KODIFIKASI AL-QUR’AN
Kamila Rizkiyana
NIM.2318013
Kelas C
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN PEKALONGAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan dan kemampuan, sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KODIFIKASI AL-QUR’AN” sesuai rencana. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, para sahabat, serta orang-orang yang mau mengikuti sunnah-sunnahnya, amiin.
Saya ucapkan terimakasih kepada Bapak Muhammad Hufron, M.S.I, selaku dosen mata kuliah Ulumul Qur’an atas tugas yang diberikan sehingga menambah wawasan tentang Kodifikasi Al-Qur’an.
Makalah ini tentu tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, dengan senang hati menerima saran dan kritik konstruktif dari pembaca guna penyempurnaan penulisan makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini menambah wawasan keilmuan dan bermanfaat bagi mahasiswa. Aamiin yaa robbal ‘alamin.
Pekalongan, Februari 2019
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kodifikasi Al-Qur’an 2
B. Kodifikasi Al-Qur’an Pada Masa Abu Bakar Ash-Shidiq 3
C. Kodifikasi Al-Qur’an Pada Masa Utsman bin Affan 4
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan 6
DAFTAR PUSTAKA 7
LAMPIRAN 8
PROFIL PENULIS 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah Kalam Allah yang bernilai mukjizat kepada Rosulullah melalui malaikat Jibril diriwayatkan secara mutawatir ditulis dalam mushaf-mushaf , membacanya bernilai ibadah.
Sebelum nabi Muhammad , ayat-ayat hanya ditulis dalam bentuk sepotong kulit, batu atau tulang. Walaupun kebanyakan itu masih buta huruf. Pegangan mereka dalam memelihara dan meriwayatkan syair-syair dari penyair mereka adalah menghafal. Maka dari sinilah pentinya kita mempelajari historis kodifikasi Al-Qur’an pada masa Rosulullah hingga masa Utsman serta mencari argumen-argumen yang tidak diragukan lagi kebenaraanya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kodifikasi Al-Qur’an ?
2. Bagaimana proses kodifikasi Al-Qur’an pada masa Abu Bakar Ash-Shidiq ?
3. Bagaimana proses kodifikasi Al-Qur’an pada masa Utsman bin Affan ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian kodifikasi Al-Qur’an
2. Untuk mengetahui proses kodifikasi Al-Qur’an pada masa Abu Bakar Ash-Shidiq
3. Untuk mengetahui proses kodifikasi Al-Qur’an pada masa Utsman bin Affan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kodifikasi Al-Qur’an
Dalam bahasa Arab kata jama’ dari segi bahasa mempunyai arti menyusun yang terpisah atau tak beraturan. Mengumpulkan sesuatu dengan mendekatkan bagian satu dengan bagian yang lainnya. Kodifikasi al-qur’an memiliki dua makna : Pertama, menghafal al-qur’an dalam dada kaum muslimin dengan benar-benar menguasai seluruh ayat yang terdapat dalam al-qur’an tersebut secara detail. Kedua, maknanya adalah penulisan dan pencatatan al-qur’an dalam lembaran-lembaran secara sempurna.
Para Ulama mengklasifikasi kodifikasi al-qur’an ke dalam dua bagian; kodifikasi al-qur’an melalui proses pemeliharaan hafalan dan kodifikasi al-qur’an melalui usaha penulisan dan pembukuan.
Berfirman Tuhan dalam al-qur’an:
لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ (16) إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ (17) فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ
“Janganlah kamu gerakkan lidahmu (untuk membaca) Al-Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasainya). Sesungguhnya atas tanggung jawab Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membantu pandai membacanya.” (QS.Al-Qiyamah:16-19)
Rosulullah menerima dan menghafal Al-Qur’an itu, ditulis pada mushaf. Ketika itu ayat dan surat masih bercerai-cerai atau yang tersusun hanya baru ayat saja, Pada umumnya ditulis pada satu mushaf. Ketika itu belum ada keinginan orang untuk membukukan Al-Qur’an karena nabi masih menunggu wahyu dari masa yang terakhir.
B. Kodifikasi Pada Masa Abu Bakar Ash-Shidiq
Setelah Abu Bakar Ash-Shidiq menduduki kursi khalifah, yaitu setelah wafatnya Rosulullah saw., maka Abu Bakar menghadapkan perhatiannya kepada peristiwa-peristiwa besar pada masa itu yaitu murtadnya sebagian orang Arab. Abu Bakar Ash-Shidiq memerintahkan kodifikasi Al-Qur’an seusai perang Yamamah, tahun ke-12 H, perang antara muslimin dan kaum murtad (pengikut Musailamah al-Kadzdzab yang mengaku dirinya nabi baru) dimana 70 penghafal al-qur’an di kalangan sahabat Nabi gugur.
Abu Bakar ra. memerintahkan kepada seluruh kaum muslimin untuk membawa naskah tulisan al-qur’an yang mereka miliki ke Masjid Nabawi untuk kemudian diteliti oleh Zaid dan timnya.
Seperti halnya Abu Bakar, semula Zaid juga ragu-ragu menerima tugas tersebut . Akhirnya dia bersedia melaksanakan dibawah bimbingan Abu Bakar, Umar dan para sahabat lainnya. Sumbernya tidak cukup hanya hafalan dan catatan yang dibuat oleh Zaid sendiri, tapi harus bersumber dari catatan yang pernah dibuat pada zaman Rosulullah dan hafalan para sahabat.
Setelah seluruh ayat dinyatakan lengkap, kemudian dijilid menjadi satu dan disimpan di kediaman Abu Bakar. Al-Qur’an ini sudah mencakup al-ahruf al-sab’ah.
Karakter kodifikasi Al-qur’an pada masa Abu Bakar Ash-Shidiq ditandai dengan penyusunan Al-qur’an dalam suatu naskah secara rapi dan berurutan, dimana suatu surah dapat dibaca secara sempurna dalam satu naskah karena tidak tersebar dalam lembaran-lembaran yang berbeda.
C. Kodifikasi Pada Masa Utsman bin Affan
Motif Utama kodifikasi Utsman bin Affan mempunyai kaitan erat dengan pemberian dispensasi dalam membaca Al-Qur’an dengan berbagai dialek. Nabi sendiri meminta dispensasi ini kepada Allah karena melihat ketidak mampuan para sahabat yang untuk membacanya dengan satu huruf. Para sahabat tersebut adalah orang-orang dari luar suku quraisy yang baru masuk Islam, orang yang sudah lanjut usia dan anak.anak.
Kondisi ini tentunya memiliki dampak positif dan negatif. Salah satu dampaknya adalah ketika mereka membaca al-Qur’an, karena bahasa asli mereka bukan bahasa arab. Fenomena ini ditangkap dan ditanggapi secara cerdas oleh salah seorang sahabat yang juga sebagai panglima perang pasukan muslim yang bernama Hudzaifah bin Al-Yaman.
Di waktu terjadi pertempuran sengit di Armenia dan Azerbeijan dari penduduk Irak. Dalam kedua pertempuran ini Hudzaifah bin Al-Yamaniy memperhatikan banyak terdapat bentuk pendapat dan perbedaan dalam masalah qira’at. Sebagian orang itu ada yang salah bacaannya. Disamping itu tiap-tiap orang berusaha sungguh-sungguh memperbaiki bacaannya. Juga memperbaiki wakaf-wakafnya. Karena adanya perbedaan pendapat itu. Masalah sampai kafir-mengkafirkan. Kekhawatiran Hudzaifah itu disampaikan kepada Utsman. Diberitahukannya kepada khalifah Utsman apa-apa yang diperhatikannya tentang perbedaan yang terjadi yang tadinya hanya pada tingkat kanak-kanak.
Pengumpulan Al-qur’an pada masa khalifah Utsman bin Affan dilatarbelakangi oleh kekhawatiran meluasnya perbedaan pendapat diantara kaum muslimin tentang penulisan dan bacaan al-qur’an yang benar. Terutama setelah wilayah Khilafah Islamiyah di masing-masing propinsi waktu itu mengikuti qira’ah sahabat yang berbeda-beda. Utsman segera mengambil langkah antisipatif dengan membentuk sebuah team penulisan kembali Al-qur’an kedalam beberapa mushaf dengan acuan utama mushaf Abu Bakar. Team ini terdiri dari; ketua team Zaid bin Tsabit, anggotanya; Abdullah ibn az Zubair, Said ibn al Ash dan Abdurrahman ibn al-Harits ibn Hisyam.
Pengumpulan al-Qur’an pada masa Utsman memiliki kelebihan sebagai berikut :
1. Di dalam Pengumpulan tersebut ada pembatasan pada satu huruf (bahasa) yaitu bahasa quraisy.
2. Di dalam pengumpulan, ada pembatasan pada bacaan, didasarkan pada riwayat-riwayat yang mutawatir dan bacaan yang telah dianggap tetap dalam penyajian yang terakhir, dan bukan ayat yang mereka tulis berdasarkan riwayat ahad.
3. Tertib, ayat-ayat dan surat-suratnya.
4. Di dalam pengumpulan, terjadi penanggalan titik dan syakal dan sesuatu yang bukan termasuk al-Qur’an, berbeda dengan tulisan sebagian sahabat yang memuat sebagian penakwilan dan penafsiran terhadap sebagian lafaznya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Qur’an adalah Kalam Allah yang bernilai mukjizat yang diturunkan pada Rosulullah melalui malaikat Jibril yang diriwayatkan secara mutawatir dan ditulis dalam mushaf-mushaf , membacanya bernilai ibadah. Ketika wahyu turun, Nabi menyuruh para sekretarisnya untuk menulisnya baik di daun-daun, pelepah kurma, tulang-tulang dan lain sebagainya. Setelah Nabi wafat, Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit dan kawan-kawannya agar mengumpulkan mushaf Al-Qur’an untuk dijadikan sebuah mushaf. Dan pada masa Utsman bin Affan mushaf itu disalin atau diperbanyak dan diletakkan di beberapa pusat kota kekuasaan Islam untuk mempersatukan bahasa umat Islam dalam membaca Al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
Quthan, Mana’ul. 1993. Pembahasan Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: PT.RINEKA CIPTA
Hakim, MB. 2012. Ulumul Qur’an. Jakarta: Al-Huda
Mudi, Moh.Ison. 2017. Sejarah Kodifikasi Mushaf Utsmani:Kritik atas Oriental & Liberal. Jurnal Pemikiran Islam. 1(2):313-314
Gufron, Muhammad, Rahmawati. 2013. Ulumul Qur’an:Praktis dan Mudah. Yogyakarta: Teras
As-Shalih, Subhi. 1990. Membahas Ilmu-ilmu Al-qur’an. Jakarta: Pustaka Firdaus
Ilyas, Yunahar. 2013. Kuliah Ulumul Qur’an. Yogyakarta: ITQAN Publishing
LAMPIRAN
PROFIL PENULIS
Nama : Kamila Rizkiyana
TTL : Pekalongan, 6 februari 2000
Alamat : Simbang Wetan
Kec. Buaran Kab. Pekalongan
Riwayat Pendidikan :
- TK Yarohis Simbang Wetan
- MII Simbang Wetan
- SMP Islam Simbang Wetan
- MAN 1 Kota Pekalongan
Hobi : Membaca
Tidak ada komentar:
Posting Komentar