(Pendidikan Karakter Regelius)
HINDARI SIKAP SOMBONG DIMANAPUN
QS.Al-Luqman Ayat 18
Sulasmi (2021115166)
Kelas
D
FAKULTAS
TARBIYAH / PAI
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat
Allah SWT, Atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini yang
berjudul “Hindari sikap sombong dimanapun” yang dijelaskan dalam Qs.
Al-Luqma ayat 18 dapat saya selesaikan.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi kita Nabi
Muhammad Saw beserta keluarganya,dan sahabatnya.
Dalam penyusunan makalah ini penulis
tak lupa mengucapkan terimah kasih kepada Bapak Muhammad Ghufron M.S.I selaku
dosen pengampuh mata kuliah Tafsir Tarbawi yang telah memberikan ilmu
pengetahuan serta motivasi-motivasi serta tak lupa kepada kedua orang tua saya
yang telah memberikan dukungan dan doa yang menyertai dengan ikhlas, serta
tidak ketinggalan pula teman-teman seperjuangan yang saya cintai.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan
untuk memperdalam pengetahuan dan memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca. Makalah ini kami buat
guna memenuhi tugas dari mata kuliah Tarsir Tarbawi.
Dalam
makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan. Untuk itu kami sangat
menerima dengan rendah hati apabila ada kritik dan saran guna membuat perbaikan
di kemudian hari.
Pekalongan,
7 April 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sombong adalah keadaan seseorang yang
merasa bangga dengan dirinya sendiri. Memandang dirinya lebih besar dari pada
orang lain, kesombongan yang paling parah adalah sombong kepada Robbnya dengan
menolak kebenaran dan angkuh untuk tunduk kepada-Nya baik berupa ketaatan ataupun
mrngesakan-Nya. Sombong penyebab utama yang menjadikan pelakunya selalu
memandang semua manusia lainnya dengan remeh serta menjadikan pelakunya
melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak wajar. Sifat ujub hanya pada jiwa-jiwa
manusia yang kerdil dan timbul dari akal yang sempit dan dangkal. Karenanya,
jika seseorang memliki kejernian akal dan fikiran yang luas, dia akan sadar
bahwa derajat manusia dalam setiap keutamaan, baik yang bersifat batin maupun
lahir tidak pernah memiliki batasan. Oleh karena itu, ketika seseorang telah
dibukakan hati dan fikirannya pada setiap keutamaan yang telah dia raih, dia
akan melihat pada derajat dan keutamaan orang-orang yang diatasnya, dia merasa
bahwa keutamaan yang dimilikinya sangat minim dan akan mengakui bahwa sangat
banyak kekurangan pada setiap kebaikan yang dilakukannya.
Kesombongan menjadi penghalang masuk
surga karena ia menghalangi seseorang hamba dari semua akhlak yang seharusnya
disanding oleh seorang mukmin sedangkan akhlak-akhlak itu merupakan
pintu-pintunya. Orang yang didalam hatinya ada perangai seberat dzarrah maka ia
tidaka akan masuk surga. Akhlak yang tercela itu saling berkaitan, sebagiannya
pasti mengajak kepada sebagian lain. Seburuk-buruknya kesombongan adalah
kesombongan yang menghalangi diri dari mendapatkan manfaat ilmu, menerima
kebenaran, dan mengikuti kebenaran.
B. Nash Al-Qur’an
وَلاَ تُصَعِّرْ خَّدَّ كَ للِنَّا سِ وَلاَ تَمْشِ فِي لْاَرْضِ مَرَ
حًا اِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ كُلِّ
مُخْتَا لٍ فَحُو رٍ (18)
Artinya: Dan
janganlah engkau palingkan muka engkau dari manusia dan janganlah berjalan di
muka bumi dengan congkak. Sesungguhnya Allah tidaklah menyukai tiap-tiap yang
sombong membanggakan diri.
C. Arti penting
Pada pembahasan surat Al-Luqman ayat 18 tentang
pentingnya bagi kita untuk bersikap tawaduk dalam hidup. Secara fitrah manusia
akan menyukai mereka yang bersikap tawadduk, meskipun ia mempunyai berbagai
kelebihan dibandingkan dengan yang lainnya. Dan dengan sikap tawaduk ini pasti
Allah Swt memberikan keutamaan pada kita posisi yang lebih tinggi. Dan kita
berdoa kepada Allah Ta’ala semoga Allah menghiasi diri kita dengan berbagai
akhlak mulia, diantaranya sikap tawaduk. Aamiin
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Teori
Etika secara
umum dapat dibagi menjadi etika umum dan etika khusus. Etika umum berbicara
mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis,
bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan
prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak
serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan.
Etika khusus
adalah penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang
khusus. Etika khusus dibagi lagi menjadi dua yaitu etika individual dan etika
sosial. Etika individual menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap
dirinya sendiri. Etika sosial berbicara mengenai kewajiban, sikap, dan moral
perilaku manusia sebagai anggota umat manusia.
Etika sosial
menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik secara perorangan dan langsung
maupun secara bersama dan dalam bentuk kelembagaan (keluarga, masyarakat,
negara), sikap kritis terhadap pandangan-pandangan dunia dan ideologi, sikap
dan pola perilaku dalam bidang kegiatan masing-masing, maupun tentang tanggung
jawab manusia terhadap makhluk hidup lainnya. Serta alam semesta pada umumnya.
Tujuan dan
fungsi dari etika sosial pada dasarnya adalah untuk menggugah kesadaran kita
akan tanggung jawab kita sebagai manusia dalam kehidupan bersama dalam segala
dimensinya. Etika sosial mau mengajak kita untuk tidak hanya melihat segala
sesuatu dan bertindak dalam kerangka kepentingan kita saja, melainkan juga
memperdulikan bersama yaitu kesejahteraan dan kebahagiaan bersama.[1]
Islam telah mengajak dan menganjurkan
kepada kaum muslimin untuk menjalankan dan memegang pada akhlak-akhlak yang
mulia. Yaitu akhlak yang berasaskan pada prinsip-prinsip kebaikan dan
kebenaran, akhlak yang dapat membawa kebahagiaan bagi individu dan masyarakat
di dunia dan akhirat.[2]
Nabi
Saw bersabda,” Tidak ada yang lebih berat dalam timbangan manusia di hari
kiamat daripada akhlak yang baik”.[3]
Tawaduk mempunyai dua arti: pertama,
engkau tunduk dan menerima kebenaran dari siapapun. Kedua, berarti merendahkan
sayap kepada manusia. Maksudnya, engkau ramah dan lembut saat bergaul dengan
orang lain, siapapun dia.
Kebalikan
tawaduk adalah sombong. Sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan
manusia. Menolak kebenaran artinya engkau tidak mau menerima kebenaran tersebut.
Merendahkan manusia artinya engkau bersikap congkak kala menghadapi orang
sederhana dan miskin. Kau anggap dirimu mulia hingga tidak mau menyapanya,
tersenyum, dan bercakap dengan mereka. (merendahkan manusia juga berarti
menzalimi orang lain dan tidak menunaikan hak mereka).
Keutamaan
tawaduk antara lain:
a. Orang yang tawaduk kepada Allah pasti
Allah muliakan. Semakin tawaduk seseorang, ia semakin disukai.
b. Siapa yang tawaduk satu derajat kepada
Allah, Allah angkat ia satu derajat hingga mencapai surga tertinggi.
c. Sungguh sikap tawaduk yang mengagumkan, ia hadapi dengan sikap
tawaduk yang lebih agung. Rendahkan sayapmu, pasti Allah merahmatimu.[4]
B. Penafsiran
1.
Tafsir Al-Azhar
“Dan janganlah engkau palingkan muka engkau
dari manusia”. Ini adalah termasuk budi perkerti, sopan santun, akhlak yang
tinggi. Yaitu kalau sedang bercakap berhadap-hadapan dengan seseorang, hadaplah
muka engkau kepadanya. Menghadapkan muka adalah alamat dari menghadapkan hati.
Denganlah dia bercakap, simakkan baik-baik. Kalau engkau bercakap dengan
seseorang, padahal mukamu engkau hadapkan ke jurusan lain, akan tersinggunglah
perasaannya. Dirinya tidak dihargai perkataannya tidak sempurna didengarkan.[5]
Dalam bersalam
mula bertemu, apalagi bersalam dengan orang banyak berganti-ganti, ketika
berjabat tangan itu, tengoklah matanya dengan gembira. Hatinya akan besar dan
silahturahmi akan teguh. Apalagi kalau namanya tetap ingat dan disebut.
Ibnu Abbas
menjelaskan tafsir ayat ini: “Janganlah takabbur dan memandang hina hamba
Allah, dan jangan engkau palingkan muka engkau ke tempat lain ketika bercakap
dengan dia.
Demikian juga
penafsiran dari Ikrimah, Mujahid, Yasid bin al-Asham dan Said bin Jubair. “Dan
janganlah berjalan di muka bumi dengan congkak”. Mengangkat diri, sombong,
mentang-mentang kaya, mentang-mentang gagah, mentang-mentang dianggap orang
jagoh, mentang-mentang berpangkat dan sebagainya. “Sesungguhnya Allah tidaklah
menyukai tiap-tiap yang sombong membanggakan diri”. (ujung ayat 180).
Congkak,
sombong, takabbur, membanggakan diri, semuanya itu menurut penyelidikan ilmu
jiwa, terbitnya ialah dari sebab ada perasaan bahwa diri itu sebenarnya tidak
begitu tinggi harganya. Di angkat-angkat ke atas, ditonjol-tonjolkan, karena di
dalam lubuk jiwa terasa bahwa diri itu memang rendah atau tidak kelihatan. Dia
hendak meminta perhatian orang. Sebab merasa tidak diperhatikan. Dikaji dari
segi iman, nyatalah bahwa iman orang itu masih cacat.[6]
2.
Tafsir Ibnu Katsir
Firman
Allah,”Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia”. Asal makna sha’ara
ialah penyakit yang menimpah leher unta hingga kepalanya borok dan tegang. Lalu
unta yang demikian diserupakan dengan orang sombong yang memalingkan wajahnya
dari khalayak, tatkala dia berkata kepada mereka atau sebaliknya, karena
memandang mereka hina dan karena kesombongannya. Sesunggunya Allah melarang
berbuat demikian.[7]
Firman
Allah,”Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh”. Yakni dengan
congkak dan sombong. Janganlah kamu berbuat demikian. Allah akan memurkaimu.
Karena itu, Dia berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong lagi membagakan diri”, yakni yang kagum kepada dirinya dan besar kepala
atas orang lain. Penggalan ini seperti firman Allah Ta’ala,”Dan janganlah kamu
berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya kamu tidak akan mampu
menembus bumi dan mencapai setinggi gunung”. (Al-isra: 37)
Al-Hafizh
ath-Tharbrani meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Tsabit bin Qais
bin Syamas, dia berkata:”Masalah kesombongan disebutkan di sisi Rasulullah,
lalu beliau memeringatkan dengan keras seraya membaca ayat, “Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membagakan diri”. Lalu ada seorang
berkata,’Demi Allah. Wahai Rasululullah, jika aku mencuci bajuku maka kagumlah
aku akan warnanya yang putih. Aku pun kagum terhadap bunyi sandalku dan
gantungan cemetiku’. Beliau bersabda, ‘Yang demikian itu bukan sombong. Sombong
ialah bila kamu melecehkan kebenaran dan menyepelekan manusia.[8]
3.
Tafsir Al-Misbah
Nasihat Luqman
kali ini berkaitan dengan akhlak dan sopan santun berinteraksi dengans sesama
manusia. Materi mempelajaran akidah, beliau selingi dengan materi pelajaran
akhlak, bukan saja agar peserta didik tidak jenuh dengan satu materi, tetapi
juga untuk mengisyaratkan bahwa ajaran akidah dan akhlak merupakan satu
kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.
Beliau
menasehati anaknya dengan berkata: Dan wahai anakku, di samping butir-butir
nasihat yang lalu, janganlah engkau berkeras memalingkan pipimu yakni mukamu
dari manusia siapapun dia didorong oleh penghinaan dan kesombongan. Teatpi
tampillah kepada setiap orang dengan wajah berseri penuh rendah hati. Dan bila
engkau melangkah, janganlah berjalan di muka bumi dengan angkuh, tetapi
berjalanlah dengan lemah lembut penuh wibawa. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
yakni tidak melimpahkan anugerah kasih sayang-Nya kepada orang-orang yang
sombong lagi membanggakan diri. Dan bersikap sederhanalah dalam perjalanmu,
yakni jangan membusungkan dada dan jangan juga merunduk bagaikan orang sakit.
Jangan berlari-lari tergesa-gesa dan jangan juga sangat perlahan menghabiskan
waktu. Dan lunakanlah suaramu hingga tidak terdengar kasar bagaikan teriakan
keledai. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai karena
awalnya siulan yang tidak menarik dan akhirnya tarikan nafas yang buruk.[9]
Kata (تصعّر) tusha’ir terambil dari kata ( الصّعر) ash-sha’ar yaitu penyakit yang menimpa unta
dan menjadikan lehernya keseleo, sehingg memaksakan dia dan berupaya keras agar
berpaling sehingga tekanan tidak tertuju kepada syaraf lehernya yang
mengakibatkan rasa sakit. Dari kata inilah ayat diatas menggambarkan upaya
keras dari seseorang untuk bersikap angkuh dan menghina orang lain. Memang
sering kali penghinaan tercermin pada keengganan melihat siapa yang dihina.
Kata (
فى الارض) fi al-ardh /di bumi disebut oleh ayat diatas, untuk
mengisyaratkan bahwa asal kejadian manusia dari tanah, sehingga ia hendaknya
jangan menyombongkan diri dan melangkah angkuh ditempat itu. Demikian kesan
al-Biqa’i sedang ibn ‘Asyur memperoleh kesan bahwa bumi adalah tempat berjalan
semua orang, yang kuat dan yang lemah, yang kaya dan yang miskin, penguasa dan
rakyat jelata. Mereka semua sama sehingga tidak wajar bagi pejalan yang sama,
menyombongkan diri dan merasa melebihi orang lain.
Kata (
مختا لا )
mukhtalam terambil dari akar kata yang sama dengan ( خيال ) khayal. Karenanya kata ini pada mulanya berarti orang yang
tingkah lakunya diarahkan oleh khayalannya, bukan oleh kenyataan yang ada pada
dirinya. Biasanya orang semacam ini berjalan angkuh dan merasa dirinya memiliki
kelebihan dibandingkan dengan orang lain. Dengan demikian, keangkuhannya tampak
secara nyata dalam kesehariannya. Kuda dinamai (خيل )
khail karena jalanya mengesankan keangkuhan. Seseorang yang mukhtal
membanggakan apa yang dimiliki, bahkan tidak jarang membanggakan apa yang pada
hakikatnyatidak ia miliki. Dan inilah yang ditunjuk oleh kata ( فخو را ) fakhurun, yakni sering kali memanggakan
diri. Memang kedua kata ini yaitu mukhtal dan fakhur mengandung makna
kesombongan, kata yang pertama bermakna kesombongan yang tidak terlihat dalam
tingkah laku, sedang yang kedua adalah kesombongan yang terdengar dari
ucapan-ucapan. Di sisi lain, perlu dicatat bahwa menggabungkan kedua hal itu
bukan berarti bahwa ketidaksenangan Allah abru lahir bila keduanya tergabung
bersama-sama dalam diri seseorang. Tidak ! jika salah satu dari kedua sifat iu
disandang manusia maka hal itu telah mengundang murka-Nya. Penggabungan
keduanya pada ayat ini atau ayat-ayat yang lain hanya bermaksud menggambarkan
bahwa salah satu keduanya sering kali bebarengan dengan yang lain.
C. Aplikasi Dalam Kehidupan
1.
Meningkatkan ibadah kepada Allah Swt.
2.
Meningkatkan keimanan dan ketakwaan.
3.
Mensyukuri segala nikmat Allah Swt.
4.
Menyadari segala kekurangan
sebagai manusia.
5.
Menyadari bahwa hidup ini hanya sementara.
6.
Ikhlas melakukan kegiatan amal.
7.
Selalu berusaha menghormati dan menghargai orang lain.
8.
Menyadari bahwa segala kelebihan kita adalah karunia Allah Swt.
D. Aspek Tarbawi
1.
Kesombongan merupakan sikap yang sangat tidak terpuji, yang dapat
berakibat bahwa diharamnya seseorang masuk ke dalam surga.
2.
Sombong menjadi sifat dan karakter iblis, yang oleh karenanya iblis
dilaknat Allah Swt, serta diturunkan martabatnyamenjadi makhluk yang sangat
hina dina.
3.
Hakekat kesombongan adalah seorang yang tidak mau menerima
kebenaran dan sikap merendahkan orang lain, khususnya kebenaran yang
bersumberkan pada hukum syariah dan ajaran islam.
4.
Masuk juga dalam kategori kesombongan adalah seseorang yang
senantiasa merendahkan martabat dan derajat orang lain, serta merasa dirinya
lebih baik, lebih pintar, lebih shaleh, lebih berprestasi dibandingkan dengan
orang lain. Biasanya sifat sombong tercermin antara lain, dengan mudahnya si
pelaku ini menghina, merendahkan, atau memalukan orang lain.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Tawaduk mempunyai dua arti: pertama,
engkau tunduk dan menerima kebenaran dari siapapun. Kedua, berarti merendahkan
sayap kepada manusia. Maksudnya, engkau ramah dan lembut saat bergaul dengan
orang lain, siapapun dia.
Kebalikan
tawaduk adalah sombong. Sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan
manusia. Menolak kebenaran artinya engkau tidak mau menerima kebenaran
tersebut. Merendahkan manusia artinya engkau bersikap congkak kala menghadapi
orang sederhana dan miskin. Kau anggap dirimu mulia hingga tidak mau
menyapanya, tersenyum, dan bercakap dengan mereka. (merendahkan manusia juga
berarti menzalimi orang lain dan tidak menunaikan hak mereka).
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim
mahmud, Ali. 2004. Akhlak Mulia.
Jakarta:Gema Insani
Hamka. 1982. Tafsir AL-Azhar Juz XXI. Jakarta:Pustaka
Panjimas
Khaled,
Amr. 2010. Buku Pintar Akhlak. Jakarta:Zaman
Nasib
Ar-Rifa’i, Muhammad. 1989. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 3. Jakarta:Maktabah
Ma’arif Riyadh
Salam,
Burhanuddin.1997. Etika Sosial Asas Moral Dalam Kehidupan Manusia.
Jakarta:PT. Renika Cipta
Shihab, M.
Quraish. 2003. Tafsir Al-Misbah.
Jakarta:Lentera Hati
PROFI PENULIS
Nama :
Sulasmi
Nim :
2021115166
Alamat :
Ds. Kendaldoyong, Dk. Pilangjati, Rt.007, Rw.003
Kec.
Petarukan, Kab. Pemalang
Riwayat Pendidikan :
SD Negeri 5 Kendaldoyong
SMP
Negeri 4 Petarukan
SMK
Islam Al-Khoiriyah Petarukan
[1] Burhanuddin
Salam, Etika Sosial Asas Moral Dalam Kehidupan Manusia(Jakarta:PT.
Renika Cipta, 1997), hlm.7-9
[7] Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Ringkasan Tafsir
Ibnu Katsir Jilid 3(Jakarta:Maktabah Ma’arif,Riyadh, 1989),hlm.792-793
[8] Ibid,.hlm.792-793
Tidak ada komentar:
Posting Komentar