan
ini baru disuarakan dengan lantang oleh tokoh pemikir Islam terkenal Jamaluddin
Al-Afghani (1839-1897 M).
Gerakan Pan-Islamisme yang bergelora itu mendorong sultan Kerajaan
Turki Usmani, Abdul Hamid II (1876-1909 M), untuk mengundang Jamaluddin
Al-Afghani ke Istambul, ibu kota Turki Usmani. Gagasan ini dengan cepat
mendapat sambutan hangat di negeri-negeri Islam. Akan tetapi, semangat
demokrasi Al-Afghani tersebut menjadi dua bagian kekuasaan sultan, sehingga
Al-Afghani tidak diizinkan berbuat banyak di Istambul. Setelah itu, gagasan
Pan-Islamisme dengan cepat redup, terutama setelah Turki Usmani bersama
sekutunya, Jerman, kalah dalam Perang Dunia I, dan kekhalifahan dihapuskan oleh
Mustafa Kamal Attaturk, tokoh yang justru mendukung gagasan nasionalisme, rasa
kesetiaan kepada negara kebangsaan.
Gagasan nasionalisme yang berasal dari Barat itu masuk ke
negeri-negeri muslim melalui persentuhan umat Islam dengan Barat, yang menjajah
mereka dan dipercepat oleh banyaknya pelajar muslim yang menuntut ilmu ke Eropa
atau lembaga-lembaga pendidikan “Barat” yang didirikan di negeri mereka.
gagasan kebangsaan ini padamulanya banyak mendapat tantangan dari pemuka-pemuka
Islam karena dipandang tidak sejalan denagan semangat ukhuwah Islamiyah. Akan
tetapi, gerakan ini berkembang cepat setelah gagasan Pan-Islamisme redup.
Di Mesir, Muhammad Ali Pasha (1765-1849 M) tampil untuk memajukan
ilmu pengetahuan dengan mendirikan berbagai lembaga pendidikan dan penerjemah,
sehingga pada masanya Mesir menjadi negara maju. Usaha ini kemudian dilanjutkan
oleh At-Tahtawi (1801-1873 M). Berkat usahanya, banyak diterjemahkan buku-buku
Barat tentang berbagai ilmu pengetahuan modern, dan dikarang pula buku-buku
baru serta menerbitkan berbagai surat kabar dan majalah.
Ide-ide pembaruan Islam yang dilakukan para pembaru tidak hanya
dalam bidang keagamaan, tetapi juga pembaru dalam bidang-bidang sosial politik,
sehingga melahirkan kebangkitan kembali dunia Islam dalam bidang politik, yang
dimulai dengan tumbuhnya kesadaran bahwa sistem politik Islam ketika itu sudah
menyimpang dari sumber-sumber ajaran Islam. Seperti masalah khalifah yang
sebetulnya adalah milik umat Islam, telah berubah menjadi milik suatu golongan
tertentu sehingga yang berkuasa hanya orang-orang tertentu yang menguasai
negara.
Ancaman yang datang menghadang umat Islam, baik yang datang dari
faktor internal maupun eksternal, merupakan suatu bahaya yang mengancam
kesatuan umat Islam. Terjadinya persaingan kekuasaan antara umat Islam di
Mesir, Arab, dan Turki, menjadi sebab terpecahnya ukhuwah Islamiyah. Di samping
itu, penjajahan yang dilakukan bangsa Barat juga menjadi faktor penyebab
rusaknya hubungan persaudaraan Islam, yang seringkali menimbulkan peperangan di
antara umat Islam.
Untuk mengatasi persoalan itu, umat Islam dan negara-negara Islam
seperti Mesir dan Turki yang berusaha memperkuat angkatan militernya, di
samping pembaruan di bidang-bidang lainnya. Gerakan politik yang paling
menonjol dilakukan oleh Jamaludin Al-Afghani (1839-1897 M) yang melahirkan Pan
Islamisme di dunia Islam. Untuk mencapai idenya ini Jamaludin mendirikan Partai
Nasional (Al-Hizbul Wathan) di Mesir, memperjuangkan pendidikan universal,
menyelenggarakan kebebasan pers, dan sebagainya.
Jamaludin Al-Afghani menghendaki pemerintahan Republik yang di
dalamnya terdapat kebebasan mengeluarkan pendapat, dan kewajiban kepala negara
untuk tunduk kepada undang-undang dasar.
Selain Jamaludin Al-Afghani, tokoh lain yang dikenal sebagai tokoh
modernisasi Islam dari Mesir adalah Syaikh Muhammad Abduh (1849-1905 M). Ketika
di Al-Azhar, Abduh bertemu dengan Jamaludin Al-Afghani yang datang ke Mesir,
Abduh sangat terkesan dengan pemikiran-pemikiran pembaruan Al-Afghani. Dan
iapun melakukan gerakan modernisasi Islam bersama Al-Afghani.
Akibat perlawanannya terhadap penguasa, Abduh dan Jamaludin
diasingkan ke Paris, Prancis selama satu tahun. Di Paris mereka menerbitkan
majalah Al-Urwatul Wustqa, yang berisi ide-ide modernisasi Islam untuk meraih
kembali kebangkitan Islam dan melawan penjajahan Barat.
Di India, sebagaimana halnya di Tuki dan Mesir, gagasan
Pan-Islamisme yang dikenal dengan gerakan khilafat juga mendapat pengikut.
Sayyid Amir Ali (1848-1928 M) adalah salah seorang pelopornya. Namun, gerakan
ini segera pudar setelah usaha menghidupkan kembali khilafah yang dihapuskan
Mustafa Kamal Attarurk di Turki tidak mungkin lagi.
Gagasan-gagasan nasionalisme dan gerakan-gerakan untuk membebaskan
diri dari kekuasaan imperialisme Barat yang kafir juga bangkit di negeri-negeri
Islam lainnya. Oleh karena itu, dalam kurun waktu yang hampir bersamaan satu
demi satu negara-negara Islam akhirnya dapat melepaskan diri dari imperialisme
Barat. Gerakan modernisme Islam untuk meraih kebangkitan dunia Islam telah
berpengaruh sedemikian kuat keseluruh wilayah dunia Islam, sehingga
membangkitkan kekuatan baru untuk melepaskan diri dari kekuasaan imperialisme
Barat.
·
Gerakan
Kebangkitan Menentang Imperialisme Barat
Muncunya
gerakan pembaruan dalam Islam, merupakan wujud dari bentuk kesadaran umat Islam
dari ketertinggalan dan keterbelakangan mereka. banyaknya persoalan yang
dihadapi umat Islam, baik persoalan intern seperti adanya penyimpangan ajaran
Islam dari ajaran sebenarnya, persaingan antarpenguasa muslim, dan sebagainya;
serta persoalan ekstern umat yang ditimbulkan dari tekanan penjajahan
bangsa-bangsa Barat, yang menuntut segera diatasi dan dipecahkan masalahnya.
Umat Islam menyadari bahwa untuk mengatasi kekuatan bangsa-bangsa
Barat tidaklah mudah, tanpa melakukan konsolidasi keyakinan umat serta menghimpun
semangat juang umat Islam. Tanpa hal tersebut perlawanan terhadap penjajah
tidak akan berhasil.
Gerakan Pan Islamisme yang dilakukan Jamaludin Al-Afghani merupakan
cikal bakal dari gerakan kesatuan untuk menentang penjajah. Karena pada tahun
1838 M gerakan ini telah membangkitkan semangat baru umat Islam dengan tujuan
memajukan umat dengan jalan mempergunakan aliran pemikiran modern dengan bentuk
persatuan seluruh umat Islam di bawah satu pemerintahan Islam, seperti zaman
para khalifah.
Dalam menghadapi bangsa Barat, gerakan persatuan umat Islam
tersebut menggelora ke seluruh penjuru dunia Islam. Bahkan ke dalam wilayah
Islam yang sedang berada dalam cengkeraman penjajah bangsa Barat seperti
Indonesia dan Malaysia pada saat itu.
