KEWAJIBAN BELAJAR “ GLOBAL”
Dewi Masyitoh
2021216010
KELAS : L (Reguler Sore)
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat serta hidayat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
Solawat salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita baginda Nabi
Muhammad SAW, semoga kita semua tergolong ummat yang akan mendapatkan
syafaat-Nya kelak di hari kiamat. Amin
Penulis ucapkan terima kasih atas
semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini yang membahas
mengenai “TAFSIR TARBAWI’’
Penulis sangat
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kata
sempurna.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
sangat berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Pekalongan, 28 September 2017.
DAFTAR
ISI
Kata Pengantar………………………………………………………….1
Daftar Isi…………………………………………………………..........2
BAB I PENDAHULUAN
A.Tema……………………………………..…............................3
B.Sub tema………………………………………………............3
C.Alasan penulis………………….................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A.QS Al-Alaq…..……..................................................................4
B.Terjemahan
.……………….......................................................4
C.Intisari
kandungan ayat…………..............................................4
D. Tafsir QS Al-
Alaq....................................................................5
BAB III PENUTUP
A.Simpulan…….………………………………………...............10
DAFTAR PUSTAKA…….………………………………..................10
BAB I
PENDAHULUAN
KEWAJIBAN BELAJAR “GLOBAL “
DALAM
QS Al- Alaq, 96 :1-5
(perintah membaca dan belajar)
Islam adalah satu- satunya
agama samawi yang memberikan perhatian besar terhadap ilmu pengetahuan. Kewajiban
belajar mengajar merupakan suatu tuntutan bagi manusia yang menginginkan suatu
kehidupan yang layak sebagai implementasi dalam kehidupan didunia. Pendidikan
merupakan suatu hal utama yang menentukan masa depan generasi yang akan datang.
Dalam kaitannya dengan
pendidikan ataupun belajar mengajar, Allah telah membimbing manusia untuk
menjalani hidupnya didunia melalui Al-quran yang Allah turunkan sebagai ilmu
dan pedoman hidup yang wajib kita pelajari dan mengkajinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. SURAT AL- ALAQ 1-5
اقرأباسم ربّك الّذي خلق
خلق الاءنسان من علق
اقرأ وربّك الأكرم
الّذي علّم بالقلم
علّم الانسان مالم يعلم
B. TERJEMAHAN
SURAT
1.Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan
2.Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah
3.Balah dan Tuhanmulah yang paling pemurah
4.Yang mengajari (manusia) dengan perantara qalam
5.Dia mengajari manusia apa yang tidak diketahuinya.[1]
C. INTISARI
KANDUNGAN AYAT
Ayat pertama bagaikan menyatakan : bacalah wahyu-wahyu Illahi yang
sebentar lagi akan banyak engkau terima, dan baca juga alam dan masyarakatmu. Ayat ini mengajarkan, bahwa membaca sebagai
salah satu aktivitas belajar mesti berangkat dari nama Tuhan yang telah
menciptakan segala sesuatu. Dengan demikian, belajar mesti berangkat dari
keimanan danberorientasi untuk memperkuatnya.[2]
Bacalah agar engkau
membekali dirimu dengan kekuatan pengetahuan. Bacalah semua itu tetapi dengan
syarat hal tersebut harus engkau lakukan dengan atau demi nama Tuhan yang
selalu memelihara dan membimbingmu dan yang mencipta semua makhluk kapan dan
dimanapun. Setelah menjelaskan bahwa Allah swt adalah pencipta segala yang
wujud, maka ayat 2 menjelaskan ciptaan-Nya, yang kepadanya ditujukan
wahyu-wahyu al-quran yakni manusia yang diciptakan-Nya dari alaq, yakni sesuatu
bergantung : baik dalam arti bergantung di dinding rahim yang merupakan salah
satu proses amat penting menuju kelahirannya, maupun dalam arti bahwa manusia
adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tetapi memunyai sifat
ketergantungan kepada selainnya, seperti alam, manusia, lebih-lebih kepada
Allah swt.
Ayat ketiga mengulangi perintah membaca sambil memperkenalkan Allah
sebagai zat yang akram, yakni maha baik dan maha pemurah, yang kemurahan-Nya
tidak dapat dilukiskan karena melampui batas harapan. Ayat 4 dan 5 menjelaskan
sebagian dampak kemurahan-Nya dengan menyatakan bahwa Dia yang mengajar dengan
pena, yakni melalui sarana yang diusahakan oleh manusia. Dan Dia juga mengajar
manusia secara langsung tanpa keterlibatan usahanya.[3]
D. Tafsir
QS Al- alaq 1-5
اقرأباسم ربّك الّذي خلق .
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan”.
Secara harfiah kata qara yang terdapat pada ayat tersebut
berarti menghimpun huruf-huruf dan kalimat yang satu dengan kalimat lainnya dan
membentuk suatu bacaan. Sedangkan menurut al-Maraghi secara harfiah ayat tersebut
dapat diartikan jadilah engkau seorang yang dapat membaca berkat kekuasaan dan
kehendak Allah yang telah menciptakanmu walaupun sebelumnya engkau tidak
dapatmelakukannya. Selain itu ayat tersebut juga mengandung perintah agar
manusia memiliki keimanan, yaitu berupa keyakinan terhadap adanya kekuasaan dan
kehendak Allah, juga mengandung pesan ontologis tentang sumber ilmu pengetahuan.
[4]
Kata اقرأ)) iqra’ terambil dari kata kerja (قرأ)qara’a yang pada mulanya berarti
menghimpun. Dalam suatu riwayat dinyatakan bahwa Nabi SAW bertanya مااقرأ)) “maa iqra” apakah yang saya harus baca?
Beraneka ragam pendapat ahli tafsir tentang objek bacaan yang dimaksud. Ada
yang berpendapat bahwa itu wahyu-wahyu al-quran sehingga perintah itu dalam
arti bacalah wahyu-wahyu al-quran ketika turun nanti. Ada yang berpendapat
objeknya adalah (اسم ربّك) “ismi
rabbika”sambil menilai huruf (ب)ba’ yang menyertai kata ismi
adalah sisipan sehingga ia berarti bacalah nama Tuhanmu atau berzikirlah. Tapi
jika demikian mengapa Nabi SAW menjawab “saya tidak dapat membaca”. Seandainya
yang dimaksud adalah perintah berdzikir tentu beliau tidak menjawab demikian
karena jauh sebelum wahyu datang beliau senantiasa melakukannya. Dari sini
dapat disimpulkan bahwa kata iqra’ digunakan dalam arti membaca, menelaah,
menyampaikan, dan sebagainya.
Huruf (ب) ba’ pada kata (با سم)bismi ada yang memahaminya sebagai
fungsi penyertaan atau mulabasah sehingga dengan demikian ayat tersebut berarti
bacalah disertai dengan nama Tuhanmu. Sementara ulama memahami kalimat bismirabbika
bukan dalam pengertian harfiahnya. Sudah menjadi kebiasaan masyarakat arab,
sejak masa jahiliyah mengaitkan suatu pekerjaan dengan nama sesuatu yang mereka
agungkan.
Kata (خلق) khalaqa memiliki sekian banyak arti
antara lain menciptakan (dari tiada), menciptakan (tanpa satu contoh terlebih
dahulu), mengukur, memperhalus, mengatur, membuat, dan sebagainya. Objek khalaqa
pada ayat ini tidak disebutkan sehingga objeknya pun sebagaimana iqra’ bersifat
umum dengan demikian, allah adalah pencipta semua makhluk.[5]
Dari runtutan
kisah yang kami kemukakan diatas, yang segera terlintas dalam pikiran tentang
makna ayat pertama (yakni ‘Bacalahdengan nama Tuhanmu’) adalah bahwa perintah
tersebut termasuk dalam kategori amr takwiniy (perintah atau titah Allah untuk
menjadikan sesuatu). Nabi saw ketika itu memang tidak pandai membaca
ataupun menulis. Karena itu beliau mengulang-ulang ucapannya, Aku tidak pandai
membaca!” Maka datanglah perintah Illahi agar ia menjadi pandai membaca
walaupun tetap tidak dapat menulis. Sebab, akan diturunkan kepadanya kitab yang
akan dibacanya, walaupun ia tidak dapat menuliskannya. Itulah sebabnya ayat
tersebut melukiskan Tuhan sebagai Yang semesta ini. Sebab, Dzat yang menyandang
sifat- sifat yang dengannya ia mampu menanamkan pengaruh-Nya pada segala macam
ciptaan-Nya yang tak terhingga, pastilah ia mampu juga menciptakan kepandaian
membaca pada dirimu; meskipun engkau belum pernah mempelajarinya. Engkau
sendiri tadinya tak mengetahui apapun tentang al-kitab (Al-quran). Maka
seolah-olah Allah swt berfirman kepadanya, “jadilah engkau pandai membaca,
dengan quadrat dan iradat-Ku!”.
Dalam kalimat ini, yang dibaca adalah ‘nama
(nama Tuhanmu) sebab, ‘nama’ mengantarkan kepada pengetahuan tentang ‘Dzat’
sebagaimana telah diuraikan pada tafsir surah Al-a’la.
Penciptaan kemampuan membaca akan menarik perhatianmu kearah
pengetahuan tentang Dzat (Allah swt) serta sifat-sifatNya semuanya. Membaca
merupakan suatu ilmu yang tersimpan dalam jiwa yang aktif. Sedangkan
pengetahuan tersebut rmasuk kedalam pikiranmu atas perkenan Allah swt melalui
kemurahanNya, ilmuNya, qudratNya serta iradatNya.
Demikianlah makna ayat tersebut. Akan tetapi, apabila kita
mengartikan perintah ini sebagai suatu kewajiban yang dibebankan, atau amr
taklifi (bukan amr takwiniy seperti dalam pengertian diatas-penerj). Dengan
menyatakan bahwa maknanya adalah bahwa kamu diperintahkan- ketika membaca
sesuatu- agar membacanya dengan nama Allah, maka arti ayat itu adalah seperti
telah kami jelaskan tentang makna Bismillah Ar-rahman Ar-rahim, ketika
menafsirkan surah al-fatihah. Yaitu apabila kamu membaca, hendaknya kamu selalu
membaca dengan pengertian bahwa bacaanmu itu merupakan perbuatan yang kamu
laksanakan demi Allah saja, bukan demi sesuatu selain-Nya. Kalaupun
diperkirakan bahwa seseorang membaca dengan menjadikan bacaannya itu demi Allah
sendiri, bukan demi yang lainnya, tetapi ia tidak menyebut ‘nama-Nya’, maka ia
tetap dianggap membaca demi Allah. Anjuran untuk mengucapkan basmalah dengan
lisan adalah semata-mata untuk
mengingatkan hati- pada permulaan setiap pekerjaan- agar senantiasa
kembali kepada Allah swt. Dalam perbuatan tersebut. Jadi, ia tetap berbuat demi
nama-Nya, dan bukan demi nama selain-Nya.[6]
Ayat
خلق النسان من علق yang
menciptakan manusia dari segumpal darah. Kata العلق = darah yang beku. Yaitu keadaan janin pada hari-hari
pertamanya. Dan barang siapa mampu menciptakan- dari segumpal darah
beku-seorang manusia, yakni makhluk hidup yang dapat berbicara, dan yang dengan
ilmunya dapat menguasai semua makhluk dibumi dan mengendalikannya demi
kepentingannya, sudah barang tentu Dia mampu pula menjadikan seorang insane
kamil seperti Nabi saw, pandai membaca meskipun sebelumnya ia tidak pernah belajar
membaca.
Ayat ini difirmankan Allah swt setelah ayat sebelumnya, demi lebih
menguatkan maknanya. Seolah-olah ia mengatakan kepada (Nabi saw) yang berulang
kali mengaku dirinya tidak pandai membaca, “Yakinilah bawa kamu kini dapat
membaca, dengan izin Tuhan-mu yang telah menciptakan segala suatu yang ada-
termasuk kemampuan membaca yang juga merupakan salah satu dari hasil
ciptaan-Nya dan yang telah menjadikan manusia sebagai ciptaan yang sempurna,
meski berasal dari segumpal darah beku, tidak berbentuk atau berupa. Sedangkan
kepandaian membaca hanyalah suatu sifat tambahan bagi makhluk manusia yang
sempurna itu, sehingga penciptaannya jauh lebih muda (dari pada penciptaan
manusia itu sendiri).
Dan mengingat bahwa kepandaian membaca merupakan suatu kemampuan
yang tak dapat dikuasai oleh seorang kecuali dengan mengulang-ulang serta membiasakan diri dengan
apa yang ada pada manusia lainnya, maka pengulangan perintah ilahi (dalam wahyu
di atas) menggantikan pengulangan bacaan yang diperlukan dalam belajar membaca,
dalam hal menjadikan Nabi saw. Memiliki kemampuan seperti itu. Itulah sebabnya
Allah swt mengulangi lagi perintahNya dalam ayat اقراء وربك الاكرم Bacalah dan
Tuhanmu lah Yang paling Pemurah. Yakni bahwa Allah swt adalah Yang Paling
Pemurah dari siapa saja yang diharapkan pemberian darinya dan karenanya amat
mudah bagiNya untuk melimpahkan kepadamu karunia ini
(karunia kemampuan membaca) dari samudra kemurahanNya. Ayat ini menyadarkan hati kita bahwa tanpa
karunia-Nya kepada kita, tidak mungkin kita mampu menyingkap rahasia firman dan
wajah-Nya. Rasulullah saw pun tidak akan memahami kalam-Nya, bahkan ada
beberapa hal yang dihapus dari ingatannya.[7] Setelah itu Allah swt ingin memberikan kepadanya tembahan
ketenangan dengan kemampuan barunya ini. Yaitu dengan menggambarkan bahwa
Dialah Sang Pemberi karunia ini, aladzi alama bil qalam yang mengajar
dengan perantara pena. Yakni menjadikan manusia mengerti dan belajar dengan
perantara pena, sebagaimana ia juga mengajari mereka dengan perantara lisan.
Adapun pena adalah suatu alat terbuat dari benda mati, tak ada kehidupan
padanya, dan tidak memiliki kemampuan untuk memberikan pemahaman kepada
manusia. Maka Dia yang telah menjadikann dari benda mati ini alat untuk
pemahaman dan penjelasan; tidaklah Dia juga kuasa menjadikanmu seorang pem baca
dan pemberi penjelasan yang sekaligus juga seorang pengajar; apalagi kamu
adalah seorang insan kamil (manusia sempurna).
Kemudian Allah ingin menghilanngkan sama sekali keraguan yang
mungkin ada dalam diri Nabi saw, mengenai kepandaian membaca yang dikaruniakan
Allah kepadanya, sedangkan ia sebelumnya tidak pandi membaca maka firmanya alamal
insane nama lamya’lam Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Yakni bahwa Dia (Allah) Yang keluar dari-Nya perintah untuk menjadikanmu
seorang pembaca dan yang membacakan, dan menimbulkan dalam dirimu kepandaian
itu, bahkan kelak akan menyampaikanmu kepada tingkatan setinggi-tingginya yang
tak seorang pun selainmu akan mencapainya dibidang ini; Dia pulalah Yang telah
mengajarkan kepada manusia segala ilmu pengetahuan yang dinikmatinya, sedangkan
ia dihari-hari permulaan penciptaanya, tak mengetahui apapun! Maka tidaklah
mengherankan apabila Dia yang sejak mula pertama telah mengaruniakan ilmu bagi
manusia-sementara ia tadinya tidak memiliki ilmu sedikitpun- kini mengajarimu
kepandaian membaca; sedangkan kamu memiliki potensi untuk mengetahui amat
banyak pengetahuan selain itu dan dirimu benar-benar siap untuk menerima-nya![8]
BAB III
SIMPULAN
Ayat ini menyatakan bahwa manusia dijadikan dari segumpal
darah atau menurut pendapat lain ‘alaq (sesuatu yang melekat).
Dengan ayat-ayat ini terbuktilah tentang tingginya nilai
membaca, menulis dan berilmu pengetahuan. Andaikata tidak karena qalam niscaya
tidak banyak ilmu yang tidak terpelihara dengan baik. Banyak penelitian yang
tidak tercatat dan banyak ajaran agama hilang, pengetahuan orang dahulu kala
tidak dapat dikenal oleh orang-orang sekarang baik ilmu, seni, dan penemuan-
penemuan mereka.
Manusia telah diperintahkan untuk membaca guna memperoleh
berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala pemikirannya itu tidak boleh
lepas dari aqidah islam, karena “iqra”haruslah dengan “bismi rabbika”, yaitu
tetap berdasarkan iman kepada Allah, yang merupakan asas aqidah islam.
Demikian pula dengan pena tidak dapat diketahui sejarah
orang-orang yang berbuat baik atau yang berbuat jahat dan tidak ada pula ilmu
pengetahuan yang menjadi pelita bagi orang-orang yang datang sesudah mereka.
Ayat ini juga menjadikan bukti kekuasaan Allah yang menjadikan manusia dari
benda mati yang tidak berbentuk dan berupa dapat dijadikan Allah menjadi
manusia yang sangat berguna dengan
mengajarinya pandai membaca dan menulis.
DAFTAR PUSTAKA
Shihab,M Quraish.1997. Tafsir Al-quran Al-karim. Bndung :
Pustaka Hidayah.
Yusuf, M Kadar . 2013. TAFSIR TARBAWI pesan-pesan Al-quran
tentang pendidikan Jakarta : AMZAH.
Nata H Abudin.
2009. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan Tafsir Ayat-ayat Tarbawiy. Jakarta
: Rajawali pers.
Shihab, M Quraish.2012. AL-LUBAB
makna tujuan dan pelajaran dari surah-surah al-quran, Cet I.Tangerang : Lentera
Hati.
http :// dosenmuslim.com/ pendidikan/ tafsir-
tarbawi-qs al-alaq- ayat 1-5/diakses pada hari kamis, 28 september 2017 jam
09.00
Abduh, Muhammad. 198. Tafsir
Juz Amma. Bandung : Mizan.
Gojali Nanang. 2013. Tafsir hadits tentang
pendidikan. Bandung : Pustaka setia.
PROFIL
Nama: Dewi Masyitoh
Nim: 2021216010
TTL: Pekalongan, 07 Oktober 1998
Alamat: Paesan Tengah Kel.Kedungwuni Barat RT 01/ 06 Kab Pekalongan.
[2]
DR. Kadar M. Yusuf, TAFSIR
TARBAWI pesan-pesan Al-quran tentang pendidikan (Jakarta : AMZAH, 2013),
hlm. 49.
[3]
M. Quraish shihab, AL-LUBAB makna tujuan dan pelajaran dari surah-surah
al-quran, Cet I,(Tangerang : Lentera Hati, 2012), Hlm. 688-689.
[4]
DrR. H. Abudin Nata,Tafsir Ayat-ayat
Pendidikan Tafsir Ayat-ayat Tarbawiy, (Jakarta : Rajawali pers, 2009), hlm 43.
[5] http :// dosenmuslim.com/ pendidikan/ tafsir- tarbawi-qs
al-alaq- ayat 1-5/diakses pada hari kamis, 28 september 2017 jam 09.00
[6]
Muhammad Abduh, Tafsir Juz Amma, (Bndung : Mizan, 1998), Hlm.248-249.
[7]Drs. Nanang Gojali, Tafsir hadits
tentang pendidikan, (Bandung : Pustaka setia, 2013), hlm 88.
[8]
Ibid. Hlm.250.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar