INVESTASI DENGAN AMAL SHOLEH
(Investasi dengan Iman dan Amal Sholeh)
QS. Al-Ashr: 1-3
ISTIQOMAH (2021115137)
Kelas : B
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU
KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Tafsir Tarbawi II dengan
Tema Investasi dengan Iman dan Amal Sholeh, dengan bimbingan dari Bapak selaku
Dosen Pengapu M. Ghufron Dimyati, M.S.I Mata Kuliah Tafsir Tarbawi II. Dengan
ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1.
Ayah
Ibunda tercinta atas doa dan dukungannya sejauh ini.
2.
Kepada Bapak
M. Ghufron Dimyati, M.S.I atas bimbingannya dalam pembuatan makalah ini.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan bagi para pembaca. Terlepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu kami menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca, agar
kami dapat memperbaiki kekurangan yang ada.
Pekalongan, 26
Maret 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Surah Al-‘ashr adalah surah makiyyah, demikian
pendapat ulama kecuali segelintir dari mereka. Namanya surah al-‘ashr telah
dikenal sejak zaman Nabi saw. Dan para sahabat beliau. Surah ini merupakan
surah ke-13 dari segi perurutan turunnya. Ia turun sesudah surah Alam Nasyrah
dan sebelum surah al-Adiyat. Ayat – ayatnya disepakati berjumlah 3 ayat.
Surat ini (Al-Ashr) mengandung sumpah Allah dengan
manusia dan peristiwa – peristiwa yang terjadi untuk menegaskan bahwa semua manusia
berada dalam kerugian dan kesesatan, terkecuali orang yang dipelihara Allah,
yaitu orang – orang yang mu’min yang ber’amal shalih dan nasehat – menasehati
dengan kebenaran dan kesabaran.
B.
Judul
Judul garis besar makalah ini adalah
“Investasi Amal Sholeh”, dan sub pembahasanya adalah “Investasi dengan Iman dan
Amal Sholeh”.
C.
Arti
Penting
Mengappa Q.S Al-Ashar ini penting
untuk dibahas, karena dalam ayat ini mengajarka kita untuk selalu sadar atas
apa yang kita lakukan. Karena sebenarnya kita itu dalam keadaan merugi. Dan oleh sebab itu kita harus selalu berserah
diri dan berdo’a kepada Allah SWT. Karena orang yang tidak dalam keadaan merugi
itu orang yang beriman dan beramal sholeh.
Oleh sebab itu, kita sebagai orang
yang muslim untuk selalu meningkatkan keimanan kita, dan selalu beramal sholeh,
supaya kita memperoleh tabungan untuk bekal dikehidupan selanjutnya yaitu
kehidupan yang abadi diakhirat.
D.
Nash
dan Terjemah
Artinya: “Demi masa (1), Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam
keadaan merugi (celaka) (2), kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih,
saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran (3).”
(Al ‘Ashr: 1-3)
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori
1.
Pengertian
iman
Iman itu perkataan dan perbuatan.
Yaitu perkataan dari hati dan lisan, dan perbuatan hati, lisan dan anggota
badan. Ia bertambah karena ketaatan dan berkurang karena maksiat, dan orang
yang beriman itu bertingkat-tingkat keimananya. Iman sangat sulit
digambarkan hakikatnya; ia dirasakan oleh seseorang, tetapi sulit baginya
melukiskan perasaan itu. Kerena itu sangat erat kaitannya dengan keyaqinan yang
ada dalam diri kita (hati)
Iman itu bagaikan rasa kagum atau cinta (senang),
hanya orang yang sedang mengalami rasa cinta yang bisa merasakannya, begitu
juga dengan iman, jika kita tidak pernah merasakan kecintaan kepada Allah tentu
bagaimana kita bisa melukiskan iman itu ada pada diri kita.[1]
2.
Pengertian
Amal Sholeh
Amal shaleh adalah pekerjaan yang apabila dilakukan,
maka suatu kerusakan akan terhenti atau menjadi tiada; atau bisa juga diartikan
sebagai suatu pekerjaan yang apabila dilkukan akan memperolah manfaat, bukan
hanya pada dirinya, tapi bagi orang disekitarnya.
Orang bisa disebut orang shaleh apabila aktivitasnya
mengakibatkan terhindarnya mudharat, atau pekerjaannya memberikan manfaat
kepada pihak lain, serta pekerjaannya tersebut sesuai dengan ajaran Islam, akal
dan adat istiadat yang baik. Kerena apaupun perbuatan yang kita lakukan di
dunia ini, semuanya akan kita pertanggung jawabkan dihadapan Allah nantinya.
Adapun orang yang beramal saleh antara lain:
a. Menolong orang yang sedang kesusahan.
b. Memberi apa yang kita punya terhadap orang yang sedang mengalami kesusahan.
c. Memberikan peringatan terhadap perbuatan yang dilakukan orang lain yang
menyeleweng dari ajaran agama.[2]
B.
Tafsir
1.
Tafsir
Al-Azhar
“Demi Masa!”(ayat 1) atau atau demi waktu Ashar, waktu petang hari
seketika bayang-bayang badan sudah mulai lebih panjang dari pada badan kita
sendiri, sehingga masuklah waktu sembahyang Ashar. Bahwa telah teradat bagi
bangsa Arab apabila hari telah sore, mereka duduk bercakap-cakap membicarakan
soal-soal kehidupan dan cerita-cerita yang berkenaan dengan urusan sehari-hari.
Karena banyak percakapan yang melantur, keraplah kejadin pertengkaran,
bersakit-sakitan hati sehingga menimbulkan permusuhan. Lalu ada yang mengutuki
waktu Ashar (petang Hari), mengatakan waktu Ashar waktu ynag celaka, atau
na’as, banyak bahaya terjadi diwaktu itu dengan salah. Misalnya
bermegah-megahan dengan harta, memuji diri, menghina merendahkan orang lain. Lalu
kamu salahkan waktu Ashar, padahal kamulah yang salah. Padahal kalau kamu
percakapan apa ynag berfaedah, dengan tidak menyinggung perasaan teman dudukmu,
tentulah waktu Ashar akan menjadi waktu yang bermanfaat bagimu.
“Sesunguhnya manusia itu adalah didalam kerugian” (ayat2). Didalam
masa yang dilalui itu nyatalah bahwa manusia hanya rugi selalu. Dalam hidup
melalui lahir kedunia, dihari dan sehari itu usia sudah kurang satu hari.
Setiap hari dilalui, sampai hitungan bulan dan tahun, dari muda ketua, hanya
kerugian jua yang dihadapi. Didalam kecil senaglah badan dalam pangkuan ibu,
itu pun rugi karena belum merasai arti hidup. Setelah mulai dewasa bolehlah
berdiri sendiri, beristri atau bersuami. Namun kerugian pun telah ada. Sebab
hidup mulai bergantung pada tenaga dan kegiatan sendiri, tidak lagi ditanggung
orang lain.
“kecuali oarng yang beriman”(pangkal
ayat 3).Yang tidak akan merasakan kerugian dalam masa hanyalah orang-orang yang
beriman. Orang-orang yang mempunyai kepercayaan bahwa hidupnya ini adalah
kehendak Ynag Maha Kuasa. Manusia datang kedunia ini sementara waktu, namun
masa yang sementara waktu itu dapat diisi dengan baik karena ada kepercayaan,
ada tempat berlindung. Iman menyebaban manusia insaf dari mana datangnya. Iman
menimbulkan keinsafan guna apa hidup didunia ini, yaitu untuk berbakti kepada
Maha Pencipta dan kepada sesamanya manusia. “Dan Beramal Sholeh” bekerja
yang baik dan berfaedah. Sebab hidup itu adalah suatu kenyataan dan mati pun
kenyataan pula, dan manusia yang dikelilingi kia oun suatu kenyataan pula. Yang
baik terpuji disini, yangburuk adalah merugikan diri sendiri dan merugikan
orang lain. “dan berpesan-pesan dengan kebenaran”(ujung ayat 3).
Tidaklah cukup kalau hanya pesan-memesan tentang nilai-nilai kebenaran.sebab
hidup didunia itu bukanlah jalan datar saja. Kerap kali kaki ini terantuk duri.[3]
2.
Tafsir
Al-Maragi
وَالْعَصْر
Allah
SWT bersumpah dengan memakai masa. Sebb, masa itu mengandung banyak peristiwa
dan cntoh yang menunjukkan kekuasaan-Nya, disamping menunjukkan betapa
bijaksananya Allah. Cobalah lihat, apa yang terkandung didalam masa itu.
Misalnya bergantinya antara siang dan malam, yang keduanya merupakan tanda-tanda
kekuasaan Allah.
اِنَّ اْلإِنْسَانَ لَفِيْ خُسْر
Sesungguhnya manusia itu adalah rugi dalam amal perbuatanya, kecuali
orang-orang yang Allah kecualikan. Perbuatan manusia itu merupakan sumber
kessengsaraan sendiri. Jadi, sebagai sumbernya bukanlah masa atau tempat. Ia
sendirilah yang menjerumuskan dirinya kedalam kehancuran. Dosa seseorang terhadap
yang Maha Menciptakan dan Yang Maha Menganugerahi kenikmatan dan dapat
dirasakan olehnya, adalah perbuatan yang paling berdosa. Hal inilah yang
menyebabkan hancurnya diri sendiri.
إِّلَّا الَّذِينَ ا
آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا
بِالصَّبْر
Yakinlah
dengan i’tikad yang benar. Bahwa alam semesta ini hanya memiliki satu Tuhan
Yang Maha Menciptakan dan yang memberikan ridha kepada orang yang taat, dan
murka kepada orang-orang yang berbuat maksiat. Dan yakinlah bahwa diantara
keutamaan dan keburkan itu sangat berbeda. Dengan demikian, perbedaan ini dapat
dijadikan sebagai pendorong untuk beramal baik atau kebajikan. Jadi, setiap
orang itu haruslah bisa bermanfaat untuk dirinya dan orang lain.[4]
3. Tafsir Al-Misbah
Dapat dikatakan bahwa pada surah ini Allah bersumpah demi waktu dan dengan
menggunakan kata ‘ashr bukan selainnya untuk menyatakan bahwa: demi waktu
(masa) dimana manusia mencapai hasil setelah ia memeras tenaganya, sesungguhnya
ia merugi apapun hasil yang dicapainya, kecuali jika ia beriman dan beramal
saleh. Kerugian tersebut mungkin tidak akan dirasakan pada waktu dini, tetapi
pasti akan disadarinya pada waktu ashr kehidupanya menjelang matahari
bayatnya terbenam. Itulah agaknya rahasia mengapa Tuhan memilih kata ‘ashr
untuk menunjuk kepada waktu secara umum.
Jika demikian waktu harus dimanfaatkan. Apabila tidak diisi maka kita
merugi, bahkan kalaupun diisi tetapi dengan hal-hal negatif maka manusia pun
diliputi oleh kurugian. Oleh karena itu, seseorang harus meningkatkan
keimananya. Apabila seseorang telah mampu melakukan amal saleh disertai dengan
iman, maka ia telah memenuhi hal-hal yang harus dipenuhinya dalam rangka
membebaskan dirinya dari kerugian.[5]
C. Aplikasi Dalam Kehidupan
Berdasarkan ayat ini yang perlu kita ambil pelajaranya atau kita garis
bawahi adalah pentingnya waktu yang kita miliki untuk dapat digunakan sebaik
mungkin, kita dapat mengisi waktu kosong untuk hal-hal yang positif, yang
bermanfaat untuk diri kita dan orang lain. Karena apabila kita telah melewatkan
waku yang berharga untuk kehidupan kita, maka waktu tidak akan terulang kembali
dan kita hanya dapat menyesal dikemudian hari.
Dengan kita memanfaatkan waktu sebaik mungkin, maka kita dapat melaksanakan
perintah-perintah Allah. Dan kita dapat meningkatkan keimanan kita terhadap
Allah. Maka kita akan terjaga dari hal-hal yang merugikan terhadap kehidupan kita kelak diakhirat.
D. Aspek Tarbawi
1. Selalu melaksanakan perintah Allah, karena dengan melaksanakan-Nya kita
dapat meningkatkan keimanan kita.
2. Menghargai waktu, dan memanfaatkanya dengan sebaik mungkin.
3. Mencoba melaksanakan hal-hal dengan baik, karena berdasarkan surat ini
manusia dalam keadaan yang merugi (celaka).
4. Saling menasehati antar sesama umat manusia, apabila terjadi hal-hal yang
menyeleweng.
5. Bersabar dalam menasehati orang lain, karena dengan kesabaran akan
memperoleh hasil yang diharapkan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Iman itu perkataan dan perbuatan. Yaitu
perkataan dari hati dan lisan, dan perbuatan hati, lisan dan anggota badan. Ia
bertambah karena ketaatan dan berkurang karena maksiat, dan orang yang beriman
itu bertingkat-tingkat keimananya. Iman sangat sulit
digambarkan hakikatnya; ia dirasakan oleh seseorang, tetapi sulit baginya
melukiskan perasaan itu. Kerena itu sangat erat kaitannya dengan keyaqinan yang
ada dalam diri kita (hati)
Amal shaleh adalah pekerjaan yang apabila dilakukan,
maka suatu kerusakan akan terhenti atau menjadi tiada; atau bisa juga diartikan
sebagai suatu pekerjaan yang apabila dilkukan akan memperolah manfaat, bukan
hanya pada dirinya, tapi bagi orang disekitarnya.
Dengan adanya pembahasan seperti itu kita dapat mengambil pelajaran
untuk menghargai waktu dan menghargai apa yang dilakukan oleh orang lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Maraghi, Ahmad
Musthofa.1993. Tafsir Al-Maraghi. Semarang: PT. Karya Tohaputra
Hakami, Syekh Hafizh. 1998. 200
Tanya Jawab Akidah Islam. Jakarta: Gema Insani Press
Prof. Dr. Hamka. 1982.
Tafsir Al-Azhar Juz XXX. Jakarta: Pustaka Panjimas
Shihab, M. Quraish. 2005. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera
Hati
PROFIL
Nama : ISTIQOMAH
TTL
: Pekalongan, 2 Juni 1997
Alamat : Ds. Rowoyoso RT 01/RW 01
Kec. Wonokerto Kab. Pekalongan
Hobi : Olahraga
Motto Hidup : Menjadi diri sendiri
dalam meraih kesuksesan
Riwayat Pendidikan:
Ø RA Muslimat NU Rowoyoso
Ø SDN 01 Rowoyoso
Ø SMP 2 Wonokerto
Ø MAN 2 Pekalongan
Ø Sekarang masih menempuh pendidikan di IAIN Pekalongan
[1] Syekh Hafizh
Hakami, 200 Tanya Jawab Akidah Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), hlm
37
[2] http://fikrialmabrur.blogspot.co.id/2013/01/memahami-isi-kandungan-qs-al-ashr.html
diakses pada 26/03/2017 13.31
[3] Prof. Dr. Hamka,
Tafsir Al-Azhar Juz XXX, (Jakarta: Pustaka Panjimas,1982), hlm 256-258
[4] Ahmad Mustafa
Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi,(Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1993), hlm 410 -
411
[5]M. Quraish
Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2005), hlm 497-503
Tidak ada komentar:
Posting Komentar