Proses penyebaran informasi mengenai adanya gerakan perlawanan
terhadap para penjajah Barat oleh umat Islam, dilakukan melalui sarana ibadah
haji sangat efektif sebagai sarana informasi
gerakan ini. Sehingga umat Islam dari seluruh dunia bangkit kesadaran
mereka setelah menyaksikan sendiri gerakan persatuan umat Islam yang mereka
lihat di Mekah. Sepulang dari haji, mereka mendirikan organisasi atau
perkumpulan untuk menentang penjajah asing di wilayah masing-masing.
Gerakan penentangan terhadap penjajah ini juga dilandasi oleh ide-ide
nasionalisme, yaitu suatu kesadaran kebangsaan atas haknya sebagai pemilik sah
tanah air yang tidak boleh diganggu oleh bangsa manapun. Di samping itu
berkembang pula ide patriotisme, yakni kepahlawanan dan kepeloporan untuk
bangkit sebagai pahlawan di dalam mempertahankan tanah air dari penjajahan
bangsa asing.
Pengaruh dari gerakan mementang terhadap imperialisme Barat ini
sangat berhasil di kalangan dunia Islam. Di mana-mana menggelorakan sikap
patriotisme-nasionalisme di berbagai wilayah dunia Islam untuk mengusir
penjajahan.[9]
F.
Kemerdekaan Negara-negara Islam dari Imperialisme
Gagasan nasionalisme yang diikuti
dengan berdirinya partai-partai politik merupakan modal utama umat Islam dalam
perjuangannya untuk mewujudkan negara merdeka juga bebas dari pengaruh politik
Barat. Di samping itu, perjuangan mereka juga didukung oleh seluruh umat Islam
di berbagai wilayah setempat yang menjadikan “kekuatan” yang dahsyat sehingga
mereka dapat melepaskan diri dari belenggu imperialisme.
Perjuangan mereka biasanya terwujud
dalam beberapa bentuk kegiatan, seperti 1) gerakan politik, baik dalam bentuk
diplomasi maupun perjuangan bersenjata, dan 2) gerakan pendidikan dan
propaganda dalam rangka mempersiapkan masyarakat menyambut dan mengisi
kemerdekaan itu.
Negara berpenduduk mayoritas muslim
yang pertama kali berhasil memproklamasikan kemedekaannya adalah Indonesia,
yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945. Indonesia merdeka dari penjajahan Jepang setelah
Jepang dikalahkan oleh tentara sekutu.
Negara Islam kedua yang merdeka dari
penjajahan adalah Pakistan, yaitu pada tanggal 15 Agustus 1947, ketika Inggris
menyerahkan kedaulatannya di India kepada dua dewan konstitusi, satu untuk
India dan satu untuk Pakistan.
Di Timur Tengah, Mesir secara resmi
memperoleh kemedekaan tahun 1922 dari Inggris, tetapi dalam pemerintahan raja
Faruk pengaruh Inggris sangat besar. Baru pada masa pemerintahan Jamal Abdul
Nasser yang menggulingkan Raja Faruk 23 Juli 1952, Mesir menganggap dirinya
benar-benar merdeka.
Di Asia Tenggara, Malaysia, yang
waktu itu termasuk Singapura, mendapat kemerdekaan dari Inggris tahun 1957, dan
Brunai Darussalam tahun 1984 M. Demikianlah, satu persatu negeri-negeri Islam
memerdekakan diri dari penjajahan. Bahkan beberapa diantaranya baru mendapat
kemerdekaan pada tahun-tahun terakhir, seperti negara-negara Islam yang dulunya
bersatu dalam Uni Soviet.
Demikianlah beberapa kondisi
negara-negara Islam diberbagai wilayah dalam berjuang melepaskan diri dari
imperialisme Barat. Perjuangan mereka untuk melepaskan diri dari penjajahan
akhirnya membuhkan hasil, dan mereka memperoleh kembali kemerdekaannya setelah
melalui perjuangan yang gigih dan tidak mengenal lelah. [10]
BAB
III
PENUTUP
A.
SIMPULAN
Dari penjelasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa kemajuan yang dicapai bangsa-bangsa Barat memiliki korelasi
yang sangat erat dengan perkembangan peradaban dunia Islam, baik ketika Islam
mencapai puncak kemajuan di Eropa maupun kemajuan yang dicapai dunia Islam di
Baghdad. Orang Eropa dapat memperoleh kekayaan yang tidak terhingga untuk
menghidupkan negerinya. Maka tidak lama setelah itu Eropa mulai mengalami
kebangkitan dan kemajuaan.
Kelemahan dan kemunduran dunia Islam
dimanfaatkan oleh bangsa-bangsa Barat untuk bangkit dan bergerak menuju ke arah
negara-negara Islam serta menguasai dan menjajahnya. Penjajahan Bangsa Barat
yang dipelopori oleh bangsa Spanyol dan Portugis memiliki tujuan yang hampir
sama, yaitu di samping mencari daerah penanaman modal asingnya mereka juga
berusaha untuk menyebarkan agama Kristen di wilayah jajahannya dengan semboyan
Gold, Glory, dan Gospel. Langkah umat Islam dikuasai oleh bangsa Barat sehingga
umat Islam tidak dapat mengembangkan peradabannya. Selain itu masyarakat juga
umat Islam diubah budayanya agar berperilaku dan berperadaban Barat.
B.
SARAN
Penulis
telah berupaya menyajikan makalah ini dengan sebaik-baiknya, meskipun tidak
komprehensif. Di samping itu, apabila dalam makalah ini didapati kekurangan dan
kesalahan, baik dalam pengetikan maupun isinya, maka penulis dengan senang hati
menerima saran dan kritik yang konstruktif dari pembaca guna penyempurnaan
penulisan berikutnya. Akhirnya, semoga makalah yang sederhana ini menambah
khasanah keilmuan dan bermanfaat untuk membantu kegiatan menulis makalah yang
baik dan benar bagi mahasiswa. Amin yaa robbal ‘alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Yatim, Badri. 2014. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.
Syukur, Fatah. 2012. Sejarah Peradaban Islam. Semarang: PT
Pustaka Rizki Putra.
Nakoesteen, Mehdi. 1996. Kontribusi Islam Atas Dunia Intelektual
Barat. Surabaya: Risalah Gusti.
Ali, K. 2003. Sejarah Islam dari Awal Hingga Runtuhnya Dinasti
Usmani (Tarikh Pramodern). Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Amin, Samsul Munir. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta:
Amzah.
Abdurrahman, Dudung. 2003. Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa
Klasik Hingga Modern.Yogyakarta: IAN Sunan Kalijaga.
Sunanto,Musyrifah. 2003. Sejarah Islam Klasik Perkembangan Ilmu
Pengetahuan Islam. Jakarta: Kencana.
Lapidus,Ira M. 2000. Sejarah Sosial Umat Islam. Jakarta: PT
Grafindo Persada.
PROFIL PENULIS
Nama : Nur Lailatus Syarifah
NIM : 2021114100
Alamat : Tegalrejo
Jln. KH. Masyhuri No.10 Rt.02 Rw. 06
Nama : Ani Nur
Aini
NIM :
2021114189
Alamat :
Jl.ulin lima No.21 Rt.04 Rw.01
Kalisalak Batang
Nama : Kismanto
NIM :
2021114295
Alamat : Kajen
[1]
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Amzah, 2015), hlm.
347.
[2]
Fatah syukur, Sejarah Peradaban Islam (semarang: PT Pustaka Rizki
Putra,2012) hlm 254.
[3] Ibid.,
hlm 347-349.
[4]
Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam : dari masa klasik hingga modern
(Yogyakarta IAIN Sunan Kalijaga, 2003), hlm 215.
[5] Ibid.,
hlm 349-354.
[6]
Badri Yatim , Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajawali Press, 2011),
hlm. 178.
[7] K.
Ali, Sejarah Islam dari Awal hingga runtuhnya dinasti usmani (jakarta:
pt raja grafindo persada,2003), hlm. 543.
[8]
Badri Yatim, Op.cit., hlm 181-183
[9]
Samsul munir,Op.cit., hlm. 359-367.
[10] Ibid.,
hlm.367-369.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar