Tafsir Tarbawi
PENDIDIKAN MENTAL RELIGIUS
“Hindari Sikap Sombong Dimanapun”
Uyun Listyowati
(2021114094)
KELAS H
JURUSAN TARBIYAH (PAI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN )
PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini sebatas kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki. Shalawat serta salam yang senantiasa kita curahkan kepada Baginda Rasulullah SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di yaumul Qiyamah.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai sikap terhadap sesama manusia,bagaimana kita sebagai seorang manusia janganlah berlaku sombong kepada siapa saja dan dimananpun. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam menyusun tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kita harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik ,saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat di pahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Takabur berasal dari bahasa Arab takabbara-yatakabbaru yang artinya sombong atau membanggakan diri. Secara istilah takabur adalah sikap berbangga diri dengan beranggaan bahwa hanya dirinya beranggapan yang paling hebat dan benar dibandingkan orang lain. Takabur semakna dengan ta`azum, yakni menampakan keagungan dan kebesaranya. Banyak hal yang menyebabkan orang menjadi sombong akibat takabur di antaranya dalam ilmu pengetahuan, amal dan ibadah, nisab, kecantikan, dan kekayaan. Takabur termasuk termasuk sifat yang tercela yang harus di hindari.
Kesombongan menjadi penghalang masuk surga karna ia menghalangi seseorang hamba dari semua akhlak yang seharusnya disanding oleh seorang mukmin sedangkan akhlak-akhlak itu merupakan pintu-pintu surga sedangkan kesombongan merupakan penutup pintu-pintu nya. Orang yang di dalam hatinya ada perangai seberat dzarrah maka ia tidak akan masuk surga.
B. Inti Hadits
Nasihat Luqman kali ini berkaitan dengan akhlak dan sopan santun berinteraksi dengan sesama manusia. Beliau menasehati anaknya dengan berkata: Dan wahai anakku, janganlah engkau bersikeras memalingkan pipimu yakni mukamu dari manusia, siapapun dia didorong oleh penghinaan dan kesombongan. Tetapi tampilah kepada setiap orang dengan wajah berseri penuh rendah hati. Dan bila engkau melangkah, janganlah berjalan dimuka bumi dengan angkuh, tetapi berjalanlah dengan lemah lembut penuh wibawa. Sesungguhnya Allah tidak menyukai yakni tidak melimpahkan anugerah kasih sayang-Nya kepada orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan bersikap sederhanalah dalam berjalanmu, yakni jangan membusungkan dada dan jangan juga merunduk bagaikan orang sakit. Jangan berlari tergesa-gesa dan jangan pula sangat perlahan menghabiskan waktu. Dan lunakkanlah suaramu sehingga tidak terdengar kasar bagaikan teriakan keledai. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai karena awalnya siulan yang tidak menarik dan akhirnya tarikan nafas yang buruk.
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi Judul
Kesombongan terbagi kepada batin dan lahir (zhahir). Kesombongan batin adalah perangai dalam jiwa, sedangkan kesombongan lahir (zhahir) adalah amal perbuatan yang lahir dari anggota badan. Istilah kesombongan lebih tepat dengan sebutan perangai batin. Karena amal perbuatan merupakan hasil dari perangai tersebut. Perangai sombong menuntut perbuatan. Oleh sebab itu, apabila nampak pada anggota badan maka disebut sombong (takabur), tetapi apabila tidak tampak maka disebut kesombongan (kibr). Pada dasarnya ini adalah perangai yang ada di dalam jiwa yaitu kepuasan atau kecenderungan kepada kepuasan nafsu kepada orang yang di sombongi.
Kesombongan menuntut adanya pihak yang di sombongi dan hal yang di pakai untuk bersombong.Dengan inilah kesombongan berbeda dari ujub, karena ujub tidak menuntut adanya orang yang di ujubi, bahkan seandainya manusia tidak di ciptakan kecuali satu orang bisa saja orang itu menjadi ujub. Tetapi orang tidak bisa takabur kecuali dengan adanya orang lain di mana ia memandang dirinya di atas orang lain tersebut menyangkut berbagai sifat kesempurnaan. Pada saat itu ia menjadi orang yang takabur, sehingga dalam hatinya timbul anggapan, kepuasan, kesenangan terhadap apa yang di yakininya dan terasa berwibawa di dalam dirinya dengan sebab tersebut. Kewibawaan, kesenangan dan kecenderungan kepada kekayanan (di dalam jiwa) tersebut adalah perangai kesombongan.
Surat Luqman Ayat 18
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
Artinya:
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS. Lukman: 18).
Ayat ini mengajarkan akhlak yang mulia yaitu bagaimana seorang muslim sebaiknya bersikap ketika berbicara, di manakah pandangan wajahnya. Dalam ayat ini diajarkan agar seorang muslim tidak bersikap sombong. Inilah yang dinasehatkan Lukman pada anaknya. Kata) (تصعّر terambil dari kata (الصعّر) yaitu penyakit yang menimpa unta dan menjadikan lehernya keseleo, sehingga ia memaksakan dia dan berupaya keras agar berpaling sehingga tekanan tidak tertuju kepada syaraf lehernya yang mengakibatkan rasa sakit. Dari kata inilah ayat di atas menggambarkan upaya keras dari seseorang untuk bersikap angkuh dan menghina orang lain. Memang penghinaan sering kali penghinaan tercermin pada keengganan melihat siapa yang dihina.
Kata فى الارض)) ayat diatas untuk mengisyaratkan bahwa asal kejadian manusia dari tanah, sehingga dia hendaknya jangan menyombongkan diri dan melangkah angkuh di tempat itu. Demikian kesan al-Biqa’i sedang Ibn Asyur memperoleh kesan bahwa bumi adalah tempat berjalan semua orang yang kuat dan yang lemah, penguasa dan rakyat jelata. Mereka semua sama sehingga tidak wajar bagi pejalan yang sama, menyombongkan diri dan melebihi orang lain.
Kata مختالا)) pada mulanya berarti orang yang tingkah lakunya diarahkan oleh khayalannya, bukan oleh kenyataan yang ada pada dirinya. Biasanya orang semacam ini berjalan angkuh dan merasa dirinya memiliki kelebihan dibandingkan dengan orang lain. Dengan demikian keangkuhannya tampak secara nyata dalam kesehariannya. Seseorang yang membanggakan apa yang dimilikinya, bahkan tidak jarang membanggakan apa yang pada hakikatnya tidak ia miliki.
Jika engkau sedang bercakap dengan seseorang, hadapkanlah muka engkau kepadanya. Menghadapakan muka adalah alamat menghadapkan hati. Dengarkanlah dia bercakap, simaklah baik-baik. Kalau engkau bercakap dengan seseorang, padahal mukamu engkau hadapkan ke jurusan lain, akan tersinggunglah perasaannya. Dirinya tidak dihargai, perkataanya tidak sempurna didengarkan. Ibnu Abbas menjelaskan tafsir ayat ini:” Jangan takabbur dan memandang hina hamba Allah, dan jangan engkau palingkan muka engkau ke tempat lain ketika bercakap dengan dia.
Tafsir Ibnu Katsir :
Inilah beberapa nasehat dan wasiat yang bermanfaat yang dilukiskan oleh ayat-ayat diatas sebagai ucapan oleh luqman kepada anaknya. Dan janganlah engkau memalingkan mukamu dari manusia karena sombong dan memandang rendah orang yang berada di depanmu dan janganlah engkau berjalan di muka bumi Allah dengan angkuh, karena Allah sekali-kali tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri. Dan hendaklah engkau berlaku sederhana kalau berjalan, jangan terlampau cepat dan buru-buru dan jangan pula terlampau lamban bermalas-malasan, demikian pula bila engkau berbicara lunakkanlah suaramu dan janganlah berteriak-teriak tanpa ada perlunya, karena seburuk-buruknya suara adalah suara keledai.
Ayat Pendukung:
Ø QS.Al-Isra’([17]:37
وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الأرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولا
Artinya:Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung (QS.Al-Isra’([17]:37)
Muradat
مَرَحًا : kesombongan dan kecongkakan. dalam tafsir Al-Qurtubi pengertiannya adalah kegembiraan yang sangat, sombong dalam berjalan.
لَنْ تَخْرِقَ الأرْضَ : kamu takkan dapat menjadikan jalan di bumi dengan pijakanmu dan jejakmu yang hebat.
Tafsir ayat
Dalam ayat ini Allah SWT melarang hambanya berjalan dengan sikap congkak dan sombong di muka bumi. Sebab kedua sikap ini adalah termasuk memuji diri sendiri yang tidak disukai oleh Allah dan orang lain. Almaraghi dalam tafsirnya menjelaskan ayat ini bahwa, seorang manusia hendaknya jangan berjalan dengan sikap sombong, bergoyang-goyang seperti jalannya raja yang angkuh. Sebab dibawahnya terdapat bumi yang tidak akan mampu manusia menembusnya dengan hentakkan dan injakkan kakinya yang keras terhadapnya. sedang diatasnya terdapat gunung yang takkan mampu manusia menggapai, menyamai dengan ketinggian atau kesombongannya.
Dalam tafsir Al-Qurtubi maksud menyamai gunung adalah manusia dengan dengan kemampuanya ia tidak akan bisa mencapai ukuran seperti itu. Sebab manusia adalah hamba yang sangat hina yang dibatasi dari bawah dan atasnya. Sedang sesuatu yang dibatasi itu terkungkung dan lemah. Dan yang dimaksud dengan bumi, adalah engkau menembusnya dan bukan menempuh jaraknya. Jadi manusia dilingkupi oleh dua benda mati yang kamu lemah dari keduanya. Maka bagi orang yang lemah dan terbatas, tak patut baginya bersikap sombong.
Oleh karena itu besikap tawadhulah, jangan takabur/sombong, karena kamu hanya makhluk yang lemah, terkurung anatra batu dan tanah, oleh karena itu, janganlah kamu bersikap seperti makhluk yang kuat dan serba bisa. Ayat ini merupakan teguran keras, ejekan dan cegahan bagi orang yang bersikap sombong.
Ø AS-SAJDAH :15
إِنَّمَا يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا الَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِهَا خَرُّوا سُجَّدًا وَسَبَّحُوا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لا يَسْتَكْبِرُونَ (١٥)
Sesungguhnya orang yang benar benar percaya kepada ayat ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong.
Mufradat
ذُكِّرُوا :dinasehati dengan ayat-ayat Allah
خَرُّوا: mereka terjatuh (menyungkur)
وَسَبَّحُوا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ : mereka mensucikan dari siafat yang tidak layak bagi kebesaran dan keagungannya
Tafsir ayat
Menurut Quraish shihab dalam Ayat ini Allah SWT menjelaskan ciri-ciri orang mukmin yaitu apabila mereka diperingatkan dengan Ayat-ayat Allah mereka segera menyungkur dan bersujud dan bertasbih memuji rabbnya, dan mereka tidak menyombongkan diri. Dan ayat ini juga menggambarkan dua sifat orang mukmin yang menonjol pertama, pengetahuan dan pertambahan iman mereka setiap mendengar ayat-ayat Allah, dan kedua kerendahan hati mereka yang dicerminkan dengan tasbih dan tahmid serta dilukiskan dengan kalimat “sedang mereka tidak menyombongkan diri.
Dalam tafsir Al-Qurtubi yang dimaksud tidak menyombongkan diri disini, menurut Yahya Bin Sallam adalah, tidak menyombongkan diri terhadap Allah dengan tidak melaksanakan ibadah atau perintahnya. Dan menurut An-Naqqasy tidak menyombongkan diri seperti penduduk makkah yang enggan bersujud pada Allah.
Ø AZ-ZUMAR :60
وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ تَرَى الَّذِينَ كَذَبُوا عَلَى اللَّهِ وُجُوهُهُمْ مُسْوَدَّةٌ أَلَيْسَ فِي جَهَنَّمَ مَثْوًى لِلْمُتَكَبِّرِينَ (٦٠)
60. dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat Dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri?
Tafsir mufradat
وُجُوهُهُمْ مُسْوَدَّةٌ : wajah-wajah mereka menghitam karena nampak padanya pengaruh-pengaruh kehinaan dan penyesalan
مَثْوًى: tempat tinggal
Tafsir ayat
Dalam ayat ini Al maraghi menjelaskan bahwa Allah SWT memperlihatkan pada Rasul SAW di hari kiamat, wajah dari orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, yaitu mereka yang mengagaap bahwa Allah mempunyai anak, dan bahwa Allah mempunyai sekutu, mereka berbuat sombong lalu menyembah sesembahan-sesembahan lain selain allah, wajahnya berwarna hitam, karena diliputi kesedihan dan kepiluan yang menguasainya dan kemuaraman yang dialaminya. mereka dikembalikan ke penjara, dimana mereka akan mendapatkan kehinaan dan kerendahan disebabkan karena keengganan mereka untuk mematuhi kebenaran.
Teori Pengembangan
Untuk memberikan gambaran buruk akibat perilaku takabur, berikut dikemukakan beberpa contoh mereka yang memiliki sikap takabur, seperti Qarun dan Fir’aun.
a. Kisah seorang Qarun
a. Kisah seorang Qarun
Qarun adalah orang yang sangat kaya. Konon, menurut cerita, gudang kunci untuk menyimpan kekayaannya tidak mampu dipikul oleh orang memiliki tenaga kuat.
Qarun merasa bahwa kekayaannya merupakan buah hasil keringat dan kerja kerasnya sendiri, bukan karunia Allah. Apalagi, berkat bantuan orang lain. Oleh karena itu, ia tidak pernah merasa perlu bersyukur kepada Allah.
Akhir cerita, dengan kesombongan itulah, Qarun mendapat azab dari Allah. Qarun beserta seluruh harta kekayaannya terbenam di atas bumi. Kisah Qarun diterangkan dalam Al-Qur’an
Surah al-Qasas Ayat 81.
فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الأرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ (٨١)
Artinya : Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan Tiadalah ia Termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).
b.Kisah Fir’aun
Fir’aun adalah gelar kehormatan bagi raja-raja Mesir kuno. Fir’aun adalah salah seorang raja yang gagah berani. Ia sangat berkuasa di negerinya. Kekuasaan yang mutlak padanya, menjadikan ia lupa diri. Fir’aun mengaku dirinya tuhan. Ia memerintahkan kepada semua rakyatnya agar menyembah kepadanya.Fir’aun juga tidak segan-segan membunuh setiap bayi yang lahir laki-laki. Hal itu dilakukan karena khawatir kekuasaan dan kedudukannya akan tergantikan oleh orang lain. Karena kesombongannya itulah, Allah memberikan azab kepada Fir’aun dan para pengikutnya, yakni ditenggelamkan ke dalam laut.
Allah berfirman di dalam surah al_Baqarah Ayat 50.
وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَأَنْجَيْنَاكُمْ وَأَغْرَقْنَا آلَ فِرْعَوْنَ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ (٥٠)
Artinya : dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir’aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan[47].
Aplikasi Dalam Kehidupan
a. Ilmu pengetahuan
Seorang berilmu pengetahuan mudah merasa tinggi dengan ilmu pengetahuannya., merasakan kesempurnaan dan keindahan ilmu yang di milikinya dan merendahkan orang lain. Ia menganggap paling mulia dari pada orang lain, ia terlalu merasa lebih mulia untuk melakukan sesuatu bagi orang lain, ini menyangkut urusan dunia. Sedangkan menyangkut perkara akhirat, maka kesombongan adalah dengan memandang dirinya lebih tinggi dan lebih utama di sisi Allah dari pada orang lain. Sehingga mereka sering menghawatirkan orang lain dari pada menghawatirkan diri mereka sendiri.
Orang ini lebih tepat di sebut orang bodoh dari pada orang berilmu, bahkan ilmu yang hakiki ialah ilmu yang mengenalkan manusia dengan Tuhan.Seseorang bertambah ilmu tetapi bertambah pula kesombongannya, hal ini karena mereka menekuni ilmu tetapi bukan ilmu yang hakiki. Serta mereka menggeluti ilmu dengan batin yang kotor, jiwa yang buruk dan akhlak yang tidak baik. Tidak memperhatikan jiwanya dan memperhatikan batinnya.
b. Amal dan ibadah
Orang yang zuhud dan para ahli ibadah tidak lepas dari nistanya kesombongan, kepongahan dan tindakan yang memikat hati manusia. Kesombongan itu menyelinap di dalam diri mereka baik menyangkut urusan dunia dan akhirat. Dalam urusan dunia, ia memandang orang lain lebih patut untuk menziarahi dirinya dari pada ia menziarahi orang lain. Sedangkan dalam urusan agama, ia memandang binasa orang lain dan dirinya yang selamat. Padahal dengan pandangannya tersebut justru memastikan dirinya lah yang binasa.
c. Nasab keturunan
Orang yang mempunyai nasab keturunan yang mulia menganggap hina orang yang yang tidak memiliki nasab tersebut, sekalipun lebih tinggi ilmu da amalnya. Kadang kadang, sebagian dari mereka menyombongkan diri dan menganggap orang lain sebagai pengikut. Sehingga mengakibatkan ia enggan bergaul dan duduk bersama mereka. Akibatnya dalam lisan ialah membanggakan nasab keturunannya.ini merupakan hal yang sangat mengakar dalam jiwa, tidak dapat terlepas darinya orang yang berketurunan mulia, sekalipun ia orang yang shalih atau berakal sehat. Hanya saja hal itu tidak mengimbas kepadanya jika tetap dalam kondisi yang baik. Jika emosi telah mendominasinya maka hal itu akan memadamkan cahaya bashirah-nya dan mengimbas kepadanya.
d. Kecantikan
Hal ini kebanyakan terjadi di kalangan kaum wanita dan menimbulkan cacian, gunjingan dan menyebabkan aib aib orang. Diantaranya, apa yang diriwayatkan dari Aisyah ra dalam sebuah hadist “ada seorang wanita mau menemui nabi Muhammad saw, lalu aku berkata dengan tanganku begini, yakni ia pendek, lalu ia nabi saw bersabda “kamu sungguh telah menggunjingnya” pangkal timbulnuya hal ini adalah terselubungnya kesombongan, karena seandainya aisyah juga pendek niscaya ia tak kan menyebutnya pendek. Seolah-olah aisyah ujub dengan postur tubuhnya dan menganggap pendek wanita itu dibandingkan dengan dirinya, lalu ia mengatakan apa yang telah di katakannya.
e. Harta kekayaan
Hal ini biasanya di kalangan raja yang membanggakan harta simpanan mereka, para saudagar yang membanggakan barang dagangannya, para tuan tanah yang membangga banggakan tanah mereka, atau para pesolek yang membanggakan pakaian, kuda dan kendaraan mereka. Sehingga orang yang kaya merendahkan orang yang miskin dan menyombongkan diri.
Secara umum, segala nikmat yang bisa di yakini sebagai kesempurnaan menimbulkan kesombongan. Demikian pula orang yang fasiq, terkadang ia membanggakan dirinya dengan dengan hal hal buruk, seperti minum khamer dan berbuat mesum dengan para wanita. Menyombongkan diri dengan perbuatan perbuatan keji ini karena ia mengira bahwa hal tersebut merupakan kesempurnaan, sekalipun salah. Itulah hal hal yang secara umum di pakai para hamba untuk menyombongkan diri atas orang orang yang tidak memilikinya atau atas orang orang yang memiliki tapi menurut anggapannya masih di bawah tingkatannya.
Aspek Tarbawi
1. Sikap Rendah Hati, Bukan Rendah Diri - Selalu rendah hati adalah kunci untuk memerangi sifat sombong. Selalu menolong orang-orang yang membutuhkan bantuan kita. Sehingga kita tidak berlaku sombong.
2. Sering membantu orang lain atau tetangga dapat menumbuhkan jiwa sosial dalam diri sehingga terhindar dari sifat sombong.
3. Bergaul dengan orang-orang rendah hati sehingga memungkinkan bercermin dari akhlak dan budi pekerti mereka yang baik.
4. Jangan selalu melihat kekurangan orang lain dan membanding kan dengan diri kita. Tapi lihat lah sisi baik dari orang lain dan sisi kekurangan dari diri kita sendiri.
5. Menyadari bahwa di dunia ini bukan kita satu satu nya manusia hebat, Bahkan banyak yang jauh lebih segala nya dari apa yang kita punya saat ini.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesungguhnya Allah tidak menyukai yakni tidak melimpahkan anugerah kasih sayang-Nya kepada orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan bersikap sederhanalah dalam berjalanmu, yakni jangan membusungkan dada dan jangan juga merunduk bagaikan orang sakit. Jangan berlari tergesa-gesa dan jangan pula sangat perlahan menghabiskan waktu. Dan lunakkanlah suaramu sehingga tidak terdengar kasar bagaikan teriakan keledai.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai karena awalnya siulan yang tidak menarik dan akhirnya tarikan nafas yang buruk. Akhlak yang tercela iitu saling berkaitan, sebagiannya pasti mengajak kepada sebagian lain. Seburuk-buruknya kesombongan ialah kesombongan yang menghalangi diri dari mendapatkan manfaat ilmu, menerima kebenaran, dan mengikuti kebenaran.Kesombongan menjadi penghalang masuk surga karna ia menghalangi seseorang hamba dari semua akhlak yang seharusnya disanding oleh seorang mukmin sedangkan akhlak-akhlak itu merupakan pintu-pintu surga sedangkan kesombongan merupakan penutup pintu-pintu nya.
DAFTAR PUSTAKA
Samarqandi,Al-Faqih Abu Laits.1986.Tanbihul Ghafilin:Pembangun Jiwa dan Moral Umat.Surabaya.Mutiara ilmu.
Shihab,Muhammad Quraish.2006.Tafsir Al-Mishbah.Jakarta.Lentera Hati.
Bahreisy Salim,Dkk.1990.Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir Jilid 6.Surabaya.PT Bina Ilmu.
Al-Maraghi,Ahmad Mustafa.1993.Terjemah Tafsir Al-Maraghi.Semarang.CV Toha Putra.
Al-Qurtubhi,Syaikh Imam.2008.Tafsir Al-Qurtubhi jilid 10.Jakarta.Pustaka Azzam.
Shihab,Muhammad Quraish.2005.Tafsir Al-Misbah:Pesan dan Keserasian Al-Qur’an.Jakarta.Lentera hati.
BIOGRAFI PENULIS
Nama :Uyun Listyowati
Nim :2021114094
TTL : Batang,02 April 1996
Alamat :Ds.Wringin Gintung,Tulis,Batang
Riwayat Pendidikan :
1. SD Wringin Gintung 02
2. SMP N 3 KANDEMAN
3. MA DARUSSALAM SUBAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar