SEJARAH
PENULISAN AL-QUR’AN
Maulida Nur
Fitriyah
NIM. 2318014
JURUSAN
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
IAIN PEKALONGAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis kehadirat Allah swt yang telah memberikan kekuatan dan kemampuan, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah Penulisan Al-Qur’an” sesuai rencana. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw, para sahabatnya, serta orang-orang yang mau mengikuti sunnah-sunnahnya, aamiin.
Ucapan terimakasih kami tujukan kepada Bapak Muhammad Hufron M.S.I., selaku dosen mata kuliah Ulumul Qur’an atas tugas yang telah diberikan sehingga menambah wawasan penulis tentang Kedudukan Al-Qur’an. Dan kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini. Semoga bantuan dari berbagai pihak terkait mendapat balasan dari Allah swt dengan pahala yang berlipat ganda, aamiin.
Makalah ini tentu tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik konstruktif dari pembaca guna penyempurnaan penulisan makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini menambah khasanah keilmuan dan bermanfaat bagi mahasiswa. Amin yaa robbal ‘alamin.
Pekalongan, 14 Februari 2019
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................
ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang.................................................................................
1
B. RumusanMasalah............................................................................
1
C. TujuanPenulisan..............................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Jam’u Al-Qur’an...........................................................
2
B. Penulisan
Al-Qur’an Pada Masa Nabi dan Para Sahabat...............
3
C. Penyempurnaan
Penulisan Al-Qur’an.............................................
4
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................
6
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
7
LAMPIRAN................................................................................................... 8
PROFIL PENULIS........................................................................................
9
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Alqur’an adalah mukjizat islam yang kekal dan mukjizatnya selalu
diperkat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Ia diturunkan Allah SWT kepada
Rasullah, Muhammad SAW untuk mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap
menuju yang terang, serta membimbing mereka kejalan yang lurus.
Dalam catatan sejarah dapat dibuktikan bahwa proses
kodifikasi dan penulisan Al-Qur’an dapat menjamin kesuciannya secara
meyakinkan. Al-Qur’an ditulis sel-Qur’an ditulis sejak Nabi masih hidup, begitu
wahyu turun kepada Nabi, Nabi langsung memerintahkan para sahabat penulis wahyu
untuk menuliskannya secara hati-hati. Begitu beliau Begitu mereka tulis,
kemudian mereka hafalan sekaligus mereka amalkan. Namun banyak dari pengikut
Nabi Muhammad di muka bumi ini yang tidak mengetahui bagaimana Al-Qur’an yang
lebih dikenal dengan mushaf Al-Qur’an.
Oleh sebab itu hal tersebut yang pada penulisan
makalah ini dengan tema “Sejarah Penulisan Al-Qur’an”. Semoga dengan ini
pengikut Nabi Muhammad SAW. Memahami akan penulisan Al-Qur’an
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud Jam’u Al-Qur’an ?
2. Bagaimana Penulisan Al-Qur’an pada masa Nabi dan Para Sahabat ?
3. Bagaimana Penyempurnaan Penulisan Al-Qur’an ?
C. TUJUAN
1. Untuk Mengetahui apa definisi Jam’u Al-Qur’an
2. Untuk Mengetahui Penlisan Al-Qur’an pada Nabi dan para Sahabat
3. Untuk Mengetahui Penyempurnaan Penulisan Al-Qur’an
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Jam’u Al-Qur’an
Dalam
sebagian besar yang membahas tentang ilmu-ilmu Al-Qur’an, istilah yang dipakai
untuk menunjukkan arti penulisan, pembukuan atau kodifikasi Al-Qur’an adalah jam’u
al-Qru’an, yang artinya pengumpulan Al-Qur’an. Sementara hanya
sebagiankecil literatur yang memakai istilah kitabat al-Qur’an yang
artinya penulisan Al-Qur’an serta tadwin al-Qur’an yang artinya
pembukuan Al-Qur’an.[1]
Para
ulama yang memakai istilah jam’u al-Qur’an membagi artinya dalam dua kategori :
pertama, proses penghafalan dan yang kedua, proses pencatatan serta penulisan
Al-Qur’an.
Apabila
mencermati pembahasaan yang terdapat di berbagai literatur di atas,
sesungguhnya istilah-istilah yang mereka gunakan mempunyai maksud yangsama,
yaitu proses penyampaian wahyu yang turun oleh Rasulluah kepada para sahabat,
pencatatan atau penulisannya, sampai dihimpunnya catatan-catatan tersebut dalam
satu mushaf yang utuh dan tersusun secara tertib.
B. Penulisan Al-Qur’an Pada Masa Nabi dan
Para Sahabat
Penulisan atau pengumpulan
Al-Qur’an di masa Rasulluah SAW dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu:
pertama, pengumpulan dalam dada berupa hafalan dan penghayatan serta
pengumpulan dalam catatan berupa penulisan kitab.[2]
Berkaitan dengan kondisi Nabi yang ummi,
maka perhatian beliau adalah menghafal dan menghayatiayat-ayat yang diturunkan
. Ibn Abbas meriwayatkan, karena besarnya konsentrasi Rasul kepada hafalan,
hingga ketika wahyu belum selesai disampaikan malaikat jibril, Rasulluah
menggerak-gerakkan kedua bibirnya agar dapat menghafalnya, Karena itu, turunlah
ayat Al-Qiyamah ayat 16-19, yang artinya :
Artinya : “Janganlah kamu
gerakkan lidahmu untuk membaca al-Qur’an
karena hendak cepat-cepat (menguasai)-nya. Sesungguhnya atas tangan Kamilah
mengumpulkannya (di dalam) dan membacakannya. Maka ikutilah bacaannya itu.
Kemudian, sesungguhnya atas tangan Kamilah penjelasannya.”
Nabi Muhammad SAW. Setelah menerima
wahyu langsung menyampaikan wahyu tersebut kepada para sahabat agar mereka
menghafalnya sesuai dengan hafalan Nabi. Selain ditempuh lewat jalur hafalan,
juga dilengkapai dengan tulisan, lalu memanggil para sahabat yang pandai
menulisnya. Ayat-ayat tersebut ditulis dalam pelepah-pelepah kurma, batu-batu,
kulit-kulit atau tulang-tulang binatang.[3]
Penulisan pada masa ini belum
terkumpul menjadi satu mushaf disebabkan beberapa faktor, yakni:, pertama,
tidak adanya faktor pendorong untuk membukukan al-Qur’an menjadi satu mushaf
mengingat Rasulluah masih hidup dan banyaknya sahabat yang diduga menggangu
kelestarian Al-Qur’an. Kedua, Al-Qur’an baru bisa dibukukan dalam satu mushaf
setelah Nabi SAW wafat/ Ketiga, selama proses turun Al-Qur’an, masih terdapat
kemungkinan adanya ayat-ayat al Qur’an yang mansukh. Dan berikut adalah
pembukuan oleh sahabat Rasul yaitu, Abu Bakar Al-Shiddieq dan Utsman bin Affan
:
1. Pembukuan Masa Abu Bakar Asy-Shiddiq
Penulisan pada masa pemerintahan
Abu Bakar terjadi kekacauan akibat Musailamah al-Kazzab beserta
pengikut-pengikutnya. Mereka menolak membayar zakat dan murtad dari islam.
Pasukan islam yang dipimpin Khalid bin al-Walid segera menumpas gerakan itu.
Peristiwa tersebut terjadi di Yamamah tahun 12 H. Akibatnya, banyak sahabat
yang gugur, termasuk 70 orang yan diyakini telah hafal Al-Qur’an. Oleh sebab
itu Umar bin Khattab menyampaikan ide kepada Abu Bakar ntuk segera mengumpulkan
tulisan-tulisan al-Qur’an yang pernah ditlis pada masa Nabi SAW.
Semula Abu Bakar keberatan atas
usul Umar dengan alasan pernah dilakukan Nabi SAW., tetapi akhirnya Umar
berhasil menyakinkannya. Dibentuklah tim yang dipimpin Zaid bin Tsabit dalam
rangka merealisasikan mandat dan tugas suci tersebut. Pada mulanya, Zaid
keberatan, tetapi akhirnya juga dapat diyakinkan.[4]
Abu Bakar memilih Zaid mengingat kedudukannya dalam qira’at, penlisan,
pemahaman dan kecerdasan serta kehadirannya pada masa pembacaan Rasulluah SAW
yang terakhir kalinya.
Zaid ibn Tsabit melaksanakan
tugasnya dengan hati-hati dibawah petunjuk Abu Bakar dan Umar. Sumber utama
dalam penulisan tersebut adalah Al-Qur’an yang ditulisdan dicatat di hadapan
Nabi SAW. Dan hafalan para sahabat. Di samping itu, untk lebih hati-hati,
catatan-catatan dan tulisan Al-Qur’an tersebut baru benar-benar diakui berasal
dari Nabi SAW. Bila disaksikan oleh dua orang saksi yang adil.
Salam rentang waktu waktu kerja tim
Zaid pernah suatu kali menjumpai kesulitan, mereka tidak menemukan naskah ayat
128 surah at-Taubat, tetapi akhirnya naskah tersebut ditemukan oleh seorang
yang bernama Abu Khuzaimah al-Anshari.
Hasil kerja Zaid yag telah berupa
mushaf al-Qur’an disimpan oleh Abu Bakar sampai akhir hayatnya. Setelah itu
berpindah ketangan Umar bin Khattab. Sepeninggal Umar mushaf disimpan oleh
Hafshah binti Umar. Adapun karakteristik penulisan Al-Qur’an pada masa Abu
Bakar ini adalah sbb :
a. Seluruh ayat Al-Qur’an dikumpulkan dan
ditulis dalam satu mushaf berdasarkan penelitian yang cermat dan seksama.
b. Meniadakan ayat-ayat Al-Qur’an yang
telah mansukh.
c. Seluruh ayat yang ada telah diakui
kemutawatirannya.
d. Dialek Arab yang dipakai dalam pembukuan
ini berjumlah 7 (qira’at) sebagaimana yang ditulis pada kulit unta pada masa Rasuluallah.
2.
Pembukuan
Masa Utsman bin Affan
Pada masa pemerintahan Utsman,
wilayah negara Islam telah meluas sampai ke Tripoli Barat, Armenia dan
Azarbaijan. Pada wakyu itu, Islam sudah tersebar ke beberapa wilayah di Afrika,
Syiria, dan Persia. Para penghafal al-Qur’an pun akhirnya menjadi tersebar
sehingga menimbulkan persoalan baru, yaitu silang pendapat di kalangan kaum
muslimin mengenai bacaan (qiraat) al-Qur’an.[5]
Para pemeluk islam masing-masing
daerah mempelajari dan menerima bacaan al-Qur’an dari sahabat ahli qiraat
didaerahyang bersangkutan. Penduduk Syam misalnya, belajar al-Qur’an pada Ubay
bin Ka’ab. Warga Kuffah berguru pada Abdullah bin Mas’ud, sementara penduduk
yang tinggal di Basrah berguru dan membaca al-Qur’an haf al-Qur’an dengan qiraat
Abu Musa al-Asy’ari.
Versi qiraat yang dimiliki
dan diajarkan oleh masing-masing ahli qiraat berlainan. Hal ini yang
menimbulkan dampak negatif dikalangan umat islam waktu itu. Masing-masing
saling membanggakan versi qiraat mereka dan saling mengakui bahwa versi
qiraat mereka yang paling baik dan benar. Padahal Utsman telah memberikan
aturan atau karakteristik mushaf Al-Qur’an yang ditulis pada masa Utsman bin
Affan antara lain :
1) Ayat-ayat al-Qur’an yang ditulis
seluruhnya berdasarkan riwayat yang mutawatir
2) Tidak memuat ayat-ayat yang mansukh
3) Surat-surat maupun ayat-ayatnya telah
disusun dengan tertib sebagaimana al-Qur’an yang kita kenal sekarang. Tidak
seperti mushaf al-Qur’an yang ditulis pada masa Abu Bakar yang hanya disusun
menurut tertib ayat, sementara surat-suratnya disusun menurut urutan turun
wahyu.
4) Tidak memuat sesuatu yang bukan
tergolong Al-Qur’an , seperti yang ditulis sebagian sahabat Nabi dalam
masing-masing mushafnya, sebagai penjelasan atau keterangan terhadap makna
ayat-ayat tertentu.
5) Dialek yang dipakai dalam mushaf ini
hanya dialek Quraisy saja dengan alasan al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Arab
Quraisy sekalipun pada mulanya diizinkan membacanya dengan menggunakan dialek
lain.
C. Penyempurnaan Tulisan Al-Qur’an
Sepeninggal Utsman, mushaf
al-Qur’an belum diberi tanda baca seperti baris (harakat) dan tanda
pemisah ayat. Karena daerah kekuasaan Islam semakin meluas ke berbagai penjuru
yang berlainan dialek dan bahasanya, dirasa perlu adanya tindakan preventif
dalam memelihara umat dari kekeliruan membaca dan memahami al-Qur’an.
Upaya tersebut baru terealisir pada
masa Khalifah Muawiyyah ibn Abi Sufyan (40-60 H) oleh Imam Abu al-Aswad
al-Dauli, yang memberi harakat atau baris berupa titik merah pada mushaf
al-Qur’an. Untuk “a” (fathah) disebelah atas huruf, “u” (dlammah)
didepan huruf dan “i” (kasrah) dibawah huruf. Sedangkan
syiddah berupa huruf lipat dua dengan dua titik diatas huruf.
Usaha selanjutnya dilakukan pada
masa Khalifah Abdul Malik ibn Marwan (65-68 H). Dua orang murid Abu al-Aswad
al-Duali, yaitu Nasar ibn Ashim dan Yahya ibn Ya’mar memberi tanda untuk
beberapa huruf yang sama seperti “ba”, “ta”, dan “tsa”.[6]
Dalam berbagai sumber diriwayatkan
bahwa ‘Ubaidillah bin Ziyad (w.67 H) memerintahkan kepada seorang yang berasal
dari Persia untuk menambahkan huruf alif (mad) pada dua ribu kata yang
semestinya dibaca dengan suara panjang. Misalnya, kana menjadi kaanat.
Adapun penyempurnaan tanda-tanda baca lain dilakukan oleh Imam Khalid ibn Ahmad
pada tahun 162 H.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
pembahasan materi Jam’ul Quran yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa,
Jumma’ul Qur’an artinya huffazhuhu (para penghafal, yaitu orang yang
menghafalka dalam hatinya), sedangkan dalam arti kitabu kullihi (penulisan
Al-Qur’an semuanya) baik dengan memisah- misahkan ayat- ayat dan surat-
suratnya atau menertibkan ayat- ayatnya semata dan setiap surat ditulis dalam
satu lembaran terpisah, atau menertibkanayat-ayat dan surat-suratnyadalam
lembaran yang terkumpul yang menghimpun semua surat.
Dalam
hal ini, sejarah pengumpulan Al-Quran terbagi atas dua periode, yaitu: Pertama,
pengumpulan Al- Qur’an pada masa Nabi. Pengumpulan Al-Qur’an pada masa Nabi,
dikategorikan menjadi dua bagian. Yaitu, pengumpulan dalam konteks hafalan dan
pengumpulan dalam konteks penulisanya.
Dalam konteks hafalan, Nabi Menghafal Ayat-ayat
itu dan menyampaikannya kepada para sahabat yang kemudian juga menghafalnya
sesuai dengan yang disampaikan Nabi. Upaya kedua yang dilakukan Umat Islam
dalam upaya pemeliharaan Al-Qur’an adalah mencatat atau menuliskannya dengan
persetujuan Nabi.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Munawar, Said Agil Husin.2002.Al-Qur’an Membangun Tradisi KesalehanHakiki.
Jakarta Selatan:Ciputat Press.
Ahmad
Syadali&Ahmad Rofi’i.1997.Ulumul Qur’an.CV.Pustaka Setia.
LAMPIRAN
PROFIL PENULIS
Nama : Maulida
Nur Fitriyah
TTL : Pekalongan, 7 Januari 2000
Alamat : Perum.GTA,
Pekalongan
RiwayatPendidikan :
-
TK Manbaul
Ulum
-
MSI 01 Kauman
-
MTS Tebuireng Jombang
-
MAN 1 Kota Pekalongan
Hobi : Menggambar
[1]Said Agil Husin, Al-Qur’an
Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki. (Jakarta Selatan, Ciputat Press, 2002),
hlm. 4.
[2]Said Agil Husin, Op.cit,., hlm 5
[4] Ahmad Syadali&Ahmad Rofi’i, Ulumul Qur’an, (CV. Pustaka
Setia, 1997), hlm. 18-17.
[6] Ahmad Syadali&Ahmad Rofi’i ,Op.Cit,. hlm 23-25
Tidak ada komentar:
Posting Komentar