VARIASI DAN GAYA MENGAJAR
“HAKIKAT
VARIASI DAN GAYA MENGAJAR”
Musfiroh
(2023116190)
Kelas B
JURUSAN PGMI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah dengan sub tema“macam-macam evaluasi dan umpan balik” ini dapat tersusun
hingga selesai . Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1.Kedua orang tua
saya yang selalu memberikan dorongan dan semangat saya dalam belajar.
2. Bpk. M. Ghofron M,Pd.I selaku dosen
pengampu mata kuliah strategi belajar mengajar ini yang telah memotivasi saya
dalam meraih cita-cita sampai hari ini.
3. Kepada semua
pihak yang telah berkonstribusiatas
dalam penyelesaian makalah ini.
Harapan saya semoga makalah “variasi dan gaya mengajar” ini dapat bermanfat bagi para pembaca.
Harapan saya semoga makalah “variasi dan gaya mengajar” ini dapat bermanfat bagi para pembaca.
Makalah ini
disusun dengan penuh kesungguhan dan di buat sebaik-baiknya. Namun daripada
itu, saya membuka kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun.
Pekalongan, 15 November 2017
Musfiroh
BAB I
PENDAHULUAN
A. Tema
: Variasi dan Gaya Mengajar
B. Sub Tema
: Hakikat Variasi dan Gaya Mengajar
C. Alasan Mengapa Penting Dikaji
Sebagai
seorang calon pendidik atau guru dalam proses belajar mengajar di kelas
haruslah mampu menjadi seorang guru yang mampu memberikan bahan ajar atau
pelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan atau semangat dalam proses belajar
mengajar. Agar proses belajar mengajar itu tidak membosankan, seorang guru
harus mampu mengetahui dan menerapkan gaya mengajar dan variasi mengajar
seperti apa yang harus diterapkan oleh guru. Setiap peserta didik memiliki
kemampuan dan minat yang berbeda-beda. Oleh karena itu variasi dan gaya
mengajar perlu diterapkan dalam proses
belajar di kelas. Maka ada kemungkinan pula memikirkan beberapa bentuk variasi
dan gaya mengajar sebelum seorang guru itu masu kelas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Variasi Mengajar
Pengertian
“variasi” menurut Kamus Ilmiah Popular adalah ‘selingan’, ‘selang-seling’ atau
‘pergantian’. Udin S Winata Putra (2004) mengartikan ‘variasi’ sebagai
keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton. Variasi dapat berwujud
perubahan-perubahan atau perbedaan-perbedaan yang sengaja diciptakan atau
dibuat untuk memberikan kesan yang unik. Misalnya dua model baju yang sama
tetapi berbeda hiasannya akan menimbulkan kesan unik bagi masing-masing model
tersebut. Adapun variasi mengajar merupakan keanekaragaman dalam penyajian
kegiatan mengajar.[1]
Variasi dapat diartikan sebagai kegiatan yang
bermacam-macam sebagai akibat perubahan dari keadaan sebelumnya. Menurut
Depdiknas 2003, variasi mempunyai beberapa makna, yaitu; tindakan atau hasil
perubahan dari keadaan semula, selingan, bentuk/rupa yang lain, dan perubahan
turun-menurun yang disebabkan oleh perubahan lingkungan.[2]
Menurut Uzer Usman, variasi adalah suatu
kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditunjukkan
untuk mengatasi kebosanan murid, sehingga dalam situasi belajar mengajar, murid
senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta partisipasi.[3]
B. Pengertian Gaya
Mengajar
Gaya mengajar dipandang sebagai dimensi atau kepribadian
yang luas yang mencakup posisi guru, pola perilaku, modus kinerja, serta sikap
terhadap diri sendiri dan orang lain.[4]
Jika guru
menampilkan gaya mengajar yangbaik, peserta didik akan menjadi semangat untuk
mengikuti proses pembelajaran. Dengan kata lain, gaya mengajar yang baik dapat
mempermudah tercapainya tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, guru yang baik
adalah guru inisiator, yang empunyai ide, wawasan, dan gagasan baru untuk
mengeliminasi kejenuhan peserta didik. Guru tipe ini selalu membuat variasi
dalam gaya mengajar karena yang terpenting dalam mengajar bukan terdoktrinasi
oleh suatu falsafah pengajaran yang kaku, melainkan falsafah pengajaran yang
fleksibel.
Gaya mengajar
dapat diartikan sebagai dimensi atau kepribadian luas yang mencakup posisi
guru, pola perilaku, modus kinerja, serta sikap terhadap diri sendiri dan orang
lain. Marzuki mengemukakan bahwa gaya mengajar adlah ciri-ciri kebiasaan,
kesukaan yang penting hubungnannya dengan peserta didik, baik materi, strategi,
metode, dan media pembelajaran, serta kurikulum yang digunakan. sementara itu
Ornstin mendefinisikan gaya mengajar sebagai gaya guru yang berhubungan
denganbagaimana guru memanfaatkan ruang kelas, pilihan kegiatan dan materi pemeblajaran, serta cara
pengelompokkan peserta didik.dari beberapa pemaparan di atas dapat dinyatakan
bahwa gaya mengajar mereprentasikan bagaimana pelaksanaan pengajaran guru untuk
penunjang ketercapaian tujuan pembelajaran, yang dipengaruhi oleh pandangannya
sendiri tentang mengajar,
pendekatan-pendekatan psikologi yang digunakan, serta kurikulum yang
diimplementasikan. [5]
C. Fungsi dan
Tujuan Variasi dan Gaya Mengajar
Fungsi dari variasi mengajar antara lain :
1. Sebagai penarik perhatian siswa
2. Sebagai motivasi ekstrinsik siswa dalam
belajar
Adapun tujuan dari variasi mengajar anatara lain :
1. Meingkatkan dan memelihara perhatian siswa
terhadap relevansi proses pembelajaran.
Dalam proses belajar mengajar perhatian siswa terhdap materi
pelajaran yang diberikan sangat dituntut. Sedikitpun tidak diharapkan adanya
siswa yang tidak atau kurang memperhatikan penjelasan guru, karena hal itu akan
menyeabkan siswa tidak mengeri akan ahan yang diberkan guru.
Fokus permasalahan pentingnya perhatian ini dalam proses
belajar mengajar, karen dengan perhatian yang diberikan siswa terhadap materi
pelajaran yang guru jelaskan, akan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran
yang akan dicapai. Tercapainya tujuan pembelajaran tesebut bila setiap siswa mencapai
penguasaan terhadap materi yang diberikan dalam suatu pertemuan kelas.
Indikator penguasaan siswa terhadap materi pelajaran adalah terjadinya
perubahan didalam diri siswa.
2. Memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya
motivasi
Motivasi memegang peranan penting dalam belajar. seorang
siswa tidak akan dapat belajar dengan baik dan tekun jika tidak ada motivasi
didalam dirinya. Bahkan tanpa motivasi, seorang siswa tidak akan melakukan
kegiatan belajar. maka dari itu, guru selalu memerhatikan masalah motivasi
selama pengajaran berlangsung.
Dalam proses belajar mengajar di kelas, tidak setiap
siswa mempunyai motivasi yang sama terhadap sesuatu bahan. Untuk bahan tertentu
boleh jadi seorang siswa menyenanginya, tetapi unutk bahan yang lain boleh jadi
siswa tersebut tidak menyenangi ya. Ini merupakan maslaah bagi guru dalam
setiap kali mengadakan pertemuan. Guru selalu ingin memberikan motivasi
terhadap siswanya yang kurang memperhatikan materi pelajaran yang diberikan.
3. Membetnuk sikap positiv terhadap guru dan
sekolah
Adalah suatau kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa
di kelas ada siswa tertentu yang kurang senang terhadap guru. Sikap negativ ini
tidak hanya terjadi pada siswa, tetapi juga pada siswa. Konsekuensinya bidang
studi yang dipegang oleh guru tersebut juga menjadi tidak disenangi. Acuh tak
acuh selalu ditunjukkan oleh sikap dan perbuatan ketika guru tersebut sedang
memberikan materi pelajaran di kelas.
Kurang senangnya seorang siswa terhadap guru bisa jadi
disebabkan gaya mengajar guru yang kurang bervariasi. Gaya mengajar guru tidak
sejalan dengan gaya belajar siswa. Metode yang digunakan itu-itu saja.
Misalnya, hanya menggunakan metode ceramah untuk setiap kali melaksanakan tugas
mengajar di kelas. Tidak pernah menggunakan metode lain. Misalnya menggunakan
metode diskusi, resitasi, tanya jawab, problem solving, atau cerita.
4. Memberikan kemungkinan pilihan dan fasilitas
belajar individual
Fasilitas merupakan kelengkapan belajar yang harus ada di
sekolah. fungsinya berguna sebagai alat bantu pengajaran dan sebagai alat
peraga. Sebagaisumber belajar adalah sisi lain dari peranannya yang tidak
pernah guru lupakan. Lengkap tidaknya mempengaruhi pemilihan yang harus guru
lakukan. Sangat terbatasnya fasilitas belajar cenderung lebih sedikit alternatif
yang tersedia untuk suatu bidang studi menyebabkan metode mencatat lebih
dominan dan sulit bagi guru untuk melakukan pendekatan individual. Maka
alternatif yang guru lakukan adalah memilih metode ceramah dan tanya jawab atau
metode peraga ala kadarnya, ketimbang tidak ada kegiatan sama sekali.
5. Mendorong anak didik unutk belajar
Menyediakan lingkungan belajar adalah tugas guru.
Kewajiban belajar adalah tugas anak didik. Kedua kegiatan ini menyatu dalam
sebuah interkasi pengajaran yang disebut interaksi edukatif. Lingkungan
pengajaran yang kindusif adalah lingkungan yang mampu mendorong anak didik
selalu belajar hingga berakhirnya kegiatan belajar mengajar.
Cara akurat yang mesti guru lakukan adalah mengembangkan
variasi mengajar, baik dalam gaya mengajar, dalam penggunaan media dan bahan
pengajaran, maupun dalam interaksi guru dengan anak didik. Ketiga komponen
variasi mengajar sebgaaimana disebutkan di atas tentu saja menyeret kegiatan
belajar anak didik kedalam berbagai pengalaman yang menarik pada berbagai
tingkat kognitif anak didik agar bergairah dalm mengajar.
D. Prinsip-Prinsip
Variasi dan Gaya Mengajar
Dalam proses belajar mengajar masalah kegiatan
siswa adalah yang menjadi fokus perhatian. Apapun kegiatan yang yang guru
lakukan tidak lain adalah untuk suatu upaya bagaimana lingkungan yang tercipta
itu menyenangkan hati semua siswa dan dapat menggairahkan belajar siswa. Itu
berarti tidak ada seorang guru pun yang ingin agar siswanya tidak senang dan
tidak menggairahkan dalam belajar, naka akan mengganggu kelancaran kegiatan
pengajaran.
Beberapa prinsip penggunaan ini sangat penting
untuk diperhatikan dan betul-betul harus dihayati guna mendukung pelaksanaan
tugas mengajar di kelas. Prinsip-prinsip penggunaan variasi mengajar itu adalah
sebagai berikut :
1. Dalam penggunaan keterampilan variasi
penggunaan, selain itu juga harus ada variasi penggunaan komponen untuk setiap
jenis variasi. Semua itu untuk mencapai tujuan belajar.
2. Menggunakan variasi secara lancar dan
berkesinambungan sehingga terbentuk proses belajar mengajar yang utuh dan tidak
rusak, perhatian anak didik dan proses belajar tidak terganggu.
3. Penggunaan komponen variasi harus benar-benar
terstruktur dan direncanakan oleh guru, karena itu memerlukan penggunaan yang
luwes, spontan sesuai dengan umpan balik yang diterima dari siswa.
Demikian pembahasan mengenai prinsip-prinsip penggunaan variasi mengajar.
Tinggal guru saja yang harus menggunakannya secara cepat tepat dan sesuai
dengan kondisi lingkungan belajar mengajar yang tercipta untuk mencapai tujuan,
yaitu keberhasilan belajar mengajar dari segi proses maupun produk.[6]
BAB III
PENUTUP
A. Penutup
Variasi dapat diartikan sebagai kegiatan yang
bermacam-macam sebagai akibat perubahan dari keadaan sebelumnya. Menurut
Depdiknas 2003, variasi mempunyai beberapa makna, yaitu; tindakan atau hasil
perubahan dari keadaan semula, selingan, bentuk/rupa yang lain, dan perubahan
turun-menurun yang disebabkan oleh perubahan lingkungan
B. Saran
Pemakalah telah menyelsaikan makalah ini dengan
semaksinal mungkin, apabila dalam pebuatan makalah ini banyak sesekali
kekurangan penulis meminta sara dan kritik dari para pembaca yang bersifat
membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik,
Oemar. 2013. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Bumi Aksara
Majid,
Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosadakarya
Mustakim,
Zaenal. 2017. Strategi dan Metode Pembelajaran. Pekalongan: IAIN PRESS
Mustakim,
Zaenal. 2017. Strategi dan Metode Pembelajaran Edisi Revisi. Pekalongan:
IAIN PRESS
Rohman,
Pupuh Fathur. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT: Refika
Aditama
PROFIL
Nama : Musfiroh
TTL : Pekalongan, 15 Mei 1998
Riwayat Pendidikan :
1. SDN Kraton Pekalongan
2. SMPN 8 Pekalongan
3. MA Mazro’atul Huda Demak
4. Sedang menempuh pendidikan guru madrasah
ibtidaiyyah IAIN Pekalongan
[1]Pupuh fathurrohman, strategi belajar mengajar
(Bandung: PT refika aditama, 2009), hlm. 91
[2]Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran (Edisi Revisi), (Pekalongan: IAIN
Pekalongan Press, 2017), hlm 224
[3]Zaenal mustakim, strategi dan metode pembelajaran
(pekalongan: IAIN pekalongan press, 2017), hlm. 220
[5]Zaenal Mustakim, Strategi dan Metode Pembelajaran (Edisi Revisi), (Pekalongan: IAIN
Pekalongan Press, 2017), hlm236
[6] Zaenal mustakim, strategi
dan metode pembelajaran (pekalongan: IAIN pekalongan press, 2017), hlm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar