Hadits Tarbawi
"BERFIKIR DAN BERJUANG UNTUK RAKYAT"
AF’IDATUS SHOLIHA
2021214461
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
TAHUN 20I6
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirrobbil‘alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas kemurahan-Nya yang telah memberikan kemudahan, karunia, ketabahan, kesabaran, semangat kepada penulis sehingga hati dan tangan ini dibimbing untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada bimbingan kita Nabi Muhammad SAW. Suri tauladan bagi para umatnya dan selalu kita tunggu syafa’atnya pada hari kiamat kelak.
Makalah ini berjudul: “ BERFIKIR DAN BERJUANG UNTUK RAKYAT “.
Alhamdulillah berkat bimbingan, bantuan dan dorongan orang-orang sekitar akhirnya makalah ini dapat diselesaikan .Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dosen pengampu mata kuliah Hadits Tarbawi II Bpk Ghufron Dimyati, M.S.I yang telah memberikan bekal ilmu dan segala bentuk kasih saying selama menimba ilmu.
2. Seluruh teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya kepada kita semua. Aamiin.
Wassalamu ‘alaikumWr. Wb.
Pekalongan, Maret 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Berbicara pemimpin bisa siapa saja untuk memimpin, namun yang harus kita kritisi adalah apakah memang dia pantas jadi Pemimpin atau apa benar ia memiliki jiwa pemimpin ?. sebenarnya yang harus kita cari adalah Pemimpin yakni orang-orang yang bertanggungjawab dengan segala kesadaranya untuk menjaga amanah yang diberikan kepadanya yang berani ambil resiko untuk kepentingan umum meski dirinya sendiri harus menderita.
Seorang Pemimpin juga seharusnya memiliki kesadaran bahwa masih ada yang lebih tinggi dari nya dan kekuasaan yang lebih luas darinya serta suatu ketika kelak akan dimintakan pertanggungjawaban oleh penguasa yang maha tinggi ini, yaitu Allah SWT. Masalahnya masih banyak Pemimpin dari kalangan Muslim sendiri yang kurang atau bahkan tidak memahami kepemimpinan Islami atau paham namun tidak menerapkannya selama masa kepemimpinannya dan cenderung terbuai dengan otoritas dan kemudahan yang dimilikinya.
Seperti hal nya dalam sebuah hadits yang artinya :
Ubaidullah bin Ziyad menjenguk Ma’qil bin Yasar Al-Muzani. Di dalam sakitnya Ma’qil yang menyebabkan kematiannya. Ma’qil berkata sesungguhnya aku akan menceritakan kepadamu sebuah hadis yang aku dengar dari Rasulullah SAW. Seumpama saya tahu bahwa saya akan hidup maka saya tidak akan menceritakan kepadamu, sesungguhnya aku mendengar Rasulullah SAW bersabda “tidak ada seorang hamba pun yang diberi oleh Allah kepercayaan mengurus rakyat yang mati di hari matinya dia menipu rakyatnya kecuali Allah mengharamkannya masuk surga”.(H.R. Imam Muslim).
Dengan dibahasnya hadits tersebut dapat dijadikan sebuah pelajaran bagaimana kita bisa menjadi Seorang pemimpin yang tidak bersungguh-sungguh menjaga amanatnya dan tidak memelihara rakyatnya maka ia tidak akan mencium bau Surga bersama orang-orang yang beruntung.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pemimpin dalam bahasa Indonesia sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus dan sebagainya. Sedangkan istilah memimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang berkaitan dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara.
Dalam makna bahasa ini terdapat isyarat yang menarik. Intinya, posisi pemimpin adalah didepan agar menjadi petunjuk bagi anggotanya dalam kebaikan dan jadi pembimbing mereka kepada kebenaran.
Pemimpin adalah orang yang mengemban tugas dan tanggungjawab untuk memimpin dan bisa mempengaruhi orang yang dipimpinnya. Dengan menjadi seorang pemimpin berarti harus siap untuk pengayom rakyat. Artinya bukan hanya memimpin tetapi juga ikut ambil bagian dalam menyejahterakan rakyat. Pemimpin yang baik harus bisa legowo dalam hal apapun, berani untuk mengambil resiko dan juga harus siap menerima kekalahan.
Menurut Kartini Kartono Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kelebihan disatu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu. Demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.
Kepemimpinan memiliki 3 unsur
1. Adanya tujuan yang menggerakkan manusia.
2. Adanya sekelompok orang.
3. Adanya pemimpin yang mengarahkan dan memberikan pengaruh kepada manusia.
B. Hadits / Ayat Pendukung
Ayat pendukung terdapat pada surat Ali-Imran : 118
Yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, jangan kalian ambil menjadi teman kepercayaan mu orang-orang yang diluar kalangan kalian, (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagi kalian. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kalian. Telah nyata kebencian dari mulut mereka. Dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi.(QS. Ali-Imran:118).
Jangan pernah menjadikan orang-orang dekat kalian dari orang-orang diluar kalian. Karena jika mereka berasal dari orang-orang yang diluar kalian baik orang yahudi, nasrani atau orang musyrik maka mereka selalu menyesatkan dan mengajak kepada yang tidak benar, mereka akan selalu menyesatkan dan mengajak kepada yang tidak benar, mereka selalu senang jika kalian mendapat kesulitan.
C. Teori Pengembangan
Kepemimpinan umat adalah amanah yang tidak dapat lepas dari prinsip-prinsip akhlak. Padanya terdapat hak dan kewajiban moral yang timbal balik antara rakyat (umat) dengan pemimpin (penguasa). Faktor moral atau etika umat menentukan pembinaan kepemimpinan umat.
Antara hak dan kewajiban terdapat pertautan timbal balik yang tak dapat dipisahkan. dimana ada hak disitu ada kewajiban, karena apa yang menjadi hak seseorang menjadi kewajiban orang lain. Setiap manusia tidak dapat lepas dari hak dan kewajiban. Setiapmanusia masing-masing mempunyai hak dan kewajiban.
Antara rakyat dan Pemerintah pun terdapat hak dan kewajiban yang timbal balik. Rakyat mempunyai hak asasi yang perlu diperhtikan dan diurus oleh pemerintah, sementara dia berkewajiban mematuhi peraturan yang ditetapkan oleh pemerintahnya. Sebaliknya pemerintah berhak dipatuhi oleh rakyat dalam masalah-masalah kenegaraan selama tidak menyimpang dari ketentuan. Di samping memiki hak, pemerintah juga memiliki kewajiban untuk melayani dan memakmurkan rakyat serta berlaku adil terhadap mereka.
a) Sikap pemimpin terhadap rakyat
Dengan bekal sifat-sifat mahmudah, maka dapatlah pemimpin melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya dengan baik, dengan mengambil sikap- sikap mahmudah pula yakni:
1. Memelihara amanah: dengan sifat jujur yang terhujam kuat dalam dada seorang pemimpin dapatlah dia memelihara amanah dengan baik.
2. Adil : golongan yang akan memperoleh perlindungan allah dihari kemudan adalah pemimpin yang adil
3. Melayani dan melindungi
4. Bertanggungjawab: pemimpin harus dapat bertanggungjawab dalam mengemban tugasnya.
5. Mendidik rakyat: disamping tugas pemimpin mengatur dan melayani keperluan mereka secara rutin, juga harus mengantarkan mereka kepada kemajuan dan pembangunan dengan menyediakan sarana pendidikan kepada mereka.
6. Melaksanakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar( menyeru yang baik dan melarang yang jahat) prinsip ini merupakan tugas kewajiban bagi setiapmuslim pada umumnya dan terutma bagi pemimpin, karena ditangan pemimpin terdapat kekuatan dan kekusaan mendorong mnusia berbuat kebajikan dan mencegah setiap kemugkaran.
b) Sikap rakyat terhadap pemimpin
Sebagai timbal balik dari sikap pemimpin terhadap rakyat, maka rakyat pun mempunyai sikap-sikap tertentu kepada pemimpin yang diajarkan oleh etika Islam yakni:
1. Patuh: taat mlaksaanakan peintah da peraturan yang digariskan oleh pemimpin, selama tidak menyimpang dari ketentuan Allah dan Rasulnya.
2. Nasehat : jika pada pemimpin ada tanda-tanda kesalahan dan penyimpangan, maka rakyat wajib menegurnya dan memberikan peringatan dengan nasehat yang baik (konstruktif). Jika pemimpin itu tidak mendengarkan teguran dan meneruskan kedzalimannya, maka rakyat berhak menurunkannya dan mengankat pemimpin baru yang jujur dan bertanggung jawab.
3. Doa : seyogyanya rakyat selalu mendoakan pemimpinya agara selalu diberi taufik dan hidayah oleh Alh SWT. Sehingga kepemimpinannya berhasil dan berjalan pada garis yang diridhoi oleh Allah SWT.
Seorang pemimpin harus mempunyai keyakinan dan kepercayaan mengenai kebenaran-kebenaran yang pokok dan hukum-hukum alam. Serta seorang pemimpin harus menyadari sepenuhnya apa yang ia berusaha mencapainya, ia mengetahui apa yang ingin selesaikan untuk hari ini, tahun yang akan datang atau 5 tahun yang akan datang.
D. Aplikasi hadits dalam kehidupan
Pada prinsipnya, setiap pemimpin perlu menghiasi diri dengan semua akhlaqul mahmudah (fadhilah) sebagaimana halnya perlu menjauhkan diri dari segala bentuk akhlaqul mazmumah (qabihah). Jika tidak demikian, sang pemimpin tidak akan sukses dalam misi kepemimpinannya. Sehubungan dengan itu, maka pada prinsipnya setiap pemimpin perlu memiliki kelebihan-kelebihan tertentu dalam sifat-sifatnya sebagai berikut:
a. Beriman dan bertaqwa
b. Kelebihan rohani dn jasmani
c. Berilmu pengetahuan
d. Berani
e. Jujur
f. Hikmah
g. Lapang dada
h. Penyantun dan pengasih
i. Ikhlas dan rela berkorban
j. Tekun dan sabar
E. Nilai Tarbawi
Aspek tarbawi yang dapat kita ambil dari hadits adalah:
1. Pemimpin adalah mereka yang diberi amanah untuk menjaga rakyatnya dengan baik.
2. Seorang pemimpin harus memberikan suri tauladan yang baik kepada pihak-pihak yang dipimpinnya.
3. Seorang pemimpin harus berani menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar, serta bertanggug jawab yang senantiasa mau menerima kritik dan mendengarkan pengaduan rakyat.
4. Kejujuran dan rendah hati adalah kunci kesuksesan seorang pemimpin untuk memeroleh kepercayaan dan dukungan dari orang-orang yang dia pimpin.
5. Seorang hamba yang diminta oleh Allah untuk menjaga rakyat, dan tidak melaksanakan tugasnya dengan baik, maka (dia mati dalam keadaan menipu mereka) maka Allah mengharamkan waginya Surga.
BAB III
SIMPULAN
Pemimpin adalah orang yang mengemban tugas dan tanggung jawab untuk memimpin dan bisa mempengaruhi orang yang dipimpinnya. Dengan menjadi seorang pemimpin berarti harus siap untuk pengayom rakyat. Artinya bukan hanya memimpin tetapi juga ikut ambil bagian dalam menyejahterakan rakyat. Pemimpin yang baik harus bisa legowo dalam hal apapun, berani untuk mengambil resiko dan juga harus siap menerima kekalahan.
Seorang pemimpin harus berani menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar, serta bertanggug jawab yang senantiasa mau menerima kritik dan mendengarkan pengaduan rakyat.Seorang hamba yang diminta oleh Allah untuk menjaga rakyat, dan tidak melaksanakan tugasnya dengan baik, maka (dia mati dalam keadaan menipu mereka) maka Allah mengharamkan waginya Surga.
DAFTAR PUSTAKA
Al-‘Adawy, Musthafa. 2005. Fiqih Akhlak. Jakarta: Tim Qisthi Press.
Salam, Burhanuddin. 1997. Asas Moral dalam Kehidupan Manusia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sunindhia. 1993. Kepemimpinan Dalam Masyarakat Modern, Jakarta: Rineka Cipta.
Thariq muhammad as- suwaidan. 2002. Melahirkan Pemimpin Masa Depan. Jakarta: Gema Insani.
PROFIL PENULIS
NAMA : AF’IDATUS SHOLIHA
NIM : 2021214461
KELAS : M
PRODI : PAI (RE)
JURUSAN : TARBIYAH
TTL : BATANG, 23 MARET 1996
ALAMAT : RT 01 / RW 01, SURODADI, GRINGSING, BATANG
RIWAYAT PENDIDIKAN :
1. TK MARDISIWI SURODADI
2. SD N SURODADI
3. MTs NU NURUL HUDA SEMARANG
4. MA NU NURUL HUDA SEMARANG
LAMPIRAN
Sanad dan Matan Hadist tentang Berfikir dan Berjuang untuk Rakyat
أن عبيد الله بن زياد عاد معقل بن يسار في مرضه فقال له معقل اني محدثك بحديث لولا اني في الموتي لم احدثك به سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : {مَا مِنْ أَمِير يَلِي أَمْر الْمُسْلِمِينَ ثُمَّ لَا يَجْهَد لَهُمْ وَيَنْصَح إِلَّا لَمْ يَدْخُل مَعَهُمْ الْجَنَّة} (رواه مسلم)
Sesungguhnya Ubaidillah bin Ziad menjenguk Ma’qil bin Yasar dalam sakitnya kemudian Ma’qil berkata kepadanya: “aku akan membacakan hadits ku kepadamu, seandainya jika aku tidak akan meninggal maka aku akan tidak membacakan hadits ini kepadamu. Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: tidaklah seorang pemimpin yang memimpin perkara orang muslimin kemudian dia tidak bersungguh-sungguh dan tidak berbuat baik kepada mereka kecuali dia tidak akan masuk surga bersama mereka” (H.R. Muslim).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar