TUJUAN PENDIDIKAN “KHUSUS”
FUNGSI AL-QUR’AN : (QS. Ali Imran, 3:138)
Aidha
Isyatul Hikmah (2021115134)
KELAS D
JURUSAN TARBIYAH / PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) PEKALONGAN
2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,
segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah Tafsit Tarbawi I
tentang “Tujuan Pendidikan Khusus Fungsi Al-qur’an” dalam surat Ali-Imran ayat
138 ini dengan baik, meskipun masih ada
banyak kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih kepada Bapak Muhammad Hufron, M.S.I selaku Dosen mata kuliah Tafsir
Tarbawi I yang telah memberikan tugas ini kepada saya. Saya berharap makalah
ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita tentang Tujuan Pendidikan Khusus Fungsi Al-qur’an dalam surat Ali-Imran
ayat 138.
Oleh sebab itu, saya berharap adanya
kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan saya buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun
orang yang membacanya. Dengan demikian saya mengharapkan semoga dari makalah
Tafsir Tarbawi I tentang “Tujuan
Pendidikan Khusus Fungsi Al-qur’an” dalam surat Ali-Imran ayat 138 ini dapat
diambil dan diaplikasikan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi kepada
pembaca.
Pekalongan, Oktober 2016
Penulis
Aidha
Isyatul Hikmah
2021115134
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Fungsi Al-Qur’an
dalam ajaran islam adalah sebagai petunjuk, peringatan dan pelajaran bagi
manusia serta sebagai mukjizat Nabi Muhammad SAW yang diberikan oleh Allah SWT.
Allah SWT menurunkan Al-Qur’an dengan perantara malaikat Jibril sabagai pengantar
wahyu yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW di gua hiro pada tanggal 17
ramadhan ketika Nabi Muhammad berusia 41 tahun yaitu surat al-alaq ayat 1
sampai 5. Al-Qur’an turun tidak secara sekaligus, namun sedikit demi sedikit
baik beberapa ayat, langsung satu surat, potongan ayat, dan sebagainya.
Fungsi Al-Qur’an
dilihat dari realitas kehidupan manusia, diantaranya: Al-Qur’an sebagai
petunjuk jalan yang lurus bagi kehidupan manusia, sebagai mukjizat Rasullullah
SAW, Al-Qur’an menjelaskan kepribadian manusia dan cir-ciri umum yang
membedakannya dari mahluk lain, Al-Qur’an sebagai korektor dan penyempurna
kitab-kitab Allah sebelumnya, menjelaskan kepada manusia tentang masalah yang
pernah di perselisikan umat islam terdahulu.
B.
Judul
Tujuan Pendidikan Khusus “Fungsi
AL-Qur’an”
C.
Nash dan Artinya
#x»yd
×b$ut/ Ĩ$¨Y=Ïj9 Yèdur ×psàÏãöqtBur
úüÉ)GßJù=Ïj9
ÇÊÌÑÈ
138. (Al Quran) ini adalah penerangan bagi
seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
D.
Arti Penting Untuk Dikaji
Dalam pembahasan kali ini, mengapa
sangat penting untuk dikaji karena kaitannya membahas tentang fungsi Al-Qur’an
sebagai pedoman dan petunjuk hidup bagi umat manusia. Selain itu juga sebagai penerangan
umat islam, bagaimana ketaqwaan umat
islam pada masa lampau yang bisa kita jadikan sebagai pelajaran untuk menjalani
kehidupan masa sekarang maupun yang akan datang.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori
Al-Qur’an mempunyai sekian banyak fungsi. Di antaranya adalah
menjadi bukti kebenaran Nabi Muhammad SAW. Bukti kebenaran tersebut dikemukakan
dalam tantangan yang sifatnya bertahap. Pertama, menentang siapa pun
yang meragukannya untuk menyusun semacam Al-Qur’an secara keseluruhan (QS.
52:34). Kedua, menentang mereka untuk menyusun sepuluh surat semacam
Al-Qur’an (QS. 11:13). Seluruh Al-Qur’an berisikan 114 surat. Ketiga, menantang
mereka untuk menyusun satu surat saja semacam Al-Qur’an (QS. 10:38). Keempat,
menantang mereka untuk menyusun sesuatu seperti atau lebih kurang sama dengan
satu surat dari Al-Qur’an (QS. 2:23).
Walaupun Al-Qur’an menjadi bukti
kebenaran Nabi Muhammad, tapi fungsi utamanya adalah menjadi “petunjuk untuk
seluruh umat manusia”. Petunjuk yang dimaksud adalah petunjuk agama, atau yang
biasa disebut juga syari’at. Syari’at, dari segi pengertian kebahasaan berarti,
“jalan menuju sumber mata air”. Jasmani manusia, bahkan seluruh mahluk hidup,
membutuhkan air, demi kelangsungan hidupnya. Ruhaninya pun membutuhkan “air
kehidupan”. Di sini, syari’at mengantarkan seseorang menuju air kehidupan itu.[1]
Sebagian nama-nama Al-Qur’an, baik
secara langsung maupun tidak langsung memperlihatkan fungsi Al-Qur’an. Dari
sudut isi atau substansinya, fungsi Al-Qur’an sebagai tersurat dalam
nama-namanya, sebagai berikut:
a)
Al-Huda (petunjuk)
b)
Al-Furqon (pemisah)
c)
Al-Syifa (obat)
d)
Al-Mau’idzoh (nasehat)[2]
B.
Tafsir
1.
Tafsir Al-Ahzar
#x»yd ×b$ut/
Ĩ$¨Y=Ïj9
Yèdur
×psàÏãöqtBur úüÉ)GßJù=Ïj9 ÇÊÌÑÈ
138. (Al Quran) ini adalah penerangan bagi
seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
Mempelajari
sejarah umat-umat yang dahulu dan melihat berkasnya dengan melawat mengembara
dengan sendirinya akan memperoleh penjelasan, petunjuk dan pengajaran. Ilmu kita
akan bertambah-tambah tentang perjuangan hidup manusia di dalam alam ini. Dalam
ayat ini kita berjumpa dengan anjuran mengetahui beberapa ilmu yang amat
penting. Pertama, sejarah; Kedua, ilmu bekas peninggalan kuno; Ketiga,
ilmu siasat perang; Keempat, ilmu siasat mengendalikan Negara. Di dalam
sejarah misalnya banyak kita bertemu dengan hal-hal yang penting. Meskipun
tidak seluruh sejarah ditulis dalam Al-qur’an hanya kebanyakan yang berkenaan
dengan perjuangan rasul-rasul, misalnya perjuangan Musa menentang kedhaliman
Fir’aun, atau Ibrahim yang menghadapi kaumnya, namun yang tidak tertulis dalam
Al-qur’an dapat kita cari dari bahan lain. Misalnya penyerbuan tentara Iskandar
Macedonia dari Barat ke Timur. Mengapa Iskandar dengan tentaranya yang tidak
cukup 100.000 orang dapat mengalahkan tentara Darius, raja Persia, yang
jumlahnya hampir setengah juta? Sebab tentara Iskandar enteng, sigap, dan
lincah. Sedang tentara Darius ke medan perang telah berat oleh pakaian dan
perhiasan. Darius hanya menggantungkan kekuatan kepada banyak bilangan, padahal
Iskandar mempunyai disiplin yang teguh dan tentara yang cekatan.
Dan banyak lagi
contoh yang lain, seperti; dalam sejarah perjuangan Islam di Spanyol
(Andalusia) pernah terjadi hal yang serupa, yaitu dalam peperangan yang
terkenal dengan sebutan “Pertempuran di Thibrinah”. Ketika itu tentara Islam
datang ke medan perang dengan baju-baju sutera warna-warni, sedang tentara
Kristen datang dengan pakaian peperangan, dengan baju besi dan ketopong besi.
Setelah berperang ternyata tentara Islam kalah secara menyolok.
Maka ayat yang
tengah kita tafsirkan ini berlaku menjadi pedoman untuk selamanya di dalam
menilai kenaikan suatu umat atupun kejatuhannya, bahwasanya kelebihan akan
harta dan kemewahan adalah pintu-pintu bagi kekalahan.
Tersebut bahwa
dengan memperhatikan orang memperoleh penjelasan, petunjuk dan pengajaran bagi
orang yang bertakwa. Di sini kita dapat mengetahui lagi betapa luasnya arti
takwa. Pokok arti, ialah memelihara (wiqayah). Maksud yang pertama, ialah
kepada Allah, memelihara hubungan dengan Allah dan takut kepadaNya. Tetapi
dalam ayat ini kita bertemu lagi dengan arti yang lain, yaitu memelihara,
menjaga, awas dan waspada. Maka dengan demikian takwa kepada Allah tidaklah
cukup sekedar dengan ibadat shalat, berzakat dan puasa saja. Tetapi termasuk
lagi dalam rangka ketakwaan ialah kewaspadaan menjaga agama dari intaian musuh.
Taat kepada komando pimpinan. Sebab kalau kalah karena tidak ada kewaspadaan,
jangan Allah disalahkan, tetapi salahkanlah diri sendiri yang lengah.[3]
2.
Tafsir Jalalain
#x»yd
×b$ut/ Ĩ$¨Y=Ïj9 Yèdur ×psàÏãöqtBur
úüÉ)GßJù=Ïj9
ÇÊÌÑÈ
138. #x»yd (ini) maksudnya Al-qur’an ini -Ĩ$¨Y=Ïj9 ×b$ut/ (menjadi penerangan bagi manusia) artinya semuanya - Yèdur (dan petunjuk) dari
kesesatan
3.
Tafsir Al-Qurthubi
#x»yd
×b$ut/ Ĩ$¨Y=Ïj9 Yèdur ×psàÏãöqtBur
úüÉ)GßJù=Ïj9
ÇÊÌÑÈ
“(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan
petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.”
#x»yd maksudnya
adalah Al-Qur’an. Demikian yang diriwayatkan dari Hasan dan lainnya. Ada juga
yang mengatakan bahwa itu adalah isyarat kepada firman Allah SWT,
قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ
سُنَنٌ. psàÏãöqtBur sama dengan
nasehat. Hal ini telah dijelaskan sebelumnya.[5]
4.
Tafsir Al-Maraghi
#x»yd
×b$ut/ Ĩ$¨Y=Ïj9 Yèdur ×psàÏãöqtBur
úüÉ)GßJù=Ïj9
ÇÊÌÑÈ
Penuturan yang telah lalu tersebut merupakan penjelasan tentang
keadaan umat manusia, sekaligus sebagai petuah dan nasehat bagi orang-orang
yang bertaqwa dari kalangan mereka. Petunjuk ini sifatnya umum bagi seluruh
umat manusia dan merupakan hujjah atau bukti bagi orang mukmin atau
kafir, orang yang bertaqwa atau fasik.
Dalam hal ini juga
merupakan bantahan terhadap perkataan kaum musyrikin dan munafik yang
melancarkan tuduhan kepada Nabi saw. Mereka mengatakan bahwa jika Muhammad
memang benar-benar seorang utusan, maka pasti mereka tidak akan bisa dikalahkan
dalam perang Uhud. Hal itu juga mengandung petunjuk dan penjelasan bahwa
Sunnatullah juga berlaku bagi para nabi dan rasul, sebagaimana berlaku bagi
semua mahluk-Nya.
Seorang panglima
yang tidak di taati oeh pasukannya, yang mengabaikan pertahanan untuk menahan
serbuan musuh, lalu memberikan peluang kepada musuh yang sedang mengintip
kelemahan mereka, kecuali pasukannya akan menjadi sasaran musuh, sehingga jika
musuh menyerang mereka pasti kocar-kacir, lebih-lebih bila sebelumnya mereka
saling bersengketa. Oleh karena itu, penjelasan ini berlaku bagi seluruh umat
manusia, yang masing-masing dapat memahaminya sesuai dengan bakat dan pembawaan
mereka dalam memahami suatu hujjah.
Sedang penjelasan
ini adalah sebagai petunjuk dan petuah yang khusus bagi orang-orang yang
bertaqwa, karena mereka orang yang mau mengambil petunjuk dengan kenyataan-kenyataan
seperti ini. Mereka juga mau mengambilnya sebagai pelajaran dalam menghadapi
kenyataan-kenyataan yang sedang mereka alami. Berkat petunjuk ini, mereka
berjalan lurus sesuai dengan metode yang benar, menjauh dari hal-hal yang
mengakibatkan kelalaian yang sudah tampak jelas akibatnya, yakni membahayakan
diri mereka. Orang mukmin sejati ialah orang yanng mau mengambil hidayah dari
Al-Kitab dan mau menerima penyuluhan nasehat-nasehatnya, sebagaimana yang telah
diungkapkan oleh firman-Nya :
y7Ï9ºs
Ü=»tGÅ6ø9$#
w |=÷u ¡ ÏmÏù
¡ Wèd
z`É)FßJù=Ïj9 ÇËÈ
“Kitab Al-Qur;an) ini tidak ada keraguan
padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” (Al-Baqarah, 2 : 2)
Al-Qur’an telah
memberikan petunjuk kepada kita tentang masalah-masalah strategi pertempuran
menghadapi musuh, sampai bagaimana kita mempersiapkan diri. Dalam hal ini, kita
dianjurkan mengetahui hakikat persiapan supaya kita melangkah dengan
kewaspadaan dalam membela hak.
Dengan demikian,
kita berjalan di atas sunnatullah dalam meraihnya dan memelihara
kelestariannya. Hendaknya kita mengetahui kondisi musuh kita untuk dijadikan
pertimbangan antara kekuatan kita dan kekuatan mereka. Apabila kita tidak
menempuh jalan-jalan tersebut berarti kita tidak memakai jalan hidayah, dan
kita termasuk orang-orang yang tidak mau mengambil pelajaran dari pengalaman.[6]
C.
Aplikasi dalam kehidupan
Dari beberapa
penjelasan yang telah disebutkan sebelumnya mengenai fungsi Al-Qur’an, dapat
diambil contoh sikap atau perilaku yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari, diantaranya :
1.
Kita dapat
membaca sejarah dan pesan yang tersisa dari peradaban masa lalu yang sangat ditekankan
oleh Islam dengan syarat disertai dengan perenungan.
2.
Faktor-faktor
kemuliaan atau penghinaan di sepanjang sejarah adalah sama dan pengenalan
faktor-faktor itu penting sekali buat kehidupan dewasa ini.
3.
Orang yang
mau mengambil petunjuk dan juga mau mengambilnya sebagai pelajaran dalam
menghadapi kenyataan yang sedang mereka alami.
4.
Al-Quran
diturunkan untuk memberi petunjuk bagi
orang-orang yang bertaqwa dan yang diberi petunjuk.
D.
Apek Tarbawi
Aspek tarbawi yangg dapat diambil dari penjelasan ayat diatas,
yaitu:
1.
Mewujudkan seorang yang bertakwa kepada Allah
2.
Memelihara hubungan dengan Allah dan takut kepadaNya
3.
Mewujudkan seorang yang selalu berpedoman kepada Kalam Allah
4.
Mempelajari pesan yang telah disampaikan dari kisah yang terdahulu
tentang ketaqwaan umat manusia padaNya
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Al-Quran adalah “Kalam Allah” yang bernilai mukjizat, yang diturunkan
kepada Rasul, dengan perantaraan malaikat Jibril AS yang tertulis pada
mashahif. Diriwayatkan kepada kita dengan mutawatir. Membacanya terhitung
ibadah. Diawali dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Naas.
Al-Quran adalah sebagai tata kehidupan umat dan petunjuk bagi makhluk. Ia
merupakan tanda kebenaran Rasulullah SAW, merupakan bukti yang jelas atas
kenabian dan kerasulannya. Oleh karena keagungan dan kepentingan Al-Quran bagi umat manusia maka
diperlukan pemahaman yang berdasar dari Rasulullah SAW dan riwayat yang
disampaikan oleh para sahabat dan tabi’in r.a.
Dari penjelasan
yang telah dijelaskan sebelumnya pada surat ali-imran :138 dapat kita ambil kesimpulan bahwa al-qur’an
sebagai petunjuk dan pedoman bagi umat manusia. juga sebagai penerangan bagi
orang-orang yang bertaqwa dan mereka yang diberi petunjuk.
Pada ayat 138 pula menjelaskan bahwa
penuturan yang telah lalu tersebut merupakan penjelasan tentang keadaan umat
manusia sekaligus sebagai petuah dan nasehat bagi orang yang bertakwa dari
kalangan mereka. Petunjuk ini sifatnya umum bagi seluruh umat manusia dan
merupakan hujjah atau bukti bagi orang mukmin dan kafir, orang yang bertakwa
atau fasik.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maraghi Mustafa, Ahmad. 1993. Tafsir Al-Maraghi. Semarang:
PT Karya Toha Putra
Shihab, Quraish. 1994. Membumikan Al-Qur’an. Bandung: Mizan
Hamka. Tafsir Al-Azhar juz iv. 2004. Jakarta: Pustaka
Panjimas
Imam Al-Qurthubi, Syaikh. 2008. Tafsir Al-Qurthubi. Jakarta:
Putaka Azzam
Jalaluddin Al-Mahlli, Imam dan Jalaluddin As-Suyuti, Imam. 2010. Terjemahan
Tafsir Jalalain...Bandung: Sinar Baru Algensindo
http://www.fungsiklopedia.com/fungsi-alquran/ diakses pada Sabtu, 8 Oktober 2016 pada pukul 11:08
PROFIL PRIBADI
Nama : Aidha Isyatul Hikmah
Tempat,
tanggal lahir : Pekalongan, 12 April 1997
Alamat : Jalan
Sumatra no.17 Podosugih, Pekalongan
Riwayat
Pendidikan : TK Al-Amanah Pekalongan
SDI Kergon 2
Pekalongan
SMP Salafiyah
Pekalongan
SMK Negeri 2
Pekalongan
[1] Dr. M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1994)
hlm. 27
[2] http://www.fungsiklopedia.com/fungsi-alquran/
diakses pada Sabtu, 8 Oktober 2016 pada pukul 11:08
[4] Imam Jalaluddin Al-Mahlli dan Imam Jalaluddin As-Suyuti, Terjemahan
Tafsir Jalalain...(Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010) hlm.262
[5] Syaikh Imam Al-Qurthubi, Tafsir Al-Qurthubi, (Jakarta: Putaka
Azzam, 2008), hlm.538-539
[6] Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: PT
Karya Toha Putra Semarang, 1993) hlm. 132-113
Tidak ada komentar:
Posting Komentar