Kewajiban Belajar “Spesifik”
Doa Tambahkan Ilmu (Q.S Thaaha {20}: 114)
Nurul Hikmah(2021115060)
Kelas: A (PAI)
JURUSAN TARBIYAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2016
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Tafsir
Tarbawi I dengan tema Do’a Tambahkan Ilmu dalam(QS. At-Thaha ayat 114) ini,
dengan bimbingan dari Bapak M. Ghufron Dimyati, M.S.I selaku Dosen Pengampu
Mata Kuliah Tafsir Tarbawi I. Dengan ini kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1.
Ayah
Ibunda tercinta atas doa dan dukungannya sejauh ini.
2.
kepada
Bapak M. Ghufron Dimyati, M.S.I atas bimbingannya dalam pembuatan makalah
ini.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca.Terlepas dari semua itu, kami
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan.Oleh karena itu kami menerima kritik dan saran yang membangun dari
pembaca, agar kami dapat memperbaiki kekurangan yang ada.
Pekalongan,
24 September 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Doa
adalah memohon atau meminta pertolongan kepada Allah SWT. Sebagai seorang mukmin, berdoa merupakan hal
yang harus melekat dalam kehidupannya. Yang mana ketika seseorang berdoa dia
merasa dekat dengan Allah, dan melalui doaseseorang dapat mengadukan segala
keluh kesah, memohon kebaikan dalam segala hal dan sebagainya. Bukanlah seorang
mukmin yang baik apabila ia enggan untuk berdoa kepada Allah, maka ia termasuk
orang yang sombong, sehingga ia menganggap tidak perlu untuk berdoa kepada
Allah.
Adapun ilmu, bahwa sebagai seorang muslim
diwajibkan atas kita untuk menuntut ilmu tanpa batas usia. Baik itu ilmu agama
maupun ilmu umum.Meskipun ilmu agama adalah hal yang paling penting tetapi kita
juga memerlukan ilmu umum dalam kehidupan di dunia, untuk selanjutnya ilmu
agama sebagai bekal di akhirat kelak.
Untuk
itu kita harus senantiasa menuntut ilmu sebanyak-banyaknya tanpa mengenal lelah
dengan disertai doa kepada sang Maha Kuasa, Allah SWT. agar senantiasa
ditambahkan ilmu yang bermanfaat oleh-Nya.
B. Doa Tambahkan Ilmu (QS. Thaaha{20}: 114)
n?»yètGsùª!$#à7Î=yJø9$#,ysø9$#3wurö@yf÷ès?Èb#uäöà)ø9$$Î/`ÏBÈ@ö6s%br&#Ó|Óø)ãøs9Î)¼çmãômur(@è%urÉb>§ÎT÷Î$VJù=ÏãÇÊÊÍÈ
Artinya: “Maka Maha Tinggi Allah raja yang
sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum
disempurnakan mewahyukannya kepadamu[946], dan Katakanlah: "Ya Tuhanku,
tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.”
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori
Arti kata “Doa” banyak terkandung dalam
al-Qur’an dan mengandung arti yang bermacam-macam, misalnya ada yang berarti: 1).
Ibadah, penyembahan atau pengabdian yang berarti istighasah (minta
tolong), 2). Ada yang berarti an-nidaa (panggilan atau seruan), dan
lainnya. Sedangkan menurut istilah pengertian “Doa” yaitu: memohon kepada Allah
SWT, suatu permintaan yang dirumuskan dalam serangkaian kalimat yang diucapkan
seorang hamba dengan penuh harap dan akan mendapatkan kebaikan dari sisinya dan
dengan merendahkan diri kepada-Nya untuk memperoleh apa yang diinginkan.[1]
Adapun
Ilmu, secara harfiah “ilmu” dapat diartikan kepada tahu atau
mengetahui.
Secara istilah ilmu berarti memahami hakikat sesuatu atau memahami hukum yang
berlaku atas sesuatu.Dalam pandangan al-Qur’an ilmu dapat membentuk sikap atau
sifat-sifat manusia. Atau dengan kata lain, sikap atau karakter seseorang
merupakan gambaran pengetahuan yang dimilikinya. Maka perbedaan sikap dan pola
pikir antara seseorang dengan lainnya dilatarbelakangi oleh perbedaan
pengetahuan mereka.Bahkan ilmu pengetahuan tidak hanya membentuk pola pikir,
sifat dan karakter seseorang tetapi juga dapat membentuk perilaku.[2]
Adapun
arti penting dari Doa meminta tambahan ilmu ini, bahwa Doa merupakan hal yang
penting dalam kehidupan setiap muslim. Karena melalui doa lah mereka merasa
Allah ada didekatnya. Lewat doa kita bisa meminta segala hal, dari mulai
meminta panjang umur, perlindungan, keselamatan dunia akhirat, ditambahkan ilmu
yang bermanfaat, dan sebagainya. Yang mana Allah sendiri telah menjanjikan
bahwa Allah akan mengabulkan doa hamba-hamba-Nya. namun lepas dari itu, jika
doa yang kita panjatkan belum juga dikabulkan oleh Allah kita tetap harus
optimis bahwa Allah mendengar doa kita dan Allah telah merencanakan hal yang
lebih baik dari yang kita kira.
Sebagai
seorang yang masih dalam tahap belajar, hendaknya kita terus berjuang dalam
menuntut ilmu dan disertai dengan berdoa kepada Allah, agar senantiasa diberi
tambahan ilmu yang bermanfaat.
B. Tafsir
1.
Tafsir Al
Azhar
“Maka
Maha Tinggilah Allah, Raja yang Benar”. (pangkal ayat 114). Setelah
merenungkan nikmat dan Rahmat Ilahi yang tiada terhitung banyaknya. Insaflah
kita akan kelemahan kita sebagai insan dan sebagai makhluk, maka sampailah kita
kepada pengakuan memang Maha Tinggilah Allah itu.
Raja yang Benar itulah Allah, dan dari Dia
turunlah al-Qur’an.Oleh karena hati Nabi Muhammad Saw.bertambah sehari,
bertambah pula merasa tidak dapat terpisahkan lagi dari al-Qur’an itu.
Sampailah selalu ia ingin segera datang wahyu. Sedih hatinya jika Jibril
terlambat datang.Dan jika Jibril datang dan telah membacakan satu ayat, segera
disambutnya dan diulangnya, walaupun kadang-kadang belum selesai turun. Maka
datanglah teguran Allah: “Dan janganlah engkau tergesa-gesa dengan al-Qur’an
itu sebelum selesai kepada engkau wahyunya.”
Adapun
dalam (ujung ayat 114), “Dan
katakanlah: “Ya Tuhanku, tambahlah bagiku ilmu.”Do’a Nabi ini penting sekali
artinya, yaitu bahwasanya disamping wahyu yang dibawa oleh Jibril itu, Nabi
Saw.pun disuruh selalu berdoa kepada Tuhan agar untuknya selalu diberi tambahan
ilmu. Yaitu ilmu-ilmu yang timbul dari pengalaman, karena pergaulan dengan
manusia, dari karena memegang pemerintahan, dan dari karena memimpin
peperangan. Sehingga disamping wahyu datang juga petunjuk yang lain, seumpama
mimpi atau ilham. Berkata Ibnu Uyainah: “Selalu bertambah ilmu beliau Nabi Saw,
sampai datang ajal beliau. ”
Memohon
tambahan pengetahuan merupakan teladan Nabi yang seyogianya dituruti oleh
tiap-tiap umat Muhammad yang beriman.Karena ilmu Allah Ta’ala itu amat banyak
dan luas.Ilmu adalah pembawa manusia ke pintu iman.[3]
2.
Tafsir
Ibnu Katsier
Dalam
ayat 114 ini, Allah berfirman: “janganlah engkau tergesa-gesa membaca al-Qur’an
sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu, hai Muhammad.”
Diriwayatkan
dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah Saw. jika menerima wahyu mengalami kesukaran,
menggerakkan lidahnya untuk mengikuti Jibril membacakan ayat-ayat yang
dibawanya, maka oleh Allah diberi petunjuk agarjangan tergesa-gesa membacanya sebelum Jibril selesai
membacakannya, agar Nabi Muhammad Saw, menghafal dan memahami betul ayat yang
diturunkan.
Selanjutnya
Allah berfirman, mengajari Muhammad, “Ucapkanlah, hai Muhammad, Ya Tuhanku
tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” Maka diriwayatkan oleh Abu Hurairah
bahwa Rasulullah Saw, selalu berdoa:
اَللّهُمَّ
انْفَعْنِى بِمَاعَلَّمْتَنِى وَعَلِّمْنِى مَا يَنْفَعْنِى وَزِدْنِى
عِلْمًاوَالحَمْدُلِلّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ.
Artinya:
“Ya Allah berilah aku manfaat dari apa yang Engkau ajarkan kepadaku, dan
ajarkanlah kepadaku apa yang bermanfaat bagiku dan tambahkanlah ilmu
pengetahuan kepadaku, dan segala puji bagi-Mu atas segala hal.”[4]
3.
Tafsir
Al-Mishbah
Bahwa
QS. Thaha ayat 114 ini menampik segala kekurangan dan prasangka buruk terhadap
Allah Swt, dengan menyatakan bahwa jika demikian itu sebagian yang dilakukan
Allah Swt, maka Maha Tinggi Allah, ketinggian yang tidak terjangkau oleh
nalar dan tidak dapat dilukiskan oleh kata-kata. Dialah Maharajayang Haq
dan sebenar-benarnya “Yang tidak dapat disentuh kerajaan-Nya”. Selanjutnya,
kehebatan tuntunan al-Qur’an dan perintah Allah untuk selalu mengikutinya boleh
jadi menjadikan beliau tergesa-gesa dan ingin memperolehnya sebanyak mungkin,
maka Allah melanjutkan dengan menyatakan: Dan janganlah engkau tergesa-gesa
membaca al-Qur’an sebelum disempurnakan untukmu pewahyuannya oleh Malaikat
Jibril yang membawanya turun. Namun demikian engkau sangat wajar jika selalu
mengharap lagi berusaha untuk memperoleh pengetahuan, karena itu Allah
memerintahkan beliau berusaha dan berdoa dengan firman-Nya: Dan katakanlah:
“Tuhan Pemelihari dan Pembimbing-ku, tambahkanlah kepadaku ilmu baik
melalui wahyu-wahyu-Mu yang disampaikan oleh malaikat maupun melalui apa yang
terbentang dari ciptaan-Mu di alam raya.”
Dan juga
ayat 114 ini merupakan tuntunan kepada Nabi Muhammad Saw.untuk tidak
membacakan, yakni menjelaskan makna pesan-pesan al-Qur’an kepada
sahabat-sahabat beliau setelah jelas buat beliau maknanya, baik setelah
merenungkannya sungguh-sungguh maupun sebelum datangnya Malaikat Jibril as.
Mengajarkan beliau tentang maknanya.Pendapat ini sangat sejalan dengan lanjutan
ayat tersebut yang memerintahkan beliau berdoa agar ditambah ilmunya.Jika makna
ini diterima, maka hal tersebut menjadi peringatan buat semua orang yang
melibatkan diri dalam penafsiran al-Qur’an agar berhati-hati dalam
menafsirkannya.[5]
C. Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari
Menuntut
ilmu merupakan kewajiban bagi setiap mukmin tanpa batas usia, untuk itu kita
harus tetap semangat dalam menuntut ilmu sampai akhir hayat kita. Dan sebagai
seorang mukmin hendaknya kita tidak pernah meninggalkan berdoa, karena pada
hakikatnya sebagai seorang hamba haruslah menghambakan diri kepada Sang Maha
Kuasa, yaitu Allah SWT.sebagai wujud ketakwaan kita kepada-Nya. dengan penuh
keyakinan bahwa Allah pasti mendengar segala doa-doa kita, adapun tentang
dikabulkan tidaknya serahkan semuanya kepada Allah, karena hanya Allah yang
berhak menentukan. Kita sebagai seorang hamba hendaknya selalu berpikir
optimis. Karena Allah selalu bersama dengan prasangka hamba-Nya, jika seorang
hamba berpikir baik tentang Allah maka hal itu yang akan diberikan Allah
kepadanya. Untuk itu dalam menuntut ilmu
haruslah disertai dengan terus memanjatkan doa kepada Allah agar senantiasa
ditambahkan ilmunya dan semoga ilmunya bisa bermanfaat.
D. Aspek Tarbawi
1.
Doa
merupakan wujud penghambaan diri seorang hamba terhadap Sang Pencipta.
2.
Allah
menyertai hamba-Nya yang berdoa kepada-Nya.
3.
Dengan
berdoa berarti mematuhi perintah Allah Swt, yakni firman-Nya: “Berdoalah kamu
kepada-Ku, niscaya aku mengabulkan doamu.”
4.
Doa
merupakan wujud pengakuan, bahwa hanya Allah SWT yang Maha Berkuasa dan
Berkehendak, sehingga hanya Dialah yang dapat mengabulkan dan mewujudkan segala
keinginan kita.
5.
Dengan doa
akan mendatangkan keselamatan.
6.
Memanjatkan
doa kepada Allah merupakan pertanda beriman kepada-Nya, oleh sebab itu doa
dikatakan sebagai tiang agama.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Dalam QS. Thaaha ayat 114 ini disebutkan
tentang doa Nabi Saw:“Ya Tuhanku, tambahlah bagiku ilmu.”Do’a Nabi ini
penting sekali artinya, yaitu bahwasanya disamping wahyu yang dibawa oleh
Jibril itu, Nabi Saw.pun disuruh selalu berdoa kepada Tuhan agar untuknya selalu
diberi tambahan ilmu. Yaitu ilmu-ilmu yang timbul dari pengalaman, karena
pergaulan dengan manusia, dari karena memegang pemerintahan, dan dari karena
memimpin peperangan. Adapun kita sebagai umat beliau hendaknya mengamalkan apa
yang diamalkan oleh beliau, yang mana hakikat kita sebagai seorang mukmin yang
berkewajiban untuk menuntut ilmu dimana pun dan kapan pun tanpa batas usia,
dengan itu kita harus semangat dan penuh keikhlasan dalam menuntut ilmu. Disamping
itu kita juga harus selalu berdoa kepada Allah agar senantiasa meridhoi langkah
kita dengan selalu memberi tambahan ilmu yang bermanfaat untuk kita.
DAFTAR
PUSTAKA
Yusuf, Musfirotun. 2015. Manusia dan Kebudayaan
Perspektif Islam. Pekalongan: CV. Duta Media Utama.
M. Yusuf, Kadar. 2013. Tafsir
Tarbawi. Jakarta: AMZAH.
Hamka. 2003. Tafsir Al-Azhar Juz
XVI. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Bahreisy, Salim dan Said Bahreisy. 1990. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu
Katsier, Jilid V. Surabaya: PT. Bina Ilmu.
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Mishbah. Jakarta: Lentera
Hati.
PROFIL
Nama
: Nurul Hikmah
Tempat, Tanggal Lahir: Pekalongan, 12 Oktober
1997
Alamat : Medono,
Jalan Sunan Ampel No. 56 Kec. Pekalongan
Barat.
Riwayat Pendidikan : - RAM JENGGOT 03
-
MIS
JENGGOT 04
-
MTs.S
Jenggot (YAPENSA JENGGOT)
-
MA. KH
SYAFI’I BUARAN
-
Konsentrasi
SI Jurusan Tarbiyah PAI (IAIN Pekalongan)
[1]
Musfirotun Yusuf, Manusia dan Kebudayaan Perspektif Islam, (Pekalongan:
CV. Duta Media Utama, 2015), hlm. 174-175.
[2]Kadar
M. Yusuf, Tafsir Tarbawi, (Jakarta: AMZAH, 2013), hlm. 17-18.
[3]Hamka,
Tafsir Al-Azhar Juz XVI, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2003), hlm. 225-228.
[4]Salim
Bahreisy dan Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier, Jilid V, (Surabaya:
PT. Bina Ilmu, 1990), hlm. 279-280.
[5] M.
Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm.
376-378.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar