KEWAJIBAN BELAJAR
SPESIFIK
Kekuatan Ilmu
Pengetahuan dalam Qs. Ar-Rohmaan Ayat 33
Elva Maulidia
2021115058
PRODI
PAI / JURUSAN
TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim.
Alhamdulillah, puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul besar
“Kewajiban Belajar SPESIFIK” dan judul kecil “Kekuatan Ilmu Pengetahuan dalam Qs.
Ar-Rohmaan Ayat 33”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Tafsir Tarbawi I, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pekalongan tahun akademik 2016. Penulis menyadari tanpa bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak maka, makalah ini tidak akan terwujud. Oleh sebab itu pada
kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
- Bapak Dr. Ade Dedi Rohayana,M.Ag selaku ketua IAIN Pekalongan
- Bapak Drs. M. Ghufron Dimyati, MSI selaku dosen
pengampu mata kuliah Tafsir Tarbawi I.
- Bapak dan ibu selaku kedua orang tua saya yang telah memberikan
dukungan moral, materiil serta motivasinya;
- Segenap Staf Perpustakaan IAIN Pekalongan yang telah memberikan
bantuan referensi-referensi buku rujukan;
- Mahasiswa Prodi PAI kelas A yang telah memberikan bantuan, dukungan
dan motivasinya;
- Serta semua pihak yang telah memberikan dukungan moral dan materiilnya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan makalah ini. Harapan penulis, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.
Pekalongan, september 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam era modern ini, wajarnya orang yang berperan dalam kemajuan
IPTEK ialah orang yang berpendidik. Karena dalam suatu pendidikan terdapat ilmu
pengetahuan, yang dijadikan sebuah pedoman. Bagi para ilmuan, mendalami ilmu
dalam satu bidang wajib hukumnya guna memperkuat pengetahuannya. Pentingnya
memperkuat ilmu ini karena selain menjalankan perintah Tuhan juga untuk
kemaslahatan umat.
Sebagai pedoman,
ilmu pengetahuan memiliki kekuatan untuk mencapai sebuah tujuan, ilmu yang
berlandaskan pada Al-Quran dan hadis akan lebih mendapatkan kekuatan dari
Allah. Dalam QS. Ar-Rohman ayat 33 menjelaskan Allah emberi kebebasan pada
manusia dan jin untuk melintasi alam, hal ini maksudnya membebaskan untuk
mengetahui alam ciptan Allah dengan segenap tenaga dan akalnya. Namun dalam
kegiatan tersebut terdapat kekuasaan Allah dimana jika kekuasaan itu tidak ada
maka akan terlantas ditengah.
Adapun bacaan dari
QS. Ar-Rohman ayat 33 sebagai berikut:
u|³÷èyJ»t Çd`Ågø:$# ħRM}$#ur ÈbÎ) öNçF÷èsÜtGó$# br& (#räàÿZs? ô`ÏB Í$sÜø%r& ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur (#räàÿR$$sù 4 w cräàÿZs? wÎ) 9`»sÜù=Ý¡Î0 ÇÌÌÈ
“Hai jamaah jin dan manusia, jika
kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah,
kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan”
Kosa kata dari QS. Ar-Rohman ayat 33:
Arti
|
Lafadz
|
Arti
|
Lafadz
|
Penjuru
|
أقطار
|
Golongan
|
معشر
|
Dengan kekuatan
|
بسلطان
|
Kamu sekalian mampu
|
استطعتم
|
Kamu sekalian menembus
|
تنفذوا
|
فَانْفُذُوا
|
:
|
(maka
lintasilah) Tembuslah ke penjuru langit dan bumi dan lepaskan dirimu,
dikatakan tembusnya sesuatu dari sesuatu yang lain, ketika sesuatu itu
dilepaskan seperti melepaskan anak panah.
|
لَا تَنْفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ
|
:
|
(Dan
kamu tidak mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan) mereka tidak mampu
untuk menembusnya kecuali dengan kekuatan dan mereka tidak kuasa.
|
Mempelajari ilmu pengetahuan ini sangatlah penting karena ketika
kita mempelajari alam secara tidak langsung juga mempelajari Tuhan dari hal
yang diciptakan. Dengan ini mempelajari ilmu pengetahuan dapat meningkatkan
keimanan terhadap Tuhan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori
Menurut Quraish Shihab, kata ilmu dalam berbagai bentuk terdapat
854 kali dalam Al-Quran. Kata ini digunakan dalam proses pencapaian tujuan.
Ilmu dari segi bahasa artinya kejelasan. Jadi ilmu pengetahuan adalah
pengetahuan yang jelas tantang sesuatu. Persoalan hakikat ilmu pengetahuan atau
apa sebenarnya pengetahuan telah menjadi perdebatan antara kaum materialis dan
kaum idealis. Kaum materialis hanya mengenalpengetahuan yang bersifat empiris,
dengan pengertian bahwa pengetahuan hanya diperoleh dengan menggunakan akal
atau indera yang bersifat empiris dan terdapat di alam materi yang ada di dunia
ini. Sedangkan menurut kaum idealis, termasuk islam, ilmu pengetahuan tidak
hanya diperoleh dengan perantara akal dan indera yang bersifat empiris saja,
tetapi ada juga yang bersifat immateri, yaitu ilmu pengetahuan yang berasal
dari Allah.[1]
Isi kandungan surah ar-Rahman/55: 33 sangat cocok untuk pelajari
karena ayat ini menjelaskan pentingnya ilmu pengetahuan bagi kehidupan umat
manusia. Dengan ilmu pengetahuan, manusia dapat mengetahui benda-benda langit.
Dengan ilmu pengetahuan, manusia dapat menjelajahi angkasa raya. Dengan ilmu
pengetahuan, manusia mampu menembus sekat-sekat yang selama ini belum terkuak.
Manusia diberi potensi oleh Allah Swt. berupa akal. Akal ini harus
terus diasah, diberdayakan dengan cara belajar dan berkarya. Dengan belajar,
manusia bisa mendapatkan ilmu dan wawasan yang baru. Dengan ilmu, manusia dapat
berkarya untuk kehidupan yang lebih baik.
Tentang
pentingnya menuntut ilmu, Imam Syafi‘i dalam kitab Diwan juga menegaskan:
“Barang siapa yang menghendaki dunia, maka harus dengan ilmu. Barang siapa yang
menghendaki akhirat maka harus dengan ilmu”. Nasihat Imam Syafi‘i tersebut
mengisyaratkan bahwa kemudahan dan kesuksesan hidup baik di dunia maupun di
akhirat dapat dicapai oleh manusia melalui ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan
tidak akan mudah diperoleh, kecuali dengan beberapa cara dan strategi yang
harus dilalui. Dalam hal ini Imam Syafi‘i dalam kitab Diwan menegaskan:
“Saudaraku, engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali setelah memenuhi enam
syarat, yaitu: kecerdasan, kemauan yang kuat, kesungguhan, perbekalan yang
cukup, dan kedekatan dengan guru dalam waktu yang lama.”
B.
Tafsir
Al-Mishbah
QS. Ar-Rohman ayat 33 diatas menegaskan bahwa mereka tidak dapat
menghindar dari pertanggung jawaban serta akibat-akibatnya. Allah menantang
mereka dengan menyatakan: hai kelompok
jin dan manusiayang durhaka, jika kamu sanggup menembus keluar
menuju penjuru-penjuru langit dan bumi guna menghindar dari pertanggung
jawaban atau siksayang menimpa kamu itu, maka tembuslah keluar. Tetapi
sekali-kali kamu tidak dapt
menembusnya melainkan dengan kekuatan, sedangkan kamu tidak memiliki
kekuatan!
Kata (معشر) ma’syar berarti
jamaah/ kelomok yang banyak. Terambil dari kata (عشرة) ‘asyrah yang juga
berarti 10 karena tidak dihitung satu persatu, tetapi sepuluh demi sepuluh.
Didahulukannya jin atas manusia disini karena jin memiliki
kemampuan lebih besar dari pada manusia dalam mengarungi angkasa. Bahkan suatu
ketika dalam kehidupan duniawian, mereka pernah memiliki pengalaman, walau
dalam bentuk terbatas (QS.al-jin:9). Ketika menantang untuk membuat semacam
al-Quran yang didahulukan penyebutannya adalah manusia (QS. Al-Isra’:88). Itu
karena dalam bahasa al-Quran manusia memiliki kemampuan lebih tinggi dari pada
kemampuan jin, apabila yang secara tegas menolaknya adalah manusia.
Thahir Ibn Asyur menegaskan bahwa ayat diatas bukanlah merupakan
ucapan yang diucapkan kepada mereka dalam kehidupan dunia ini. Penulis menambahkan
bahwa memang sementara ulama terdahulu menyatakan itu diucapkan kepada mereka
dalam kehidupan dunia ini, tapi maksudnya dalam arti perintah untuk menghindar
dari maut, kalau mereka bisa.
Tim penulis tafsit al-muntakhab berkomentar bahwa: “ sampai
saat ini terbuktibetapa besarnya upaya dan tenaga yang dibutuhkan untuk dapat
menembus likup gravitasi bumi. Kesuksesan eksperimen perjalanan keluar angkasa
selam ini masih merupakan waktu yang masih singkat jika dibandingkan dengan
besarnya alam. Itupun memerlukan upaya yang luar biasa dalam bidang sains
dengan segala cabangnya. Hal ini membuktikan bahwa upaya menembus langit dan
bumi yang memiliki jarak jutan tahun cahaya,
mustahil dilakukan oleh manusia dan jin.[2]
C.
Tafsir
Al-Azhar
“Wahai sekalian jin dan manusia! Jika kamu sanggup melintasi semua
penjuru langit dan bumi, lintasilah!” Artinya bahwa diantara rahmad Allah itu
kepada kita manusia dan jin ialah kebebasan untuk melintasi alam ini dengan
sepenuh tenaga, dengan segenap akal dan budi, karena mendalamnya pengetahuan.
Namun diakhir ayat Tuhan memberikan peringatan bahwa kekuatan kita terbatas “namun,
kamu tidaklah akan dapat melintasinya kalau tidak dengan kekuasaan.”
Dalm suku kata yang pertama diberi kebebasan bagi manusia untuk
melintasi segala penjuru bumi, baik untuk mengetahui rahasia yang terpendam
dimuka bumi ini, ataupun hendak menuntut berbagai ilmu pengetahuan. Karena
banyaknya rahasia dalam alam ini yang tersembunyi, dan sudah tabiat manusia
memiliki rasa ingin tahu. Namun disuka kata yang kedua memberikan peringatan
bahwa semua pekerjaan yang dilakukan sangat bergantung pada kekuasaan yang disebut
Sulthan. Jika kekuasaan tidak ada maka pekerjaan akan berhenti ditengah.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan: “bahwa kamu tidaklah akan
sanggup lari dari pada kehendak Allah dan takdirNya. Bahwa takdir itulah yang
selalu mengelilingi kamu dan kamu tidak akan sanggup membebaskan diri pada
kehendaknya atas dirimu. Kemana saja pun kamu pergi takdir itu mengelilingimu,
demikianlah kamu selalu mendapat kedudukan tertawan didalamnya. Malaikat
berdiri rapat sampai tujuh lapis disekelilingmu, sehingga tidaklah kamu akan
sanggup membebaskan diri daripadanya, kecuali dengan kekuasaan artinya dengan
kehendak Tuhan.[3]
D.
Tafsir
Al-Maraghi
( u|³÷èyJ»t Çd`Ågø:$# ħRM}$#ur ÈbÎ) öNçF÷èsÜtGó$# br& (#räàÿZs? ô`ÏB Í$sÜø%r& ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur (#räàÿR$$sù )
Hai
golongan manusia dan jin, jika kamu mampu keluar dari penjuru-penjuru langit
dan bumi buat menghindari hukuman dari Allah dan melarikan diri azabNya maka
lakukanlah. Maksudnya, bahwa kalian takkan mampu melakukann itu. Karena Dia
meliputi kamu sehingga kamu takkan kuasa melepaskan diri dari padanya kemanapun
kamu pergi, maka kamu akan tetap terkepung.
w cräàÿZs? wÎ) 9`»sÜù=Ý¡Î0
Sesungguhnya
melariakan diri hanyalah bisa dilakukan dengan kekuatan dan kekuasaan. Namun
dari mana kamu memperoleh kekuatan dan kekuasaan itu. Dan dari siapakah kamu
mendapatkan pahala kamu diwaktu itu tidak mempunyai daya maupun kekuatan.[4]
E. Aplikasi dalam kehidupan sehari-hari
Ayat di atas pada masa empat belas abad yang silam telah memberikan
isyarat secara ilmiyah kepada bangsa Jin dan Manusia, bahwasanya mereka telah
di persilakan oleh Allah untuk mejelajah di angkasa luar asalkan saja mereka
punya kemampuan dan kekuatan; kekuatan yang dimaksud di sisni sebagaimana di
tafsirkan para ulama adalah ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi, dan hal
ini telah terbukti di era modern sekarang ini, dengan di temukannya alat
transportasi yang mampu menembus angkasa luar, bangsa-bangsa yang telah
mencapai kemajuan dalam bidang sains dan teknologi telah 6 kali melakukan
pendaratan dan menyelidiki keadaan di Bulan, dan dapat kembali lagi ke bumi
dengan waktu yang sangat cepat menggunakan pesawat yang dinamai “Apollo” dari
tahun 1968 sampai 1977. Syukurlah hal ini dapat tercapai, tetapi tidak hanya
sampe sini saja, para ilmuan hendak mengetahui keadaan yang ada di bintang
venus.
F.
Aspek
Tarbawi
Ø Sumber ilmu pengetahuan adalah Al-Quran, dan yang menjadi aspek
ilmu pengetahuan adalah alam ciptaan Allah.
Ø Tembuslah penjuru langit dengan kekuatan (ilmu pengetahuan)
Ø Dalam mencari ilmu hendaknya dengan niat karena Allah dan hati yang
bersungguh-sungguh karena semuanya
sangat bergantung pada kekuasaan yang disebut Sulthan. Jika kekuasaan
tidak ada maka pekerjaan akan berhenti ditengah.
Ø Perlu adanya semangat juang, harus dekat, akrab, dan hormat kepada
guru agar ilmunya berkah. Mencari ilmu juga perlu waktu yang lama.
BAB II
PENUTUP
Simpulan
Allah memerintahkan kepada golongan jin dan manusia untuk menembus
(melintasi) langit dan bumi tetapi mereka tidak mampu kecuali dengan kekuatan. Dalam ayat diatas Allah menantang golongan
manusia dan jin, jika memang mampu menembus langit. Yang mana manusia dan jin
tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (ilmu pengetahuan).
DAFTAR ISI
Al-Maraghi,
Ahmad Mushthafa. 1989. Terjemahan Tafsir Al-Maraghi 27. (Semarang:Toha
Putra)
Hamka. 2000. Tafsir Al-Azhar.(Jakarta: pustaka panjimas)
Shihab, Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah.(Jakarta:lentera)
Ramayulis dan Samsul Nizar. 2011. Filsafat pendidikan Islam. (Jakarta:kalam
mulia)
BIODATA PENULIS
Nama : ELVA MAULIDIA
TTL : Pekalongan, 7 september 1997
Alamat : Jl. Ottista gg. 8 no. 38, Duwet,
pekalongn selatan.
Agama : ISLAM
Gol.darah: AB
Hobby : membaca (novel), berkerja membantu orang tua.
Cita-cita : Gurunya guru (Dosen), pengusaha.
Visi Misi : Mencari dan menemukan Ridho Allah.
Motto : Hidup untuk mencari ilmu dan
mencari ilmu untuk bekal hidup.
Pesan : Qonaah dan Istiqomah.
Alumnus :
Ø RA Masyitoh Duwet
Ø MIS Duwet
Ø MTs Wahid Hasyim Warungasem
Ø MAN 3 pekalongan
Ø IAIN Pekalongan (sampai sekarang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar