“MANAJEMEN
KELAS”
(PRINSIP-PRINSIP
MANAJEMEN KELAS)
Nahdia
Umami
2023116167
KELAS
A
JURUSAN
PGMI
JURUSAN
PGMI FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT
AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah
puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang mana telah melimpahkan rahmat, taufik
dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Prinsip-prinsip Manajemen Kelas” tanpa adanya suatu halangan apapun. Shalawat
serta salam tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad saw semoga
kita mendapatkan syafa’at-Nya dihari kiamat nanti. Amin..
Makalah
ini di susun oleh penulis untuk memenuhi syarat penilaian pada mata kuliah
“Strategi Belajar Mengajar” dan penulis harap makalah ini dapat bermanfaat
untuk para pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.Dalam menyusun makalah
ini, penulis berusaha sebaik mungkin untuk mendapatkan sumber-sumber informasi
dari buku-buku yang telah di rekomendasikan oleh dosen maupun dari buku-buku
yang lainnya.
Meski
demikian penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kekeliruan di
dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, maupun isi. sehingga
secara terbuka menerima kritik dan saran dari pembaca.
Pekalongan,
13 Nopember 2017
Nahdia
Umami
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tema
Manajemen
Kelas
B. Sub Tema
Prinsip-prinsip
Manajemen Kelas
C. Penting di Kaji
Manajemen
kelas yang efektif akan melatih kemahiran seorang pengajar dalam meningkatkan
kualitas pengajarannya. Terlatihnya kemahiran tersebut berdampak pada
terciptanya hasil pembelajaran yang lebih kondusif, baik dari aspek sosial,
maupun aspek emosional. Kemahiran seorang pengajar dalam mengelola kelas
menjadi sesuatu yang tidak dapat dihindari, karena dengan hal ini pengajaran
yang efektif akan terwujud. Dengan hal ini juga sikap positif dari dalam diri
peserta didik dapat dikembangkan. Sikap ini menghasilkan suasana kelas yang
menarik perhatian dan menantang peserta didik untuk belajar. Kemahiran
mengelola kelas akan menjadikan seorang pengajar memahami konsep kelas, prinsip
pengontrolan kelas, dan prinsip disiplin dalam kelas. Seorang pengajar juga
akan menghargai pentingnya menciptakan suasana belajar mengajar yang kondusif.
Dengan kemahiran mengelola kelas akan mendukung kemahiran berkomunikasi,
tanggung jawab, kepada tugas-tugas sekolah dan peka terhadap masalah-masalah
pengajaran dan pembelajaran yang dihadapi oleh peserta didik.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Kelas
Manajemen
berasal dari bahasa inggris yaitu management, yang berarti ketalaksanaan, tata
pimpinan, pengelolaan. Manajemen atau pengelolaan dalam pengertian umum menurut
Suharsimi Arikunto (1990) adalah pengadministrasian, pengaturan, atau penataan
suatu kegiatan.
Sedangkan
kelas menurut Oemar Hamalik (1987) adalah suatu kelompok yang melakukan
kegiatan belajar bersama, yang mendapat pengajaran dari guru. Adapun menurut Suharsimi
Arikunto yang juga mengemukakan pengertian umum mengenai kelas, yaitu
sekelompok siswa pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru
yang sama. Suharsimi Arikunto juga menegaskan bahwa kelas yang dimaksud di sini
adalah kelas dengan sistem pengajaran yang klasikal.
Adapun
pengertian manajemen kelas menurut para ahli yaitu menurut pengertian baru seperti Lois V.
Johnson dan Mary A.Bany bahwa pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan
penggunaan alat-alat yang tepat terhadap situasi kelas. Dalam hal ini guru
bertugas menciptakan, mempertahankan, dan memelihara sistem atau organisasi
kelas. Sehingga siswa dapat memanfaatkan kemampuannya, bakatnya, dan energinya
pada tugas-tugas individual. Sedangkan menurut Sudirman N, dkk. (1991)
Pengelolaan kelas adalah upaya mendayagunakan potensi kelas. Di tambahkan lagi oleh
Hadari Nawawi (1989), dengan mengatakan bahwa kegiatan manajemen kelas dapat
diartikan sebagai kemampuan guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi
kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal
untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan
perkembangan murid.
Suharsimi
Arikunto (1988) juga berpendapat bahwa pengelolaan kelas adalah suatu usaha
yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang
membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga dapat terlaksana
kegiatan belajar mengajar seperti yang diharapkan.[1]
Menurut
definisi operasional, pengelolaan kelas merupakan penyediaan fasilitas bagi
bermacam-macam kegiatan siswa yang berlangsung pada lingungan sosial,
emosional, dan intelektual, anak dalam kelas menjadi sebuah lingkungan belajar
yang membelajarkan. Fasilitas yang disediakan itu memberikan kepuasan, suasana
disiplin, nyaman dan penuh semangat sehingga terjadi perkembangan intelektual,
emosional dan sikap serta apresiasi pada siswa. (sudirman N, 1991).
Dari
beberapa uraian tersebut, dapatlah dipahami bahwa pengelolaan kelas merupakan
usaha yang dengan sengaja dilakukan oleh guru agar anak didik dapat belajar
secara efektif dan efesien mencapai tujuan pembelajaran.[2]
B. Tujuan Manajemen Kelas
Tujuan
manajemen kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan.
secara umum tujuan manajemen kelas adalah penyediaan fasilitas bagi
bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan
intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu meungkinkan siswa
belajar dan bekerja terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan,
suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta
apresiasi pada siswa.
Sementara itu, menurut Suharsimi Arikunto, manajemen kelas
bertujuan agar setiap peserta didik di dalam kelas dapat bekerja dengan tertib
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Dengan
demikian dapat dipaparkan bahwa tujuan manajemen kelas adalah untuk mewujudkan
lingkungan pembelajaran di dalam kelas yang berfungsi untuk mewujudkan
lingkungan pembelajaran di dalam kelas yang berfungsi untuk mengoptimalkan kemampuan
peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat di capai dengan maksimal.[3]
C. Prinsip-prinsip Manajemen Kelas
Masalah
pengelolaan kelas bukanlah merupakan tugas yang ringan berbagai faktorlah yang
menyebabkan kerumitan itu. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi
manajemen kelas adalah di bagi menjadi dua golongan yaitu :
a. Faktor intern siswa
b. Faktor ekstern siswa
Faktor intern siswa berhubungan
dengan masalah emosi, pikiran dan perilaku. Kepribadian siswa dengan ciri-ciri
khasnya masing-masing menyebabkan siswa berbeda dari siswa lainnya secara
individual. Perbedaan individual ini dilihat dari segi aspek, yaitu perbedaan
biologis, intelektual, dan psikologis.
Sedangkan faktor ekstern siswa
terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar, penempatan siswa, pengelompokkan
siswa, jumlah siswa di kelas, dan sebagainya. Masalah jumlah siswa dikelas akan
mewarnai dinamika kelas. Semakin banyak jumlah siswa di kelas cenderung lebih
mudah terjadi konflik. Sebaliknya semakin sedikit jumlah siswa di kelas
cenderung lebih kecil terjadi konflik.[4]
Dalam rangka memperkecil masalah gangguan
dalam pengelolaan kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat di pergunakan.
Maka penting bagi guru untuk mengetahui dan menguasai prinsip-prinsip
pengelolaan kelas yang akan d uraikan seperti di bawah ini :
1. Hangat dan Antusias
Guru
yang hangat dan akrab dengan peserta didik selalu menunjukkan antusias pada
tugasnya yang berupaya dalam mengimplementasikan manajemen kelas. Dalam
melaksanakan manajemen kelas, setiap guru haruslah menunjukkan kehangatan.
Walaupun kesan kehangatan ini sifatnya implisit (tidak diungkapkan secara
langsung dengan kata-kata), akan tetapi bagaimana guru bertutur dan bersikap
kepada siswanya akan memberikan kesan tertentu bagi mereka. Guru juga selain
menunjukkan sifat hangat dan bersahabat, juga harus menunjukkan antusiasme.
Antusiasme dapat terpancar dari cara anda bergerak, bagaimana roman muka guru,
kata-kata yang terlontar dari mulut guru. Tunjukkan lah selalu bahwa anda dalam
menjalankan profesi sebagai seorang guru selalu antusias selama proses
pembelajaran berlangsung dikelas, bahan saat bertemu siswa di luar jam
pelajaran.
2. Tantangan
Penggunaan
kata-kata, tindakan, cara kerja, atau materi pembelajaran yang menantang
cenderung dapat menigkatkan passion peserta didik untuk belajar sehingga
mengurangi tingkah laku negatif. Guru dapat membuat siswa tertantang dengan
cara-cara yang kreatif yang selalu hadir dengan sesuatu yang baru yang sifatnya
tidak terlalu mudah (tidak menantang) atau tidak terlalu sulit (karena dapat
membuat anak frustasi dan merasa tidak mampu). Penting bagi guru untuk dapat
melaksanakan prinsi ini adalah dengan mengetahui kemampuan atau pengetahuan
yang tlah dimiliki oleh siswa sehingga guru dapat merancang tugas belajar yang
berada sedikit diatas kemampuan awal tersebut.
Jika seorang guru sering mengajar dengan penuh tantangan
kepada siswa-siswanya maka manajemen kelas akan lebih mudah dilakukan.
Perilaku-perilaku yang menyimpang dari kegiatan pembelajaran yang telah
dipersiapkan oleh guru akan dapat direduksi. Tantangan belajar yang baik akan
memivu munculnya rasa ingin tahu siswa sehingga mereka akan berusaha secara
aktif terlibat dalam proses belajar mengajar yang dilakukan dikelasnya.
3. Bervariasi
Penggunaan
alat media, gaya belajar mengajar pendidik, pola interaksi antara guru dan anak
didik di harapkan dapat mengurangi munculnya permasalahan dalam manajemen
kelas, apalagi bila penggunaannya bervariasi sesuai dengan kebutuhan dan hal
itu merupakan kunci untuk tercapainya manajemen kelas yang efektif sekaligus
untuk menghindari kejenuhan. Variasi yang harus dilakukan seorang guru dalam
proses belajar mengajar adalah hal yang mutlak. Jika guru ingin sukses
mengelola pembelajaran siswa maka variasi pembelajaran merupakan salah stu
faktor penting yang tidak di anngap remeh.
Melakukan variasi dalam ha-hal seperti
strategi pembelajaran, metode mengajar, setting pembelajaran, materi dan bahan
ajar, dalam pembelajaran akan membuat siswa merasa akan selalu ada yang baru
dalam pembelajaran guru. Mereka akan terhidar dari kebosanan bahkan akan
menanti-natikan kehadiran dan pembelajaran bersama guru yang bersangkutan.
Siswa juga akan senang karena ada saja hal-hal baru yang akan di dapatkan
seorang guru, baik itu pengalam belajar yang bermakna maupun pengetahuan
keterampilan.
4. Keluwesan
Keluasan
tingkah laku seorang guru dapat mencegah kemungkinan munculya gangguan dalam
manajemen kelas serta dapat menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusif.
Di dalam sebuah kelas dengan beragam siswa yang ada di dalamnya membuat guru
harus luwes dalam melakukan manajemen kelas. Tidak bisa dihindari, karena
pembelajaran dari waktu kewaktu membutuhkan guru yang responsif dan cepat
tanggap dalam situasi-situasi pembelajaran. Guru harus luwes dalam menentukan
dan memilih alternatif-alternatif tindakan untuk mengelola kelasnya supaya
tetap berjalan kondusif dalam proses pembelajaran.
5. Penekanan pada Hal-hal Positif
Guru
sebagai pendidik harus menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari
pemusatan perhatian peserta didik pada hal-hal yang negatif. Pembelajaran yang
dilakukan oleh guru tentunya di maksudkan juga untuk menananmkan nilai-nilai
yang bersifat positif. Contoh konkret pada prinsip penekanan pada hal-hal
positif misalnya penekanan yang dilakukan seorang guru terhadap tingkah laku
siswa yang positif dari pada mengomeli
tingkah laku yang negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian
penguatan yang positif dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang
dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar.
6. Penanaman Disiplin Diri
Tujuan
akhir manajemen kelas adalah agar peserta didik dapat mengembangkan
kedisiplinan diri. Oleh karena itu, guru seharusnya mendororng peserta didik
untuk melaksanakan kedisiplinan diri dan dapat menjadi teladan. Setiap siwa
harus belajar berdisiplin. Disiplin disisni bukan bermakna kekerasan, tetapi
disiplin yang berlandaskan pada kesadaran diri siswa itu sendiri bahwa belajar
disiplin itu penting. Cara temudah menanamkan disiplin kepada siswa adalah
dengan menjadi teladan bagi siswa. Guru dapat menunjukkan secara tidak langsung
bagaimana mengendalikan diri dan melaksanakan sebuah tanggung jawab. Seorang
guru tidak akan berhasil mengelola kelasnya untuk berdisiplin jika seorang guru
itu sendiri tidak disiplin di mata siswa.[5]
D. Pendekatan dalam Mengelola Kelas
Kelas
sebagai produk pengelolaan sekurang-kurangnya bercirikan terjadinya intensitas
interaksi antara guru dan murid, murid dengan dirinya sendiri, murid dengan
murid, guru dengan jati diri profesinya dan murid dan murid guru dengan
kmponen-komponen lainnya. Thomas Gardon dalam bukunya Teacher Evectiveness
Training yang diterjemahkan oleh Aditya Kumara Dewi (1997), menyebutnya bahwa
“interaksi insani” lahirnya interkasi yang optimal tentu saja bergantung dari
pendekatan yang guru lakukan dalam rangka pengelolaan kelas.
Berbagai
pendekatan tersebut bisa di telaah seperti uraian berikut :
1. Pendekatan Kekuasaan
Ciri
yang utama pendakataan kekuasaan ini adalah ketaatan pada aturan yang melekat
pada pemilik kekuasaan. Guru mengontrol siswa dengan ancaman, sanksi, hukuman
dan bentuk disiplin yang ketat dan baku.
2. Pendekatan Kebebasan
Pendekatan
kelas bukan membiarkan anak belajar dengan laisez-faire, tetapi
memberikan suasana dan kondisi belajar yang memungkin anak merasa merdek, bebs,
nyaman, penuh tantangan, dan harapan dlam melakukan belajar.
3. Pendekatan Keseimbangan Peran
Pendekatan
ini dilakukan dengan memberi seperangkat aturan yang di sepakati guru dan
murid. Isi aturan berkaitan dengan apa yang harus dan apa yang tiak boleh
dikerjakan guru dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi di kelas
dan aturan yang boleh atau tidak boleh dilakukan murid selama belajar.
4. Pendekatan Pengajaran
Pendekatan
ini menghendaki lahirnya peran guru untuk mencegah dan meghentikan tingkah laku
anak didik yang kurang menguntungkan proses pembelajaran. Peran guru adalah
merencanakan dan mengimplementasikan pengajaran yang baik.
5. Pendekatan Suasana Emosi dan Sosial
Goleman
(1995) dalam hasil penelitiannya menyebutkan bahwa belajar tanpa keterlibatan
emosional dan kegiatan saraf, kurang dari yang dibutuhkan untuk merekatkan
pelajaran dalam ingatan. Menurut pendekaan ini manajemen kelas merupakan proses
menciptakan iklim atau suasana emosional dan hubungan sosial yang positif dalam
kelas.
6. Pendekatan Kombinasi
Pada
pendekatan ini bisa menggunakan beberapa pilihan tindakan utuk mempertahankan
dan menciptakan suasana belajar yang baik. Guru memiliki peran penting untuk
menganalisis kapan dan bagaimana tindakan itu tepat dilakukan. Semua orang
mudah melakukan tindakan, tetapi bertindak pada waktu yang tepat, dengan cara
yang akurat dan pada tujuan yang bermanfaat, adalah tidak mudah, dan guru harus
dapat mencermati hal tersebut.[6]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Manajemen kelas adalah proses pengelolaan kelas untuk menciptakan
suasana dan kondisi kelas yang memungkinkan siswa dapat belajar secara efektif.
Prinsip dasar pengelolaan kelas adalah pegangan atau acuan yang dimiliki
sebagai pokok dasar berfikir atau bertindak bagi seorang pendidik dalam usaha
menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal serta mengembalikan
kondisinya bila terjadi gangguan dalam proses pembelajaran agar proses belajar
mengajar menjadi efektif.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah,
Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2013. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Fathurrohman, Pupuh dan sutikno sobry. 2009. Stratei
Belajar Mengajar, Bandung : PT Renika Aditama.
Mustakim,
Zaenal. 2017. Strategi dan Metode Pembelajaran. cet.5.Pekalongan : IAIN Pekalongan Press.
Mustakim,
Zaenal. 2009. Srategi dan Metode pembelajaran, Pekalongan : IAIN Pekalongan Press.
Suryani,
Nunuk dan Agung, Leo. 2012. Strategi
Belajar Mengajar, Yogyakarta : Ombak.
Nama :
Nahdia Umami
Nim :
2023116167
Ttl : 01 Nopember 1998
Alamat : Ds. Benda 01, Kec. Sirampog, Kab.
Brebes
[1] Syaiful Bahri Djamarah
dan Aswan Zain, Strategi Belajar
Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta,2013), hlm. 174-177
[2] Pupuh
fathurrohman dan M. Sobry sutikno,
Stratei Belajar Mengajar, (Bandung : PT Renika Aditama,2009), hlm.103-104
[3]Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran,
(Pekalongan : IAIN Pekalongan Press,
2017), cet. ke-5, hlm. 205
[4]Zaenal Mustakim, Srategi
dan Metode pembelajaran, (Pekalongan : IAIN
Pekalongan Press, 2009), cet
ke-1, hlm. 36
[5]Nunuk Suryani dan Leo
Agung, Strategi Belajar Mengajar,
(Yogyakarta : Ombak, 2012), hlm.194-197
[6][6]Pupuh
fathurrohman dan M. Sobry sutikno, Stratei Belajar Mengajar, (Bandung :
PT Renika Aditama,2009), hlm. 104-106
Tidak ada komentar:
Posting Komentar