PERADABAN ISLAM DI INDONESIA
Kelas: G
1.
Mas’anah 2021114066
2.
Nita
Setiana 2021114151
3.
M. Zakaria 2021114276
TARBIYAH / PAI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PEKALONGAN
( STAIN ) PEKALONGAN
( STAIN ) PEKALONGAN
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Perkembangan peradaban Islam di
Indonesia tidak lepas dari campur tangan bangsa eropa yang saat itu menguasai hampir
seluruh wilayah Indonesia, bangsa eropa datang ke Indonesia untuk menguasai
perdagangan dengan menerapkan sistem monopoli.Dengan adanya campur tangan
belanda dan sistem monopoli yang dilakukan, maka bangsa Indonesia menjadi geram
dan menimbulkan banyak perlawan dari masyarakat Indonesia yang dipimpin oleh
beberapa tokoh di daerah masing-masing.
Perlawanan
semakin memanas terutama setelah belanda menerapkan sistem tanam paksa dan
menetapkan pajak yang tinggi.Selain perlawanan secara fisik yang dilakukan oleh
rakyat para ulama juga mendirikan organisasi-organisasi untuk melawan belanda
secara Intelektual. Untuk lebih jelas mengenai peradaban Islam di Indonesia
akan di bahas dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat ditemukan suatu
rumusan masalah berikut ini:
1. Bagaiman Kedatangan
Imperialisme barat ke Indonesia ?
2. Bagaiman Keberadaan
Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia ketika Belanda datang?
3. Apa Maksud
dan Tujuan Kedatangan Belanda
ke-indonesia ?
4. Bagaiman Strategi
Politik Belanda ?
5. Bagaiman Perlawanan
Rakyat terhadap Imperialisme ?
6. Bagaiman Peradaban
Indonesia ?
7. Apa saja Organisasi
Islam di Indonesia ?
C. Metode Pemecahan Masalah
Metode
pemecahan masalah yang dilakukan melalui studi literatur/metode kajian pustaka,
yaitu dengan menggunakan beberapa referensi buku atau dari referensi yang
lainnya yang merujuk pada permasalahan yang dibahas. Langkah-langkah pemecahan
masalahnya dimulai dengan menentukan masalah yang akan dibahas dengan melakukan
perumusan masalah, melakukan langkah-langkah pengkajian masalah, penentuan
kajian dan sasaran, perumusan jawaban permasalahan dari berbagai sumber, dan
penyintesisan serta pengorganisasian jawaban permasalahan.
D. Sistematika Penulisan Masalah
Makalah
ini ditulis dalam tiga bagian, meliputi: Bab 1, bagian pendahuluan yang terdiri
dari: latar belakang masalah, perumusan masalah, metode pemecahan masalah, dan
sistematika penulisan masalah. Bab II, adalah pembahasan. Bab III, bagian
penutup yang terdiri dari simpulan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kedatangan Imperialisme Barat di Indonesia
Pada
abad ke-16 mulai terdapat suasana baru diperairan indonesia. Selama
berabad-abad perairan Nusantara hanya di layari oleh kapal-kapal dari indonesia
dan Asia, seperti cina, pegu, Gujarat, Bengkala dll. Dan sejak abad-16
muncullah pelaut-pelaut dari Eropa. Kemajuan ilmu dan teknik pelayaran
menyebabkan Eropa mampu berlayar ke perairan indonesia.
Orang-orang
portugislah yang mula-mula muncul di indonesia. Kedatangan mereka keindonesia
karena beberapa faktor yaitu ekonomi, mereka ingin mendpatkan untung besar
dengan berniaga, mereka ingin membeli rempah-rempah dimaluku dengan harga yang
murah dan dijual di ke Eropa dengan harga yang mahal. Faktor yang lainnya yaitu
hasrat untuk menyebarkan agam kristen dan melawan orang islam. Sejak abad ke-8
kaum muslimin menguasai jazirah Andalusia, selama itu juga terjadi perang dan
pertarungan antara orang kristen dan kaum muslmimin, baik di anadalusia maupun
kemudian di Timur Tengah. Peperangan itu dikenal dengan perang salib.Faktor
lain yaitu hasrat berpetualang yang timbul karena sikap hidup yang dinamis.
Pelaut-pelaut portugis itu ingin melihat dunia diluar tanah airnya.Dengan
faktor-faktor itulah orang-orang portugis berlayar menyusuri pantai barat
Afrika terus keselatan dan melingkari Tanjung Harapan( Cope Town), dan menuju
keindia.
Pada
abad ke-16, perairan indonesia kedatangan orang eropa lainnya, yaitu orang
belanda, inggris, Denmark, dan prancis. Maksud kedatangan orang belanda dan
inggris ketanah air indonesia tidak berbeda dengan orang portugis dan spayol,
yakni ingin memperoleh rempah-rempah dengan murah.
Setelah
kompeni di kepalai oleh Gubernur Jendarl J.P Coen, maka tujuan mereka makin
jelas, yakni menguasai perdagangan rempah rempah di indonesia, secara sendirian
atau monopoli. Dalam upaya melakasanakan monopoli mereka tidak segan-segan
menggunakan kekerasan.Kompeni mulai menguasai berbagai wilayah, baik secara
langsunga atau tidak langsung. Praktek yang demikian sangat merugikan kerajaan
kerajaan di indonesia.
Sekitar
tahun 1618-1691, pihak belanda menyerang pangeran Wijayakrama dan dapat merebut
Jayakarta; diatas runtuhnya kota tersebut dibangunlah kota baru yang diberinama
Batavia. Banten yang menganggap dirinya berkuasa di Jayakarta tentu tidaktinggal
diam, sehingga sejak itulah timbullah permusuhan antara banten dan belanda.[1]
Konsolidasi
kekuasaan belanda atas jawa membuka jalan bagi ekspansi Belanda ke wilayah
Hindia Timur lainnya.Selama rentang waktu 1824-1858, belanda telah menguasai
seluruh Sumatra.Ekspansi komersil dan militer menimbulkan parmasalahan antara
Belanda dengan Aceh, yaitu perebutan kekuasaan atas beberapa pelabuhan lada di
wilayah Sumatra bagian Barat dan utara.[2]
B. Keberadaan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia
Ketika Belanda Datang
Menjelang
kedatangan belanda di indonesia pada akhir abad 16 dan awal abad ke-17 keadaan
kerajaan-kerajaan islam di indonesia tidaklah sama. Perbedaan tersebut bukan
hanya berkenaan dengan politik, tetapi juga dalam proses pengembangan islam
dikerajan-kerjaan tersebut. Misalnya di sumatra, penduduk sudah memeluk islam
sekitar tiga abad. Sementara di Maluku dan sulawesi penyebaran agama islam baru
saja berlangsung.
Disumatra
setelah malaka jatuh ketangan portugis, percaturan politik dikawasan selat malaka
merupakan perjuangan segi tiga: Aceh, portugis, dan Johor yang merupakan
kelanjutan dari kerajaan malaka islam. Pada abad ke-16, tampaknya aceh lebih
dominan, terutama karena para pedangang muslim menghindar dari malaka , dan
memilih Aceh sebagai pelabuhan transit. Aceh berusaha menarik perdagangan
internasional dan antarkepulauan Nusanatara.Kemenangan aceh atas Johor, membuat
kerajaan terahir ini pada tahun 1564 menjadi daerah vassal dari Aceh.
Ketika
itu memang Aceh sedang mengalami kejayaan dibawah pimpinan Sultan iskandar
muda.Ia wafat pada usia 46 tahun pada 27 Desember 1636. Ia digantikan oleh
iskandar Tsani. Sultan ini masih mampu mempertahankan kebesaran aceh. Akan
tetapi, setelah ia meninggal dunia, 17 februari 1641, Aceh kemudian secara
berturut-turut dipimpin oleh 3 orang wanita selama 59 tahun. Dan pada masa ini
Aceh mulai mengalami kemunduran.
Dijawa
pusat kerajaan islam sudah pindah dari pesisir kepedalaman, yaitu dari demak
kepajang kemudian kemataram. Berpindahan tersebut membawa pengaruh besar untuk
perkembangan sejarah islam di jawa. Pada tahun 1691, seluruh jawa timur praktis
sudah berada dibawah kekuasaan mataram.Yang ketika itu dibawah pemerintahan
Sultan Agung.Pada masa ini kontak-kontak bersenjata antara kerajaan mataram dan
VOC mulai terjadi.
Di sulawesi, pada ahir
abad ke-16, pelabuhan makasar berkembang dengan pesat. Letaknya memang
strategis yaitu tempat persingggahan ke maluku, Filipina, Cina, Batani,
kepulauan Nusa Tenggara, dan kepulauan indonesia bagian barat. Akan tetapi ada
faktor-faktor lain yang mempercepat perkembangan itu, dianatarnya sebagai
berikut:
1. Penduduk
malaka oleh portugis mengakibatkan terjadinya migrasi
2. Arus
migrasi melayu bertambah besar setelah
Aceh mengalami ekspedisi
3. Blokade
belanda terhadap malaka dihindari oleh pedagang-pedagang baik indonesia maupun
india, Asia barat dan Asia timur.
4. Merosotnya
pelabuhan jawa timur .[3]
C. Maksud dan Tujuan Kedatangan Belanda
Tujuan
Kedatangan bangsa belanda di Indonesia pada mulanya didorong oleh keinginan
mendapatkan rempah-rempah secara langsung di Indonesia, karena waktu itu
dibarat mengalami kesukaran memperoleh rempah-rempah. Maka pada tahun 1506
bersandarlah empat buah kapal belanda di banten, tapi usaha pertama ini dapat
dikatakan gagal, karena sifat sombong orang-orang belanda terhadap penduduk
setempat, disamping itu juga orang-orang portugis tidak senang kedatangan
belanda sebagai saingannya.
Pelayaran pertama disusul pelayaran
selanjutnya dan berhasil, namun timbul persaingan antara orang-orang belanda
sendiri, maka untuk menghilangkan persaingan itu dibentuklah perserikatan yang
terkenal dengan VOC pada bulan maret 1962 M.[4]
Dibentuknya
VOC karena melihat hasil yang diperoleh perseroan Amsterdam, yang mengirimkan
empat angkatan, yang pertama tahun 1595 oleh cornelis dehout man, kedua tahun
1598 oleh Van Nede Heem Skerck dan Van Warwijck, ketiga tahun 1599 oleh Vander
Hagen dan terakhir tahun 1600 oleh Van Neck, yang mana banyak perseroan lain
berdiri yang juga ingin berdagang dan berlayar ke Indonesia. Sehingga VOC ini
dibentuk dan disahkan oleh Staten General republic dengan satu piagam yang
memberi hak khusus kepada VOC untuk berdagang, berlayar dan memegang kekuasaan
di kawasan antara tanjung harapan dan kepulauan Solomon.
Di samping itu secara khusus hak-hak
istimewa yang diminta VOC, seperti:
1. Hak
monopoli di daerah sebelah timur tanjung harapan hingga selat Magelhaens.
2. Diijinkan mengadakan perjanjian dengan
raja-raja Indonesia atas nama pemerintah Belanda.
3.
Diijinkan membuat benteng-benteng.
4.
Diperkenankan diangkat seorang.
5.
Diperbolehkan membentuk tentara.
Pada tahun 1798 M. VOC dibubarkan
dengan saldo kerugian sebesar 134,7 juta Golden. Ini terjadi karena ada
beberapa faktor, di antaranya, pembukuan yang curang, pegawai yang korup, dan
sistem monopoli serta sistem tanam paksa dalam pengumpulan bahan-bahan hasil
tanaman yang menimbulkan kemerosotan moral baik penguasa maupun penduduk.
Setelah bubar, secara resmi
Indonesia pindah ketangan Belanda pada pergantian abad ke-18.Pemerintah belanda
berlangsung sampai tahun 1942 dan hanya diinterupsi oleh inggris selama
beberapa tahun, pada tahun 1811-1816.Pemerintah belanda tidak berubah sama
sekali, bahkan 1816. Belanda memanfaatkan daerah jajahan untuk menanggulangi
kemerosotan ekonomi akibat kebangkrutan perang. Dan tahun 1830 M. pemerintah
Hindia Belanda menjalankan sistem tanam paksa dan politik liberal di Indonesia
setelah terusan suez dibuka dan industri belanda berkembang.[5]
D. Strategi Politik Belanda
Raja
Mataram ( jawa) sultan Agung sejak semula sudah melihat bahwa Belanda adalah
Ancaman. Pada tahun 1628 dan 1629, mataram dua kali melakukan serangan ke
Batavia, tetapi gagal.Masuknya pengaruh belanda kepusat kekuasaan mataram
adalah karena Amangkurat II (1677-1703) meminta bantuan VOC untuk memadamkan
pemberontakan Trunojoyo, adipati madura, dan pemberontakan Kajoran. Pada masa
Amangkurat III mataram menglami krisis, sementara Belanda .Belanda harus
dibayar dengan wilayah dan konsesi dagang.
Dalam
jaringan perdagangan di indonesia bagian barat, kedudukan malaka, Johor, dan
Banten adalah sangat penting maka Belanda bermaksud untuk menguasainya. Ahirnya
mereka memilih Jakarta, daerah yang paling lemah sebagai basis
kegiatanya.Meluasnya pengaruh Belanda dalam pemerintahan Mataram, di percepat
dengan konflik intern dalam istana. Oleh karenanya pada tahun 1755 mataram
terpecah menjadi dua yaitu: Surakarta dan Yogyakarta, tahun 1757 muncul
kekuasaan mangkunegara, dan ahirnya pada tahun 1813 muncul kekuasaan pakualam.Hubungan
banten dengan belanda beruncing ketika sultan Ageng tirtayasa naik tahta tahun
1651.Ia sangat memusuhi Belanda karena Belanda dipandang menghalangi usaha Banten
memajukan usaha perdagangan.
Disulawesi,
Gewo tallo melakukan ekpedisi ke Buton, Solor, Sumbawa, Ende, Bima tahun 1626,
dan pada tahun berikutnya ke Limboto yang dianggap sebagai daerah kekuasaan
ternate.[6]
E. Perlawanan Rakyat Terhadap Imperialisme Belanda
Penjajahan Belanda
terhadap bangsa Indonesia, mendapat perlawanan sengit dari rakyat dan bangsa indonesia
pada umumnya.Perlawanan tersebut tidak hanya bermotif politik kebangsaan,
melainkan juga motif Agama. Penjajahan Belanda disamping ingin menguasai
indonesia mereka juga menyebarkan agama mereka ke penduduk pribumi yaitu agama
kristenisasi. Pada abad ke-17 perlawanan terhadap penjajahan Belanda dilakukan
oleh sbb:
1. Sultan
Agung Mataram
2. Sultan
Iskandar Muda Mahkota Alam Aceh
3. Sultan
Hasanudin Makasar
4. Sultan
Ageng Tirtayasa
5. Raja
Iskandar Minangkabau
6. Trunojoyo
Madura
7. Karaeng
Galesong dari Makasar
8. Untung
Surapati, Adipati Aria Jaya, Dll
Disamping itu perlawanan-perlawanan rakyat terhadap
penjajahan juga berlangsung terus menerus saling berkesinambungan di satu
wilayah dan wilayah lainnya. Perlawanan-perlawanan tersebut adalah Sbb:
1. Perang
Padri di Minangkabau
Perang ini tejadi antara
tahun 1821-1837. Perang ini dipimpin oleh Tuanku imam Bonjol, dan dibantu oleh
ulama yang lain. Walaupun islam sudah masuk pada abad ke-16, tetapi proses
sinkretisme berlangsung lama. Pemurnian islam dimulai oleh Tuanku Koko Tuo
dengan pendekatan damai. Akan tetapi pendekatan ini tidak diterima oleh
murid-muridnya yang lebih Radikal, Terutama Tuanku Nan Renceh.
Kelompok radikal ini
mendapat kekuatan baru tahun1803, ketika tiga ulama; HAJI Miskin dari pandai
sikat, Haji Sumanik dari VIII kota, dan Haji Piobang dari lima puluh kota
pulang dari Mekah. Mereka datang membawa semangat yang diilhami oleh gerakan
wahabi yang puritan.[7]
Setelah takluknya minangkabau
akibat perang Padri kebijakan belanda mencoba menahan pengaruh para guru agama
dengan mengasingkan mereka sejauh mungkin dari urusan rakyat dan dengan
menegakan wewenang para kepala adat yang sah.Pada tanggal 21 Februari 1921 M
terjadi permulaan peperangan antara kaum adat dan Belanda.Peperangan pertama
Belanda gagal, sehingga Belanda mengajak perdamaian melalui perjanjian pada 22
Januari 1824.Namun Belanada mengkhianati begitu pula peperangan selanjutnya.[8]
2. Pangeran
Diponegoro
Peristiwa yang memicu
peperangan adalah rencana pemerintah Hindia Belanda untuk membuat jalan yang
merobos tanah milik Pangeran Diponegoro dan harus membongkar makam
keramat.Belanda ingin berunding dengan pangeran Diponegoro yang mencabut
patok-patok yang ditanam dan mengalihkan jalan patih Daniarejo harus diganti.Pada
tahun 1825 M pangeran Diponegoro bangkit berontak melawan pemerintahan kolonial
yang kafir.Pangeran diponegoro menggunakan taktik gerilya, dimana pasukan
Belanda dikepung oleh prajurit pangeran Diponegoro di Yogya.
Pada tahun 1826 M.
Banyak korban berguguran dipihak Belanda, yang memunculkan dengan memperkuatkan
diri dengan melakukan benteng untuk mempersempit gerakan tentang Pangeran
Diponegoro. Di tahun 1827 M. Pangeran Diponegoro ditawan karena beliau
membangkang untuk berunding dengan Belanda dan ahirnya tahun 1830 M. Dibuang ke
Manado, lalu tahun 1834 M. Dipindah meninggal dalam 70 tahun pada 8 Januari
1855 M.
3. Perang
Banjarmasin
Pengangkatan Pangeran
Tamjid menjadi Sultan menimbulkan kekecewaan dikalangan rakyat dan pembesar
lainnya.Dari kericuhan itu Belanda kembali memasuki persoalan politik untuk mengambil
keuntungan yang lebih besar.Ketika itulah perang Banjarmasin di mulai, Andresen
yang didatangkan dari Batavia menyimpulkan bahwa sultan Tamjid merupakan sumber
kericuhan.Dan ahirnya diturunkan dari tahta dan kekuasaanya diambil alih oleh
Belanda.
Perlawanan rakyat berkobar-kobar
di daerah yang semula ditunjukan untuk sultan Tamjidil kepada
Belanda.Perlawanan ini dipimpin oleh Pangeran Antasari dengan 3.000 pasukan
untuk menyerbu pos-pos Belanda.Awalnya Belanda banyak korban, tetapi dengan
taktik dan kelicikan Belanda berhasil mengalahkan beberapa pembesar kerajaan
satu persatu dan pangeran Hidayat tertangkap dan dibuang ke jawa.
Sebelashari setelah
pembuangan Pangeran Hidayah, pangeran Antasari memproklamirkan kemerdekaan
Banjarmasin, yang beribu kota Sumatra Tengah, markas besar perjuangan melawan
Belanda. Namun 9 bulan setelah proklamasi, Pangeran Antasari wafat di Temeh
tanggal 11 Oktober 1862 M. Karena sakit.Dan kemudian digantikan oleh anaknya
Pangeran Muhammad.
4. Perang
Aceh
Perang Aceh tanggal 26 Maret
1873 M., ketika Terusan Suez dibuka negara Belanda berlomba-lomba mencari
jajahan baru dan mendesak untuk mengadakan perundingan.Pada ahirnya ini memberi
peluang kepada Belanda untuk meneruskan agrerisnya.Perang ini juga disebut
perang Rakyat karena seluruh rakyat Aceh terlibat secara aktif melawan
kolonial.
Pada tanggal 5 Apri
1873 M. Tentara belanda menyerang masjid dengan 3.000 personil, yang akhirnya
karena kuatnya tentara Aceh, dapat di rebut kembali oleh pasukan Aceh. Dan pada
bulan November pada tahun ini juga belanda dapat menguasai masjid
kraton.Setelah meninggalnya sultan Belanda berunding tapitidak ditanggapi
Aceh.Sehingga Belanda memakai sistim pasifikasi.Akan tetapi sistim ini gagal.
Setelah gagalnya sistem
pasifikasi belanda menerapkan sistim konsentrasi kota raja sebagi pusatnya,
akan tetapi sistem ini justru memberi peluang kepada pejuang Aceh untuk menggagalkan
perang gerilya. Aceh besar mulai bergejolak, ketika Teuku Umar membelot dari
Belanda tahun 1896 dan Belanda Melakukan ofensif yang memaksa pihak Aceh
bersipat defensif.Teuku Umar gugur dalam perang ini kemudian ia digantikan oleh
Nya’Dien. Ahirnya Belanda meninggalkan indonesia (1942 M).[9]
F.
Peradaban
Islam di Indonesia
1.
Sistem Birokrasi Keagamaan
Oleh karena penyebaran islam di Indonesia
pertama-tama dilakukan oleh para pedagang, pertumbuhan komunitas Islam bermula
di berbagai pelabuhan penting di Sumatra, Jawa dan pulau lainnya. Kerajaan
islam yang pertama berdiri juga didaerah pesisir. Seperti: kerajaan samudra
pasai, Aceh, Demak, Banten, Cirebon, Ternate, dan Tidore.
Ibu kota kerajaan selain
merupakan pusat politik dan perdagangan, juga tempat berkumpul para ulama dan
mubaligh islam. Raja-raja Aceh mengangkat para ulama menjadi penasihat dan
pejabat di bidang keagamaan.Kedudukan jabatan ulama yang terkuat diantaranya
adalah di Aceh dan di Banten.
Birokrasi keagamaan juga
berlangsung dibeberapa kerajaan Islam seperti di Kesultanan Demak di
Jawa.Semasa menjadi raja Demak dengan gelar senopati jimbun ngabdurrahman
panembahan Palembang sayyidin panatagama.Demikian pula yang berlaku di
Kerajaan Mataram Islam, Sultan Agama bergelar Sultan Agung Hanyakrakusuma
Sayyidinpanata Agama Khalifatullah ing Tanah Jawi.Sultan Agung bahkan
memberlakukan kebijakan perpaduan tahun Jawa Saka disesuaikan dengan tahun
hijriyah.Hal ini menunjukan perpaduan akulturasi budaya setempat (Jawa) dengan
tradisi hukum Islam yang dituangkan dalam sistem birokrasi keagamaan. Demikian
pula yang berlaku di beberapa kerajaan lain di Indonesia pada umumnya.
2.
Peran Para Ulama dan Karya-Karyanya
Penyebaran dan pertumbuhan kebudayaan umat islam di
Indonesia terutama terletak di pundak para ulama. Paling tidak ada dua cara
yang dilakukan: Pertama, membentuk para kader ulama yang akan bertugas
sebagai mubaligh ke berbagai daerah yang lebih luas. Kedua, melalui
karya-karya yang tersebar dan dibaca di berbagai tempat yang jauh.Pada abad
ke-16 dan 17, banyak sekali bermunculan tulisan para cendekiawan Islam di
Indonesia.
Para tokoh-tokoh ulama pertama di Indonesia adalah
Hamzah Fansuri, seorang sufi yang berasal dari Fansur (pansur), Sumatra Utara.
Karyanya yang terkenal berjudul Asarul Arifin fi Bayan ila Suluk wa
At-Tauhid, suatu uraian singkat tentang sifat-sifat dan inti ilmu kalam
menurut teologi Islam. Karyanya yang bersifat mistik (tasawuf) adalah Syair
Perahu. Karya-karya yang lain adalah Syair Burung Pingai, Syair Dayang,
Syair Jawi.
Syamsudin As-Sumatrani adalah murid Hamzah Fansuri.
Syamsuddin mengarang buku berjudul Mir’atul
Mu’minin (Cermin Orang Beriman) pada tahun 1601 M. Karya lainnya adalah Jauhar Al-Haqaid, Risalah At-Tubayyin Mulahazat Al-Muwahidin ‘ala
Al-Mulhidin fi Dzikrillah, Kitab Al-Haraqah
dan Nur Ad-Daqaiq.
Di Sulawesi, pemikiran tasawuf yang sama juga berkembang,
terutama melalui Syaikh Yusuf Al-Makassari (1626-1699M). Karya-karya Syaikh
Yusuf al-Makassari yang sebagian dalam bidang tasawuf diperkirakan berjumlah 20
buah.
Pada abad ke-19 M, pemikiran tasawuf mulai bergasar
ke pamikiran fiqh seperti yang ditulis oleh Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjari
(1710-1812) yang menulis kitab Sabibul
Muhtadin dan kitab Perukunan Melayu.Kiai
Haji Ahmad Rifai (1786-1875) yang menulis banyak buku, di antaranya Husnul Mathalib, Asnal Maqashid dan Jam’ul Masa’il.
Di Semarang, terdapat ulama terkenal, Syaikh Shaleh
Darat (1820-1903). Karya-karyanya antara lain: Kitab Tafsir Faidhur Rahman (1891 M), Kitab Lathaifuth Thaharat (fiqh), KitabJauharatut Tauhid (tauhid), dan lain-lain.
Disamping mareka yang disebutkan di atas, masih banyak para ulama lain
yang sangat berjasa dalam pengembangan agama islam di Indonesia melalui
karya-karyanya.
3.
Corak Bangunan Arsitek
Hasil seni bangunan pada zaman pertumbuhan dan
berkembangan Islam di Indonesia antara lain masjid kuno Demak, Masjid Agung
Ciptarasa Kesepuhan di Cirebon, Masjid Agung Banten, Baiturrahman di Aceh,
Masjid Ampel di Surabaya. Masjid-masjid itu menunjukan keistimewaan dalam
denahnya yang berbentuk persegi empat atau bujur sangkardengan bagian kaki yang
tinggi serta pejal, atapnya bertumpang dua, tiga, lima atau lebih, dikelilingi
parit atau kolam air di bagian depan atau sampingnya yang berserambi.Selain
itu, pada pintu gerbang, baik di keraton maupun di makam orang yang dianggap
keramat berbentuk candi bentar, kori agung yang menunjukan corak pintu gerbang
sebelum islam.
Beberapa bangunan arsitektur Islam di Indonesia,
memiliki ciri khas tersendiri dengan mengadaptasi budaya sebelumnya.[10]
4.
Lembaga Pendidikan Islam
Lembaga-lembaga pendidikan islam sebenarnya sudah
berkembang sejak zaman penjajahan belanda. Salah satu bentuk pendidikan islam
tertua di Indonesia adalah pesantren. pesantren sebagai lembaga pendidikan
islam mempunyai kontribusi yang sangat besar dalam pembentukan budaya
masyarakat Islam di Indonesia.
Setelah merdeka, pendidikan islam mulai mendapat
kedudukan yang sangat penting dalam sistem pendidikan nasional. Terutama
setelah dibentuknya Departemen Agama pada tanggal 3 Desember 1946 yang bertugas
mengurusi penyelenggaraan pendidikan agama di sekolah umum dan madrasah serta
pesantren-pesantren.
Pada tahun 1958 pemerintah terdorong untuk mendirikan
Madrasah Negeri.Perkembangan pendidikan islam terus di ditingkatkan. Tuntutan
untuk mendirikan Perguruan Tinggi juga meningkat. Sebelum kemerdekaan di
Minangkabau sudah berdiri perguruan tinggi pertama, yaitu Sekolah Islam Tinggi
yang didirikan oleh persatuan Guru-guru Agama Islam (PGAI) di padang. Di
Jakarta didirikan STI (Sekolah Tinggi Islam) pada juli 1945, karena pergolakan
kemerdekaan STI dipindah ke Yogyakarta dan pada 22 Maret 1945 STI berubah
menjadi UII (Universitas Islam Indonesia). Setelah kemerdekaan di Yogya juga
dibuka UGM (Universitas Gadjah Mada).Di Jakarta dibuka ADIA (Akademik Dinas
Ilmu Agama).Pada bulan Mei 1960 Departemen Agama menggabungkan PTAIN dengan ADIA
menjadi IAIN yang berkedudukan di Yogya dan bercabang di Jakarta. Di Banda Aceh juga didirikan Fakultas Agama Islam
Negeri. Tahun 1960 FAIN diubah menjadi Fakultas Syariah Banda Aceh yang
merupakan Cabang IAIN Yogyakarta.Setelah beberapa tahun Departemen Agama memisahkan
IAIN menjadi dua yang masing-masing berdiri sendiri, yaitu IAIN Yogyakarta dan
IAIN Jakarta.
IAIN bertambah pesat, selain itu ditambah dengan tumbuhnya perguruan
tinggi swasta, diantaranya UNJ, UM, UNISBA, UNISMA.Pendidikan Islam mengalami
kemajuan dalam mengiringi modernitas. Terakhir
pada tahun 2002, IAIN Syarif Hidayatullah berubah menjadi UIN
(Universitas Islam Negeri) Syarif Hidatullah yang didalamnya menyenggarakan
pendidikan fakultas agama, dan juga
membuka Fakultas Psikologi. Di samping itu sedang dirancang pendirian Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.[11]
G. Organisasi-Organisasi
Islam di Indonesia
Beberapa organisasi islam di Indonesia telah memiliki andil yang cukup
besar terhadap proses pengembangan agama Islam. Di antara organisasi-
oarganisasi Islam di Indonesia adalah sebagai berikut.
1.
Al-Jami’at Al-Khairiyah
Organisasi yang lebih dikenal dengan nama Jami’at
Khair ini didirikan di Jakarta pada tanggal 17 Juli 1905. Anggota organisasi
ini mayoritas orang-orang Arab, tetapi
untuk seiap muslim bisa menjadi anggota
tanpa diskriminasi asal usul.
Dua bidang yang sangat
diperhatikan oleh organisasi ini ialah, pertama,
pendirian dan pembinaan satu sekolah pada tingkat dasar dan, kedua, pengiriman anak-anak muda ke
turki untuk melanjutkan studi. Selain itu jami’at khair adalah organisasi
pertama dengan bentuk modern dan mendirikan suatu lembaga pendidikan dengan
sistem yang modern.[12]
2.
Syarikat Islam (SI)
Syarikat Islam (SI) awalnya adalah Serikat Dagang
Islam (SDI) yang didirikan oleh KH.Samanhudi pada tahun 1950 M di Solo.Kemudian
pada tahun 1912 M, SDI berubah menjadi Syarikat Islam (SI) yang diprakarsai
oleh HOS. Cokroaminoto, Abdul Muis, H. Agus Salim. Awalnya SI merupakan
organisasi yang bergerak di bidang keagamaan, tetapi kemudian menjadi gerakan
politik.[13]
3.
Muhammadiyah
Organisasi islam yang didirikan oleh K.H.A. Dahlan
pada tahun 1912. Pada awalnya, Dahlan dengan organisasinya dianggap sebagai
tokoh controversial karena jalan pikirannya menentang arus, tidak sejalan dengan
sistem pendidikan islam tradisional. Namun sebenarnya di situlah letak gagasan
“pembaruan” Dahlan dalam dunia pendidikan Islam di Indonesia ia mengambil alih
sistem pengajaran barat dengan ilmu pengetahuan ‘umum’ dan sekaligus
mengajarkan ilmu-ilmu keislaman.Usaha Muhammadiyah di bidang pendidikan
menyiratkan gerak aktivitas yang beragam dan bersekala luas, yaitu sejak dari
pendidikan taman anak-kanak hingga perguruan tinggi.[14]
4.
Nahdlatul Ulama (NU)
Nahdlatul Ulama (NU) adalah organisasi massa Islam
yang didirikan oleh para ulama pesantren dibawah pimpinan KH. Hasyim Asy’ari,
di Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926.Lapangan usaha NU meliputi bidang
pendidikan, dakwah, dan sosial.NU memiliki pendok pesantren besar yang menyebar
di Indonesia.Di samping pesantren pendidikan yang dikelola NU adalah
sekolah-sekolah formal sejak MI, MTs, MA, juga SD, SMP, SMA sampai Perguruan
Tinggi.
5.
Jam’iyatul Washliyah
Suatu organisasi Islam yang diresmikan pendiriannya
pada 30 November 1930 M didirikan di Medan. Para Ulama yang ikut mendirikan
Jam’iyatul Washliyah antara lain: Ismail Banda, Abdurrahman Syihab, M Arsyad
Thahir Lubis. Al-Jam’iyatul Wasliyah banyak memiliki sekolah madrasah yang
telah mengeluarkan lulusannya sebagai tokoh terkemuka di masyarakat.[15]
6.
Al-Islah Wal Irsyad (Al-Irsyad Al-Islamiyyah)
Organisasi ini didirikan pada tahun 1914 oleh Syaikh
Ahmad Surkati yang dilahirkan di Dunggala, Sudan pada tahun 1872.kemudian organisasi ini terkenal dengan sebutan
Al-Irsyad, yang terdiri dari golongan-golongan awali. Pada tahun 1915
berdirilah sekolah Al-Irsyad yang pertama di Jakarta, yang kemudian disusul
oleh beberapa sekolah dan pengajian lain yang sehaluan dengan itu.[16]
7.
Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI)
Organisasi ini didirikan pada 20 Mei 1930 di
Bukittinggi Sumatra Barat oleh sejumlah ulama terkemuka di Minangkabau, di
bawah pimpinan Syaikh Sulaiman Ar-Rasuli.PERTI memiliki bidang usaha dalam
bidang pendidikan dan dakwah.PERTI pernah terjun di bidang politik praktis
sebagai partai politik.
8.
Persatuan Umat Islam (PUI)
Persatuan Umat Islam (PUI) didirikan oleh KH. Abdul
Halim, seorang ulama pengasuh pondok pesantren di Majalengka Jawa Barat tahun
1911. Dalam perkembangan berikutnya PUI memiliki banyak sekolah dan pondok
pesantren yang menyebar di Wilayah Jawa Barat.[17]
9.
Persatuan Islam (PERSIS)
Organisasi massa Islam yang didirikan oleh para
ulama yang beraliran pembaharu di Bandung pada 12 September 1923. Para ulama
pendiri PERSIS adalah KH.Zamzam dan A. Hassan.persis merupakan organisasi yang
bergerak dalam bidang pembaruan.Bidang usahanya meliputi bidang dakwah,
pendidikan dan penerbitan.
10.
Majlis Ulama Indonesia (MUI)
Didirikan pada 26 Juli 1975.Lembaga ini bertugas memberikan fatwa dan
nasihat seputar masalah keagamaan dan kemasyarakatan sebagai bahan pertimbangan
pemerintah dalam menjalankan pembangunan.
Disamping organisai
Islam yang disebutkan di atas, sebenarnya masih terdapat berbagai organisasi
Islam lainnya, baik yang bersifat nasional maupun local yang bergerak dalam
bidang dakwah islamiyah.Semua organisasi tersebut memiliki andil dan kontribusi
yang sangat besar bagi pengembangan dakwah Islamiyah di negeri Indonesia.
BAB
III
PENUTUP
Simpulan
Dalam perkembangannya
bangsa Indonesia banyak mendapat rintangan baik dalam bidang Agama, Sosial dan Ekonomi.Hal
itu disebabkan adanya Imperialisme barat yang ingin menguasai kekayaan alam
bangsa ini serta menjadikan rakyat sebagai alat untuk mencapai tujuan
mereka.Tetapi para ulama dan rakyat tidak tinggal diam dengan hai ini, mereka
melakukan perlawanan agar terbebas dari kekangan bangsa belanda.
Saran
Pembahasan
dalam makalah yang kami susun ini memang jauh dari suatu kesempurnaan, maka
dari itu kami mengharap kepada Pembaca makalah ini agar mencari refrensi dan
buku bacaan yang mendukung terhadap pembahasan mengenai “Peradaban Islam di Indonesia” dan kami sangat mengharap saran dan
kritikannya yang tak lain hal tersebut kami butuhkan untuk memperbaiki
makalah selanjutnya. Kami ucapkan terima kasih, semoga makalah ini bermanfaat
bagi pembaca sekalian.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Dudung. 2002.
Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta:
Lesfi.
Amin, Samsul Munir. 2015. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.
Asmuni, Yusran. 1996. Dirasah Islamiyah II. Jakarta:
PT.RajaGrafindo Persada.
Ismail, Faisal. 1997. Paradigma Kebudayaan Islam. Yogyakarta:
Titian Ilahi press.
Nizar, Samsul. 2007. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta:
Kencana.
Sunanto, Musyrifah. 2010. Sejarah Peradaban Islam Indonesia.
Jakarta: Rajawali pers
Syukur, Fatah. 2012. Sejarah Peradaban Islam. Semarang: PT.
Pustaka Rizki Putra
ANGGOTA KELOMPOK 10
Nama : Masanah
NIM : 2021114066
TTL : Pemalang, 28 Agustus
1994
Riwayat Pendidikan : - TK
Salafiyah ,Sawangan-Bulakan, Kec Belik, Kab Pemalang
-
MI
Raudlatut Thalibin, Sawangan-Bulakan, Kec Belik, Kab pemalang
- MTS Miftahul Ulum, Bulakan, Kec Belik, Kab pemalang
- M.A.S, Karang tengah, Kec
Warung Pring, kab Pemalang
- Pondok Pesantren As-Shintana, Karang tengah, Kec Warung Pring, Kab
Pemalang
- STAIN Pekalongan
- Pondok Pesantren Al-Hadi, Pekalongan
Alamat :
Bulakan-Sawangan Rt 02/06, Kec Belik, Kab Pemalang
Facebook : Masanah
Hobby :
Mengoleksi Buku-Buku. Dll.
Nama : Nita
Setiana
NIM : 2021114151
TTL :
Pekalongan, 29 februari 1996
Riwayat Pendidikan : - TK Budhi
Asih, DS. Pringsurat, Kec Kajen, Kab Pekalongan
-
SDN 01 Pringsurat, Kec Kajen, Kab pekalongan
-
SMPN 04 Kajen, Kab pekalongan
-
SMA Yapenda Karanganyar, Kab Pekalongan
-
STAIN Pekalongan
Facebook : Nita Setiana
Hobby : Membaca dan Menulis
Nama : M. Zakaria
NIM : 2021114276
TTL : Tegal, 26 Januari 1996
Riwayat Pendidikan :
- MI MAMBAUL ULUM KOTA TEGAL
- MTs.MAMBAUL ULUM KOTA TEGAL
- MA.SALAFIYAH SYAFIIYAH PEKALONGAN
- STAIN PEKALONGAN
Facebook : Zakaria Idris
Hobby : bermain keyboard
[1]Samsul Munir Amin,Sejarah
Peradaban Islam, cet 5,(Jakarta: Amzah, 2015), hlm372-374
[2]Dudung Abdurrahman et all, Sejarah Peradaban Islam, cet 1,(Yogyakarta:
Lesfi, 2003), hlm 404
[3]Samsul Munir Amin, opcit., hlm
374-377
[4] Yusran Asmuni, Dirasah Islamiyah II, cet 1,(Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1996),hlm 22
[5]Fatah Syukur, Sejarah Peradaban Islam, cet 4,(Semarang: Pustaka Rizki,
2012),hlm 214-215
[6]Samsul Munir Amin, op.cit.,
hlm 380-381
[11]Musyrifah Sunanto, Sejarah
Peradaban Islam Indonesia,(Jakarta: Rajawali pers, 2010), hlm 128-131
[12]Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan
Islam, cet 1,(Jakarta: Kencana, 2009), hlm 353-354
[13]Samsul Munir Amin, op.cit.,hlm
423.
[14]Faisal Ismail, Paradigma Kebudayaan Islam, cet 2,(Yogyakarta:
Titian Ilahi Press, 1997), hlm 100.
[15]Samsul Munir Amin, op.cit.,hlm 425
[16] Samsul Nizar,op.cit., hlm 356
[17] Samsul Munir Amin,op.cit., hlm 426.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar