SUBYEK PENDIDIKAN HAKIKI
"MALAIKAT
SEBAGAI PENDIDIK"
M Abdul Mufid
Nim: 2117266
Kelas E
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS
TARBIAH DAN ILMU KEGURUAN
2018
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur dengan berkat
rahmat Allah SWT yang telah memudahkan kami dalam menyelsaikan tugas makalah
ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW,Rasulullah yang
terakhir yang diutus dengan membawa syafaatnya yang penuh rahmah dan membawa
pada keselamatan dunia dan akhirat.
Adapun
makalah Tafsir Tarbawi I ini kami buat dengan usaha semaksimal mungkin dan
tentunya dengan bantuan dari berbagai pihak,sehingga dapat mempelancar proses
pembuatan makalah ini. Oleh karena itu,kami juga mengucapkan banyak terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
pembuatan makalah ini.
Dengan demikian kami mengharapkan semoga makalah Tafsir
Tarbawi I tentang “Subyek Hakiki Pendidikan (Malaikat sebagai Pendidik)” ini
dapat diambil manfaatnya dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sehingga
dapat memberikan inspirasi kepada para pembaca. Selain itu kritik dan saran dari para pembaca selalu
kami nantikan agar nantinya menjadi pertimbangan untuk diperbaikilebih baik
lagi makalah ini.
Atas
perhatian dan partisipasinya kami mengucapkan Terima kasih.
Pekalongan, 23 Oktober 2018
Pemakalah
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar..................................................................................................... i
Daftar
Isi.............................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................
1
A. Latar
Belakang..........................................................................................
1
BAB II
PEMBAHASAN.....................................................................................
2
A.
pengertian
Malaikat...................................................................................2
B.
DALIL
DALIL.........................................................................................7
C.
Tafsir Surat An-Najm Ayat 5-6.................................................................7
D.
Aspek Tarbawi
......................................................................................... 9
BAB III
PENUTUP...............................................................................................
10
A.
Kesimpulan.................................................................................................10
B.
Saran...........................................................................................................11
DAFTAR
PUSTAKA.............................................................................................
12
BIODATA
PEMAKALAH...................................................................................
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita sebagai umat beragama, Islam,
tentunya mempunyai pedoman hidup sesuai perintah Allah SWT yaitu Al-Qur’an.
Dalam pedoman tersebut terdapat aturan-aturan yang harus kita laksanakan dan
larangan-larangan yang harus kita tinggalkan. Al-qur’an adalah sumber hukum
islam yang pertama bagi umat muslim. Al-Quran sebagai pedoman hidup manusia di
dalamnya menyimpan berbagai mutiara yang mahal harganya yang jika dianalisis
secara mendalam sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Diantara mutiara
tersebut adalah beberapa konsep pendidikan yang terkandung dalam Al-Quran,
diantara konsep tersebut adalah konsep awal pendidikan, kewajiban belajar,
tujuan pendidikan dan subjek pendidikan.
Proses pendidikan dalam kehidupan
manusia tidak terlepas dari peran pendidik dan peserta didik itu sendiri.
Berhasil atau gagalnya pendidikan diantaranya ditentukan oleh kedua komponen
tersebut. Mulai dari kemapanan ilmu pengetahuan pendidik, sampai kemampuan
pendidik dalam menguasai objek pendidikan, berbagai syarat yang harus dipenuhi
oleh seorang pendidik, motivasi belajar peserta didik, kepribadian anak didik
dan tentu saja pengetahuan awal yang dikuasai oleh peserta didik. Agar hasil
yang direncanakan tercapai semaksimal mungkin. Disinilah pentingnya pengetahuan
tentang subjek pendidikan. Kehidupan kita tidak terlepas dari pendidikan.
Pendidikan sangat penting bagi kita umat Islam. Sebagai seorang calon pendidik,
tentunya kita diharapkan menjadi seorang pendidik yang profesional. Dalam Al
–Qur’an telah dijelaskan bagaimana menjadi guru yang baik dan profeional.
Dengan demikian kita akan dapat bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan
ajaran islam. Selain kita mendapatkan rizqi kita juga akan mendapatkan berkah
dan ridhonya dari Allah SWT. Pada bab selanjutnya akan dibahas lebih detail
tentang subjek pendidikan menurut Al-Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian malaikat
Malaikat
adalah makhluk halus yang besifat cahaya, yang dapat menampakkan diri dengan
berbagai bentuk yang berbeda-beda, tetapi tidak diberi sifat laki-laki atau
perempuan. Tidak ada yang
mengetahui jumlah mereka kecuali Allah SWT. tidak ada satu tempat pun dilangit
dan dibumi ini yang tidak terisi oleh malaikat.[1]
Malaikat bukanlah jasad yang dapat
kita lihat. Karena itu, segala sesuatu yang berlaku pada jasad fisik seperti
lahir, hidup, dan mati tdak berlaku bagi malaikat. Mereka adalah makhluk khas
ciptaan Allah dan mempunyai berbagai sifat yang berbeda dari segenap makhluk
lainnya.[[2]2]
2. Tugas malaikat
Malaikat mempunyai bermacam-macam
tugas, mereka tidak memiliki syahwat yang dapat memperdayakan dirinya untuk
tidak mengingat Allah SWT:
يُسَبِّحُونَ ٱلَّيْلَ وَٱلنَّهَارَ لَا يَفْتُرُونَ
Mereka
(malaikat-malaikat) bertasbih tidak henti-hentinya malam dan siang. (Al
'Anbiya'[21]:20)
Diantara tugas
para malaikat adalah mengatur segala urusan, menyampaikan wahyu kepada para
nabi dan hamba Allah yang dikehendaki-Nya, mendoakan kaum mukmin dan memohonkan
ampun,membaca shalawat bagi Nabi Muhammmad S.A.W., mencatan amal pebuatan
manusia, mencabut nyawa manusia,meniup sengkakala, menjaga neraka dan menyiksa
penghuninya, menjaga surga dan memberi salam penghuninya, dan lain-lain.
Malaikat memiliki bentuk tersendiri
dialam gaib yang mampu berubah jika mereka turun kebumi untuk menjalankan suatu
tugas. Jadi, tidak ada seorang pun mengetahui bentuk asli malaikat yang
diciptakan oleh Allah, kecuali jika ia adalah pemimpin para Nabi dan penutup
para Rasul-Nya,serta menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta. Rasulullah SAW
pernah dua kali melihat bentuk asli malaikat jibril: ketika beliau pertama kali
menerima risalah islam dan ketika berada di Sidrah al- Muntaha dalam peristiwa
Isra’-Mi’raj.
Adapun malaikat sebagai pendidik
adalah malaikat Jibril, malaikat jibril adalah Ruh al- Amin, utusan Allah
kepada rasul-rasul-Nya dan pemuka para malaikat. Jibril juga termasuk tentara
Allah dan hamba-Nya, yang hanya bertindak serta turun kebumi atas perintah-Nya.
Subjek pendidikan sangat
berpengaruh pada keberhasilan atau gagalnya suatu pendidikan. Subjek pendidikan atau seorang
pendidik adalah orang yang bertanggung jawab memberikan suatu pengejaran atau
pendidikan sehingga materi yang disampaikan dapat dipahami oleh peserta didik
atau objek pendidikan. Subjek pendidikan yang dipahami oleh kebanyakan para
ahli yaitu orang tua, guru-guru di sekolah (dalam lingkup Formal) maupun dalam
lingkaran informal atau masyarakat. Pendidikan pertama yang kita ketahui selama
ini adalah lingkungan keluarga (orang tua), yang biasanya dipelajari dalam
psikologi pendidikan. Namun harus kita
ketahui sebagai umat Islam subjek pendidikan yang sebenarnya adalah Allah SWT
dan yang kedua adalah Nabi Muhammad SAW.
Pada surat An-Najm ini
ditegaskan klasifikasi seorang pendidik atau siapa saja yang berkompeten
menjadi subjek pendidikan yakni seperti yang tersurah dalam ayat ini adalah seperti halnya malaikat Jibril yang
mana beliau gambarkan sebagai berikut:
a.
Sangat kuat, maksudnya memiliki fisik dan psikis yang
matang dan mampu memecahkan masalah.
b.
Mempunyai akal yang cerdas, yakni seorang pendidik
haruslah mempunyai akal yang mumpuni dalam bidangnya yakni berkompeten dalam
mengajarkan apa yang diajarkannya sebagai seorang subjek pendidikan.
c.
Menampakkan dengan rupanya yang asli, yakni seorang
subjek pendidikan hendaklah bersikap wajar yang tidak melebih-lebihkan segala
sesuatu baik dari dirinya maupun apa yang dilakoninya dalam bidangnya.[3]
B. Dalil Malaikat Sebagai Pendidik
QS. An-Najm
Ayat 5-6
عَلَّمَهُ شَدِ يْدُ الْقُوَى (5) ذُو مِرَّةٍ فَا سْتَوَى (6)
Artinya:
“Ia diajarkan kepadanya oleh yang
sangat kuat, pemilik potensi yang sangat hebat; lalu dia tampil sempurna.”
C.
Tafsir Surat An-Najm Ayat 5-6
1. Tafsir
Al-Mishbah
Kata (علمه) bukan berarti bahwa wahyu tersebut bersumber dari malaikat
Jibril. Seorang yang mengajar tidak mutlak mengajarkan sesuatu yang bersumber
dari sang pengajar. Bukankah kita mengajar anak kita membaca, padahal sering
kali bacaan yang diajarkan itu bukan karya kita. Menyampaikan atau menjelaskan
sesuatu secara baik dan benar adalah salah satu bentuk pengajaran. Malaikat
menerima wahyu dari Allah dengan tugas menyampaikan secara baik dan benar
kepada Nabi saw., dan itulah yang dimaksud dengan pengajaran disini.
Kata ( ةمرّ)
terambil dari kalimat (اَ مْرَرْ تُ الْحَبْلَ)
yang berarti melilitkan tali guna menguatkan sesuatu. Kata (ذو مرة)
digunakan untuk menggambarkan kekuatan nalar dan tingginya kemampuan seseorang.
Al-Biqa’i memahaminya dalam arti ketegasan dan kekuatan yang luar biasa untuk
melaksanakan tugas ynag dibebankan kepadanya tanpa sedikitpun mengarah kepada
tugas selainnya disertai dengan keikhlasan penuh. Ada juga ynag memahminya
dalam arti kekuatan fisik, akal, dan nalar.
Ada lagi ulama yang memahami ayat
ini sebagai berbicara tentang Nabi Muhammad saw., yakni Nabi agung itu adalah
seorang tokoh yang kuat kepribadiannya serta matang pikiran dan akalnya lagi
sangat tegas dalam membela agama Allah.[4]
2. Tafsir
Al-Azhar
“Yang memberinya ajaran ialah yang
sangat kuat.” (ayat 5)
Inilah
jaminan selanjutnya tentang wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad saw., itu.
Bahwasannya yang mengajarkan wahyu itu kepada beliau ialah makhluk yang sangat
kuat. Ibnu Katsir dalam tafsirnya bahwa yang dimaksud dengan yang sangat kuat
ialah Malaikat Jibril.
“Yang
mempunyai keteguhan.” (pangkal ayat 6). Mujahid, al-Hasan dan Ibnu Zaid member
arti: “Yang mempunyai keteguhan.” Ibnu Abbas member arti: “Yang mempunyai rupa
yang elok.” Qatadah member arti: “Ynag mempunyai bentuk
badan yang tinggi bagus.” Ibnu Katsir ketika member arti berkata: “Tidak ada
perbedaan dalam memberi arti yang dikemukakan itu.” Karena Malaikat Jibril itu
memang bagus dipandang mata dan mempunyai kekuatan luar biasa. Lanjutan ayat
ialah (فا ستو ى) artinya: “yang menampakkan diri yang asli.”
Menurut riwayat dari Ibnu Abi Haitam yang diterimanya
dari Abdullah bin Mas’ud, bahwasannya Rosululloh saw. melihat rupanya yang asli
itu dua kali. Kali
yang pertama ialah ketika Rosul saw. meminta kepada Jibril supaya sudi
memperlihatkan diri menurut rupanya yang asli. Permintaan itu dia kabulkan,
lalu kelihatanlah dia dalam keasliannya itu memenuhi ufuk. Kali yang kedua
ialah ketika ia memperlihatkan dalam keadaannya yang asli itu, ketika Jibril
akan menemani beliau pergi Isra’ Mi’raj. Dalam pernyataan diri dari keasliannya
itu, Nabi melihatnya dengan sayap yang sangat banyak, 600 (enam ratus) sayap.[5]
3. Tafsir
Al-Maragi
Nabi saw., tak pernah diajari oleh
seorang manusia pun. Akan tetapi ia diajari oleh Jibril yang berkekuatan hebat.
Sedang manusia itu diciptakan sebagai makhluk yang daif. Ia tidak mendapatkan
ilmu kecuali sedikit saja. Di samping itu, Jibril adalah terpercaya
perkataannya. Sebab, kecerdasan yang kuat merupakan syarat kepercayaan orang
terhadap perkataan orang lain. Begitu pula ia terpercaya hafalan maupun
amanatnya. Artinya dia tidak lupa dan tak mungkin merubah.
Jibril memiliki kekuatan-kekuatan
pikiran dan kekuatan-kekuatan tubuh. Sebagaimana diriwayatkan bahwa ia pernah
mencukil negeri kaum Lut dari laut Hitam yang waktu itu berada dibawah tanah.
Lalu memanggulnya pada kedua sayapnya dan diangkatnya negeri itu ke langit,
kemudian dibalikkan. Pernah pula ia berteriak terhadap Kaum Samud, sehingga
mereka mati semua.
Jibril pernah menampakkan diri
dalam rupa yang asli, sebagaimana Allah menciptakan dia dalam rupa tersebut,
yaitu ketika Rosululloh saw. ingin melihatnya sedemikian rupa. Yakni bahwa
Jibril itu menampakkan diri kepada Rosulullah saw. pada ufuk yang tertinggi,
yaitu ufuk matahari.[6]
D.
Aspek Tarbawi
1. Seorang pendidik harus cerdas dalam
mengajar, kuat menghadapi anak didiknya, serta harus konsisten antara ucapan
dan perbuatannya.
2. Seorang pendidik dapat menjadi model dan
teladan bagi murid-muridnya.
3. Seorang guru bersikap sewajarnya tanpa ada
sesuatu yang menyimpang.[7]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada surat
An-Najm ini ditegaskan klasifikasi seorang pendidik atau siapa saja yang
berkompeten menjadi subjek pendidikan yakni seperti yang tersurah dalam ayat
ini adalah seperti halnya malaikat
Jibril yang mana beliau gambarkan sebagai berikut:
a. Sangat kuat, maksudnya memiliki fisik dan
psikis yang matang dan mampu memecahkan masalah.
b. Mempunyai akal yang cerdas, yakni seorang
pendidik haruslah mempunyai akal yang mumpuni dalam bidangnya yakni berkompeten
dalam mengajarkan apa yang diajarkannya sebagai seorang subjek pendidikan.
c. Menampakkan dengan rupanya yang asli,
yakni seorang subjek pendidikan hendaklah bersikap wajar yang tidak
melebih-lebihkan segala sesuatu baik dari dirinya maupun apa yang dilakoninya
dalam bidangnya.
B. Saran
Demikian makalah ini kami buat.
Kami sadar bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin
DAFTAR PUSTAKA
Habub Zain
bin Ibrahim bin Sumaith. 1998. Mengenal
Mudah Rukun Islam, Rukun Iman, Rukun Ikhsan Secara Terpadu. Bandung : Al-bayan
Bahjat
Ahmad. 1998. Mengenal Allah. Bandung :
Pustaka Hidayah
Hamka.
Tafsir Al-Azhar Juzu’ XXVII. Jakarta: PT. Kipas Putih Aksara.
Izzan,
Ahmad. 2012. Tafsir Pendidikan Studi Ayat-Ayat Berdimensi
Pendidikan. Banten: PAM Press.
Shihab,
M. Quraish. 2003. Tafsir Al-Mishbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an.
Jakarta: Lentera Hati.
Shihab,
Muhammad Quraish. Lentera Al-Qur’an: Kisah dan hikmah kehidupan. Bandung: Mizan
Media Utama.
BIODATA PEMAKALAH
Nama : M Abdul Mufid
Tempat,
tanggal lahir : Pekalongan, 17
Januari 1999
Alamat : DK.Keprok
DS.Donowangun Kec. Talun Kab. Pekalongan
Asal
Sekolah : SDN 01
Donowangun
SMP 2 TALUN
SMA 1 TALUN
Masih
menempuh S1 di IAIN Pekalongan
Fakultas
Tarbiyah/PAI
[1]
Habub
Zain bin Ibrahim bin Sumaith, Mengenal
Mudah Rukun Islam, Rukun Iman, Rukun Ikhsan Secara Terpadu (Bandung: Al-bayan,
1998) hlm. 115
[2]
Ahmad
Bahjat, Mengenal Allah (Bandung: Pustaka Hidayah, 1998) hlm. 71
[3]
Ahmad
Izzan, Tafsir Pendidikan Studi Ayat-Ayat Berdimensi Pendidikan, (Banten: PAM
Press, 2012), hlm. 203
[4]
M. Quraish Shihab, Tafsir
Al-Mishbah Pesan Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati, 2003),
hlm. 410-411
[7]
Muhammad Quraish Shihab,
Lentera Al-Qur’an: Kisah dan hikmah kehidupan (Bandung: Mizan Media
Utama,2013),hlm 87
Tidak ada komentar:
Posting Komentar